• Tidak ada hasil yang ditemukan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Website

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Website"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Ay Maryani, Nur Wachidah Yuliant.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta), (Indonesia)

History Article Abstract Article history:

ReceivedJune 3, 2018 Approed October 20 , 2018

Published 30 Desember 2018

(Shortcut: Alt+Ctrl +A)

Guna meringankan beban mahasiswa terhadap biaya pendidikan Perguruan Tinggi Negeri(PTN), pemerintah mengeluarkan kebijakan bernama Uang Kuliah Tunggal (UKT). Dua tahun terakhir pemberlakuan UKT, PTN dihadapkan pada permasalahan serius mengenai penggolongan yang tak tepat sasaran. Para Rektor di seluruh Indonesia mungkin menganggap masalah biasa, akan tetapi bagi mahasiswa masalah ini harus segera diselesaikan. Jika tidak, setiap tahun akan terus terjadi protes dari mahasiswa. Hal ini merupakan indikasi adanya ketidakpuasan mereka sebagai

“pelanggan” terhadap kebijakan UKT. Melalui pendekatan balanced scorecard, penelitian ini mencoba melihat kinerja penerapan UKT pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pada perspektif pelanggang UKT indeks kepuasan mahasiswa mencapai nilai IKM 65.50 untuk tingkat kepuasan terhadap proses UKT dan 68.56 untuk tingkat kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan proses UKT, pada perspektif keuangan yang diukur menggunakan rasio-rasio keuangan rata-rata memiliki skor sebsar 11,22 dari 19,5 atau memiliki persentase perolehan atau ketercapaian sebesar 57,33%, pada perspektif bisnis internal dengan indikator jumlah direktori website pada tahun 2020 mencapai 57 website padahal target hanya 33 website, sedangkan dari indikator realisasi belanja software dan belanja modal telah mencapai target.

Kinerja pada prespektif pertumbuhan dan perkembangan memberikan hasil indeks kepuasan karyawan yaitu sebesar 76.56, nilai ini lebih besar dari 68.00 maka dapat dikatakan bahwa proses UKT sudah baik menurut karyawan. Secara keseluruhan kinerja UKT di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggunakan pendekatan Balanced Scorecard sudah mencapai target. Dengan indeks pencapaian baik.

Keywords:

Manajemen Modal Kerja, Start-Up, Komitmen

Berwirausaha, Risk and return theory, Theory of

A Three-

Component Framework

1

(2)

How to Cite

Maryani, Ay. &Yuliant, NW. (2020). Title. Dinamika Pendidikan., 13 (1) 2018, 1-10

(Shortcut: Alt+Ctrl+O)

© 2018 Universitas Negeri Semarang

🖂 Corresponding Author: p-ISSN 1907-3720

Jl. Ibnu Sina IV, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten 15419 Email: ay.maryani@ uinjkt.ac.id ; wachi@uinjkt.ac.id (Shortcut: Alt+Ctrl+O)

INTRODUCTION

Pendidikan tinggi saat ini sudah menjadi salah satu kebutuhan yang menjadi perhatian masyarakat.

Pendidikan yang berkualitas sangat

dibutuhkan oleh masyarakat terutama di kota-kota besar.

Masyarakat merasakan kebutuhan akan pendidikan tinggi ini untuk

mendukung sekaligus

mempermudah memperoleh

pekerjaan selepas lulus sekolah menengah tingkat atas. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, dianggap akan semakin

(3)

tinggi pekerjaan, kedudukan sekaligus pendapatan keluarga yang lebih baik. Keadaan ini

menjadi peluang bagi

penyelenggara pendidikan tinggi dalam berlomba mencari dan merekrut mahasiswa baru. Di sisi lain timbul persaingan dengan perguruan tinggi lain dan menjadi tantangan yang cukup berat. Salah satu usaha untuk meraih jumlah mahasiswa yang lebih banyak adalah dengan memberikan pelayanan yang lebih baik sekaligus dengan biaya kuliah yang bersaing dibandingkan dengan lembaga

pendidikan tinggi

lainnya(Suharyanto, 2018).

Berbicara mengenai biaya kuliah berarti berbicara mengenai harga yang harus dibayar mahasiswa dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggidari mulai pendaftaran sampai dengan lulus dan wisuda. Stigma bahwa biaya kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) akan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan kuliah di Perguruan Tinggi Swasta (PTS), saat ini tidak bisa lagi dianggap demikian, sebab baik PTN ataupun PTS saat ini sama-sama menerapkan sejumlah biaya yang

terbilang besar kepada

mahasiswanya.

Guna meringankan beban

mahasiswa terhadap biaya pendidikan PTN, pemerintah

mengeluarkan kebijakan bernama Uang Kuliah Tunggal (UKT). UKT merupakan besaran biaya yang harus dibayarkan oleh mahasiswa pada setiap semester selama masa kuliah yang dikelompokkan atau digolongkan sesuai dengan kondisi ekonomi mahasiswa.Dengan diberlakukannya UKT di PTN diharapkan terdapat subsidi silang biaya pendidikan di antara mahasiswa dimana mahasiswa yang berada di golongan ekonomi bawah dibantu biaya pendidikannya oleh mahasiswa dari golongan ekonomi atas. Hal ini disebabkan karena sistem UKT didasarkan pada pendapatan orang tua mahasiswa, semakin tinggi pendapatan orang tua maka semakin tinggi pula UKT yang harus dibayar, sebaliknya semakin rendah penghasilan orang tua maka semakin rendah pula biaya UKT yang harus dibayarkan.

Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan dampak pemerataan untuk setiap mahasiswa dan membantu mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Akan tetapi, pada pelaksanaannya

cenderung menimbulkan

permasalahan. Dua tahun terakhir pemberlakuan UKT, pendidikan

tinggi dihadapkan pada

permasalahan serius mengenai penggolongan yang tak tepat sasaran. Para Rektor di seluruh Indonesia mungkin menganggap

(4)

masalah biasa, akan tetapi bagi mahasiswa masalah ini harus segera diselesaikan, Jika tidak, setiap tahun akan terus terjadi protes dari mahasiswa. Apalagi kesenjangan ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat makin meningkat setiap tahun(Syam, 2014).

Tak terkecuali di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pemberlakuan UKT di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di mulai sejak tahun 2017 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Rektor No 287 Tahun 2017. Dalam SK tersebut terdapat 5 kelompok UKT dan 1 kelompok Bidik misi. Tahun 2018, dengan dikeluarkannya SK Rektor

No. 259 Tahun 2018,

pengelompokan UKT berubah menjadi 7 kelompok dan 1 kelompok bidik misi. Perubahan kebijakan tersebut sontak menimbulkan gejolak di kalangan mahasiswa.

Pada Dialog Terbuka memperingati Hari Pendidikan Nasional di Aula Student Center UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (30/4/2018), Sejumlah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menyoalkan penambahan

kelompok UKT menjadi 7 golongan tersebut. Kebijakan ini dinilai menimbulkan polemik di kalangan

mahasiswa karena tidak

berdasarkan hasil kajian menyeluruh sehingga mahasiswa merasa hanya menjadi objek pengambilan kebijakan sepihak dari kampus (awd/one, 2018).

