• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ulasan Buku dan Undang-Undang Hak Cipta

N/A
N/A
Anonymous

Academic year: 2025

Membagikan "Ulasan Buku dan Undang-Undang Hak Cipta"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

Iksaka Banu ‘'peniup ruh'‘ yang jitu dalam menghidupkan masa lalu. Di tangannya, kisah berlatar sejarah tersingkap

apik, rinci, dan dramatik.

‘Kurnia Effendi

Cerita-cerita dalam kumpulan ini membawa kita kepada era kolonialisme yang jarang digali oleh penulis Indonesia modern.

Dengan riset yang serius dan teliti, Iksaka Banu mengisahkan tentang cinta, keintiman, kemesraan sekaligus pengkhianatan

dan kekejian di antara tokoh-tokoh pribumi dan Belanda.

‘Leila S. Chudori

I k s a k a B a n u

IksakaBanu

Indonesia merdeka. Masing-masing menggoda kita untuk berimajinasi tentang sejarah Indonesia dari sudut pandang yang khas: mantan tentara yang dibujuk membunuh suami kekasih gelapnya; perwira yang dipaksa menembak Von Imhoff; wartawan yang menyaksikan Perang Puputan; inspektur Indo yang berusaha menangkap hantu pencuri beras;

administratur perkebunan tembakau Deli yang harus mengusir gundik menjelang ke datangan istri Eropanya; nyai yang begitu disayang sang suami tetapi berselingkuh.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(2)
(3)
(4)

Un dan g-Un dan g Republik In don esia Nom or 19 Tahun 20 0 2 ten tan g H ak Cipta Lin gkup H ak Cipta

Pasal 2:

1.Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumum- kan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dila- hirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keten tuan Pidan a Pasal 72:

1.Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara ma sing- masing pa ling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (sa tu juta rupiah), atau pi da na penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2.Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana di mak sud pa da ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda pa ling ba nyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(5)

J akarta:

KPG (Kepustakaan Populer Gram edia)

(6)

Dicetak oleh PT Gramedia, Jakarta.

Isi di luar tanggung jawab percetakan.

KPG 901 14 0805

Cetakan Pertama, Mei 2014 Perancang Sampul Yuyun Nurrachman Ilustrasi

Yuyun Nurrachman Penataletak Suwarto

BANU, Iksaka Semua untuk Hindia

Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2014 xiv + 154; 13,5 cm x 20 cm

ISBN: 978-979-91-0710-7

http://pustaka-indo.blogspot.com

(7)

Ucapan Terim a Kasih vii

H in dia Tim ur un tuk Kita, H ari In i ix

Selam at Tin ggal H in dia 1

Stam bul Dua Pedan g 13

Kerin gat dan Susu 25

Racun un tuk Tuan 37

Gudan g Nom or 0 12B 49

Sem ua un tuk H in dia 60

Tan gan Ratu Adil 72

Pollux 79

Di Ujun g Belati 92

Bin tan g J atuh 10 4

Pen un juk J alan 117

Mawar di Kan al Macan 132

Pen abur Ben ih 142

Ten tan g Pen ulis 154

http://pustaka-indo.blogspot.com

(8)

dan alm arhum ah Ibu Theresia Oergan iati Suhartin

http://pustaka-indo.blogspot.com

(9)

SEKITAR TAH UN 1976, setelah m em baca cerita pen dek saya yan g dim uat di rubrik an ak beberapa koran dan m ajalah, al- m arhum ayah saya, Dr. R.I. Suhartin Tjitrobroto, juga seoran g pe n ulis buku pen didikan , m em beri n asihat agar saya lebih se ri- us m e n ekun i kebiasaan m en ulis. “Tulis. Bikin buku. Sedikitn ya sa tu buah buku selam a hidupm u. Lebih ban yak lebih baik,” de- m i kian kira-kira kata beliau waktu itu. Saya, yan g sedan g ja tuh cinta kepada dunia grais hanya meringis, kemudian me neng­

gelam kan diri di an tara ratusan kertas gam bar dan cat poster se lam a belasan tahun . Nyaris m elupakan dun ia tulis-m en ulis.

Setelah saya dewasa, saat satu cerpen saya dim uat di se bu- ah m ajalah pria sekitar awal tahun 20 0 0 , Ayah m en gulan g n a- si hatn ya. Kali itu ucapan beliau berhasil m em bakar sem an gat.

Se ti ap ada kesem patan , selalu saya sem patkan m en ulis cerpen de n gan an eka tem a. Betul, bahwa karen a kesibukan pekerjaan , sam pai hari in i saya belum bisa m en ulis n ovel. Tetapi, cerpen - cer pen bertem a kolon ial yan g m ulai saya garap sejak tahun 20 0 4 akhirn ya bisa terbit dalam satu an tologi. Maka pada ke sem pat an in i, ucapan terim a kasih palin g awal akan saya

http://pustaka-indo.blogspot.com

(10)

alam at kan kepada alm arhum Ayah. Sun gguh sayan g, beliau tak sem pat m elihat buku in i.

Setelah itu, pen ghorm atan saya berikan kepada alm arhum - ah Ibu, Theresia Oergan iati, yan g dahulu berwelas asih m en jadi pen den gar an eka keluhan serta m en dukun g sem ua keputusan yan g saya buat. J uga Raksaka Mahi, kakak tercin ta, patron un - tuk sem ua hal baik (yan g jaran g saya m iliki).

Pelukan terim a kasih berikutn ya saya persem bahkan bagi pasan gan hidup, sum ber sem an gat, serta in spirasi saya: An an ta Prim atia H eska. J uga buah hati kam i tercin ta, Dem etrius Dyota Tigm akara.

Tak lupa jabat terim a kasih yan g erat un tuk Mas Nirwan Dewan to, budayawan , pen ggiat sastra, pen jaga rubrik cerpen . Bidan bagi sebagian besar cerpen saya di Koran Tem po. Mas Kur n ia Effen di dan Mbak Leila S. Chudori, dua oran g idola, sa ha bat, sekaligus m en tor saya dalam m en ulis. Rekan En dah Sulwesi, yan g tak bosan m en yodorkan pilihan kata setiap kali saya terben tur EYD atau kaidah bahasa. Alm arhum ah Mbak Firm ian i Darsjaf, redaktur Majalah M atra, yan g beran i m e- n e rim a n askah cerpen saya dan den gan dem ikian m em an tik kem bali sem an gat m en ulis saya pada tahun 20 0 0 . Kan g Yuyun Nurachm an , yan g piawai m em ain kan pen a gam bar, m em ban tu m en g hias halam an dalam serta sam pul buku in i sehin gga tam - pil gem ilan g. Mas Can dra Gautam a, Mas In in g Isaiyas, dan se- m ua tim terkait dari Kepustakaan Populer Gram edia yan g telah ber ken an m em ilih, m en yun tin g, serta m en erbitkan n askah bu- ku sederhan a in i, juga pihak-pihak lain yan g tak m un gkin sa ya sebutkan satu per satu di sin i. Saya ucapkan terim a kasih se- besar-besarn ya.

