UJIAN TENGAH SEMESTER DIALEKTIKA RUANG
DOSEN : Ir. Samsul Bahri, MT
NAMA : Bagus Hilmi Habibi Burnama NIM : 200406139
FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN ARSITEKTUR UNVERSITAS SUMATRA UTARA
2023/2024
1. DIALEKTIKA RUMAH BALI
Rumah tradisional Bali, atau yang lebih dikenal dengan sebutan "compound,"
merefleksikan filosofi unik mengenai hubungan manusia dengan alam serta antara sesama manusia. Dialektika ruang dalam rumah tradisional Bali menjadi representasi dari harmoni antara unsur-unsur alam dan kehidupan manusia, serta pemahaman mendalam tentang hierarki sosial dan spiritual. Melalui setiap elemen dan strukturnya, rumah tradisional Bali mengajarkan tentang keseimbangan, penghormatan, dan keberlanjutan.
Kaja-Kelod Orientation: Dalam perancangan rumah tradisional Bali, orientasi Kaja (arah gunung) dan Kelod (arah laut) sangat penting. Ruang-ruang utama umumnya diatur menghadap ke arah Kaja, yang dianggap sebagai arah yang suci dan mewakili gunung yang dihormati. Kelod mewakili dunia bawah dan air, juga memiliki makna penting dalam konteks kepercayaan Bali.
1. Pura: Ruang Suci dan Kosmologi
Di dalam setiap compound Bali, terdapat pura atau tempat ibadah. Pura bukan hanya sekadar tempat bersembahyang, melainkan juga menggambarkan hubungan manusia dengan alam semesta. Pada tataran dialektika, pura menjadi titik pertemuan antara alam material dan spiritual, menggambarkan siklus kelahiran, kehidupan, dan kematian. Ruang pura mencerminkan kosmologi Hindu-Bali, di mana tiga gunung suci (Gunung Agung, Gunung Batur, dan Gunung Meru) diwakili oleh tiga bagian pura yang berbeda.
2. Paon: Ruang Memasak dan Keberlanjutan
Ruang memasak atau paon adalah bagian penting dalam rumah Bali. Dalam dialektika ini, paon menggambarkan keterhubungan manusia dengan alam melalui proses memasak yang melibatkan bahan-bahan alami. Konsep tri hita karana, yaitu keseimbangan antara manusia, alam, dan roh, tercermin dalam cara memasak tradisional yang memperhatikan sumber daya alam dan siklus alam.
3. Bale: Ruang Pertemuan dan Hierarki Sosial
Bale adalah bangunan terbuka yang digunakan untuk pertemuan keluarga atau kegiatan sosial. Dalam konteks dialektika, bale mencerminkan hierarki sosial dan penghargaan terhadap leluhur. Bale memiliki tempat duduk yang berbeda-beda sesuai dengan status sosial, mengajarkan tentang nilai-nilai kesopanan, hierarki, dan penghormatan dalam masyarakat Bali.
4. Jineng: Ruang Penyimpanan dan Kebersamaan
Jineng atau lumbung adalah struktur berbentuk menara yang digunakan untuk menyimpan hasil panen. Dalam dialektika ruang, jineng menggambarkan kerjasama dan kebersamaan dalam menghadapi tantangan alam. Penyimpanan hasil panen secara teratur dalam jineng mengajarkan nilai kedisiplinan dan pengaturan sumber daya, sekaligus memupuk rasa saling menghormati dalam komunitas
5. Kamar Tidur: Ruang Pribadi dan Ritus Spiritual
Ruang tidur dalam rumah Bali adalah tempat untuk beristirahat dan merenung. Dalam dialektika ini, kamar tidur menggambarkan koneksi antara manusia dengan dunia rohaniah.
Seni ukir yang menghiasi kamar tidur seringkali memiliki motif-motif yang bermakna spiritual, mengundang kehadiran roh leluhur dan memberikan perlindungan.