Gejolak dan polemik mahasiswa ini merupakan indikasi adanya ketidakpuasan mereka sebagai

“pelanggan” terhadap kebijakan UKT. Ketidakpuasan terhadap kebijakan UKT juga bisa terjadi pada “pelanggan” lain, seperti orang tua calon mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pengelompokan UKT calon mahasiswabisa jadi tidak sesuai dengan kemampuan orang tuanya sehingga orang tua diberikan kesempatan sanggahan kepada panitia/dekan. Permohonan ini bisa berhasil, tetapi bisa juga tidak.

Calon mahasiswa yang melakukan sanggahan (keberatan atas hasil penempatan kelompok UKT) bisa mencapai 30%(Hidayat, 2019). Bisa jadi pengelompokan setelah sanggahan masih memberatkan orang tua yang berujung si anak tidak bisa kuliah. Mungkin sebagian memaksakan kuliah tetapi kemudian berhenti di tengah jalan(Furqon, 2018).Jika penerapan UKT ini diukur melalui metode balanced scorecard, tentuindikasi di atas menggambarkan adanya ketidakpuasan mahasiswa dan

(5)

orang tua mahasiswa sebagai

“pelanggan” terhadap UKT.

Namun di sisi lain, kebijakan UKT ini ternyata membawa nilai positif dari segi keuangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan Laporan Keuangan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2017, diketahui pendapatan (biaya) kuliah Strata 1 (S1) sebesar Rp108.222.003.800,- meningkat dari tahun 2016 yang

hanya sebesar

Rp.95.860.948.535,-. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sumarno, Gimin, & Nas (2017) yang menyatakan bahwa proporsi sumber dana yang berasal dari

masyarakat yang berupa

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meningkat setelah penerapan UKT.

Jika “keberhasilan” penerapan UKT diukur melalui metode balanced scorecard yang terdiri 4 (empat) perspektif yaitu pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran serta keuangan, maka pada perspektif pelanggan, kebijakan UKT diindikasikan mendapatkan nilai negatif karena adanya ketidakpuasan dari mahasiswa dan orang tua calon mahasiswa selaku pelanggan.

Namun pada perspektif keuangan, kebijakan UKT justru mendapat nilai positif, karena kebijakan UKT membawa peningkatan bagi penerimaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Balanced scorecard telah banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, seperti diantaranya penelitian Ciptani (2000), Sipayung (2009), dan Handayani (2011).

Masih dalam penelitian Ciptani (2000), disebutkan bahwa menurut survei yang dilakukan oleh Gartner Group (Mattson, 1999:1), sebanyak 60% dari 1000 perusahaan versi majalah Fortune (Agustus, 1999) telah mencoba untuk menerapkan filosofi Balanced Scorecard dalam keseluruhan sistem manajemen

mereka. Tentunya masih

banyaklagipenelitian dan perusahaan-perusahaan yang menggunakan metode Balanced scorecardlainnya.

Selain mengukur kinerja perusahaan, Balanced Scorecard juga banyak digunakan untuk mengukur kinerja perguruan tinggi, seperti pada penelitian Sudaryo (2015),Ridla (2016), Fauzan (2016), Novitasari (2019) dan Umaimah (2019).Namun berdasarkan penelusuran penulis dari berbagai media, belum ada penelitian yang menguji kinerja dari sebuah kebijakan yang diterapkan oleh perguruan tinggi seperti kebijakan UKT melalui pendekatan balanced scorecard. Penelitian terkait kinerja UKT melalui pendekatan balanced scorecard dapat dikatakan belum ada. Namun, setidaknya terdapat dua penelitian yang menjadi referensi dalam penelitian ini.

(6)

Pertama, Sumarno, Gimin, &

Nas(2017) yang meneliti tentang Dampak Biaya Kuliah Tunggal Terhadap Kualitas Layanan Pendidikan. Berdasarkan hasil penelitiannya, dapat diketahui beberapa poin yaitu, pertama, bahwa secara statistik, besaran uang kuliah dengan mekanisme UKT maupun non UKT relatif tidak berbeda. Kedua, Proporsi sumber dana yang berasal dari masyarakat yang berupa penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meningkat setelah penerapan UKT. Tetapi proporsi alokasi dana untuk biaya operasional (belanja barang) justru menurun. Terakhir, Mahasiswa kelompok UKT menilai mutu layanan pendidikan lebih rendah dibanding mahasiswa kelompok non-UKT dan perbedaanya terbukti signifikan. Secara garis besar, jika dilihat dari perspektif balanced scorecard, hasil penelitian Sumarno, Gimin, & Nas(2017) ini menunjukan bahwa dari perspektif keuangan, UKT dinilai memberikan hasil yang baik, namun jika dari perspektif pelanggan, UKT justru memberikan hasil yang kurang baik.

Kedua, penelitian Surtiati, Siregar, &

Andati(2017). Judul penelitian mereka adalah analisis arus kas terkait kebijakan Uang Kuliah Tunggal di Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Hasil penelitian

mereka menunjukkan bahwa berdasarkan analisis rasio arus kas PTN Badan Hukum “XYZ” memiliki rasio kas yang likuid. Hasil analisis uji t sampel berpasangan menunjukkan bahwa total penerimaan SPP S1 satu tahun pertama (TPB) sebelum dan sesudah UKT berbeda nyata sedangkan total penerimaan SPP S1 dari tahun pertama hingga tahun ke empat sebelum dan sesudah UKT tidak berbeda nyata. Jika dilihat dari perspektif balanced scorecard, penelitian ini berfokus pada perspektif keuangan, dimana penelitian ini menguji perbedaan penerimaan perguruan tinggi satu tahun sebelum dan sesudah diterapkannya UKT. Hasilnya membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah penerapan UKT.

Kedua penelitian inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti kinerja UKT secara komprehensif dengan menggunakan balanced scorecard yang tidak hanya terkait kepuasan pelanggan maupun keuangan saja, tetapi juga pada proses bisnis internal serta

pertumbuhan dan

pembelajaran.Oleh karena itu, berdasarkan paparan di atas dan masih kurangnya penelitian terkait UKT, maka penulis mencoba

(7)

meneliti kinerja kebijakan UKT di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui pendekatan Balanced Scorecard.

LITERATURE REVIEW Balanced Scorecard

Kinerja perusahaan merupakan hasil dari berbagai kegiatan manajemen. Tolak ukur yang biasa digunakan adalah informasi mengenai kinerja keuangan, yang berasal dari laporan keuangan dan laporan keuangan lainnya. Penilaian kinerja bertujuan untuk menentukan efektivitas operasi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode atau pendekatan(Pardede,

2016). Guna melengkapi

pengukuruan kinerja,Kaplan &

Norton(1996)mengembangkan metode baru yaitu balanced scorecard. Balanced scorecard mengukur kinerja perusahaan dari berbagai aspek yaitu memasukan aspek kinerja non-keuangan.