J atiwarin gin , April 20 14 Iksaka Ban u

http://pustaka-indo.blogspot.com

(11)

Hari Ini

SEJ ARAH DATANG KEMBALI kepada kita den gan m an is m e lalui tiga belas cerita pen dek Iksaka Ban u yan g terhim pun da lam buku in i. J ika teh m an is tetaplah harus m en gan dun g pa hit supaya tak kehilan gan rasa tehn ya, begitu juga cerita-ce- ri ta yan g kita baca itu. Dalam hal in i si pen ulis telah m en jadi pe ram u yan g cekatan . Ia m en gam bil sejum lah babak dari pra- In do n esia kita, yan g serin gkali pahit den gan un taian kron ik ka lah-m en an g, dan m en jadikan n ya seben tuk n ostalgia. Dan n os tal gia, buat saya, ialah tilas m asa lam pau yan g berm an is- m a n is den gan hari in i.

Dem ikian lah si pen ulis m en ghadirkan berbagai latar se ja - rah H in dia Tim ur seperti pelayaran Corn elis de H outm an ke Ke pu lauan Nusan tara pada 1596; pem beron takan Un tun g Su- ra pati pada awal 168 0 -an ; pem ban taian oran g Cin a di Ba ta- via pada 1740 ; jatuhn ya Batavia dari Belan da ke In ggris pada 18 11; pem beran gkatan Pan geran Dipon egoro ke Man ado pada 18 30 ; gerakan Ratu Adil di Ban ten pada 18 8 8 ; Peran g Puputan di Bali Selatan pada 190 6; perkebun an tem bakau di Deli dan

http://pustaka-indo.blogspot.com

(12)

per ke bun an teh di J awa Barat, keduan ya pada awal abad XX;

m asa vakum kekuasaan pasca-pen jajahan J epan g pada 1945.

Sem ua latar tersaji itu adalah sapuan -sapuan besar se ja- rah. Historiograi, karena sifatnya yang hendak merangkai ke­

m a juan yan g dicapai oleh um at m an usia dan ban gsa-ban gsa, m en jadi lukisan raksasa yan g m eran gkum oran g-oran g besar dan berbagai tin dakan besar. Ke celah-celah koson g yan g tak tersen tuh oleh sapuan -sapuan besar itulah Iksaka Ban u m a- suk menemukan tokoh­tokoh iktifnya. Mereka boleh jadi me­

n yim pan g dari arus sejarah yan g m en ekan m ereka jadi oran g bawahan , boleh jadi bereaksi tajam terhadap peristiwa besar yan g m en dam parkan m ereka kepada situasi khusus. Tapi pa da da sarn ya san g pen ulis berlaku setia kepada tem uan para se ja- ra wan. Dalam beriksi, sikapnya tetap ilmiah.

Dalam setiap cerita, Iksaka Ban u lan gsun g m en dam parkan kita ke ten gah situasi, serin gkali situasi gen tin g. Dalam “Pe- n a bur Ben ih”, m isaln ya, kita begitu saja m en atap m isa arwah bagi seoran g korban pen yakit skorbut yan g dipim pin seoran g n o vis Katolik di kapal “Duyfken ”, salah satu dari em pat kapal Corn elis de H outm an . Dalam “Pen un juk J alan ” kita segera saja berjum pa den gan tergulin gn ya sebuah kereta pos ke dasar ju- ran g dalam perjalan an dari Ban ten ke Batavia; dan seoran g dok ter Belan da (baru tiba berlayar dari n egerin ya) yan g lolos dari kecelakaan itu. Pem buka “Selam at Tin ggal H in dia” adalah selam atn ya seoran g wartawan Belan da dari pem eriksaan ge- rom bolan laskar Republik lan taran ia tercan dra tidak bisa ber- bahasa Melayu.

Pem bukaan yan g m en gan dun g suspen s, itulah yan g m em - bu at kita terseret ke dalam kisah-kisah Iksaka Ban u, sam pai pada suatu tahap kita tersadar bahwa tokoh-tokoh an g git an - n ya m en gajak kita berwacan a. Mereka, san g n arator dan la- wan -lawan bicaran ya itu, berlaku cerdas seperti haln ya si pe- n ga ran g. Dalam “Pen abur Ben ih”, m isaln ya: sam bil m en coba

http://pustaka-indo.blogspot.com

(13)

ber dam ai den gan kem atian , san g n ovis dan oran g-oran g di se ki tarn ya m em bawa kita ke dalam pem ersoalan ten tan g am bisi dan kelem ahan Corn elis de H outm an , ten tan g ben ih- ben ih m erkan tilism e dan kolon ialism e Belan da, ten tan g fun gsi Katolikism e bagi Belan da yan g Kalvin is dan agam a bagi zam an ilm u pen getahuan , dan seterusn ya.

Ketiga belas cerita pen dek dalam him pun an in i boleh tam - pak sebagai cerita petualan gan , cerita detektif, kisah asm ara, kisah horor. Nam un , seperti sudah saya katakan , si pen garan g berlaku ilm iah. Ia tidak m en yelun dupkan un sur-un sur fan tastik ke dalam pen gisahan (seperti dalam prosa “realism e m agis”, m i sal n ya). “H an tu perem puan ” dalam cerita “Gudan g No 0 12B”

ter n yata seoran g perem puan pen derita lepra yan g diperalat oleh para pen curi beras. Iksaka Ban u juga tidak m en am pilkan pa ro di terhadap historiograi (seperti A.S. Laksana, misalnya).

Pem beron takan kaum Cin a dan persain gan an tara Gubern ur J en de ral Adriaan Valcken ier dan deputin ya, Gustaaf Willem von Im hoff, yan g terpapar dalam cerita “Bin tan g J atuh”, m i sal- n ya, bisa kita den gar secara teran g-ben deran g, tan pa dis torsi.

Tak jaran g san g pen garan g berin dah-in dah terlalu. Da lam “Se- lam at Tin ggal H in dia”, m isaln ya, san g aku-n arator, war ta wan De Telegraaf, m em bayan gkan Geertje, si perem puan Be lan - da pro-Republik In don esia (yan g pern ah dican dran ya se ba gai pen g khian at n egerin ya sen diri), “duduk di ten gah ham par an sa wah, bern yan yi bersam a oran g-oran g yan g ia cin tai: ‘In i ta- n ah ku. In i rum ahku. Apapun yan g ada di ujun g n asib, aku te- tap tin ggal di sin i.’”

Narator dalam setiap kisah Iksaka Ban u adalah si aku yang berlaku rasional, sekurang­kurangnya mampu be relek­

si ten tan g pen galam an n ya sen diri; bahkan ketika ia m en g ha- dapi m aut yan g akan m eren ggut dirin ya sen diri atau oran g ter de katn ya. Dem ikian lah, m isaln ya, si aku adalah ad m i n is- tratur perkebun an tem bakau di Deli yan g terpaksa m en gusir

http://pustaka-indo.blogspot.com

(14)

gun dik n ya m en jelan g kedatan gan istri resm in ya dari Negeri Be lan da (“Racun un tuk Tuan ”); in spektur polisi di Cilacap yan g, ketika m en an gan i pen curian beras di gudan g stasiun , ber kon lik dengan atasannya (“Gudang No 012B”); wartawan De Locom otief peliput Peran g Puputan di Bali Selatan , yan g ber em pati kepada kaum Ban gsawan Bulelen g yan g kalah oleh sia sat Gubern ur J en deral Van H eutsz (“Sem ua un tuk H in - dia”); n yai pem baca buku dan pecin ta sen i pan ggun g yan g ber cin ta den gan seoran g bin tan g kom edi stam bul yan g m an - tan wartawan (“Stam bul Dua Pedan g)”; n ovis Katolik di an - ta ra para pelaut Protestan dalam pelayaran m en uju H in dia Ti m ur (“Pen abur Ben ih”); letn an pem im pin pem beron takan di sekun ar “Noordster” yan g dijebloskan ke Pen jara Stadhuis dan mampu bersoal jawab tentang konlik Belanda­Belgia (“Pollux”).

