NAMA : ZAENAL ARIFIANTO NIM: 052123503
1. Hakikat Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan dengan sumber daya terbatas dalam kerangka syariah.
Hakikat ekonomi Islam merupakan metamorfosa nilai-nilai Islam yang tidak hanya mengatur hubungan vertikal antara manusia dan Allah, tetapi juga hubungan horizontal antar sesama manusia, sehingga mencakup aspek ibadah dan muamalah secara
menyeluruh. Ekonomi Islam bertujuan merealisasikan kesejahteraan manusia sesuai dengan maqasid syariah, yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan kekayaan tanpa mengekang kebebasan individu. Sistem ini berkarakter ekonomi Rabbaniyah (ketuhanan), Ilahiyah (suci), Insaniyah (berwawasan kemanusiaan), berakhlak, dan pertengahan. Prinsip utama ekonomi Islam meliputi keadilan, transparansi,
keberlanjutan, dan keselarasan dengan nilai-nilai Islam yang menekankan redistribusi kekayaan secara adil dan pemberdayaan masyarakat.
2. Perbedaan Ekonomi Mikro dan Makro dari Sudut Pandang Konvensional dan Islam Ekonomi Mikro Konvensional mempelajari perilaku individu dan perusahaan dalam pengambilan keputusan ekonomi, seperti permintaan, penawaran, harga, dan produksi.
Ekonomi Makro Konvensional fokus pada agregat ekonomi seperti pendapatan nasional, inflasi, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi.
Ekonomi Mikro Islam juga mempelajari perilaku individu dan pelaku ekonomi, tetapi dalam kerangka syariah yang mengatur aspek moral dan etika serta batasan hukum Islam.
Ekonomi Makro Islam menekankan pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dengan memperhatikan maqasid syariah dan keadilan sosial, bukan hanya angka agregat ekonomi semata.
3. Perbedaan Metodologi Ekonomi Islam dan Konvensional
Metodologi ekonomi konvensional menggunakan pendekatan ilmiah yang menggabungkan rasionalisme dan empirisme, di mana pengetahuan diperoleh melalui metode ilmiah dan pengalaman inderawi. Sementara itu, metodologi ekonomi Islam menggabungkan aspek ontologis (nilai dan cita-cita Islam) dengan aspek aksiologis (penerapan praktis) secara konsisten dan sistematis. Dalam ekonomi Islam, kebenaran tidak hanya didasarkan pada akal dan pengalaman, tetapi juga pada wahyu dan prinsip-prinsip syariah yang harus diikuti manusia untuk mencapai kebenaran sejati.
4. Perbedaan Konsep Teori Permintaan Konvensional dan Perspektif Islam Teori permintaan konvensional didasarkan pada preferensi individu dan mekanisme pasar tanpa batasan hukum moral atau agama. Sedangkan dalam perspektif Islam, permintaan tidak hanya dipengaruhi oleh kebutuhan dan
keinginan, tetapi juga dibatasi oleh hukum syariah yang melarang barang dan jasa yang haram, serta mengatur perilaku konsumsi agar sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sumber hukum Islam (Al-Qur’an dan Hadis) menjadi batasan utama dalam menentukan apa yang boleh dan tidak boleh diminta dalam pasar.
5. Konsep Keseimbangan Permintaan dan Penawaran dalam Perspektif Islam Dalam ekonomi Islam, keseimbangan permintaan dan penawaran tetap mengikuti prinsip dasar ekonomi, tetapi dengan batasan syariah yang mengatur perilaku pelaku ekonomi. Misalnya, larangan riba, gharar (ketidakpastian berlebihan), dan monopoli harus dihindari. Kurva permintaan dan penawaran dalam Islam harus mencerminkan keadilan, transparansi, dan keberlanjutan.
Seorang muslim harus berperilaku sesuai dengan etika Islam dalam transaksi
ekonomi, menjaga keseimbangan agar tidak terjadi eksploitasi atau ketimpangan yang merugikan pihak lain. Gambar kurva tetap menunjukkan titik keseimbangan di mana jumlah barang yang diminta sama dengan jumlah barang yang ditawarkan, tetapi aktivitas ekonomi harus sesuai dengan prinsip syariah.
Sumber referensi:
https://grahailmu.co.id/previewpdf/978-979-756-246-5-294.pdf https://repository.radenintan.ac.id/101/3/Bab_II.pdf