• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi status tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi status tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI JOB PERTAMINA TALISMAN JAMBI MERANG TAHUN

2017

Lela Juariah, Novie E Mauliku, Wawan Saepudin

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRAK

Tekanan darah merupakan faktor penting dalam sistem sirkulasi darah manusia. Peningkatan tekanan darah secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya risiko komplikasi penyakit stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal. Beberapa karyawan yang bekerja di lapangan JOB Pertamina Talisman Jambi Merang banyak yang mengalami peningkatan tekanan darah, sehingga menjadi faktor risiko terhadap terjadinya hipertensi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi status tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Populasi penelitiannya adalah seluruh pekerja dan kontraktor di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang, dengan tehnik propotional random sampling diperoleh sampel sebanyak 84 pekerja. Instrumen yang digunakan dalam bentuk kuesioner, kemudian data yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran karyawan yang mengalami tekanan darah tidak normal sebanyak 56%. Terdapat hubungan antara tekanan panas (p=0,0001) dengan PR 8,381 (95% CI: 2,971-23.642), masa kerja (p=0,006) dengan PR 6,422 (95% CI: 1,712-24,087), umur (p=0,0001) dengan PR 7,062 (95% CI:2,685-18,570) dan kebiasaan merokok (p=0,039) dengan PR 2,800 (95% CI:1,145-6.845).Pihak perusahaan diharapkan melakukan perbaikan lingkungan kerja pada (bahaya fisik) dengan cara promotif dan preventif salah satunya safety talk, health talk, health bulletin, poster dan leaflet tentang faktor risiko tekanan darah untuk menambah wawasan pengetahuan bagi pekerja.

Kata kunci : cross-sectional, faktor risiko, tekanan darah

ABSTRACT

Blood pressure is an important factor in the human blood circulation system. Increased blood pressure continuously will cause a risk of complications of stroke, heart attack, and kidney failure. Some workers who work on the JOB Pertamina Talisman field in Jambi, Merang, was experience an increase in blood pressure so that it becomes a risk factor for hypertension. The aims of the study is to determine the factors that influence blood pressure in workers at JOB Pertamina Talisman Jambi Merang in 2017. The study design used was cross- sectional. The study population was all workers and contractors in JOB Pertamina Talisman Jambi Merang, which a technique of proportional random sampling obtained a sample of 84 worker. The instrument used a questionnaire, so that the data were analyzed by univariate and bivariate. The results showed that the percentage of workers who experienced abnormal blood pressure was 56%. There was a relationship between heat pressure (p

= 0.0001) with PR 8,381 (95% CI: 2,971-23,642), lenght of job (p = 0,006) with PR 6,422 (95% CI: 1,712- 24,087), age (p = 0,0001) with PR 7,062 (95% CI: 2,685-18,570) and smoking habit (p = 0,039) with PR 2,800 (95% CI: 1,145-6,845). The company is expected to improve the work environment on (physical hazards) by means of promotive and preventive one of which is safety talk, health talk, health bulletins, posters and leaflets about risk factors for blood pressure to increase knowledge for workers.

Key Words : Cross Sectional, Risk factor, blood pressure

PENDAHULUAN

Tekanan darah merupakan faktor penting pada sistem sirkulasi darah manusia.

Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh manusia. Peningkatan tekanan darah (hipertensi) secara terus menerus akan

menyebabkan terjadinya risiko terhadap komplikasi penyakit stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal.

Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi mengidap hipertensi, angka ini

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Halaman 305

Jl.Terusan Jenderal Sudirman – Cimahi 40533 Tlp: 0226631622 - 6631624

(2)

Merang Tahun 2017

kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2%

di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia (Ana, 2007).

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dua golongan yaitu hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang diketahui penyebabnya seperti gangguan ginjal, gangguan hormon, dan sebagainya. Jumlah penderita hipertensi esensial sebesar 90-95%, sedangkan jumlah penderita hipertensi sekunder sebesar 5-10%

(Budiyanto,2002).