Informasi yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan adalah informasi keuangan, akuntansi manajemen informasi, dan informasi akuntansi keuangan seperti laba sebelum pajak, laba atas investasi, dan sebagainya.

Pengukuran kinerja dengan metode balance scorecard mengukur empat prespektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,

perspektif internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Tidak hanya digunakan oleh perusahaan, Balanced scorecard juga dapat digunakan oleh perguruan tinggi. Balanced scorecard di perguruan tinggi, tidak hanya digunakan untuk mengukur kinerja perguruan tinggi secara keseluruhan. Namun bisa juga digunakan untuk mengukur kinerja dari kebijakan yang ditempuh oleh manajemen dalam perguruan tinggi tersebut. Apakah kebijakan tersebut berdampak pada kepuasaan pelanggan atau mahasiswa? berdampak pada proses bisnis internal? berdampak

pada pertumbuhan dan

pembelajaran dan berdampak pada kondisi keuangan perguruan tinggi tersebut?

Sebagai contoh kebijakan atas penerapan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang oleh manajemen Perguruan Tinggi Negeri baru diberlakukan beberapa tahun belakangan ini. Banyak berita yang

memperlihatkan adanya

ketidakpuasan mahasiswa terhadap kebijakan tersebut. Namun tidak sedikit juga berita yang memperlihatkan bahwa dengan adanya kebijakan UKT pendapatan beberapa perguruan tinggi negeri menjadi meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dari kebijakan tersebut bisa diukur dari sisi financial dan nonfinancial.

Untuk itulah penggunaan balanced

(8)

scorecarddalam mengukur kinerja perguruan tinggi dirasa tepat.

Sukirno (2017) menyatakan bahwakeempat perspektif Balanced Scorecard dalam konteks manajemen perguruan tinggi yang komprehensif, berimbang, dan terintegrasi dapat dijabarkan sebagai berikut.

Scorecard pada Perspektif Pelanggandigunakan untuk menjawab pertanyaan “How should we appear to our customers?”

Sasarannya adalah memberikan kepuasan kepada mahasiswa, orang tua dan pemangku kepentingan terkait lainnya atas pelayanan yang diberikan. Untuk memperoleh loyalitas pelanggan dan mampu menawarkan lini produk yang lengkap. Ukuran yang dipakai dapat berwujud pangsa pasar, akuisisi pelanggan, retensi pelanggan, profitabilitas pelanggan, dan kepuasan pelanggan.

Scorecard pada perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan menjawab pertanyaan “Can wecontinue to improve and create value?” Sasaran perspektif ini adalah mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang yang sumber utamanya

datang dari manusia, sistem dan prosedur, indeks kepuasan karyawan, kualias dosen melalui tingkat pendidikan, kepangkatan, pengalaman mengajar, usia dosen, kualitas karyawan administrasi melalui usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman bekerja.

Pengukuran perspektif

pembelajaran dan pertumbungan dapat berasal dari tingkat kepuasan pegawai atau tingkat perputaran pegawai dan produktivitas karyawan.

Scorecard pada perspektif proses bisnis internal menjawab pertanyaan “What must we excel at?”. Sasarannya berkaitan dengan pengembangan layanan akademik yang berkelanjutan. Untuk mengukur variabel kinerja proses bisnis internal didasarkan pada dua indikator, yaitu inovasi dan layanan purna jual atau wisuda. Indikator inovasi diukur dengan indikator aplikasi komputer yang diadopsi, laboratorium yang dikembangkan, unit atau lembaga keuangan dan non keuangan yang dimiliki, pembayaran uang kuliah. Indikator layanan purna jual dapat berwujud kesempatan menjadi dosen dan bursa tenaga kerja, perkembangan jumlah jurusan atau program studi, keaktifan dosen, jumlah penggunaan metode pembelajaran, penggunaan

(9)

mediapembelajaran,proporsikurikul um dan mata kuliah, pelaksanaan lokakarya kurikulum, jumlah lulusan, jumlah IPK rata-rata lulusan, dan penambahan fasilitas fisik. Ciri-ciri proses bisnis internal yang berhasil dapat berupa merek/image yang kuat dan terkenal, memiliki kualitas lulusan/produk yang baik,

memberikan pengalaman

pendidikan yangmenarik.

Scorecard pada perspektif keuangan menjawab pertanyaan

“How do welook at shareholders?”

Kinerja perguran tinggi menurut perspektif ini akan dipengaruhi oleh kelihaiannya dalam mengatur pengeluaran yang dilakukan perguruan tinggi sesuai dengan yang anggaran, menyusun danmenetapkan pengeluaran gaji dan upah, pengeluaran belanja barang, pengeluaran untuk belanja modal, sumber penerimaan dari hibah, PNBP, APBN, dan sebagainya.

Ukuran yang dipakai dapat berupa

kenaikan nilai

investasi/penerimaan, peningkatan profitabilitas, peningkatan jumlah bauran sumber penerimaan, dan penurunan pengeluaran.

Uang Kuliah Tunggal (UKT)

Menurut Peraturan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi No.39 Tahun 2017 tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal pada PTN di LingkunganKemenristekdikti, Uang Kuliah Tunggal (UKT) adalah

sistem pembiayaan kuliah, dimana uang gedung, SPP, uang almamater, uang praktikum dan penunjang lain dilebur menjadi satu dan dibagi rata dalam delapan semester. Uang Kuliah Tunggal menurut Peraturan

Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (Permendikbud) No. 55 Tahun 2013 antara lain dimaksudkan untuk meringankan beban mahasiswa terhadap pembiayaan pendidikan. Dalam pasal 5 disebutkan bahwa perguruan tinggi negeri tidak boleh memungut uang pangkal dan pungutan lain selain uang kuliah tunggal dari mahasiswa baru program sarjana (S1) dan program diploma mulai tahun akademik 2013/2014 (Sumarno, Gimin, &

Nas,2017).

Di dalam Surat Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No.

257 Tahun 2018, disebutkan adanya syarat dan mekanisme UKT dan diatur mengenai teknis pelaksanaannya.1) Syarat dan mekanisme pengajuan UKT terdiri dari (i) mahasiswa mengisi formulir data diri dan data asset kepemilikan melalui aplikasi UKT, (ii) mahasiswa melengkapi data dukung UKT dan menguploadnya ke aplikasi UKT, (iii) mahasiswa mencetak formulir yang telah di isi kemudian di tandatangai oleh orang tua di atas materai 6000 kemudian diupload ke aplikasi UKT,

(iv) mahasiswa melihat

pengumuman penetapan kelompok

(10)

UKT di aplikasi UKT 2) Tarif UKT, tarif UKT untuk setiap kelompok dan jurusan berbeda-beda 3) Sanksi UKT, terdiri dari (i) mahasiswa yang tidak melengkapi data diri dan data asset kepemilikan akan ditetapkan sebagai mahasiswa kelompok 7 (tujuh), (ii) mahasiswa yangterbukti melakukan kecurangan dalam pengisian formulir dan/atau memalsukan data dukung UKT, makaakan diberi sanksi berupa dimasukan kelompok ke kelompok 7 (tujuh), (iii) mahasiswa yangtidak

melaksanakan mekanisme

pengajuan UKT pada waktu yang telah ditentukan akan ditetapkan sebagai mahasiswa kelompok 7 (tujuh), (iv) terhitung mulai semester II mahasiswa terlambat membayar UKT akan dikenakan denda berupa uang sebesar Rp.40.000 (untuk keterlambatan 1- 7 hari) dan Rp.80.000 (untuk keterlambatan 8-14 hari), (v) mahasiswa yang tidak membayar UKT sampai batas waktu yang ditentukan dianggap sebagai mahasiswa Nonaktif.