Den gan n arator-aku, si pen ulis tam pak m en gen dalikan ceri ta n ya, m en jadikan n ya sem acam lin gkaran sem purn a. San g aku m elen gkapkan dirin ya—dan terpan cin g atau m em an cin g la wan -lawan bicaran ya—jadi pem beri in form asi, bahkan fakta ke ras, dan juga suara m oral kepada kita. Setiap tin dakan selalu je las sebab-m usababn ya. Iksaka Ban u tidak m em biarkan am - bi guitas atau kekaburan m en yelim uti tokoh-tokohn ya dan ber ba gai peristiwa yan g m ereka lakon i. Dan tokoh-tokoh yan g se lalu m em iliki latar belakan g sosial-budaya yan g teran g ben - de ran g in i pun bersoal jawab den gan keben aran yan g berlaku di se kitar m ereka, juga den gan kekeliruan yan g tim bul akibat ke bi jak an besar kolon ialism e. Kisah-kisah Iksaka Ban u ber ge- rak m a ju dan terus terdoron g m en uju akhir den gan ran gkaian ki las balik.

Buat saya, si aku-n arator adalah sam aran san g pen ulis sen di ri yan g hen dak m em berikan tan ggapan terhadap an eka kehidupan H in dia Belan da yan g pen uh paradoks. Meski m e- n yo dorkan m asa lam pau yan g jauh, ia tetap m en ggun akan ba-

http://pustaka-indo.blogspot.com

(15)

hasa In don esia m asa kin i yan g rapi, tertib, tak bercacat. Ber- bagai periode dari kehidupan H in dia Tim ur terkem as den gan lan ggam bahasa yan g sam a dan an eka karakter dari berbagai zam an itu berujar den gan lan ggam wicara yan g sam a. Den gan dem ikian , m eski kisah-kisah itu hen dak m en gharukan dan m e n e gan gkan , kita tetap berdiri di luar sebagai pen gam at yan g

“obyektif”.

Namun toh iksi tetaplah iksi sekalipun bersandar pada fak ta sejarah. Iksaka Ban u serin gkali m em bulatkan kisahn ya de n gan serba-kebetulan , juga un tuk m em perkuat latar pe- ris tiwa. San g aku-n arator diselam atkan oleh san g Pan geran Ke ba tin an , yan g belakan gan diketahuin ya bern am a Un tun g (yaitu Un tun g Surapati), pen yam un budim an yan g m em im pin pem beron takan m elawan Kom pen i; kem udian san g aku, di rum ah sahabatn ya, m elihat wajah si Un tun g dalam sebuah lukisan yan g m en ggam barkan Keluarga Pieter Cn oll, yan g telah m en gan gkat si budak Bali in i sebagai an ak (“Pen un juk J alan ”).

San g aku bertem u kem bali den gan An ak Agun g Istri Suan dari, si gadis kecil, yan g m en ewaskan diri dalam Peran g Puputan ; si gadis adalah an ggota keluarga Puri Kesim an , yan g m en jadi n arasum ber si aku ketika m en ulis ten tan g tradisi m esatiy a be- berapa tahun sebelum n ya. Racun dalam m in um an cen dol bi- kin an san g n yai yan g hen dak diteguk oleh san g adm in istratur perkebun an tem bakau adalah racun yan g pern ah diceritakan oleh atasan n ya sebelum ia bergun dik (“Racun un tuk Tuan ”).

Ada kalan ya serba-kebetulan itu tergarap begitu halus se- hin gga m en jadi sim etri. Dalam “Stam bul Dua Pedan g”, dua pe m ain an ggar m em perebutkan si aku: suam in ya, ad m i n is tra- tur perkebun an teh, pem ain an ggar yan g m ahir; kekasihn ya, pen dekar an ggar di pan ggun g kom edi stam bul, m an tan war- ta wan yan g pern ah belajar beran ggar kepada Kepala Redaksi- n ya. Pun kehidupan asm ara si aku sen diri becerm in -cerm in an de n gan berbagai kisah cin ta di atas pan ggun g yan g kerap di-

http://pustaka-indo.blogspot.com

(16)

ton ton n ya. Sim etri bergan da dem ikian lah yan g m en gokohkan

“Stam bul Dua Pedan g”. Con toh in i juga m en yatakan bahwa Iksaka Ban u m en em ukan ben tuk terbaikn ya justru apabila ia

“m en yem bun yikan ” catatan sejarah.

Sebagian besar cerita yan g terbit dalam buku in i telah ter- m uat di Lem bar Sastra Koran Tem po edisi Min ggu dalam be be- rapa kesem patan di an tara 20 0 7-20 12. Selaku pen gelola Lem - bar Sastra tersebut sejak perten gahan 20 0 2 sam pai kin i, sa ya m en yam but baik cerita-cerita yan g san ggup m en ggarap an e ka

“kem un gkin an lain ” dalam pen ggam baran In don esia. Ba ran g- kali tidak ada penulis iksi pada generasi saya selain Iksaka Ba n u yan g kon sisten m en yin gkapkan kem bali kehidupan Oost In dië. (Di Lem bar Sastra kam i, ia juga m en ulis, bersam a Kurn ia Effen di, sejum lah cerita ten tan g dan di sekitar pelukis Raden Saleh). Pen ulis kelahiran Yogyakarta, 1964, in i m en yadarkan ki ta bahwa H in dia Tim ur bukan lah m en em pel pada kehidupan kita hari in i, tapi m erasuk ke dalam n ya, m em pen garuhi cara kita dalam m en erim a dun ia luas. Tiga belas cerita pen dek da- lam buku in i m en yan gkal praduga um um bahwa sejarah kita apak, berdebu-sawan g, dan berbau kem en yan .

—N irw a n D e w a n to

http://pustaka-indo.blogspot.com

(17)

CH EVROLET TUA YANG kutum pan gi sem akin m elam bat, se- be lum akhirn ya berhen ti di m uka barikade bam bu yan g di pa- san g m elin tan g di ujun g jalan Noordwijk. Seben tar kem udian , seperti sebuah m im pi buruk, dari sebelah kiri ban gun an m un - cul beberapa oran g pria beram but pan jan g den gan ikat ke pa- la m erah putih dan an eka seragam lusuh, m en odon gkan se- n apan .

“Laskar,” gum am Dullah, sopirku.

“Pastikan m ereka m elihat tan da pen gen al wartawan itu,”

bisikku.

Dullah m en un juk kertas di kaca depan m obil. Salah se- oran g pen ghadan g m elon gok m elalui jen dela.

“Ke m an a?” tan ya oran g itu. Ia berpeci hitam . Kum isn ya le- bat, m em belah wajah. Sepasan g m atan ya m en ebar an cam an .

“Merdeka, Pak! Ke Gun un g Sahari. In i wartawan . Oran g baik,” Dullah, den gan raut m uka yan g dibuat seten an g m un g- kin , m en garahkan ibu jarin ya kepadaku.

“Turun dulu baru bicara, sontoloy o!” ben tak si kum is sam - bil m em ukul bagian depan m obil. “Suruh bule itu turun juga!”

sam bun gn ya.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(18)

Tergesa, Dullah dan aku m en uruti perin tahn ya. Di ban tu be be rapa rekan n ya, si kum is m en ggeledah seluruh tubuh ka m i.