Proporsi penderita penyakit kardiovaskuler yang dirawat di rumah sakit di Indonesia terus meningkat dari 2,1% di tahun 1990 menjadi 6,8% di tahun 2001. Penelitian yang dilakukan Misbach (2001) dalam melihat faktor risiko penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi, menunjukan tekanan darah 120-139 mmHg meningkatkan risiko hingga 16,3%, 140- 159 mmHg sebanyak 22,7%, dan ≥ 160 mmHg bisa menaikkan risiko hingga 8 kali lipat yakni 49,2%. Adanya peningkatan kejadian hipertensi, secara teori tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, sehingga diperlukan upaya analisis lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Banyak faktor yang dapat memperbesar risiko seseorang menderita hipertensi terutama di tempat kerja, diantaranya disebabkan oleh faktor lingkungan dan individu. Faktor lingkungan seperti kebisingan, getaran, tekanan panas (heat stress), lama kerja, posisi kerja dan beban kerja. Sedangkan faktor individu seperti aktifitas fisik, stres, umur, jenis kelamin, riwayat keturunan, status gizi (obesitas), merokok dan minum alkohol Beavers, (2008) dan Safyan (2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti, dkk (2005), diperoleh hasil ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah pekerja. Pekerja yang masa kerjanya lebih dari 8 tahun mempunyai risiko

kenaikan tekanan darah sebesar 2,150 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya kurang atau sama dengan 8 tahun.

Penelitian Prayitno (2012) tentang hubungan antara usia dengan tekanan darah dimana ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia dan biasanya pada usia ≥ 40 tahun (Bustan, 1997 dalam Dian, 2005). Hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratife, yang lebih sering pada usia tua. Seperti yang dikemukakan oleh Muniroh, Wirjatmadi & Kuntoro (2007), pada saat terjadi penambahan usia sampai mencapai tua, terjadi pula risiko peningkatan penyakit yang meliputi kelainan syaraf, kelainan jantung dan pembuluh darah serta berkurangnya fungsi panca indera dan kelainan metabolisme pada tubuh.

Nikotin dan karbondioksida yang terkandung dalam rokok akan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (Depkes,2007). Mekanisme ini menjelaskan responden yang merokok setiap hari memiliki risiko untuk menderita hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian Febby dan Nanang (2012), didapat ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah (p = 0,000) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siburain (2004).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyimpulkankan bahwa tekanan panas di tempat kerja dapat memberikan dampak yang buruk pada kesehatan. Pada penelitian Dian (2011) menunjukan hubungan yang signifikan antara tekanan panas degan tekanan darah pada tenaga kerja di PT. Ind Acidatma. Tbk. Kemiri, Kebakramat, Karanganyar, yaitu setelah terpajan tekanan panas 12 orang memiliki tekanan darah tinggi dan 8 orang lainnya memiliki tekanan darah normal. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tekanan panas, maka

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 306

(3)

semakin tinggi pula tekanan darah karyawan tersebut.

Iklim kerja panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah dan tekanan darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan panas,maka jantung akan memompa lebih kuat dan darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadi dan tekanan darah akan meningkat (Santoso, 2004).

Menurut ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah yang berkaitan dengan iklim di tempat kerja, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Per.13/Men/X/ 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja untuk iklim kerja dan nilai ambang batas untuk temperatur tempat kerja, ditetapkan: nilai ambang batas (NAB) untuk iklim kerja adalah situasi kerja yang masih dapat dihadapi oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari yang tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak melebihi dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu. NAB terendah untuk iklim kerja ISBB (Indeks Suhu Bola dan Basah) ruang kerja adalah 28°C dan NAB tertinggi adalah 32,2°C, tergantung pada beban kerja dan pengaturan waktu kerja (Depnakertrans, 2011).

Lingkungan kerja dengan suhu yang tinggi dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja seperti dehidrasi,heat cramps, heat strain, heat exhaustion, dan heat stroke. Heat cramps dialami dalam lingkungan yang suhunya tinggi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium (Na) dari tubuh sebagai akibat dari minum banyak air tapi tidak diberi garam untuk mengganti

garam natrium yang hilang. Heat cramps mengakibatkan kejang otot pada tubuh dan perut yang sakit. Disamping kejang tersebut terdapat pula gejala yang biasa terjadi pada heat stress yaitu pingsan, kelemahan dan muntah. Heat exhaustion biasanya ditandai dengan penderita berkeringat banyak, suhu tubuh normal atau subnormal tekanan darah menurun dan denyut nadi bergerak lebih cepat.