UKT pada Perspektif Pelanggan Kebijakan UKT yang meliputi Syarat, Tarif dan Mekanisme UKT yang diterapkan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta diharapkan memberikan kepuasan yang baik kepada mahasiswa yang membayar biaya kuliah dengan prosedur UKT.

Begitupula pelayanan saat mahasiswa melakukan proses UKT, diharapkan memberikan kepuasan yang baik bagi mahasiswa.

Tabel 1 merupakan Indeks Kepuasan Mahasiswa (IKM) yang menjadi ukuran kepuasan mahasiswa terhadap kebijakan (proses) dan pelayanan saat proses UKT.

Tabel 1: Indeks Kepuasan Mahasiswa (IKM) Kat

ego ri

Interv al IKM

Konversi Interval

IKM

Mutu Pelayan

an

Interpret asi 1 1.00

– 1.79

20,00 –

35.80 E Sangat

Tidak Baik 2 1.80

– 2.59

36.00 –

51.80 D Tidak

Baik 3 2.60

– 3.39

52.00 – 67.80

C Kurang

Baik 4 3.40

– 4.19

68.00 –

83.80 B Baik

5 4.20 – 5.00

84.00–

100.00 A Sangat

Baik

Dengan skala 1-5, diharapkan hasil olah terhadap kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa nantinya memiliki IKM diantara 3,4

(11)

s.d 4,19 atau dengan interpretasi BAIK.

UKT pada Perspektif Proses Bisnis Internal

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa ciri-ciri proses bisnis internal yang berhasil dapat berupa merek/image yang kuat dan terkenal, memiliki kualitas lulusan/produk yang baik, dan memberikan pengalaman pendidikan yang menarik.UKT yang dibayarkan sejatinya dapat memberikan benefit demikian kepada mahasiswa.

Pengalaman pendidikan yang menarik dapat diukur dari pengembangan fasilitas fisik yang dikembangkan serta teknologi dan sistem infomasi yang diterapkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan melihat perkembangan realisasi belanja modal gedung dan bangunan dari tahun 2014 sampai dengan 2019 dan realisasi belanja software dari tahun 2014 sampai dengan 2019. Diharapkan pencapaian atas indikator tersebut sesuai target.

Target atas indikator realisasi belanja modal gedung dan bangunandari tahun 2014 sampai dengan 2019 adalah rata-rata sebesar 50% dari total seluruh belanja modal. Target atas realisasi belanja software dari tahun 2014 sampai dengan 2019 rata-rata di atas Rp.1.000.000.000.

UKT pada Perspektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan Sasaran perspektif ini adalah mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang yang sumber utamanya datang dari manusia.Terdapat dua indikator dalam perspektif ini yaitu indeks kepuasan karyawan dimana mereka juga merupakan masyarakat yang menikmati atau mengetahui adanya proses UKT dan kualitas karyawan administrasi.

UKT di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baru di mulai pada tahun 2017, artinya pengembangan dan peningkatan pemahaman karyawan administrasi mengenai UKT akan dilakukan pada tahun sebelum UKT dilaksanakan dan pada awal tahun pelaksanaan UKT. Oleh karena itu pada tahun 2016 dan 2017 banyak melakukan studi banding ke universitas-universitas yang telah menerapkan sistem UKT. Pada tahun 2018 dan 2019 karyawan administrasi yang terlibat dalam tim UKT sudah memahami mengenai sistem UKT, artinya kegiatan studi banding lebih sedikit dari tahun 2016 dan 2017. Guna tercapainya kinerja pada prespektif ini rasio karyawan administrasi yang mengikuti studi banding tahun 2018 dan 2019 diharapkan menurun.

UKT pada Perspektif Keuangan

(12)

Kinerja perguran tinggi menurut perspektif ini akan dipengaruhi oleh kelihaiannya dalam mengatur pengeluaran yang dilakukan perguruan tinggi sesuai dengan yang anggaran, menyusun dan menetapkan pengeluaran gaji dan upah, pengeluaran belanja barang, pengeluaran untuk belanja modal, sumber penerimaan dari hibah, PNBP, APBN, dan sebagainya.

Semua itu bisa dilihat dalam rasio- rasio keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan.

UIN Syarif Hidayatullah merupakan institusi pendidikan di bawah Kementerian Agama yang berstatus Badan Layanan Umum (BLU), dengan demikian pada pengukuran kinerja UKT berdasarkan perspektif keuangan akan diukur melalui beberapa rasio keuangan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-21/PB/2015 tentang perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per- 32/PB/2014 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Layanan Pendidikan.

Penelitian ini akan melihat perkembangan skor rasio keuangan tersebut sebelum diberlakukannya UKT (dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016) dan sejak diberlakukannya UKT (dari tahun

2017 sampai dengan tahun 2019),apakah semakin bagus skornya atau sebaliknya.

Targetnya, rata-rata skor rasio

keuangan baik sebelum

diberlakukan UKT maupun setelah diberlakukan UKT merujuk pada peraturan di atas sebagaimana tabel 2 berikut.

Tabel 2: Skor tertinggi rasio keuangan

Rasio Keuangan

Interval Pencapaian

Terbaik

Skor Tertinggi Cash Ratio 600 < CR ≤ 720 3 Current Ratio CUR > 600 4,5 Collecting Ratio CP < 20 4,5 Fixed Assets

Turnover Ratio

FAT > 25 1,5 Return on Fixed

Assets ROA > 9 1,5

Return on Equity ROE > 9 1,5

POBO Ratio POBO > 75 3

Total skor tertinggi rasio

keuangan

19,5

METHODS

Population and Sample

Populasi dalam penelitian ini yaitu, karyawan, data sekunder dan

(13)

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling atau penarikan sampel secara acak dengan menggunakan teknik convenience sampling.

Sampel dalam penelitian ini dapat dipetakan sebagaimana tabel 3 berikut.

Tabel 3: Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Sampel

Karyawan

UIN Jakarta 1. Karyawan yang ditugaskan untuk mengelolaUKT

2. Karyawan dan dosen yangmengetahui

informasitentang UKT dan pengguna UKT.