Dalam keseluruhan dialektika ruang rumah tradisional Bali, terbentang harmoni antara alam, manusia, dan roh. Setiap elemen ruang memiliki tujuan dan makna yang dalam, mengajarkan tentang keseimbangan, penghormatan, dan keberlanjutan dalam hubungan kompleks antara manusia dan alam. Rumah tradisional Bali menjadi simbol budaya yang mengajarkan nilai- nilai luhur yang tetap relevan dalam masyarakat modern.
2. STUDI LITERATUR RUMAH ADAT KARO
Rumah adat Karo ”Siwaluh Jabu” merupakan rumah panggung dengan ketinggian mencapai 12 meter, memiliki dinding miring dengan bagian bawah lebih kecil daripada bagian atas. Bentuk atap merupakan perpaduan bentuk trapesium. Rumah adat Karo biasa disebut rumah besar yang didiami oleh delapan keluarga dengan keluarga yang menempati diatur menurut adat dan kebiasaan suku bangsa Karo. Setiap bagian dalam rumah adat Karo
”Siwaluh Jabu” dalam pembagian tata ruangnya, secara umum, rumah Siwaluh Jabu terdiri dari satu ruangan besar terbuka dengan ruang-ruang dibatasi oleh papan kayu yang terletak berseberangan.
Siwaluh Jabu Denah rumah adat karo : Siwaluh Jabu
Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu, memiliki denah yang simetris yang berbentuk bujur sangkar yang ditutup oleh bidang-bidang vertikal selain itu rumah adat karo memiliki organisasi ruang terpusat bersifat mempersatukan dan memiliki ruang-ruang sekunder yang berukuran sama seperti dapur pada rumah adat karo dengan analisis ini bentuk ruang dan eksterior rumah adat karo dibuat berdasarkan hirarki dan posisi dari keluarga yang menempati Rumah Siwaluh jabu ini. Secara garis besar rumah adat ini terdiri dari jabu jahe (hilir) dan jabu hilir (hulu). Ruang dalam rumah Siwaluh Jabu tidak memiliki pembatas yang membatasi setiap ruang yang ada, akan tetapi dibatasi oleh pembatas tak kasat mata yaitu adat-istiadat yang kuat. Dengan demikian ruang pada Siwaluh Jabu memiliki nama dan aturan siapa saja yang harus menempati ruang tersebut.
1. Tata Ruang rumah Siwaluh Jabu masih mempertahankan bentuk asli rumah tradisional Karo, yang disebabkan masih dipertahankannya bangunan asli rumah tradisional Karo.
2. Perubahan signi kan pada tata ruang rumah Siwaluh Jabu terlihat pada penambahan sekat antar ruang dalam sehingga penghuni rumah mendapatkan ruang privasi yang jelas dan tegas. Penambahan sekat pada ruangan terjadinya perubahan pengunaan material pada rumah Siwaluh Jabu, yaitu penggunaan material triplex.
3. Ukuran dan jumlah ruang pada rumah Siwaluh Jabu mengalami perubahan pada ukuran ruang yang disekat ini disebabkan karena saat ini rumah Siwaluh Jabu sudah tidak ditempati oleh 8 keluarga.
4. Terjadinya perubahan fungsi dari berbagai tempat yang ada di Rumah Siwaluh Jabu ini, salah satu contoh yaitu: Ture, sudah tidak digunakan lagi sebagai tempat untuk melahirkan.
5. Dapur pada rumah Siwaluh Jabu tetap dipertahankan keberadaannya, letak yang tidak berubah
Penekanan pada kajian makna ruang dalam "siwaluh jabu" dapat melibatkan beberapa aspek berikut:
Ruang Fungsional: Pertama-tama, penting untuk memahami fungsi-fungsi berbagai ruang dalam "siwaluh jabu". Rumah ini memiliki ruang-ruang khusus untuk keperluan tertentu, seperti ruang tidur, ruang tamu, dapur, dan ruang peribadatan. Setiap ruang memiliki peran dan fungsi yang unik dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo.