Selain itu tekanan panas dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga keseimbangan peredaran darah akan terganggu (Beavers, 2008).

Hasil studi pendahuluan terhadap kondisi lingkungan kerja pada tanggal 19 November 2016, dengan mengambil sampel pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja yang terpajan tekanan panas yang melebihi Nilai Ambang Batas sebanyak 10 orang sampel. Dari 10 sampel tersebut, 7 sampel diantaranya mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja. Berkaitan dengan studi pendahuluan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi status tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017.

Adapun Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi status tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017. Tujuan khususnya dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Mengetahui gambaran tekanan darah, tekanan panas, masa kerja, umur dan merokok pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang.

Mengetahui hubungan antara tekanan panas tehadap tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang.

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 307

(4)

Merang Tahun 2017

Mengetahui hubungan masa kerja dengan tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang.

Mengetahui hubungan antara umur dengan tekanan darah pada pekerja di JOB

Pertamina Talisman Jambi Merang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survey observational dengan rancangan penelitian analitik - cross sectional study (studi potong melintang). Sesuai dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dengan faktor – faktor yang dapat mempengaruhinya, dengan melakukan pengambilan data pada variabel dependen (tekanan darah) dengan variabel independen (tekanan panas, umur, kebiasaan merokok dan masa kerja) pada satu waktu.

1. Alat dan Bahan

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

a. Kuesioner

Lembar kuesioner berisi pertanyaan tentang variabel penelitian, yaitu tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja, umur, masa kerja, kebiasaan merokok dan tekanan panas. Kuesioner terdiri dari 6 pertanyaan.

b. Sphygmomanometer Reister

Merupakan alat untuk pengukuran tekanan darah pekerja secara manual dan telah dilakukan kalibrasi alat.

Gambar 1. Sphygmomanometer Reister c. Alat ukur Quest Temp

Merupakan alat untuk mengukur suhu basah, suhu kering, suhu radiasi dan suhu panas. Berikut gambar alat WBGT / ISBB Quest Temp yang digunakan pada penelitian ini :

e. Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang.

Gambar 2. Quest Temp (WBGT)

2. Langkah pengukurannya : Tahap persiapan

Pada tahap ini, disiapkan alat-alat yang diperlukan dalam proses pengukuran, antara lain : kain katun, akuades dan alat ukurnya. b. Tahap Pengukuran

Letakkan alat pada titik pengukuran tripot kamera di area kerja dan sesuaikan ketinggian sensor dengan kondisi pekerja.

Buka tutup termometer suhu basah alami dan tutup ujung thermometer dengan kain katun yang sudah disediakan. Basahi kain katun dengan aquadest secukupnya sampai pada wadah tersedia cukup aquadest untuk menjamin agar termometer tetap basah selama pengukuran.

Nyalakan alat dan biarkan alat selama beberapa menit untuk proses adaptasi dengan kondisi titik pengukuran.

Setelah melewati masa adaptasi, aktifkan tombol untuk logging atau proses penyimpanan data dan data temperatur lingkungan akan disimpan di dalam memori alat berdasarkan kelipatan waktu yang digunakan (logging rate). Waktu pengukuran mulai dihitung sejak proses logging berjalan.

Biarkan alat dititik pengukuran sesuai dengan waktu pengukuran yang diinginkan.

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 308

(5)

Bila telah selesai, non aktifkan fungsi logging dan kemudian alat bisa pindah ke titik pengukuran yang lain atau data yang ada sudah bisa dipindahkan ke komputer atau di cetak/print.

Bila pengukuran dilanjutkan ke titik pengukuran yang lain tanpa harus melakukan pemindahan data, maka langkah pengukuran diulang dari langkah ketiga.

3. Jalannya Penelitian

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diambil langsung dari responden menggunakan metode angket berupa kuesioner yang sudah baku yaitu dengan cara diisi langsung oleh responden dan pengukuran lingkungan kerja (kadar debu total, suhu, kelembaban atau ISBB).

Pengumpulan data dengan menyebarkan dan mengisi lembar kuesioner pada pekerja JOB Pertamina Talisman Jambi Merang.

Pengukuran tekanan darah karyawan dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.

Pengukuran lingkungan kerja (kadar debu, suhu dan kelembaban) dilakukan oleh peneliti dan operator syslab di area central gas plant untuk menentukan titik sampel.