Laporan keuangan UIN Jakarta

Rasio keuangan, Data belanja modal, data belanja software

Mahasiswa

UIN Jakarta Mahasiswa yang telah melakukanpembayaran dengan UKT

Variables Description

Pada perspektif pelanggan, kepuasan mahasiswa diukur melalui jawaban kuesioner yang diberikan sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan atas kebijakan dan pelayanan saat proses UKT di UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta. Untuk variabel kepuasan terhadap kebijakan UKT terdiri dari 17 pertanyaan. Sedangkan untuk variabel pelayanan saat proses UKT

terdiri dari 15 pertanyaan. Setiap butir pertanyaan bernilai 1 sampai 5 dengan kategori sangat tidak puas sampai sangat puas. Total nilai dari setiap butir pertanyaan kemudian dikonversi sehingga dapat terlihat Indeks Kepuasan Mahasiswa dan interpretasinya sebagaimana tabel 1.

Pada perspektif proses bisnis internal,data berupa data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan audited UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari tahun 2014 sampai dengan 2019. Data tersebut berupa data realisasi belanja modal bangunan dan gedung dan belanja pembelian software.

Pada perspektif pertumbuhan dan pembejaran, digunakan variabel indeks kepuasan karyawan terhadap proses UKT. Karyawan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dosen dan karyawan yang mengetahui informasi mengenai UKT dan juga memiliki anak atau sanak saudara yang menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan sistem biaya kuliah UKT. Kuesioner yang disebar kepada karyawan tersebut terdiri dari 17 pertanyaan. Setiap pertanyaan bernilai 1 sampai 5 dengan kategori sangat tidak puas sampai sangat puas. Total nilai dari setiap butir pertanyaan kemudian dikonversi sehingga dapat terlihat Indeks Kepuasan Karyawan dan interpretasinya sebagaimana tabel

(14)

1.Selain itu, pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, terdapat variabel kualitas karyawan administrasi, data yang digunakan adalah data sekunder berupa jumlah karyawan dalam tim UKT yang diikutsertakan untuk studi banding terkait tentang penyelenggaraan UKT di Universitas lain terhadap jumlah anggota tim UKT dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019.

Pada perspektif keuangan, terdapat 7 rasio keuangan yang formulasi dan scoringnya merujuk pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per- 21/PB/2015 tentang perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per- 32/PB/2014 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Layanan Pendidikan.

Ketujuh rasio keuangan tersebut diukur rata-rata ketercapaiannya dari tahun 2014 sampai dengan 2019 berdasarkan tabel 2. Ketujuh rasio keuangan tersebut antara lain 1) Cash Ratio, 2) Current Rato, 3) Collecting Period, 4) Fixed Assets Turnover, 5) Return on Fixed Assets, 6) Return on Equity dan 7) POBO ratio.

Data Analysis

Untuk perspektif pelanggan, kuesioner untuk kepuasan mahasiswa terhadap kebijakan UKT yang terdiri dari 17 pertanyaan diisi oleh sebanyak 301 responden, sedangkan untuk kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan saat proses UKT yang terdiri dari 15 pertanyaan diisi oleh sebanyak 199 responden. Keseluruhan kuesioner tersebut kemudian dioleh secara statistik deskriptif Total nilai dari setiap butir pertanyaan kemudian dikonversi sehingga dapat terlihat Indeks Kepuasan Mahasiswa dan interpretasinya sebagaimana tabel 1.

Untuk perspektif proses bisnis internal, variabel rata-rata realisasi belanja modal gedung dan bangunan dari tahun 2014 sampai dengan 2019 dihitung dari total belanja modal gedung dan bangunan tahun 2014 sampai dengan 2019 dibagi 6. variabel rata-rata realisasi belanja software dari tahun 2014 sampai dengan 2019 dihitung dari total belanja software tahun 2014 sampai dengan 2019 dibagi 6.

Untuk perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, kuesioner untuk mengukur tingkat kepuasan karyawan terhadap kebijakan UKT yang terdiri dari 17 pertanyaan diisi oleh sebanyak 51 responden.

(15)

Seluruh kuesioner tersebut kemudian dioleh secara statistik deskriptif. Total nilai dari setiap butir pertanyaan kemudian dikonversi sehingga dapat terlihat Indeks Kepuasan Karyawan dan interpretasinya sebagaimana tabel 1. Sedangkan untuk tingkat kualitas karyawan administrasi diukur berdasarkan rasio jumlah karyawan yang mengikuti studi banding tentang penyelenggaraan UKT di Universitas lain terhadap jumlah anggota tim UKT dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019.

Untuk perspektif keuangan, Ketujuh rasio keuangan yang terdiri 1) Cash Ratio, 2) Current Rato, 3) Collecting Period, 4) Fixed Assets Turnover, 5) Return on Fixed Assets, 6) Return on Equity dan 7) POBO akan dihitung skornya kemudian ketujuh skor rasio tersebut akan dirata-rata dan dibandingkan ketercapainnya dengan skor tertinggi yang terdapat dalam tabel 2.

RESULTS AND DISCUSSION

Perspektif Pelanggan

Untuk indikator kepuasan mahasiswa terhadap kebijakan UKT, deskripsi statistik responden sebagaimana tabel 4.

Tabel 4: Deskripsi responden Kepuasan Mahasiswa terhadap kebijakan UKT berdasarkan kelompok UKT

Kelompok

UKT Jumlah %

Bidikmisi 28 9.30%

UKT 1 5 1.66%

UKT 2 25 8.31%

UKT 3 26 8.64%

UKT 4 65 21.59%

UKT 5 69 22.92%

UKT 6 37 12.29%

UKT 7 46 15.28%

Jumlah 301 100.00%

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa responden terbanyak yang mengisi kuesioner terkait kepuasan terhadap kebijakan UKT adalah responden pada kelompok UKT 5, yaitu sebesar 22,92% dengan hasil olah kuesioner sebagaimana terlihat dalam gambar 1.

(16)

Gambar 1. Indeks Kepuasan Mahasiswa terhadap kebijakan UKT

Berdasarkan gambar 1 dan dengan merujuk pada tabel 1 maka diperoleh hasil bahwa kebijakan UKT (C2)yang mengatur tentang mahasiswa yang terbukti melakukan kecurangan dalam pengisian formulir dan/atau memalsukan data dukung UKT, maka akan diberi sanksi berupa di masukan kelompok ke kelompok 7 (tujuh), dinilai BAIK oleh responden (IKM=80,93).Responden

mendukung keberadaan kebijakan ini karena mungkin bagi mereka di dalam kebijakan ini terdapat keadilan.

Sedangkan kebijakan B8 yang mengatur tentang tarif UKT Kelompok 7, dinilai TIDAK BAIK oleh responden (IKM=49). Tarif UKT

kelompok 7 adalah tarif UKT yang paling tinggi di antara kelompok lainnya. Responden merasa tarif pada kelompok ini terlalu besar bagi mereka sehingga mereka sangat tidak puas terhadap tarif tersebut.

Untuk indikator kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan proses UKT, deskriptif statistiknya responden sebagaimana tabel 5.