Se bun gkus rokok Davros yan g baru kun ikm ati sebatan g se ge ra berpin dah ke saku bajun ya. Dem ikian pula beberapa lem bar uan g m iliter J epan g di dalam dom pet. Seoran g laskar lain m a- suk ke dalam m obil, m em eriksa laci, lalu duduk di kur si sopir, m em utar-m utar roda kem udi seperti seoran g an ak ke cil.

“Martin us Witkerk. De Telegraaf,” si kum is m em baca su- rat tugas, lalu m en oleh kepadaku. “Belan da?”

“Tidak bisa bahasa Melayu, asli dari san a,” sergah Dullah.

Ten tu saja ia berdusta.

“Aku tan ya dia, bukan kam u. Som pret!” si kom an dan m e- n am par pipi Dullah. “Tem an -tem an m u m ati ken a peluru, ka- m u ikut pen jajah. San a, m in ggat!” ia m en gem balikan dom pet- ku sam bil m en ikm ati rokok ram pasan n ya.

“Terim a kasih, Dullah,” kataku beberapa saat setelah ken - daraan kem bali m elaju. “Kam u baik-baik saja?”

“Tak apa, Tuan . Begitulah sebagian dari m ereka. Men gaku pejuan g, tapi m asuk-keluar rum ah pen duduk, m in ta m akan an atau uan g. Serin g juga m en ggan ggu perem puan ,” sahut Dullah.

“Un tun g saya yan g m en gem udi. Bila Tuan Schurck yan g pe - gan g, saya rasa tuan berdua tidak akan selam at. Mereka suka m en g habisi oran g Eropa yan g m udah m arah seperti Tuan Schurck. Tidak peduli wartawan .”

“J an Schurck m em ang pandai m em bahayakan diri,” aku ter - senyum . “Itu sebabnya m ajalah Life m em berinya gaji tinggi.”

“Tuan yakin alam at si n on a in i?”

“Ya, seberang Topograisch Bureau. Tidak mau pergi dari situ. Si Kepala Batu.”

Kepala batu. Maria Geertruida Welwillen d.

Geertje! Ya, itu n am a sebutan n ya.

Aku bertem u wanita itu di kam p internir Struiswijk, tak la m a setelah pengum um an resm i takluknya J epang kepada Sekutu.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(19)

Waktu itu, di hotel Des In des, yan g sudah kem bali ditan gan i oleh m an ajem en Belan da, aku dan beberapa rekan war ta wan te n gah m em bahas dam pak sosial di H in dia seirin g ke ka lah an J epan g.

“Proklam asi kem erdekaan serta lum puhn ya otoritas se- tem pat m em buat para pem uda pribum i kehilan gan batas logika an tara ‘berjuan g’ dan ‘bertin dak jahat’. Rasa ben ci turun - te- m u run terhadap oran g kulit putih serta m ereka yan g dian ggap ko la bo ra tor, tiba-tiba seperti m en em ukan pelam piasan n ya di ja lan -jalan len gan g, di perm ukim an oran g Eropa yan g ber ba- tas an lan gsun g den gan kam pun g pribum i,” J an Schurck m e- lem par kan seon ggok foto ke atas m eja.

God Alm achtig. Mayat-m ayat in i seperti dagin g gilin g,”

H erm an us Schrijven dari Utrechts N ieuw sblad m em buat tan - da salib setelah m en gam ati foto-foto itu. “Kabarn ya, para ja gal in i adalah jawara atau peram pok yan g direkrut m en jadi ten ta- ra. Sebagian ram pasan dibagikan kepada pen duduk. Tapi ke- rap pula diam bil sen diri.”

“Ban dit patriot,” J an m en gan gkat bahu. “Terjadi pula se- m a sa Revolusi Pran cis, Revolusi Bolshevik, dan di an tara para par tisan Yugoslavia hari in i.”

“An ak-an ak haram revolusi,” aku m en im pali.

“Aku ben ci peran g,” H erm an us m em buan g pun tun g ro- kok n ya.

“Warga Eropa tidak m en yadari bahaya itu,” kataku. “Se- telah lam a m en derita di kam p, tak ada lagi yan g m ereka in gin kan ke cuali selekasn ya pulan g. Mereka tak tahu, si J on gos dan si Ka cun g telah berubah m en jadi pejuan g.”

“Kurasa banyak yang tidak m endengar m aklum at dari Lord Mounbatten agar tetap tinggal di kam p sam pai pasukan Se kutu datang,” Eddy Taylor, dari The Manchester Guardian, angkat bi cara.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(20)

Ilustrasi pernah dipublikasikan di Koran Tempo, 28 Oktober 2012.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(21)

“Ya. Dan para kom an dan J epan g, yan g sudah tidak m e m i- liki sem an gat hidup sejak kekalahan m ereka, cen derun g m em - biarkan tawan an n ya m in ggat. In i m en gkhawatirkan ,” J an m e- n yulut rokok, en tah yan g keberapa.

“Bisa lebih buruk. Tan ggal 15 Septem ber kem arin , pasukan In ggris tiba di Teluk Batavia,” aku m en un juk peta di m eja. “Se- buah cruiser Belan da yan g m en yertai pen daratan itu kon on te- lah m em icu keresahan kalan gan m ilitan di sin i. Bagi m ereka, hal itu seperti m en guatkan dugaan bahwa Belan da akan kem - bali m asuk H in dia.”

W ell, in i di an tara kita saja. Men urut kalian , apakah Be- lan da bern iat kem bali?” Eddy Taylor m en atap J an dan aku, gan ti-bergan ti.

Men dadak pem bicaraan terpoton g teriakan An drew Wal- ler, wartawan Sy dney M orn in g H erald, yan g setia m em an tau per kem ban g an situasi m elalui radio: “Men arik! In i m en arik!

Pa ra m an tan ten tara KNIL dan ten tara In ggris pagi in i m e m in - dah kan para pen ghun i kam p Ciden g dan Struiswijk.”

Tak m em buan g waktu, kam i sem ua beran gkat pergi. Aku dan J an m em ilih m en gun jun gi Kam p Tawan an Struiswijk.

Mayor Adachi, kom an dan J epan g yan g kam i tem ui, m e- n yam but gem bira upaya pem in dahan m assal in i.

“Patroli kam i kerap m en jum pai m ayat oran g Eropa yan g m e la ri kan diri dari kam p. Tercin can g dalam karun g di tepi ja- lan ,” katan ya.

Aku m en gan gguk sem bari m en catat. Tetapi sesun gguhn ya m ataku terpaku pada Geertje yan g berjalan san tai m en en ten g ko per. Bukan m en uju rom bon gan truk, m elain kan ke jalan Druk ke rijweg, bersiap m em ilih becak.

“H ei, Martin !” teriak J an Schruck. “Gadis itu m elirikm u se- jak tadi. J an gan tolak keberun tun gan m u. Kejar!”

Aku m em an g m en gejarn ya, tetapi segera m en erim a kejut- an besar.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(22)

“Aku tidak ikut,” Geertje m en atapku tajam . “Truk-truk in i m en uju Ban dun g. Ke tem pat pen am pun gan di Kapel Ursulin . Sebagian lagi ke Tan jun g Priok. Aku harus pulan g ke Gun un g Sahari. Ban yak yan g harus kukerjakan ,” katan ya.

