Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan/Decision-Support Systems (DSS)
Sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (DSS) adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan dalam menggunakan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. Sistem pendukung ini membantu pengambilan keputusan manajemen dengan menggabungkan data, model-model dan alat-alat analisis yang komplek, serta perangkat lunak yang akrab dengan tampilan pengguna ke dalam satu sistem yang memiliki kekuatan besar (powerful) yang dapat mendukung pengambilan keputusan yang semi atau tidak terstruktur.
DSS menggabungkan sumber daya intelektual seorang individu dengan kemampuan komputer dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.
DSS diartikan sebagai tambahan bagi para pengambil keputusan, untuk memperluas kapabilitas,namun tidak untuk menggantikan pertimbangan manajemen dalam pengambilan keputusannya.
Dalam suatu penelitiannya Steven S. Alter mengembangkan satu taksonomi dari enam jenis DSS yang didasarkan pada tingkat dukungan pemecahan masalah.
Jenis DSS yang memberikan dukungan yang sedikit lebih tinggi memungkinkan baginya menganalisis seluruh isi file mengenai tingkat penyerapan anggaran pada unit-unit lain yang terkait. Contohnya adalah laporan gaji bulanan pegawai yang disiapkan dari file gaji.
DSS juga memungkinkan para manajer untuk melihat dampak-dampak yang mungkin timbul dari berbagai keputusan yang diambil yang disebut model yang dapat memperkirakan dampak sebuah keputusan.
DSS dimaksudkan untuk melengkapi sistem informasi manajemen dalam meningkatkan pengambilan keputusan. Sistem informasi manajemen terutama menyajikan informasi mengenai kinerja aktivitas untuk membantu manajemen memonitor dan mengendalikan kegiatan.
Format atau bentuk dari pelaporan-pelaporan ini umumnya sudah ditentukan sebelumnya (baku).
Kadangkala laporan sistem informasi manajemen ini merupakan laporan eksepsi (exception reports), yaitu hanya menyoroti kondisi-kondisi yang khusus. Sistem informasi manajemen yang tradisional umumnya menyajikan pelaporan yang tercetak (hard copy reports).
Ada dua tipe DSS yang dikenal, yaitu: Model-driven DSS dan Data-driven DSS.
Model-driven DSS merupakan suatu sistem yang berdiri sendiri terpisah dari sistem informasi organisasi secara keseluruhan. DSS ini sering dikembangkan langsung oleh masing-masing pengguna dan tidak langsung dikendalikan dari divisi sistem informasi. Kemampuan analisis dari DSS ini umumnya dikembangkan berdasarkan model atau teori yang ada dan kemudian dikombinasikan dengan tampilan pengguna yang membuat model ini mudah untuk digunakan.
Contoh dari model-driven DSS ini yang dipergunakan diperusahaan pelayaran yaitu voyage estimating decision support systems.
Data-driven DSS, menganalisis sejumlah besar data yang ada atau tergabung di dalam sistem informasi organisasi. DSS ini membantu untuk proses pengambilan keputusan dengan memungkinkan para pengguna untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat dari data yang tersimpan di dalam database yang besar.
Decision Support Systems meliputi berbagai komponen yang termuat di dalam sistem pendukung ini, yaitu:
DSS database:
Kumpulan data berjalan atau historis dari sejumlah aplikasi yang digunakan untuk menanyakan dan menganalisis data. Database ini dapat berupa PC database atau massive database.
DSS software system:
Kumpulan dari perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis data, seperti: On-Line Analytical Processing (OLAP) tools, datamining tools. Model ini dapat berupa model fisik (model rancangan ruang kerja, taman, dan model pesawat terbang), model perhitungan matematika (seperti: persamaan, alogaritma, anuitas, cicilan bunga kredit), atau model verbal (seperti: deskripsi suatu prosedur untuk penulisan suatu perintah kerja/order).