Simbolisme Ruang: Selain fungsi praktis, ruang-ruang dalam "siwaluh jabu" sering kali memiliki makna simbolis. Misalnya, ruang peribadatan atau "pustaha" mungkin memiliki tempat penting dalam upacara keagamaan dan ritual budaya Karo. Studi makna simbolis ruang ini dapat membantu dalam pemahaman tentang bagaimana ruang-ruang tersebut dihormati dan digunakan dalam konteks budaya.
Hierarki Ruang: Struktur ruang dalam "siwaluh jabu" sering kali mencerminkan hierarki sosial dan budaya. Ruang-ruang tertentu mungkin hanya boleh diakses oleh anggota tertentu dalam masyarakat Karo, sementara yang lain mungkin terbuka untuk pengunjung
atau tamu. Pemahaman hierarki ruang ini dapat mengungkapkan dinamika sosial dalam budaya Karo.
Konsep Privasi dan Keterhubungan: Makna ruang dalam "siwaluh jabu" juga dapat mencerminkan konsep privasi dan keterhubungan. Bagaimana ruang-ruang tersebut terletak dan diorganisasi dapat menggambarkan bagaimana masyarakat Karo mengelola interaksi sosial dan privasi mereka dalam lingkungan rumah adat mereka.
Adaptasi Lingkungan: Penekanan pada makna ruang juga dapat melibatkan pemahaman tentang bagaimana rumah adat Karo, termasuk "siwaluh jabu", diadaptasi untuk menghadapi lingkungan alam yang keras di pegunungan Sumatra Utara. Cara rumah ini diarahkan, berhadapan dengan matahari, atau dirancang untuk melindungi dari cuaca buruk dapat mencerminkan penyesuaian dengan kondisi alam yang ekstrem.
Perubahan dan Pelestarian: Penting juga untuk mempertimbangkan bagaimana makna ruang dalam "siwaluh jabu" telah berubah seiring waktu, terutama dengan modernisasi dan urbanisasi. Bagaimana upaya pelestarian dilakukan untuk mempertahankan makna ruang dalam rumah adat ini juga dapat menjadi bagian penting dalam kajian ini.
3. TERAS SEBAGAI HALAMAN SEBAGAI RUANG PERALIHAN
Teras sebagai ruang pengalihan adalah konsep yang merujuk pada penggunaan teras atau area luar rumah sebagai ruang yang digunakan untuk mengalihkan aktivitas atau fungsi tertentu. Teras biasanya berada di luar rumah dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti bersantai, makan, bermain, atau bahkan bekerja. Teras sebagai ruang pengalihan memiliki beberapa makna dan manfaat, antara lain:
1. Ruang Penyambutan: Teras seringkali berfungsi sebagai area penyambutan bagi tamu atau pengunjung. Ini adalah tempat yang pertama kali mereka lihat saat datang ke rumah Anda, dan dapat memberikan kesan pertama yang baik.
2. Ruang Santai: Teras dapat diubah menjadi ruang santai yang nyaman dan menenangkan. Fungsi ini membuat teras menjadi tempat yang sempurna untuk bersantai, membaca buku, atau menikmati alam terbuka tanpa harus pergi jauh dari rumah.
3. Ruang Makan: Banyak orang menggunakan teras sebagai tempat makan, terutama saat cuaca bagus. Ini memberikan pengalaman makan di luar ruangan yang menyenangkan dan berbeda dari ruang makan dalam rumah.
4. Ruang Bermain: Bagi keluarga dengan anak-anak, teras dapat dijadikan ruang bermain yang aman dan nyaman. Anak-anak dapat bermain di luar sambil tetap diawasi oleh orang tua.
5. Ruang Kerja atau Belajar: Dalam situasi tertentu, teras dapat diubah menjadi ruang kerja atau belajar yang nyaman. Ini memungkinkan seseorang untuk bekerja atau belajar di luar rumah sambil tetap merasakan suasana terbuka.
6. Ruang Hortikultura: Bagi penghobi taman, teras dapat digunakan untuk menanam berbagai jenis tanaman hias atau berkebun pot. Ini adalah cara yang baik untuk menciptakan suasana alam di dalam kota.