“Maksudm u, sebelum J epan g datan g, en gkau tin ggal di Gu- n un g Sahari, dan sekaran g hen dak kem bali ke san a?” tan yaku.

“Ada yan g salah?” Geertje balik bertan ya.

“Ya. Salah waktu dan tem pat. Pem bun uhan terhadap oran g kulit putih, Tion ghoa, dan oran g-oran g yan g dian ggap ko laborator Belan da sem akin m en jadi. Men gapa ke san a?”

“Karen a itu rum ahku. Perm isi,” Geertje m em balikkan ba- dan , m en en ten g kem bali kopern ya.

Aku tertegun . Dari jauh kulihat si keparat J an m en jun gkir- kan ibu jarin ya ke bawah.

“Tun ggu!” aku m en gejar Geertje. “Biar kuan tar.”

Kali in i Geertje tak m en olak. Dan aku bersyukur, J an ber- sedia m em in jam kan m otorn ya.

“H ati-hati sin yo satu in i, Nyon ya,” J an m en gedipkan m ata.

“Di Nederlan d ban yak wan ita m eran a m en un ggu ke da tan g an - n ya.”

“Begitukah? Pan ggil ‘n on a’, atau sebut n am aku saja,” sahut Geertje.

“Oh, kalau begitu pan ggil aku J an .”

“Dan in i Martin ,” aku m en ebah dada. “Apakah kau tak in gin m em buan g bakiak kam p itu?” tan yaku sam bil m elirik kaki Geertje. “Bukan kah para ten tara di san a m en yediakan sepatu un tuk wan ita dan an ak-an ak? Mereka juga m em bagikan gin cu dan bedak. Kalian akan kem bali rupawan .”

“Belum terbiasa bersepatu lagi, jadi kusim pan di koper.

Di kam p, aku m ahir berlari den gan bakiak,” Geertje tertawa, m eletakkan tubuhn ya di jok belakan g.

M ijn God. Tawa ren yah dan lesun g pipitn ya. Betapa gan jil berpadu den gan sepasan g alis curam itu. Wajah yan g sarat teka-teki. Apakah wan ita in i m asih m em iliki keluarga? Suam i?

http://pustaka-indo.blogspot.com

(23)

Ta pi tadi ia m in ta dipan ggil ‘n on a’.

“Gun un g Sahari serin g dilewati Batalion 10 . Mereka m en - jaga perm ukim an Eropa. Tetapi ten tu saja tak ada yan g tahu, kapan seran gan datan g. Coba pikirkan usulku tadi,” dari kaca spion , kuten gok Geertje. Ia tam pak in gin m en gatakan sesuatu, te tapi suara m otor J an teram at bisin g. Akhirn ya kam i m em - bisu saja sepan jan g perjalan an .

Di perem patan Kwitan g aku m eliuk ke kan an , m en in ggal- kan irin gan truk berisi wan ita dan an ak-an ak di belakan gku. Ah, an ak-an ak itu. Riuh bertepuk tan gan , m en yan yikan lagu-lagu gem bira. Tidak m en yadari bahwa kem un gkin an besar tan ah H in dia, tem pat m ereka lahir, seben tar lagi tin ggal ken an gan .

“Depan em pan g itu,” Geertje m elam bai.

Aku membelokkan motor. Rumah besar itu terlihat me nye - dih kan. Dindingnya kotor. Kaca jendela pecah di sana-sini. Aneh- nya, rumput pekarangan tampak seperti belum lama di pangkas.

“Seben tar!” kuraih len gan Geertje saat ia in gin berlari ke te ras. Dari tas di belakan g m otor, kukeluarkan belati yan g tadi dipin jam kan oleh J an . Kudoron g pin tu depan . Terkun ci.

“Masih in gin m asuk?” tan yaku.

“Ya,” jawab Geertje. “Sin gkirkan belatim u. Biar aku yan g m e n ge tuk. Sem oga rum ah in i belum diam bil alih keluarga Ero- pa lain .”

“Atau oleh laskar,” sahutku.

Geertje m en getuk beberapa kali. Tak ada jawaban . Ka m i ber putar ke belakan g. Pin tun ya terbuka sedikit. Saat hen dak m asuk, terden gar lan gkah kaki dari kebun . Seoran g wan ita pri- bum i. Mun gkin berusia lim a puluh tahun .

“Non a!” wan ita itu m eraun g, m em eluk kaki Geertje.

Geertje m en arik bahu si wan ita agar berdiri.

“J epan g sudah kalah. Aku pulan g, Iyah. Man a suam im u?

Apa kah selam a in i en gkau tin ggal di sin i?” tan ya Geertje. “In i

http://pustaka-indo.blogspot.com

(24)

Tuan Witkerk, tem an saya. Martin , in i Iyah. Pen gurus rum ah tan gga kam i.”

Iyah m em bun gkuk kepadaku, lalu kem bali m en oleh ke- pada Geertje.

“Setelah terakhir menengok Nona, rumah ini diambil J e pang.

Tempat tinggal para perwira. Saya memasak untuk me re ka. Tidak boleh pergi. Itulah sebabnya saya tidak bisa me ne ngok Nona,”

Iyah kembali terisak. “Mana Tuan, Ibu, dan Sinyo Robert?”

“Mam a m en in ggal bulan lalu. Kolera,” Geertje m en doron g pin tu lebih lebar, lalu m asuk rum ah. Aku dan Iyah m en yusul.

“Papa dan Robert, dikirim ke Burm a. Sudah kum in ta kom an - dan kam p m en cari berita ten tan g m ereka,” lan jut Geertje.

“Baran g berharga disita. Foto-foto di din din g m usn ah. Di- gan ti ben dera J epan g. Tapi belum lam a in i m ereka buru-buru pergi. En tah ke m an a. Ban yak baran g tidak dibawa,” kata Iyah.

“Saya am bil alat-alat m asak dulu di gubuk. Sekalian ajak suam i ke sin i. Sejak jadi koki J epan g, saya pin dah ke gubuk belakan g.

Se telah m ereka pergi, saya tetap tidak beran i tin ggal di sin i.

Ta pi setiap ada kesem patan , pasti m en en gok, m em bersihkan yan g perlu.”

“Ajak suam im u. Kita ban gun rum ah in i. Kalau ban k sudah berjalan n orm al, m un gkin aku bisa m en gam bil sedikit sim pan - an ,” Geertje m em biarkan Iyah berlari ke luar, lalu m en eruskan m em eriksa rum ah. Meja-kursi tersisa beberapa, juga lem ari.

Te tapi tak ada isin ya. Sebuah kejutan kam i tem ukan di ruan g ke lu arga: Pian o hitam yan g an ggun . Cukup m en gheran kan, J e- pan g tidak m en yita atau m erusakn ya. Mun gkin dulu dipakai se ba gai hiburan .

Geertje m en iup debu tipis, m em buka pen utup tuts. Se po- ton g iram a rian g m en jelajahi ruan gan .

“Lagu rakyat?” tan yaku.

“Si Patoka’an ,” Geertje m en gan gguk, lalu bersen an dun g m e n im pali ketukan tuts.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(25)

“En gkau m en yatu den gan alam dan pen duduk di sin i. Me- reka juga m en yukaim u. Mun gkin m en cin taim u setulus hati,”

ka taku. “Tapi zam an ‘tuan ’ dan ‘babu’ in i akan segera berakhir.