Group Decision Support System (GDSS)
Decision Support Sistem (DSS) atau SPK (Sistem Penunjang Keputusan)
Adalah interaktif sistem berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan menggunakan data untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Yaitu: Pembanding/heuristik dan model matematika.
Suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi pemecahan masalah maupun kemampuan komunikasi dalam memecahkan masalah.
Group Decision Support System (GDSS)
Sebuah interaktif, sistem berbasis komputer yang memfasilitasi penyelesaian masalah yang tidak terstruktur dengan serangkaian pembuat keputusan bekerja bersama sebagai sebuah kelompok.
Terutama kelompok manajer, dalam menganalisa situasi masalah dan dalam pengambilan keputusan kelompok melakukan tugas.
Sistem Pendukung Keputusan kelompok yang berusaha memperbaiki komunikasi di antara para anggota kelompok dengan menyediakan lingkungan yang mendukung dan mendukung para pengambil keputusan dengan perangkat lunak GDSS yang disebut groupware.
Group Dukung Systems
Telah datang ke komputer berarti perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk mendukung fungsi dan proses kelompok
Konsep DDS
Tahap-tahap pengambilan keputusan Simon digunakan untuk menentukan struktur masalah. Masalah terstruktur merupakan suatu masalah yang memiliki struktur pada tiga tahap pertama Simon yaitu intelijen, rancangan dan pilihan. Masalah tidak terstruktur merupakan masalah yang sama sekali tidak memiliki struktur pada tiga tahap Simon. Masalah Semi Terstruktur, merupakan masalah yang memiliki struktur hanya pada satu atau dua tahap Simon.
Jenis-jenis DSS menurut Alter :
Mengambil elemen-elemen informasi (jenis yang memberikan dukungan paling sedikit)
Menganalisis seluruh file
Menyiapkan laporan dari berbagai file
Memperkirakan akibat keputusan
Mengusulkan keputusan
Membuat keputusan (jenis yang paling banyak memberikan dukungan)
Tujuan DSS
1. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah 2. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya 3. Meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan manajer daripada
efisiensi DSS dan SIM.
DSS fokus terhadap masalah-masalah semi terstruktur, SIM menyediakan informasi bagi manajer.
Sistem Pendukung Keputusan Berkelompok (GDSS)
Konsep GDSS (Group Decision Support System), merupakan sistem berbasis computer yang mendukung kelompok-kelompok orang yang terlibat dalam suatu tugas bersama dan menyediakan interface bagi suatu lingkungan yang digunakan bersama. Istilah lainnya : GSS (group support system), CSCW (computer support cooperative work), CCWS (Computerized collaborative work support), EMS (electronic meeting system). Perangkat lunak yang digunakan disebut groupware.
GDSS berkontribusi memecahkan masalah. Komunikasi yang lebih baik memungkinkan keputusan yang lebih baik. GDSS berkontribusi memecahkan masalah dengan menyediakan suatu pengaturan yang mendukung komunikasi.Pengaturan Lingkungan GDSS
Ruang Keputusan, merupakan pengaturan untuk rapat kelompok kecil secara tatap muka. Ruangan tersebut medukung komunikasi melalui kombinasi perabot, peralatan dan tata letak.
Jaringan Keputusan Setempat (LAN), jika kelompok kecil tidak mungkin bertemu secara tatap muka, maka para anggota dapat berinteraksi melalui jaringan.
Pertemuan Legislatif, jika kelompok terlalu besar untuk ruang keputusan, maka pertemuan legislative diperlukan.
Konferensi Bermedia Komputer, beberapa aplikasi kantor virtual memungkinkan komunikasi antara kelompok-kelompok besar dengan anggota yang tersebar secara geografis.
Kemiripan Antara GDSS dan DSS
Keduanya menggunakan model, data dan perangkat lunak yang user- friendly
Keduanya interaktif dengan “bagaimana-jika” kemampuan
Keduanya menggunakan data internal dan eksternal
Keduanya memungkinkan pembuat keputusan untuk mengambil peran aktif
Keduanya memiliki sistem fleksibel
Keduanya memiliki output grafis
Mengapa Menggunakan GDSS?