Penentuan titik pengukuran kadar suhu dan kelembaban dilakukan dengan pertimbangan bahwa titik tersebut merupakan tempat yang terdekat dengan hazard. Pengukuran suhu dan kelembaban pada titik 1 ke titik lain diukur selama 15 menit, kemudian mencatat hasilnya.

4. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara bertahap, dimulai dengan analisa univariat dilanjutkan analisa bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari variabel independen (masa kerja, umur status merokok dan tekanan panas) dan variabel dependen (tekanan darah). Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan status tekanan darah, analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square. Rumus menghitung Chi-Square (Riyanto, 2011).

2=∑( − )2

Keterangan :

f_o = frekuensi observasi (frekuensi empiris) f_e = frekuensi harapan (frekuensi teoritis)

= jumlah semua pertanyaan x 2 =nilai Chi-Square

Hasil perhitungan statistik antara dua variabel bebas dan terikat dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dan Confidence Interval (CI) 95%, dengan ketentuan sebagai berikut :

p-value > 0,05 berarti H0 ditolak (p>α). Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna

p-value ≤ 0,05 berarti Ha diterima (p≤α). Uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna.

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 309

(6)

Merang Tahun 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Tekanan Darah, Masa Kerja, Umur, Kebiasaan Merokok dan Tekanan Panas Pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah, Masa Kerja, Umur, Kebiasaan Merokok dan Tekanan Panas pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang Tahun 2017 Variabel Kategori Frekuensi Persentase

(n) (%)

Umur > 40 tahun 44 52,4

≤ 40 tahun 40 47,6

Masa kerja > 8 tahun 20 23,8

≤ 8 tahun 64 76,2

Kebiasaan merokok Ya 48 57,1

Tidak 36 42,9

Tidak memenuhi

55 65,5

Tekanan panas syarat

Memenuhi syarat 29 34,5

Tidak Normal 47 56

Tekanan darah Normal 37 44

Total 84 100

Sumber : data primer

Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa dari 84 pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang pekerja dengan usia >

40 tahun (52,4%), memiliki masa kerja ≤ 8 tahun (76,2%), memiliki kebiasaan merokok (57,1%), tekanan panas yang tidak memenuhi syarat (65,5%) dan memiliki tekanan darah tidak normal (56%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56%

pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang memiliki tekanan darah tidak normal.

Hal ini disebabkan karena banyaknya mesin dan kondisi lingkungan kerja yang

mengeluarkan panas sehingga akan mempengaruhi sistem kardiovaskuler termasuk tekanan darah meningkat, selain itu tekanan darah yang meningkat disebabkan oleh aktivitas fisik dari mulai sedang hingga berat dilihat dari pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik seperti mendorong pipa-pipa sambungan jalur migas dari sumur minyak ke area central gas plant, memutar valve pipa dan valve kompresor untuk mengatur aliran kondensat dan gas, mengangkat pipa besi, pipa

baja, mesin dan mengemudi forclip, crane, dan juga mobil angkutan barang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76,2% pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang memiliki masa kerja ≤ 8 tahun.

Hal ini karena tenaga kerja yang masuk kerja di bagian operation dan maintenance harus memiliki skill yang baik, sehingga karyawan yang masuk dibagian tersebut banyak yang masa kerjanya kurang dari 8 tahun, selain itu operational perusahaan di bidang migas masih baru sehingga tenaga kerja yang bekerja di JOB PTJM banyak yang kurang dari 8 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,4%

pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang memiliki usia > 40 tahun. Hal ini karena kebanyakan responden merupakan praktisi yang memerlukan keahlian (skill) yang sangat baik untuk menunjang pekerjaan yang memerlukan ketelitian sehingga, perekrutan karyawan baru yang diambil adalah karyawan yang telah berpengalaman bekerja di sektor Migas dari perusahaan sebelumnya. Sehingga kecendrungan tenaga kerja yang ada di bagian

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 310

(7)

operation dan maintenance rata- rata memiliki usia yang cenderung lebih dari 40 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 57,1% pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang memiliki kebiasaan merokok.