Tabel 5: Deskripsi responden kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan saat proses UKT berdasarkan kelompok UKT

Kelompok UKT Jumlah %

Bidikmisi 77 38.69%

UKT 1 4 2.01%

UKT 2 8 4.02%

UKT 3 22 11.06%

UKT 4 21 10.55%

UKT 5 19 9.55%

UKT 6 27 13.57%

UKT 7 21 10.55%

Jumlah 199 100.00%

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa responden terbanyak yang mengisi kuesioner terkait kepuasan terhadap pelayanan saat proses UKT adalah responden pada kelompok Bidikmisi, yaitu sebanyak 38,69% dengan hasil olah kuesioner sebagaimana terlihat dalam gambar 2.

(17)

Gambar 2. Indeks Kepuasan Mahasiswa terhadap Pelayanan saat proses UKT

Berdasarkan gambar 2 dan dengan merujuk pada tabel 1 maka diperoleh hasil bahwa indikator proses pelayanan UKT dilaksanakan tepat waktu (G3) direspons BAIK oleh responden (IKM=75,78).

Sedangkan indikator Penetapan kelompok UKT sudah sesuai dengan dokumen (D3) direspon KURANG BAIK oleh responden (IKM=62,1).

Perspektif Proses Bisnis Internal

Kebutuhan akan pengembangan

layanan akademik yang

berkelanjutan sudah semestinya didukung oleh pengembangan teknologi dan sistem informasi serta fasilitas fisik yang memadai.

Sebagai bentuk implementasi pengembangan teknologi dan sistem informasi tidak sedikit dana yang digelontorkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Salah satunya untuk perolehan program aplikasi komputer atau software.

Tercatat, berdasarkan laporan keuangan audited UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 sampai dengan 2019, dana yang digelontorkan untuk pembelian atau perolehan program aplikasi komputer atau software guna

menunjang pengembangan

teknologi dan sistem informasi sebagaimana terlihat dalam tabel 6.

Tabel 6: Biaya Perolehan Software No Tahun Biaya Perolehan

(dalam Rp penuh) 1 2014 1.742.128.429 2 2015 1.365.331.995 3 2016 1.310.038.037 4 2017 1.727.009.700

5 2018 707.111.568

6 2019 944.553.000

TOTAL 7.796.172.729 RATA-

RATA

1.299.362.122

Selain itu, tercatat sejak tahun 2017 berdasarkan Laporan Keuangan (audited) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat tambahan biaya untuk pengadaan

jaringan sebesar

Rp.2.454.993.614,-.

Berdasarkan data Laporan Keuangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 sampai dengan 2019 (audited), tercatat pula belanja modal gedung dan bangunan yang dikeluarkan dari tahun 2014 sampai dengan 2019 sebagaimana terlihat dalam tabel 7 dan 8.

(18)

Tabel 7. Realisasi belanja modal tahun 2014 s.d 2016

Tabel 8. Realisasi belanja modal tahun 2017 s.d 2019

Berdasarkan tabel 7 dan tabel 8 diketahui bahwa rata-rata belanja modal gedung dan bangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar 53% dan 55% dari total seluruh belanja modal.

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Untuk indikator tingkat kepuasan karyawan terhadap kebijakan UKT,

deskripsi statistik responden sebagaimana tabel 9.

Tabel 9: Deskripsi responden Kepuasan Karyawan terhadap kebijakan UKT berdasarkan pengetahuannya mengenai UKT

Pengetahu an

informasi mengenai UKT

Jumla h

%

Ya 39 78.43

%

Tidak 12 21.57

%

Jumlah 51 100.0

0%

Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa mayoritas responden karyawan yang mengisi kuesioner ini adalah mereka yang mengetahui informasi mengenai UKT. Dengan demikian hasil kuesioner sebagaimana gambar 3 dapat dikatakan valid.

(19)

Gambar 3. Indeks Kepuasan Karyawan terhadap Pelayanan saat proses UKT

Berdasarkan gambar 3 dan dengan merujuk pada tabel 1 maka

diperoleh hasil bahwa

kebijakanmahasiswa mencetak formulir yang telah di isi kemudian di tanda tangani oleh orang tua di atas materai 6000 kemudian di upload ke aplikasi UKT(H3) direspons SANGAT BAIK oleh responden (IKM=84,1). Sedangkan kebijakan Terhitung mulai semester II mahasiswa terlambat membayar UKT akan dikenakan denda berupa uang sebesar Rp.40.000 (untuk keterlambatan 1-7 hari) dan Rp.80.000 (untuk keterlambatan 8- 14 hari) (J4) direspon BAIK oleh responden (IKM=68,21).

Pada indikator kualitas karyawan administrasi, yang diukur berdasarkan rasio jumlah karyawan yang ikutserta dalam studi banding terhadap jumlah tim UKT dari tahun

2016 sampai dengan 2019 sebagaimana terlihat dalam tabel 10.

Tabel 10: Rasio kualitas karyawan

2016 2017 201 8

201 9

Jumlah karyawa n ikut serta studi banding

27 29 0 0

Jumlah TIM UKT

57 57 45 48

Rasio 47,4

%

50,9

%

0,0

%

0,0

%

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa rasio pegawai yang mengikuti studi banding penyelenggaraan UKT meningkat pada tahun 2017 dan menurun di tahun 2018 dan 2019.

Perspektif Keuangan

Berdasarkan data laporan keuangan audited UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 sampai dengan 2019, diperoleh nilai rasio keuangan dan scoring nya sebagaimana terlihat dalam tabel 11.

(20)

Discussion

Penilaian indeks kepuasan pelanggan menilai dua kategori indeks kepuasan yaitu indeks kepuasan terhadap proses UKT dan kepuasan terhadap pelayanan proses UKT. Hasil dari perhitungan indeks kepuasan masyarakat, diperoleh bahwa nilai indeks kepuasan mahasiswa terhadap proses UKT mendapat nilai indeks konversi sebesar 65.50. Nilai ini memiliki mutu pelayanan C dengan interpretasi “Kurang Baik”

sedangkan indeks kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan proses UKT mendapat nilai indeks konversi sebesar 68.56. Nilai ini memiliki mutu pelayanan B dengan interpretasi “Baik”.

Sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2019, berdasarkan laporan

keuangan (audited) tercatat terdapat sekitar Rp.7.796.172.729, dana telah digelontorkan untuk pembelian software dengan rata- rata dana yang digelontorkan per tahun sebesar Rp.1.299.362.122.

Padahal ditargetkan dana yang digelontorkan untuk pembelian software per tahun adalah Rp.1.000.000.000 dan pada tahun 2017 tercatat terdapat tambahan dana untuk pengadaan jaringan sebesar Rp.Rp.2.454.993.614.

Dengan demikian realisasi belanja pengadaan software sudah mencapai target.

Hal ini tentunya dilakukan semata-

mata untuk mendukung

pengembangan teknologi dan sistem informasi di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang nantinya akan berdampak pada

layanan akademik yang

berkelanjutan.

Selain dukungan teknologi dan sistem informasi, adanya peningkatan fasilitas fisik juga turut andil dalam proses pengembangan

layanan akademik yang

berkelanjutan. Ditargetkan realisasi belanja modal gedung dan bangunan sebesar 50% dari total realisasi belanja modal. Tercatat, berdasarkan laporan keuangan (audited) sejak tahun 2014 sampai dengan 2019, rata-rata realisasi belanja modal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik yang bersumber dari dana APBN maupun dan BLU, lebih didominasi untuk belanja gedung dan bangunan yaitu

(21)

sebesar 54%. Dengan demikian kinerja perspektif proses bisnis internal dengan indikator realisasi belanja modal telah mencapai target.