Manajer tingkat tinggi dapat menghabiskan 80% waktu mereka membuat keputusan dalam kelompok. Terapan benar, GDSS dapat mengurangi waktu ini, sampai pada suatu keputusan yang lebih baik lebih cepat.
GDSS menyediakan perangkat keras, perangkat lunak, database dan prosedur untuk pengambilan keputusan yang efektif.
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Eksekutif/Executive Support Systems (ESS)
Dalam sistem pendukung pengambilan keputusan eksekutif istilah executive support system (ESS) sering dipertukarkan dengan executive information system (EIS). Namun, ada juga yang membedakan keduanya. Jika dibedakan, EIS sering didefinisikan sebagai sistem informasi berbasis komputer yang menyajikan kebutuhan informasi eksekutif puncak. Sistem ini memberikan akses cepat atas informasi dan laporan manajamen. Di sisi lain, ESS adalah sistem pendukung komprehensif yang mempunyai kemampuan lebih dari EIS. ESS menyangkut juga sistem komunikasi, otomatisasi kantor, dukungan analisis, dan intelejensia.
ESS dibangun terutama untuk menyajikan gambaran operasional suatu organisasi; melayani kebutuhan informasi eksekutif puncak; menyajikan tampilan yang akrab di pengguna, sesuai dengan tipe keputusan individu, menyajikan penelusuran dan pengendalian yang tepat waktu dan efektif;
menyajikan akses cepat atas informasi rinci dengan teks, angka, atau grafik;
mengindentifikasikan masalah; serta menyaring, mengkompres, dan melacak data dan informasi kritikal.
Karakteristik utama yang dimiliki ESS adalah kemampuan melihat rincian, menginformasikan faktor keberhasilan kritikal (critical success factors), akses status, analisis, pelaporan eksepsi (exception reporting), penggunaan warna, navigasi informasi, dan komunikasi.
Sistem Pakar – Expert Systems (ES)
Para ahli atau pakar biasanya memiliki pengetahuan (knowledge) dan pengalaman khusus untuk masalah tertentu. Mereka paham betul alternatif pemecahan, kemungkinan keberhasilannya, serta keuntungan dan kerugian yang mungkin timbul. Mereka biasanya digunakan oleh instansi untuk memberi nasehat atas masalah tertentu, seperti pada Departemen Pertahanan masalah pembelian peralatan militer yang teknologinya canggih, penyelesaian tuntutan pembubaran Bisnis TNI, perampingan/reorganisasi departemen, dan strategikomunikasi dengan media massa. Makin tidak terstruktur masalahnya, makin spesialis nasehat yang dibutuhkan dari mereka.
Expert systems (ES) mencoba untuk meniru pengetahuan pakar tersebut.
Sistem ini biasanya digunakan jika organisasi harus memberikan keputusan atas suatu masalah yang kompleks. Secara khusus, ES adalah paket komputer untuk memecahkan atau mengambil keputusan atas suatu masalah spesifik atau terbatas, yang kemampuan pemecahannya dapat sama atau melebihi suatu tingkat kemampuan seorang pakar.
ES bisa dibagi dalam dua bagian: lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment).
Lingkungan pengembangan digunakan oleh pengembang ES untuk membangun komponen komponen ES dan menempatkan pengetahuan (knowledge) pada basis pengetahuan (knowledge base). Lingkungan konsultansi digunakan oleh non-pakar untuk memperoleh pengetahuan dan nasehat para pakar yang disimpan di sistem.
Tiga komponen utama yang biasanya ada dalam ES adalah basis pengetahuan, mesin inferensi (inference engine), dan tampilan pengguna (user interface).