Hal ini disebabkan semua pekerja berjenis kelamin laki-laki sahingga menjadikan rokok sebagai hal yang dianggap biasa. Hal tersebut didukung oleh adanya ruang khusus smoking area yang membuat para pekerja sulit berhenti merokok. Merokok merupakan faktor yang menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sementara yang disebabkan oleh nikotin dalam peredaran darah. Pada prinsipnya kebiasaan merokok akan memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah (Marvyn, 2001).

.

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 60,7% pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang bekerja di area dengan tekanan panas rata-rata tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan sebagian besar pekerja bekerja di luar ruangan (outdor) dimana paparan panas yang berasal dari matahari, mesin boiler, mesin turbin, mesin kompresor, genset pengering condensat dan pipa minyak dan gas yang bertekanan tinggi sehingga menghasilkan panas, sementara itu di dalam ruangan (indor) tekanan panas berasal dari area workshop seperti gerinda, lasting, cuting, dan putaran dan gesekan dari mesin- mesin bergerak yang mengeluarkan panas dari prosesnya

Hubungan antara Tekanan Panas tehadap Tekanan Darah pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017

Tabel 2. Hubungan Antara Tekanan Panas Tehadap Tekanan Darah Pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017

Tekanan darah

Tekanan panas Tidak

Normal Total PR P

Normal (95% CI) Value

N % N % N %

Tidak memenuhi syarat 40 72,7 15 27,3 55 100

8,381

0,0001 Memenuhi syarat 7 24,1 29 75,9 29 100 2.971 -

Total 47 56 84 44 84 100 23.642

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel II. didapatkan bahwa dari 55 pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang 40 pekerja diantaranya bekerja dengan tekanan panas tidak memenuhi syarat dan memiliki tekanan darah tidak normal sebanyak 72,7%. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,0001 < α (0,05), sehingga Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara tekanan panas tehadap status tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang. Hasil analisis diperoleh nilai PR 8,381 (95% CI:

2,971-23.642) artinya pekerja yang bekerja dengan tekanan panas tidak memenuhi syarat memiliki risiko 8,3 kali lebih tinggi untuk mengalami peningkatan tekanan darah

dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dengan tekanan panas yang memenuhi syarat.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aperos dkk (2015) dimana terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan tekanan darah pada pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong.

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Puspitasari (2011) yang menggunakan uji statistik korelasi diperoleh data hasil p-value 0,000 ≤ 0,001 yang menyatakan hasil uji signifikan hubungan tekanan panas dengan denyut nadi dan tekanan darah pada pekerja bagian Weaving PT

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 311

(8)

Merang Tahun 2017

Tyfountex Indonesia, Sukoharjo yaitu semakin tinggi tekanan panas maka semakin tinggi pula denyut nadi dan tekanan darah pekerja.

Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas menurut Suma’mur (2009) yaitu suhu efektif, yaitu indeks sensoris tingkat panas (rasa panas) yang dialami oleh seseorang tanpa baju dan bekerja ringan dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara.

Indeks Suhu Bola dan Basah atau (Wet Bulb- Globe Temperature Index), prediksi kecepatan keluar keringat selama 4 jam (predicted 4 hour sweat rate disingkat P4SR), yaitu banyaknya prediksi keringat keluar selama 4 jam sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara serta panas radiasi. Indeks Belding-Hacth, yaitu kemampuan berkeringat orang standar yaitu orang muda dengan tinggi 170 cm dan berat badan 154 pon, dalam keadaan sehat memiliki kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap iklim kerja panas.

Terjadinya tekanan panas melalui kombinasi dari beberapa faktor (lingkungan, pekerjaan dan pakaian) dan cenderung untuk meningkatkan suhu inti tubuh, detak jantung/denyut nadi, dan keringat (Bernard, 2002). Sedangkan menurut OSHA, tekanan panas adalah ketika terdapat suatu pekerjaan yang berhubungan dengan temperatur udara yang tinggi, radiasi dari sumber panas, kelembaban udara yang tinggi, pajanan langsung dengan benda yang mengeluarkan panas, atau aktifitas fisik secara terus menerus yang mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan tekanan panas.

Sesuai dengan teori Grandjean (1993) yang menyatakan jika suhu lingkungan meningkat, maka efek fisiologis yang terjadi adalah peningkatan kelelahan, peningkatan denyut nadi, peningkatan tekanan darah, mengurangi akitifitas organ pencernaan, peningkatan aliran darah melalui kulit, dan peningkatan produksi keringat menjadi berlebih.