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memiliki dua tujuan yaitu meningkatkan kepuasan karyawan dan meningkatkan kualitas kerja karyawan. Kepuasan

karyawan diukur dengan

menggunakan indeks kepuasan masyarakat. Hasil perhitungan indeks kepuasan masyarakat memberikan nilai indeks konversi sebesar 76.56. Nilai ini memiliki mutu pelayanan B dengan interpretasi “Baik”.

Adapun penilaian atas kualitas karyawan yaitu penurunan jumlah karyawan yang mengikuti studi banding ke universitas-universitas lain. Pada tahun 2016 yang merupakan tahap persiapan implementasi UKT, rasio karyawan yang mengikuti kegiatan studi banding sebesar 47%. Pada tahun 2017 yang merupakan tahun pertama implementasi UKT dan masih perlunya pengembangan dan pembelajaran rasio karaywan yang mengikuti studi banding meningkat menjadi 51%. Pada tahun 2018 dan 2019 impelentasi UKT di UIN Syarif Hdiayatullah Jakarta sudah mapan sehingga kegiatan studi banding dikurangi bahakan ditiadakan.

Rasio jumlah karyawan pada tahun 2018 dan 2019 sudah 0%.

Berdasarkan uraian di atas, maka kinerja berdasarkan prespektif pembelajaran dan pertumbuhan yang diukur menggunakan kualitas karyawan tercapai.

Nilai rata-rata cash ratio sebelum diberlakukan UKT adalah sebesar 1767% dan setelah UKT sebesar 1176%. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-21/PB/2015 tentang perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-32/PB/2014 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Layanan Pendidikan, interval terbaik untuk rasio ini berkisar antara 600% sampai dengan 720%. Dengan demikian, rata-rata pencapaian cash ratio UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebelum dan sejak diberlakukan UKT belum mencapai target. Oleh karena itu pengelolaan atas kas dan setara kas harus dioptimalkan lagi.

Current Ratio sebelum diberlakukan UKT rata-rata sebesar 1889% dan setelah UKT sebesar 1297%. Kedua nilai ini berada pada interval terbaik yaitu di atas 600%. Dengan demikian rata-rata pencapaian current ratio UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebelum dan sejak diberlakukan UKT sudah mencapai target.

Rata-rata Perbandingan piutang usaha dengan pendapatan usaha UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 3 tahun sebelum diberlakukannya UKT yaitu sebesar 14,69 hari dan pada 3 tahun sejak UKT diberlakukan sebesar 9,05 hari.

Rasio ini berada pada interval ideal yaitu kurang dari 20 hari. Hal ini menunjukkan collecting period telah mencapai target.

Nilai rata-rata Fixed Assets Turnover Ratio (FAT) sebelum UKT diberlakukan sebesar 12,95%, lebih

(22)

besar dibandingkan dengan nilai rata-rata Fixed Assets Turnover Ratio (FAT) sejak UKT diberlakukan yang hanya sebesar 6,35%. Kedua posisi ini masih di bawah interval ideal untuk rasio FAT yang sebesar di atas 25%. Dengan demikian Fixed Assets Turnover Ratio (FAT) belum mencapai target.

Rata-rata Tingkat pengembalian aset tetap (ROA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 3 tahun sejak diberlakukannya UKT lebih kecil (1,00%) dibandingkan pada 3 tahun sebelum UKT diberlakukan (3,82%). Kedua nilai ini masih jauh dari interval ideal yaitu di atas 9%.

Dengan demikian ROA belum mencapai target.

Nilai rata-rata Return on Equity (ROE) sebelum UKT diberlakukan sebesar 3,40%, lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata Return on Equity (ROE) sejak UKT diberlakukan yang sebesar 0,97%.

Kedua nilai ini juga masih jauh dari angka ideal yaitu sebesar lebih dari 9%. Dengan demikian ROE juga belum mencapai target.

Rasio pendapatan operasional terhadap beban operasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 3 tahun sejak diberlakukannya UKT lebih besar (48,62%) dibandingkan pada 3 tahun sebelum UKT diberlakukan (39,74%). Nilai tersebut masih di bawah angka ideal untuk rasio ini yang nilainya di atas 75%. Dengan demikian rasio POBO juga belum mencapai target.

Total skor tertinggi untuk rasio keuangan menurut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-21/PB/2015 tentang perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-32/PB/2014 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Layanan Pendidikan adalah 19,5 (100%). Namun, secara akumulasi total skor rasio keuangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014 sebesar 11, 45 (58,72%); pada tahun 2015 sebesar 11,60 (59,49%); pada tahun 2016 sebesar 11,30 (57,95%); pada tahun 2017 sebesar 10,1 (51,79%);

pada tahun 2018 sebesar 11,45 (58,72%) dan pada tahun 2019 sebesar 11,45 (58,72%). Dengan demikian seluruhnya belum mencapai target (rata-rata 57,33%).

CONCLUDING COMMENTS

Nilai indeks kepuasan mahasiswa untuk proses UKT yang masih rendah, menjadi rekomendasi khusus bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karenanya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan perbaikan-perbaikan serta peningkatan-peningkatan di seluruh aspeknya. Baik dari segi syarat dan mekanisme UKT, tarif UKT dan sanksi UKT. Tarif UKT memiliki nilai ideks konversi paling kecil, oleh karenanya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perlu meniali dan mengkaji ulang mengenai tariff UKT.

(23)

Nilai indeks kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan proses UKT juga belum maksimal. Artinya mahasiswa belum merasakan kepuasan yang maksimal ketika melakukan proses UKT. Oleh karenanya pelayanan pegawai ketika memberikan pelayanan kepada mahasiswa di saat proses UKT harus ditingkatkan lagi, kurangi birokrasi yang panjang dan berbelit-belit.

Berdasarkan hasil dari kedua pengukuran indeks kepuasan diatas yang berbanding terbalik tetapi hasilnya yang belum maksimal. Hal ini mengindikasikan bahwa pemabayaran kuliah yang menurut mahasiswa masih tinggi, namun tidak di imbangi dengan pelayanan yang belum maksimal.

Dana yang digelontorkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari tahun 2014 sampai dengan 2019 sudah cukup memadai, namun seiring dengan perkembangan teknologi yang kini sudah menginjak pada revolusi industry 4.0, sebaiknya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perlu menambah financial support untuk pengembangan teknologi dan sistem informasi yang lebih baik lagi.

Penambahan fasilitas fisik yang dilakukan UIN Syarif Hidayatullah dari tahun 2014 sampai dengan 2019 membuktikan bahwa UIN Syarif Hidayatullah benar-benar memprioritaskan pelayanan akademik yang berkelanjutan, namun fasilitas fisik tersebut alangkah baiknya diperlihara dengan baik dan dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh segenap sivitas akademika.