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Keputusan adalah tindakan pilihan diantara alternatif untuk mencapai suatu tujuan. Sistem pengambilan keputusan didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang interaktif, membantu pengambilan keputusan dengan menggunakan analisis data-data guna memecahkan masalah. Sistem pengambilan keputusan muncul pada tahun 1971, sistem ini dikenalkan oleh Michael S. Scott Morton, G. Athony Gorry dan Peter G.W. Keen dari Massachussets Institute of Technology (MIT).
Menurut Sudirman dan Widjajani ( 1996 ), perkembangan sistem pendukung keputusan meliputi:
1. Sistem pendukung keputusan kelompok atau Group Decision Support Systems ( GDSS ) adalah suatu sistem berbasis komputer untuk membantu secara interaktif dalam membuat keputusan terhadap masalah-masalah yang tidak terstruktur bagi kelompok pembuat keputusan yang bekerja bersama-sama.
2. Sistem pendukung keputusan eksekutif atau excexutive support systems ( ESS ) adalah sistem pendukung komprehensif yang mempunyai kemampuan lebih dari melayani kebutuhan informasi eksekutif puncak. Sistem ini memberikan akses cepat atas informasi dan laporan manajemen.
3. Sistem pendukung keputusan organisasi atau organizational decision support systems.
Terdapat empat fase pendekatan formal dari sistem ini, yaitu dua fase pertama adalah strukturlisasi dan pembentukan kerangka pengembangan sistem. Fase ketiga merupakan prototype ( model atau simulasi dari semua aspek yang akan dikembangkan ). Fase ke empat merupakan implementasi.[1]
Dalam manajemen, pengambilan keputusan memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena keputusan yang diambil oleh seorang manajer merupakan hasil pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang
bersangkutan dengan organisasi yang ia pimpin. Penting, oleh karena menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam mengambil keputusan bisa merugikan organisasi.[2]
B. Jenis-Jenis, Tahapan dan Langkah Dalam Proses Pengambilan Keputusan.
1. Jenis-jenis Keputusan
a. Keputusan berdasarkan struktur organisasai 1) Keputusan Administratif
adalah keputusan yang diambil oleh seorang administrator/manajer puncak sebagai pucuk pimpinan organisasi.
2) Keputusan Eksekutif
adalah keputusan yang diambil oleh manajer eksekutif ( pelaksana ) dalam rangka meneruskan gagasan administrator dalam fungsinya sebagai koordinator yang mengkoordinasikan para manajer operatif.
3) Keputusan Operatif
adalah keputusan yang diambil oleh manajer operatif dalam rangka pelaksanaan gagasan, arahan, dan panduan manajer eksekutif.
4) Keputusan Teknis. Keputusan ini derajatnya paling rendah yang diambil oleh para pengawas atau mandor. Sesuai dengan namanya, keputusan ini mengenai masalah- masalah teknis.
b. Keputusan berdasarkan kondisi dan situasi 1) Keputusan menurut sistem
Yaitu model sistem dimana keputusan diambil sifatnya tertutup dan terbuka.
(a) Sistem keputusan tertutup ( closed decision system )
Sistem ini menganggap bahwa keputusan terisolasikan dari input-input yang tidak diketahui dari lingkungan.
(b) Sistem keputusan terbuka ( open decision system )
Keputusan ini dipengaruhi oleh lingkungan, dan pada gilirannya proses keputusan mempengaruhi lingkungan.
2) Keputusan mnurut urgensi
(a) Keputusan Vital adalah keputusan yang sangat penting yang menentukan berhasil tidaknya suatu usaha
(b) Keputusan penting adalah keputusan yang menghindarkan kerugian, baik kerugian uang, waktu, benda maupun tenaga.
(c) Keputusan biasa adalah keputusan yang tidak begitu mendesak, yang kalau perlu dapat ditunda untuk sementara waktu.
(d) Keputusan formalitas adalah keputusan yang jika dilaksanakan, tidak menimbulkan akibat apa-apa.