Hubungan antara Masa Kerja tehadap Tekanan Darah pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017

Tabel 3. Hubungan Antara Masa Kerja Tehadap Tekanan Darah Pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017 Tekanan darah

Total PR P

Masa kerja Tidak Normal Normal

(95% CI) Value

N % N % N %

> 8 tahun 17 85,0 3 15,0 20 100 6.422

(1.712 –

≤ 8 tahun 30 46,9 34 53,1 64 100 0,006

Total 47 56 84 44 84 100 24.087)

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 3. didapatkan bahwa dari 20 pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang, 17 orang diantaranya memiliki masa kerja > 8 tahun dan memiliki tekanan darah tidak normal sebanyak 85%. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,006 < α (0,05), maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara masa kerja terhadap tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang. Hasil analisis diperoleh nilai PR 6,422 (95% CI:

1,712-24,087) artinya pekerja dengan

masa kerja > 8 tahun memiliki risiko 6,4 kali lebih tinggi untuk mengalami peningkatan tekanan darah dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya kurang dari 8 tahun.

Menurut Joyce dkk (2008) tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari berbeda, paling tinggi di waktu pagi atau siang hari tergantung dari aktifitas

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 312

(9)

fisik yang dilakukan dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti, Setiani dan Nurjazui (2005) hasil uji statistik hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah diperoleh p value

0,013 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kenaikan

tekanan darah pada pekerja. Dengan demikian, masa kerja merupakan faktor risiko terjadinya kenaikan tekanan darah pada pekerja. Pekerja yang masa kerjanya melebihi 8 tahun mempunyai risiko kenaikan tekanan darah sebesar 2,150 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang masa bekerja kurang atau sama dengan 8 tahun

d. Hubungan antara Umur tehadap Tekanan Darah pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017

Tabel 4. Hubungan Antara Umur Tehadap Tekanan Darah Pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017

Tekanan darah

Total PR P

Umur Tidak Normal Normal

(95% CI) Value

N % N % N %

> 40 tahun 34 77,3 10 22,7 44 100 7.062

≤ 40 tahun 13 32,5 27 67,5 40 100 (2.685- 0,0001

Total 47 56 84 44 84 100 18.570)

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 4. didapatkan bahwa dari 44 pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang, 34 pekerja diantaranya berumur

40 tahun dan memiliki tekanan darah tidak normal sebanyak 77,3%. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,0001 < α (0,05), maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara umur tehadap status tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang. Hasil analisis diperoleh nilai PR 7,062 (95% CI: 2,685-18,570) artinya pekerja dengan umur > 40 tahun memiliki risiko 7 kali lebih tinggi untuk mengalami peningkatan tekanan darah dibandingkan dengan pekerja yang umurnya kurang dari 40 tahun.

Umur berkaitan dengan aspek secara fisiologis semakin tua umur seseorang maka fungsi kerja sistem kardiovaskulernya akan semakin menurun, salah satu diantaranya berkaitan dengan tekanan darah yang tidak normal akibat terjadi perubahan elastisitas pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah naik atau meningkat. Umur yang

melebihi 40 tahun secara fisiologis termasuk dalam dewasa akhir dan transisi menjadi lansia sehingga fungsi kerja sistem kardiovaskuler akan mengalami penurunan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lisrianti (2014) diperoleh bahwa ada hubungan antara umur dengan tekanan darah pada pekerja dengan p value = 0,023 < α (0,05), sehingga Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara umur dengan tekanan darah pekerja.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aris (2007), Ekowati (2009), Julianty (2010) dan Marianti (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kenaikan tekanan darah dan umur memiliki faktor risiko terhadap kenaikan tekanan darah. Bahkan dalam penelitian Aris (2007), dinyatakan bahwa umur 45 – 55 tahun mempunyai risiko terjadinya tekanan darah meningkat atau hipertensi sebesar 2,22 kali dibandingkan dengan umur 25 – 35 tahun, dan meningkatnya risiko sejalan dengan bertambahnya umur responden.