Am erika sem akin m em perlihatkan ketidaksukaan m ereka akan kolon ialism e. Dun ia luar juga m ulai m en gawasi setiap den yut perubahan yan g terjadi di sin i. Dan kehadiran kita selam a tiga ratus tahun lebih sebagai pen guasa n egeri in i, bahkan m akan jan tun g n egeri in i, sem akin m em perburuk posisi tawar kita.

Ku rasa H in dia Belan da tak m un gkin kem bali, sekeras apapun upaya kita m erebut dari tan gan para n asion alis pribum i in i.”

“Bila api revolusi telah berkobar, tak ada yan g bisa m e n a- han ,” Geertje m en ghen tikan laju jem arin ya di atas tuts. “Me- re ka han ya in gin m an diri, seperti kata ayahku dulu. Ayah pe- n ga gum Sn eevliet. Ia siap kehilan gan hak-hak istim ewan ya di sin i. Aku sen diri seoran g guru sekolah pribum i. Lahir, besar di te n gah para pribum i. Saat J epan g berkuasa, kusadari bahwa H in dia Belan da bersam a segala ken in gratan n ya telah usai. Aku ha rus beran i m en gucapkan selam at tin ggal kepadan ya. Dan apa pun yan g ada di ujun g n asib, aku akan tetap tin ggal di sin i.

Bukan sebagai ‘pen guasa’, seperti istilahm u. En tah sebagai apa.

J epan g telah m em beri pelajaran , pahitn ya m en jadi jon gos atau babu. Setelah kem arin hidup m akm ur, bukan kah m em alukan lari di saat oran g-oran g in i butuh bim bin gan kita?”

“Oran g-oran g itu….” aku tidak m en eruskan kalim at. Sun yi se saat.

“Kon on , seoran g pem buru m en em ukan bayi harim au,”

akhir n ya aku m en ghela n apas. “Dirawatn ya hewan itu pen uh ka sih. Ia m en jadi jin ak. Makan -tidur bersam a si pem buru hin g ga de wa sa. Tak pern ah diberi dagin g. Suatu hari, tan gan si pem bu ru tergores pirin g kalen g m ilik si harim au. Darah m e- n gu cur.”

“Si harim au m en jilati darah itu, m en jadi buas, lalu m en er kam si pem buru,” poton g Geertje. “En gkau m en coba

http://pustaka-indo.blogspot.com

(26)

m en gatakan bahwa suatu saat para pribum i akan m en ikam ku da ri be la kan g. Betul?”

“Kita ada di ten gah pergolakan besar dun ia. Nilai-n ilai ber- geser. Setelah berabad, kita m en yadari tan ah in i bukan Ibu Per tiwi kita,” jawabku. “Un tuk ketigakalin ya kum in ta, pergilah se lagi bisa.”

“Ke Belan da?” Geertje m en urun kan tutup pian o. “Aku bah- kan tak tahu, di m an a letak n egara n en ek m oyan gku itu.”

“Di kam pun g halam an ku, di Zun dert, ada beberapa rum ah kon trakan den gan harga terjan gkau. Sam bil m en un ggu kabar ten tan g ayahm u, kau bisa tin ggal di san a.”

“Terim a kasih,” Geertje tersen yum . “Kau sudah tahu di m a n a aku in gin tin ggal.”

Itu jawaban Geertje beberapa bulan lalu. Sem pat dua kali aku m en em uin ya kem bali. Mem asan g kaca jen dela dan m en g- an tarn ya ke pasar. Setelah itu, aku ten ggelam dalam pekerja- an . Geertje juga tak m em ikirkan h al lain kecuali m em ban gun ru m ah . Sulit m en gh arapkan percik asm ara h adir di an tara kam i.

Lalu datanglah berita tentang pertempuran keras tadi ma- lam, yang merambat dari Meester Cornelis sampai ke Kramat.

Be berapa kesatuan pemuda melancarkan serangan be sar-be sar - an ke pelbagai wilayah secara rapi dan terencana. Di sekitar Se- nen– Gunung Sahari, sebuah tank NICA bahkan ber hasil di lum- puh kan.

Aku m en gkhawatirkan Geertje. Sebaikn ya wan ita itu ku- jem put saja. Biarlah ia tin ggal bersam a kam i sem en tara waktu.

Sem oga ia tidak m en olak. Schurck sedan g ke luar kota. Tak bi- sa m em in jam m otorn ya. Un tun glah, m eski agak m ahal, pi hak hotel bersedia m en yewakan m obil berikut sopirn ya.

“Di depan itu, Tuan ?” suara Dullah m em bawa diriku kem - bali berada di dalam kabin Chevrolet yan g pan as in i.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(27)

“Betul. Tun ggu sin i,” aku m elom pat ke luar den gan cem as.

Di m uka rum ah Geertje, beberapa ten tara NICA berdiri dalam posisi siaga. Sebagian hilir-m udik di halam an belakan g. Be- ran da rum ah rusak. Pin tu depan roboh, pen uh luban g peluru.

Lan tai dan tem bok pecah, m en ghitam , bekas ledakan gran at.

“Perm isi, wartawan !” sam bil m en erobos kerum un an , ku- acun g kan kartu pen gen al. Mataku n yalan g. Kum asuki setiap kam ar den gan perasaan teraduk, seolah berharap m elihat tu- buh Geertje tergolek m an di darah di lan tai. Tetapi tak kun jun g kutem ui pem an dan gan m en gerikan sem acam itu. Seoran g ten - tara m en dekat. Agakn ya kom an dan m ereka. Kusodorkan kartu pen gen al.

“Apa yan g terjadi, Sersan … Zwart?” tan yaku sam bil m elirik n am a dada ten tara itu. “Korban seran gan tadi m alam ? Di m an a pen ghun i rum ah?”

“Kam i yan g m en yeran g. Pen ghun in ya lari. An da warta- wan ? Kebetulan sekali. Kita sebarkan berita in i, agar sem ua was pada,” Sersan Zwart m en gajak berjalan ke arah dapur.

“In i tem pat para pem beron tak berkum pul. Ban yak bahan pro- pagan da an ti-NICA,” lan jutn ya.

“Maaf,” aku m en yela. “Setahuku rum ah in i m ilik Non a Geer tje, seoran g warga Belan da.”

“An da ken al? Kam i akan ban yak bertan ya n an ti. Ada du ga- an bahwa Non a Geertje alias ‘Zam rud Khatulistiwa’ alias ‘Ibu Pertiwi’, yaitu n am a-n am a yan g serin g kam i tan gkap dalam si- ar an radio gelap belakan gan in i, telah berpin dah haluan .”

Geertje? Aku tern gan ga, siap protes. Nam un Sersan Zwart ter la lu sibuk m en arik pin tu besar yan g terletak di tan ah, de kat gudan g. Sebuah bunker. Luput dari perhatian ku saat m e n gun - jun gi Geertje tem po hari. Kuikuti Sersan m en urun i tan gga.

Tak ada yan g an eh. Warga Belan da yan g sejahtera biasa n ya m em iliki ruan gan sem acam in i. Tem pat berlin dun g saat ter- ja di seran gan udara di awal peran g kem arin . Sebuah ruan gan

http://pustaka-indo.blogspot.com

(28)

lem bap, kira-kira em pat m eter persegi. Ada m eja pan jan g, kur- si, serta lem ari usan g berisi peralatan m akan dan tum puk an ker tas. Ben ar, kertas itu berisi propagan da an ti-NICA.