3) Keputusan menurut efek
(a) Keputusan managerial adalah keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan suatu pekerjaan, yang diambil untuk mengakhiri masalah yang berkaitan dengan pengelolaan pekerjaan tersebut.
(b) Keputusan teknis adalah keputusan yang diambil untuk menaggulangi masalah teknis pekerjaan.
(c) Keputusan ekonomis adalah keputusan yang mempunyai efek ekonomis untuk mengakhiri masalah-masalah ekonomis.
(d) Keputusan yuridis adalah keputusan yang bersifat yuridis dan mempunyai efek yuridis
(e) Keputusan politis adalah keputusan yang mempunyai efek pilitis, yang dapat berpengaruh pada bidang politik.
4) Keputusan menurut daya laku
(a) Keputusan definitif adalah keputusan yang pasti dan final, yang tidak perlu ditinjau kembali
(b) Keputusan sementara adalah keputusan yang belum final, yang sewaktu-waktu dapat ditinjau kembali
(c) Keputusan darurat adalah keputusan yang diambil karena keadaan terpaksa.
5) Keputusan menurut frekuensi
(a) Keputusan insidental adalah keputusan yang diambil secara tiba-tiba disebabkan situasi menghendaki demikian
(b) Keputusan rutin adalah keputusan yang dilakukan berulang-ulang secara tetap 6) Keputusan menurut kemampuan organisasi
(a) Keputusan terperogram adalah keputusan yang dapat diprakhususkan dengan suatu perangkat peraturan atau tatacara keputusan.
(b) Keputusan tak terperogram adalah keputusan yang berlangsung hanya satu kali.[3]
2. Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : a. Tahap pemahaman ( Intellegence )
yaitu proses pemahaman terhadap masalah dengan mengidentifikasi dan mempelajari masalah terhadap lingkungan yang memerlukan keputusan dari data dan fakta yang ada, mengolah data dan mengujinya untuk dijadikan petunjuk dalam menemukan masalah yang sebenarnya sehingga diharapkan dapat mempermudah mencari solusinya.
b. Tahap perancangan ( Design )
adalah proses pengembangan, analisis, dan pencarian alternatif tindakan atau solusi yang mungkin diambil.
c. Tahap pemilihan ( Choice )
yaitu proses pemilihan salah satu alternatif solusi yang dimunculkan pada tahap perancangan untuk menentukan arah tindakan dengan memperhatikan kriteria- kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai pada tahap implementasi.
d. Tahap penerapan ( Implementation )
yaitu tahap pelaksanaan atau penerapan alternatif tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan yang telah diidentifikasikan.[4]
3. Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan dalam rangka memecahkan masalah yang rumit dan sulit.
a. Identifikasi masalah
Dalam proses pengambilan keputusan, pertama-tama masalahnya harus benar-benar jelas, harus jelas pula perumusannya.
b. Pengumpulan data
Untuk memecahkan masalah, data sangat diperlukan, karena inilah pentingnya sistem informasi dalam suatu manajemen.
c. Analisis data
Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan sistematis, sesuai dengan pertanyaan yang dirumuskan pada tahap identifikasi masalah tadi.
d. Penentuan alternatif
Data yang sudah dianalisa tadi menimbulkan beberapa alternatif jawaban yang harus diambil salah satu yang menurut pertimbangan paling baik.
e. Pelaksanaan alternatif
Jika alternatif telah diputuskan, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan alternatif tersebut yang menghendaki direalisasikannya dalam bentuk kegiatan- kegiatan.
f. Penilaian
Penilaian atau evaluasi adalah tahap akhir proses pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan cocok dengan perencanaan.[5]
C. Sarana pengambilan keputusan
Dalam teori kepemimpinan pemimpin harus melaksanakan gaya kepemimpinan demokratis. Jenis kepemimpinan ini oleh siapapun juga dianggap lebih baik dari pada gaya kepemimpinan otokratis atau kepemimpinan bebas.