Nilai kepuasan karyawan terhadap proses UKT memberikan hasil yang baik namun belum maksimal. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan yang juga sebagai pengguna UKT menilai masih perlunya perbaikan-perbaikan- perbaikan di berbagai aspeknya.

Rasio kualitas karyawan yang semakin menurun menjadi 0%, hal ini bukan berarti kegiatan studi banding dan pelatihan mengenai

pengembangan UKT harus

diberhentikan, namun seiring perkembangan waktu dan kondisi yang berbeda beda yang di alami oleh mahasiswa, maka perlunya kebijakan-kebijakan baru yang harus diimplementasikan pada UKT.

Maka hal ini diperlukannya pengembangan-pengembangan yang lebih bijaksanan lagi.

Seperti yang telah dijelaskan dalam bagian kesimpulan, rata-rata pencapaian cash ratio UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebelum dan sejak diberlakukan UKT belum mencapai target. Oleh karena itu pengelolaan atas kas dan setara kas harus dioptimalkan lagi.

Begitupula dengan Fixed Assets Turnover Ratio (FAT), ROA, ROE dan POBO Ratio yang juga belum mencapai target. Untuk itu, sebaiknya UIN Syarif hidayatullah Jakarta melakukan upaya-upaya strategis agar rasio-rasio tersebut bisa masuk ke dalam interval ideal tersebut, seperti mengoptimalkan kerja sama pemanfaatan aset tetap agar menambah pendapatan operasional, meningkatkan margin atas pemanfaatan aset tetap atau mengurangi biaya aset tetap, dan meningkatkan pendapatan tanpa

(24)

adanya peningkatan beban untuk memperoleh pendapatan tersebut.

Misalnya, untuk meningkatkan pendapatan biaya pendaftaran mahasiswa baru, UIN Syarif Hidayatullah bisa menggunakan media sosial untuk pemasaran sehingga tidak memerlukan cost yang besar.

Khusus untuk Fixed Assets Turnover, aset tetap digunakan secara efektif dan efisien dalam menghasilkan pendapatan justru pada saat UKT belum diberlakukan (12,95%) dan pada saat UKT diberlakukan, aset tetap yang

dimiliki belum mampu

menghasilkan pendapatan secara optimal (6,35%). Banyak faktor yang mungkin memengaruhi hal tersebut, salah satunya bisa jadi karena adanya ketidakmampuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memaksa “customer”

melakukan pembayaran tunai terhadap jasa yang dijualnya.

Sehingga lebih banyak piutang daripada pendapatan yang diterima.

Seperti diketahui bahwa UKT bagi sebagian mahasiswa dan orang tua

mahasiswa masih dirasa

memberatkan, karena mereka harus membayar sejumlah uang yang besar pada satu periode tertentu, dan tidak jarang ada yang menunggak pembayarannya. Hal inilah yang mungkin menjadi penyebab rendahnya rasio Fixed

Assets Turnover sejak

diberlakukannya UKT.

Sebaiknya pihak UIN Syarif Hidayatullah membuat kebijakan terkait penunggakan pembayaran jasa layanan pendidikan yang mana tentunya kebijakan tersebut dapat memberikan win win solution bagi kampus juga bagi mahasiswa.

REFERENCES

awd/one. (2018, Mei 2). Mahasiswa UIN Jakarta menyoal Uang Kuliah Tunggal. From palapanews.com:

https://palapanews.com/2018/05/02/mah asiswa-uin-jakarta-menyoal-uang-kuliah- tunggal/

Ciptani, M. K. (2000). Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja Masa Depan: Suatu Pengantar. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 1, 21- 35.

Fauzan, A. (2016). EVALUASI KINERJA PERGURUAN TINGGI ISLAM

BERBASIS BALANCED

SCORECARD. Al Idarah : Jurnal Kependidikan Islam, 81-99.

Furqon. (2018). Uang Kuliah Tunggal. From https://www.uinjkt.ac.id/id/uang-kuliah- tunggal/

Handayani, D. B. (2011). Pengukuran Kinerja Organisasi dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada RSUD Kabupaten Kebumen. Jurnal Dinamika Manajemen.

JDM Vol. 2, No. 1, 78-91.

(25)

Hidayat, T. (2019). Wawancara dengan Tim Verifikasi dan Klarifikasi Dokumen UKT. (A. Maryani, Interviewer)

Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (1996). The Balanced Scorecad: translating setrategy into action. Massachusettes.

Boston: Harvard Business Press. Boston.

Novitasari, B. (2019). BALANCED SCORECARD DALAM INSTITUSI PENDIDIKAN LANJUT. Jurnal Nominal, 152-165.

Pardede, T. (2016). From

https://dosen.perbanas.id/kinerja- perusahaan-2/

Ridla, M. R. (2016). ANALISIS BALANCE SCORECARD PADA KINERJA PERGURUAN TINGGI SWASTA ISLAM DI KOPERTAIS WILAYAH III YOGYAKARTA (Studi Kasus di Sekolah Tinggi Islam Terpadu Yogyakarta). Jurnal MD, 55-73.

Sipayung, F. (2009). Balance Scorecard:

Pengukuran Kinerja Perusahaan Dan Sistem Manajemen Strategis. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, 7-14.

Sudaryo, Y. (2015). KINERJA PERGURUAN TINGGI DENGAN PENDEKATAN STRATEGIC MAP BALANCED SCORECARD (Studi pada 6 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Kota Bandung).

Journal of Social Sciences and Humanities, 1-12.

Suharyanto. (2018). DAMPAK KUALITAS PELAYANAN DAN BIAYA KULIAH

TERHADAP KEPUASAN

MAHASISWA UNIVERSITAS X BANDUNG. E N S A I N S : V o l . 1 N o m o r . 1 , M e i 2 0 1 8, 44-55.

Sukirno. (2017). Balanced Scorecard:

Implementasi Interaksional Agency Theory Dan Stakeholder Theory Dalam Manajemen Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol.

XV, No. 2., 47-62.

Sumarno, Gimin, & Nas, S. (2017). Dampak Biaya Kuliah Tunggal Terhadap Kualitas Layanan Pendidikan. Kelola, Jurnal Manajemen Pendidikan, 184-194.

Surtiati, Siregar, & Andati. (2017). Analisis Arus Kas Terkait Kebijakan Uang Kuliah Tunggal Di Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen, Vol. 3 No. 2, 222 – 235.

Syam, A. K. (2014, September 11). Opini: Uang Kuliah Tunggal Persulit Pendidikan Tinggi. From UKM BIROHMAH

Universitas Lampung:

http://birohmah.unila.ac.id/opini-uang- kuliah-tunggal-persulit-pendidikan- tinggi/

Umaimah. (2019). BALANCE SCORECARD SEBAGAI PENGUKURAN KINERJA PADA PERGURUAN TINGGI.

Manajerial, 84-92.

Referensi

Dokumen terkait

Data tersebut akan dilakukan sinkronisasi pada aplikasi situs web yang dibuat, sehingga data yang dimasukkan oleh petani ketika tidak terhubung dengan jaringan internet