Sersan Zwart m em buka kain selubun g sebuah obyek di ba- lik lem ari. Pem an car radio!

“Warisan J epan g,” kata Sersan .

Aku m em bisu. Sulit m em percayai in i sem ua. Tetapi yan g m em bu at tubuhku m em beku sesun gguhn ya adalah pe m an - dan g an di din din g sebelah kiri. Pada din din g lapuk itu, ter- gan tun g satu set wastafel len gkap den gan cerm in . Di atas per- m u ka an cerm in , tam pak sederetan tulisan . Digores berge gas, m en g gu n a kan pem erah bibir: ‘Selam at tin ggal H in dia Be lan - da. Se lam at datan g Repoeblik In don esia’.

Aku m em bayan gkan Geertje dan lesun g pipitn ya, duduk di te n gah ham paran sawah, bern yan yi bersam a oran g-oran g yan g ia cin tai: “In i tan ahku. In i rum ahku. Apapun yan g ada di ujun g n asib, aku tetap tin ggal di sin i.”

Sejak awal Geertje tahu di m an a harus berpijak. Perlahan - lahan kuhapus kata ‘pen gkhian at’ yan g tadi sem pat hin ggap di ben ak.

J akarta, 12 Oktober 20 12

http://pustaka-indo.blogspot.com

(29)

PUKUL ENAM PETANG. H ujan belum sepen uhn ya berhen ti.

Di sekelilin g rum ah, suara air dari teritisan yan g terem pas di atas ham paran kerikil seolah m elen gkapi pen tas orkes sen ja ha sil kerja sam a serom bon gan katak, cen gkerik, dan burun g m a lam . Tetapi sun gguh, sejauh in i tak ada kejern ihan artikula- si se ta ra suara tokek yan g berten gger di salah satu dahan po- hon jati di kebun depan . Satu tarikan pan jan g berupa ketukan , di susul em pat ledakan pen dek. Keras. Tegas. Dilan tun kan be- be rapa ka li dalam iram a yan g terjaga. Kurasa m alam in i dialah san g pen guasa pan ggun g.

Ah, ya, pan ggun g. Pan ggun g itu.

Alan gkah m en yita pikiran belakan gan in i. Ten da besar, pa pan den gan tulisan m en yolok ‘Opera Stam boel Tjahaja Boe- lan ’, kerum un an pen on ton , orkes Melayu yan g fasih m em ain - kan Walsa atau Polska Mazurka, lem bar libretto berisi rin gkas- an cerita, dan akhirn ya: pem bacaan n am a para an ak wayan g.

Nam an ya!

Aku di sana. Selalu di sana. Di baris terdepan. Sehingga bi- sa kutegaskan bahwa bukan hanya aku, m elainkan se lu ruh pe- nonton m erasakan betapa setiap kali nam a itu diperdengarkan,

http://pustaka-indo.blogspot.com

(30)

terlebih bila disusul kehadiran sang pem ilik nam a di atas pang- gung, akan m enciptakan kekuatan besar yang m em aksa kam i m em buka m ulut, m endorong udara keluar dari tenggorokan, m elafalkan nam anya berulang kali.

Kulirik am plop cokelat yan g sejak tadi berada dalam gen g - gam an ku. Isin ya sudah kubaca lebih dari sekali. Ditulis de n gan tin ta bak pekat. Ada tekan an kuat di beberapa tem pat. Nya- ris m em buat luban g pada perm ukaan kertas. Aku tahu, ten tu dibutuhkan usaha keras dari si pem egan g pen a un tuk m e n a- han sem buran am arah saat m en uliskan n am a itu. Nam a yan g m un cul terlalu cepat di an tara kam i di rum ah in i.

Agak tergesa, kututup jen dela. Men jelan g petan g udara per ke bun an teh Tan ara di m usim hujan selalu m en girim rasa din gin yan g m en giris. Bahkan bagi pen duduk yan g sudah lam a tin ggal di sin i, seperti aku. Tetapi bukan itu yan g m em buatku m en ggigil. Bukan itu.

“Nyai! Nyai!” terdengar suara Mang Ihin, sais bendi lang gan- anku, di antara rentetan ketukan. Kubuka pintu samping. Ku sak- si kan wajah tegang Mang Ihin. Baju dan kopiah nya basah.

“Beran gkat sekaran g?” Man g Ihin m en arik lin tin gan klo- bot dari saku celan a. Sorot m atan ya gelisah. “Bagaim an a kalau Tuan ….”

“Tak usah dibicarakan ,” kuan gkat telun juk ke depan bibir.

“Bereskan baran g-baran g saya, lalu boleh bikin kopi dulu. Saya perlu gan ti baju.”

“Cepatlah, Nyai. Kita harus putar arah. Mustahil lewat Suka luyu. Lum purn ya pasti sudah di atas m ata kaki,” gerutu Mang Ihin. “Apakah Uyan dan Siti sudah tahu? Apakah am an?”

Tak kujawab pertanyaan itu. Seharusnya Mang Ihin ta hu, jo- ngos dan babu di rumah ini ada di bawah kendaliku se pe nuh nya.

Kuputar kun ci pin tu kam ar. Kulucuti kebaya putih be- ren da berikut seluruh pakaian ku, tapi tak segera beran jak m en gen akan baju gan ti. J ustru kuraih lagi am plop cokelat itu.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(31)

Kutatap kesekian kalin ya den gan berlaksa perasaan .

Bulan lalu, di kabin rias pria, di belakan g tobon g yan g ge- lap, aku juga duduk telan jan g den gan am plop di tan gan . Beda- n ya, isi am plop itu bukan surat m elain kan lem baran uan g dan ada sepasan g tan gan cokelat kokoh m elin gkar di bahuku.

Itu perjum paan kam i yan g kelim a. Seperti yan g sudah-su- dah, harus kusuap tem an -tem an n ya agar tidak m elaporkan ke- datan gan ku kepada Tuan Steen wijk, sep m ereka.

“Terim a kasih bin gkisan m u un tukku dan tem an -tem an . Se ka ran g ceritakan , bagaim an a en gkau m en jadi seoran g n yai,”

bibir den gan lekuk tegas yan g m elahirkan suara pen uh kha ris- m a itu bergerak m en yusuri tepian telin gaku.

Wahai, suara itu. Suara yan g beberapa m in ggu sebelum n ya han ya kun ikm ati dari bawah pan ggun g, saat si pem ilik bi bir m en yan yikan m an tra sihir J in Tom an g atau berseru m en an - tan g m usuh beradu an ggar sebagai Pan geran Mon te Cristo.

Suara yan g telah m em buat ban yak wan ita m abuk kepayan g.

Lucun ya, belum lam a tadi, bukan suara gagah m acam itu yan g kuden gar, m elain kan sebuah len guhan pan jan g m irip sa- pi yan g disem belih, saat kam i berdua m em asuki ujun g pen je- la jahan ragawi.

“Ceritakan ,” ia m en gulan g kalim at. Nadan ya seten gah m e- m aksa.

“Un tuk apa?” kutatap wajah lelaki itu lewat cerm in . Cahaya sepasan g lilin di atas m eja rias m em buat garis wajahn ya ber- ubah-ubah. Men am bah kesan m isterius. Seperti peran -peran yan g ia bawakan selam a in i.