Dengan gaya kepemimpinan demokratis tersebut, keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama, karena mereka melaksanakan keputusan nanti turut memutuskan, ikut menyumbang pikiran. Dengan demikian mereka bertanggung jawab secara bersama-sama.
Sehubungan dengan itu, maka dalam rangka membawa serta orang lain dalam mengambil keputusan, seorang manajer dapat mengadakan:
1. Rapat (meeting)
Dalam organisasi kekaryaan, rapat dapat bertarap rapat pimpinan/direksi atau rapat pegawai. Rapat mana yang akan diselenggarakan tergantung pada besar kecilnya masalah yang akan dipecahkan. Sudah tentu masalah yang dibawa ke rapat pimpinan adalah masalah yang sifatnya managerial yang menyangkut kebijakan pimpinan.
Rapat apapun juga dalam suatu organisasi kekaryaan harus ada yang memimpin dengan otoritas si pemimpin yang bervariasi sesuai dengan formal atau tidak formalnya rapat. Sejauh mana otoritasnya itu tergantung pada tujuan yang akan dicapai. Yang penting ialah bahwa kalau ia menginginkan gagasan, ia harus menciptakan suasana permisif. Yaitru suasana yang memberikan keleluasaan kepada pegawai eselon rendahan untuk bicara secara bebas.
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari rapat itu, yakni:
a. Masalah yang akan dpecahkan akan menjadi lebih jelas, karena dikupas dalam forum terbuka.
b. Pertukaran pengetahuan dan penga;laman diantara para peserta rapat akan dapat menghasilkan pemecahan cara pemecahan masalah yang lebih mantap.
c. Akan timbul banyak alternative, sehingga dapat dipilih salah satu yang paling kecil resikonya.
d. Akan dapat ditanamkan rasa keterikatan diantara para pegawai, sehinga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang lebih besar.
e. Akan dikembangkan jiwa demokrasi.[6]
2. Curah saran (brainstorming)
Curah saran adalah suatu cara untuk mendapatkan banyak gagasan dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat. Curah saran merupakan tata cara untuk menggalakkan kreativitas dalam suatu kelompok dengan menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor yang merintangi pengekspresian gagasan yang baru dan kreatif.[7]
Contohnya saja pengambilan keputusan berbasiskan SIM adalah dalam kenaikan pangkat, dan juga sistem penghitungan suara dalam pemilihan umum (pemilu). Yang mana kepastian mengenai jumlah suara yang diperoleh masing- masing kontestan di dalam pemilu sangat penting di dalam melihat aspirasi masyarakat, setidak-tidaknya aspirasi yang terlihat dari partai yang mendapat suara terbanyak untuk meneruskan program-program pembangunan. Seiring dengan upaya untuk terus mengembangkan sistem pemilu yang demokratis, penghitungan suara yang efisien dan akurat akan sangat menentukan bagi penentuan keputusan nasional mengenai jatah kursi bagi wakil-wakil rakyat yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat. Karena itu keputusan yang didukung oleh sistem ini merupakan keputusan politis yang sangat amat strategis. Pembahasan mengenai komputerisasi penghitungan suara dalam Pemilu tidak akan dilakukan sampai sangat rinci karena memang terbatasnya referensi yang terdokumentasi. Dalam hal ini referensi pokok yang diambil adalah tulisan dari seorang staff pengolahan data profesional yang pernah terlibat langsung di Posko (Pos Komando) penghitungan suara Pemilu (C.S.
anomdipoetro, 1987).
Tugas penghitungan suara hasil Pemilu dilaksanakan terutama oleh Lembaga Pemilihan Umum (LPU) di bawah pengawasan Departemen Dalam Negeri. LPU menugasi posko yang berisi staff terdiri beberapa komponen utama, yaitu :
1. Bakorsiskom (Badan Koordinasi Sistem Telekomunikasi), dibentuk terutama untuk menangani sistem telekomunikasi yang menunjang penghitungan suara sejak dari Panitia Pemilihan Daerah (PPD) pada setiap jenjang hingga LPU pusat.