7. Ruang Hiburan: Terkadang, teras dapat diubah menjadi ruang hiburan dengan penambahan perabotan seperti televisi luar ruangan, sistem suara, atau perapian terbuka untuk pertemuan sosial atau menonton pertandingan olahraga.
Konsep ini menggambarkan fleksibilitas ruang teras dan bagaimana dapat diadaptasi sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pemilik rumah. Teras sebagai ruang pengalihan memberikan kesempatan untuk menghubungkan ruang dalam dan luar rumah dengan cara yang kreatif dan berfungsi.
Berikut adalah pola/batasan sifat ruang yang harus diterapkan pada saat menzoning ruang/ruangan sesuai fungsi pada rumah.
Teras memiliki sifat ruang publik,yang fungsinya untuk menerima tamu/orang yang bukan menjadi penghuni rumah. Letak teras bisa berada di samping rumah, belakang, menjadi perantara antar ruang di dalam rumah, bahkan di atas atap. Bila berada di depan, teras dapat sebagai area peralihan. Sementara di lokasi lainnya, teras menjelma menjadi tempat rekreasi keluarga yang menyegarkan.
Contoh teras yang berada di depan rumah :
Contoh teras yang berada di samping rumah :
Contoh teras yang berada di belakang rumah :
4. SKALA RUANG
SKALA INTIM
Bangku di taman fakultas Teknik ini merupakan ruangan berskala intim karena kita dapat terasa seperti di dalam ruangan yang memberikan rasa perlindungan. Pada ruang intim ini seluruh detail elemen perkerasan atau tanaman terlihat jelas.
SKALA MONUMENTAL
Auditorium USU ini memberikan kesan ruang monumental, yang memberikan kesan megah
Skala ruang kota
Lapangan basket ini sebuah tempat yang menjadi pusat kegiatan sosial dan kebugaran di tengah beton dan gedung-gedung kampus. Yang menyatukan Gedung kampus dengan lingkungan sekitar nya.
5. SIX ORDERING PRINCIPLE
AXIS (SUMBU)
Axis dalam konteks arsitektur mengacu pada garis atau garis imajiner yang digunakan untuk menyusun elemen arsitektur dalam suatu bangunan atau ruang. Axis adalah salah satu konsep dasar perencanaan dan desain arsitektur yang membantu menciptakan struktur yang teratur, harmonis, dan bermakna.
Ketika seorang arsitek menggunakan sumbu atau titik fokus dalam sebuah desain, hal itu mempunyai efek seperti anak panah lurus pada sebuah tanda, mengarahkan Anda ke arah yang benar. Setara misalnya Taj Mahal di Agra dirancang sepanjang sumbu sebagai titik focus menuju pintu masuk sehingga proyek fokus pada ruang tengah makam.
SIMETRY (SIMETRI)
Simetri merupakan salah satu konsep dasar desain arsitektur yang mengacu pada keseimbangan visual dan struktur suatu bangunan atau elemen arsitektur.
HIERARKI (HIERARCHY)
Hirarki arsitektur adalah cara untuk mendefinisikan peran, kepentingan, dan hubungan antara elemen arsitektur yang berbeda dalam sebuah desain. Hierarki ini membantu memberikan struktur, penekanan, dan organisasi yang sesuai dalam suatu bangunan atau lingkungan.
RITME
Ritme dalam arsitektur adalah suatu konsep yang menciptakan kesan gerakan atau urutan berulang dalam desain suatu bangunan atau ruang. Hal ini menciptakan tampilan yang terorganisir dan dinamis, sering kali melibatkan pengulangan elemen tertentu pada jarak atau jarak yang konstan.
DATUM
Datum adalah titik awal atau landasan yang membantu dalam mengorganisasi dan merancang elemen-elemen lain dalam sebuah bangunan. Konsep datum memainkan peran penting dalam menciptakan tata letak dan struktur yang teratur dan terorganisir.
TRANSFORMASI
Transformasi arsitektur dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk perluasan, renovasi, adaptasi, atau restrukturisasi. Ini adalah cara populer untuk memperbarui, memodernisasi, atau mengubah bangunan atau ruang yang sudah ada tanpa harus membangun dari awal.