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 313

(10)

Merang Tahun 2017

Hubungan antara Kebiasaan Merokok tehadap Status Tekanan Darah pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017

Tabel 5. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Tehadap Status Tekanan Darah Pada Pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tahun 2017

Kebiasaan Tekanan darah

Total PR P

Tidak Normal Normal

merokok (95% CI) Value

N % N % n %

Ya 32 66,7 16 33,3 48 100 2.800

(1.145-

Tidak 15 41,7 21 58,3 36 100 0,039

6.845)

Total 47 56 84 44 84 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel V. didapatkan bahwa dari 48 responden di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang, 32 pekerja diantaranya memiliki kebiasaan merokok dan memiliki tekanan darah tidak normal sebanyak 66,7%. Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,039 <

(0,05), maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara kebiasaan merokok tehadap status tekanan darah pada pekerja di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang. Hasil analisis diperoleh nilai PR 2,800 (95% CI:

1,145-6.845) artinya pekerjayang memiliki kebiasaan merokok memiliki risiko 2,8 kali lebih tinggi untuk mengalami peningkatan tekanan darah dibandingkan dengan pekerja yang tidak merokok.

Merokok merupakan perilaku tidak sehat yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-

KESIMPULAN

Gambaran umum karyawan di JOB Pertamina Talisman Jambi Merang yaitu karyawan yang berumur > 40 tahun (52,4%), masa kerja ≤ 8 tahun (76,2%), kebiasaan merokok (57,1%), tekanan panas tidak memenuhi syarat (65,5%) dan tekanan

darahnya tidak normal (56%). Terdapat

DAFTAR PUSTAKA

Beevers, D.G. (2008). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah.

Jakarta: Dian Rakyat

Depkes RI. (2007). Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Jakarta:

hari. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung karena merokok merangsang saraf simpatis untuk melepaskan norepineprin melalui saraf dan meningkatkan produksi catecolamine yang dikeluarkan melalui madula adrenal. Merokok dapat merangsang kemoreseptor di arteri karotis dan aorta bodies dalam meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan secara langsung melalui otot jantung yang mempunyai efek inotropic (+) dan efek conotropik. (Triwibowo, 2013).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayitno (2013), bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah dengan p value = 0,001.

hubungan antara tekanan panas (p=0,0001) dengan PR 8,381 (95% CI: 2,971-23.642), masa kerja (p=0,006) dengan PR 6,422 (95%

CI: 1,712-24,087), umur (p=0,0001) dengan PR 7,062 (95% CI:2,685-18,570) dan kebiasaan merokok (p=0,039) dengan PR 2,800 (95% CI:1,145-6.845).

Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat

Febby H.D.A & Prayitno. (2012). Faktor factor yang berhubungan dengan tekanan

darah di Puskesmas Telaga

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 314

(11)

Murni,Cikarang Barat tahun 2012. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.5No.1. Januari 2013.

James Joyce, Colin Baker & Helen Swain.

2008. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga

Grandjen, Etienne. (2004). Fitting the Task to the Man. New York: Taylor dan Franci Hastuti E dkk. (2005). Faktor faktor risiko

kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan di bandara Ahmad Yani Semarang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.Vol.4 No.2 Oktober 2005.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

(2011). Dalam Surat keputusan Nomor : PER.13 / MEN / X / 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan kimia di Tempat Kerja. Jakarta : Menteri Tenga Kerja Republik

Marvyn, leonard (2001). Hipertensi (high blood pressure): pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet. Jakarta: Arcan OSHA, (2015). Heatillness. Tersedia

https://www.osha.gov/SLTC/heatillness/.

Diunduh pada tanggal 16 Februari 2017.

Sumaryani. (2015). Bagaimana mencegah gangguan fungsi ginjal akibat pajanan panas di lingkungan kerja. Jurnal Kesehatan, Vol 4.No.2

Sudirman & Sumak’mur. (2014). Kesehatan Kerja dalam Prespektif Hyperkes &

Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga Suma’mur PK. (2009). Higene Perusahaan

dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Cetakan 2009. Jakarta: Sagung Seto.

Santoso. (2004). Manajemen Keselamatan &

Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka Triwibowo, Widyanto. (2013). Trend Disease Trand Penyakit Saat Ini. Jakarta: Trans Info Media

PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 315

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Indikator Pemahaman Konsep Matematika Nomor Soal Indikator 1 Siswa mampu menerapkan konsep dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal 2 Siswa mampu menerjemahkan