2. Situng (Sistem Informasi Penghitungan Suara), bertanggungjawab dalam pemakaian komputer untuk tugas penghitungan suara yang menyangkut penyimpanan dan pengolahan data.
3. Sekretariat (LPU), adalah pemilik data resmi dan pemakai hasil olahan yang komputer. Bertugas untuk memantau penghitungan suara secaraonline sejak pemungutan suara dilakukan hingga diperolehnya data final.
Kelambatan penghitungan suara biasanya terjadi pada tahap ini berhubung dengan begitu luas dan beragamnya wilayah pemungutan suara di Indonesia. Untuk daerah kepulauan seperti Maluku, misalnya, penyerahan dari TPS ke PPS di sebagian Kecamatan ada yang sampai memakan waktu 5 hari atau terkadang lebih, tergantung pada keadaan angin laut. Maka salah satu kesimpulan yang dapat ditarik dari pengumpulan data ini ialah bahwa efisiensi pengolahan data bukan hanya tergantung kepada prosesor atau perangkat kerasnya, tetapi juga setiap mata rantai pengolahan data. Dalam hal ini terlihat bahwa tahapraw-data processing (pengolahan data mentah) sangat menentukan kecepatan dan efisiensi pengolahan data secara keseluruhan.
Dari PPS, data suara dikirim ke PPD Tingkat II dan selanjutnya ke PPD I.
Pengolahan data pada tahapan ini dimungkinkan lebih cepat karena kebanyakan instansi sudah memiliki fasilitas telekomunikasi seperti telepon, teleks dan facsimile.
Komputerisasi penghitungan suara Pemilu sesungguhnya barulah terjadi di LPU pusat. Data diterima oleh Senkom (Sentral Komunikasi, satuan di bawah Bakorsiskom) dan selanjutnya dikirim ke sekretariat posko. Dari sini data dikirim ke input control (satuan di bawah situng), kemudian ke data-entry unit yang selanjutnya merekam ke komputer. Langkah berikutnya adalah pengolahan yang dilakukan oleh satuan Maintenance, sedangkan Output Control akan menyampaikan hard-copy kepada Sekretariat Posko untuk kemudian didistribusikan ke pejabat atau pimpinan maupun media massa melalui Humas LPU.
Ditinjau dari segi sistem informasi, Sistem Informasi Pemilihan Umum (SIPU) menghasilkan empat elemen sistem informasi, yaitu : SILIH (Sistem Informasi Pemilih), SILON (Sistem Informasi Calon), SISURA (Sistem Informasi Surat Suara).
Sebagai suatu sistem yang melibatkan instansi-instansi pusat dan daerah, khususnya dari jajaran Departemen Dalam Negeri, banyak aspek yang harus diperhatikan dalam sistem Penghitungan Pemilu. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah manajemen data, komunikasi data, dan penyiapan pelatihan bagi staff yang bekerja di dalam proses penghitungan suara.
Keputusan-keputusan terprogram sesungguhnya cukup mudah dilakukan untuk melakukan penghitungan suara dengan ditunjang perkakas komputer. Oleh sebab itu kerjasama yang baik dalam manajemen pengolahan data antara programmer dengan pembuat keputusan untuk sistem penghitungan suara benar- benar menentukan.[8]
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Yananto Mihadi. (2018). "Pengguna dan Pengembang Sistem Informasi". Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen. FEB - Universitas Mercu Buana: Jakarta.
https://nasrultugas.wordpress.com/2016/12/06/sistem-pendukung- pengambilan-keputusan-di-dalam-sim-sistem-informasi-manajemen/
http://syukronhamdani.blogspot.com/2017/10/makalah-sistem- pengambilan-keputusan_21.html