“Aku suka m en den garkan perem puan bercerita. Apalagi da ri jen ism u,” kem bali suara itu m en galun . Kali in i disertai asap ro kok, m eliuk-liuk di udara serupa n aga silum an .

“J enisku? Raden Adang Kartawiria, jaga m ulutm u,” dengan kepalan tan gan , kusen tuh lem but sisi kan an bibirn ya. Ia m e- n an g kap, lalu m en gecup satu per satu ujun g jem ariku.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(32)

Ilustrasi pernah dipublikasikan di Koran Tempo, 7 April 2013.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(33)

“Aku tak bergurau. Kehidupan seoran g n yai adalah n askah pan ggun g yan g palin g ban yak m en ghasilkan uan g. Lihat sa ja rom bon gan Dardan ella dan Riboet Orion . Selalu padat pe n on - ton setiap m em bawakan lakon ‘Nyai Dasim a’. Tuan Steen wijk juga tahu. Apa m au dikata, agakn ya sepku in i hidup di m asa lam pau.”

“J an gan tergesa beralih ke ton il. Aku m asih suka m elihat- m u m en jadi pen dekar an ggar,” kurebut rokok dari bibirn ya, ku isap beberapa kali. “Apakah kau sun gguh-sun gguh bisa ber- silan g an ggar?”

Adan g tergelak. “Waktu m asih m en jadi wartawan Be rita Pan g goeng, aku serin g diajak berlatih oleh Mon sieur Thibaut, kepala redaksiku. Ia pun ya ruan g an ggar di rum ah n ya, dekat H arm on ie.”

“Men urutku, kau lebih pan dai berm ain an ggar diban din g- kan Astam an atau Tan Tjen g Bok.”

“Terim a kasih,” Adan g m em bun gkukkan badan seperti se- oran g ban gsawan In ggris. “Sayan gn ya, kom edi stam bul tak pu- n ya m asa depan . Oran g sudah jen uh den gan jum lah ba bak yan g ke le wat ban yak dan peran ksatria palsu sem acam itu. Se te lah la m a dibuai m im pi, akhirn ya m ereka in gin m elihat diri m e re- ka sen di ri. Men on ton kehidupan yan g sesun gguhn ya. Aku se- dan g m em pertim ban gkan un tuk bergabun g den gan salah satu ke lom pok ton il, m en guji bakat aktin gku m en jadi tokoh biasa.

Dok ter, pedagan g, bahkan m un gkin tukan g sado. Pem im pin ton il n ya sudah tiga kali m en girim oran g, m em bujukku ha- bis-ha bis an . Kukatakan pada m ereka agar m em beri sedikit tem po.”

“Tuan Steen wijk tidak akan suka ren can am u.”

“Kalau begitu, dia pun ya dua pilihan : Men gubah opera stam bul in i m en jadi ton il atau m en ahan ku di sin i den gan ke- n aikan gaji sepadan ,” Adan g m em icin gkan sebelah m ata n ya.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(34)

“Tapi sesun gguhn ya aku tak hen dak berlam a-lam a m en jadi an ak wayan g. Aku in gin m en ekun i pen ulisan n askah. Me n ulis kisah n yai yan g lebih hebat dari ‘Nyai Dasim a’. Ten tu tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Apalagi saat in i kam i sedan g si buk m em persiapkan opera ‘Pran acitra-Rara Men dut’.”

“Oh, itu kisah yan g bagus. Aku harus m en on ton . Apakah akan dipen taskan di Tan ara juga?”

“Kam i tak pern ah tin ggal di satu tem pat lebih dari sebulan . Kem un gkin an besar akan dim ain kan di depan hotel Belleuve, Buiten zorg. Duabelas babak, delapan lagu. Kalau pen on ton m a sih berm in at, akan kam i pen taskan juga J in Tom an g atau Pan geran Mon te Cristo di san a. Setelah itu, kam i harus m em - persiapkan diri baik-baik, agar bisa ikut Pasar Malam Gam bir bulan Agustus tahun depan . Doakan sem oga saat itu aku n aik pan ggun g bukan dalam kostum jin atau m usketier.”

“Aku belum m en gerti. Apa bagusn ya kisah n yai un tuk oran g-oran g itu?” tan yaku.

Adang m endorong kedua bahunya ke atas. “Mungkin m e- reka ingin tahu, seperti apa wanita Melayu yang m enjadi m ulia setelah tinggal serum ah dengan lelaki lain bangsa. Si cantik da- lam sangkar em as. Seperti kataku tadi, dahulu penonton ge m ar dongeng khayalan, kini m ereka suka dongeng nyata. Lagi pula tidak sem ua kisah nyai berakhir sedih seperti Dasim a, bukan?”

“Cukup, Adan g. Sekaran g den gar dan pastikan kau m e- m aham i in i, sebab aku takkan m en gulan g lagi,” kali in i tak kututupi rasa kesalku. “Aku-bukan -perem puan -sem baran gan . Ayahku tidak kaya, tapi dia juru tulis perkebun an . Men gerti? Di luar itu, terutam a yan g m en yan gkut diriku saat in i, sem ata soal n asib. Apakah wan ita bisa m en gelak dari n asib yan g dipilihkan lin gkun gan un tukn ya?”

“Gelar ‘Raden ’ di depan n am aku juga asli, tetapi keluarga m em utus hubun gan setelah tahu aku bergabun g den gan ke lom - pok stam bul in i,” Adan g tersen yum sin is. “Dan bicara n asib,

http://pustaka-indo.blogspot.com

(35)

Sar n i, kurasa kau ben ar. Di luar garis darah itu, kita berdua se sun g guhn ya sam a. Sun dal dan oran g m elarat, yan g karen a baju dan peran pan ggun g, lalu dipan dan g terhorm at.”

“Bedebah!” kulecutkan telapak tangan ke pipi kiri Adang dan sudah kususun serangan berikutnya dengan tangan yang lain.

Te ta pi lelaki itu justru menarik tubuhku. Kemudian, ber sa maan de ngan gerak mengayun ke bawah yang indah, sebuah pagutan ber ge lora hinggap di bibir. Aku tidak melawan, bah kan bibir kami baru terurai saat ia berbisik perlahan: “Akuilah, kau me mang sun dal. Berkhianat pada suami saat ia sedang tugas lu ar. Ber cinta de ngan pemain stambul. Tapi aku tak peduli. Aku ter gi la-gila pa- da mu sejak kau nekat naik ke panggung pa da hari keduabelas, me lem parkan bungkusan berisi bros emas kepadaku.”

“Apakah kau m en cin tai hatiku, tubuhku, atau bros em as itu?” tan yaku.

Adan g m en jawab den gan belaian , cium an , dan en takan tu- buh yan g m em abukkan , m em buat kam i kem bali m elayari la ut- an luas, m en yusuri lekuk-teluk dan sem en an jun g yan g gan jil.

Beran gkat. Berlabuh. Berulan gkali. H in gga segalan ya usai da- lam satu tarikan n apas pan jan g.

Sam bil m en an ti peluh m en gerin g, di atas kasur keras de- n gan seprai berm otif daun zaitun yan g sulit disebut bersih itu, ka m i m en atap lan git-lan git kam ar yan g terbuat dari jalin an rum bia. Pada bibir kam i m asin g-m asin g terselip sebatan g ro- kok.

Kam ar rias itu m erupakan sebuah ban gun an darurat. Bilik bam bu em pat sisi, tak lebih luas dari 3 x 4 m eter, yan g dijejali baran g-baran g keperluan pen tas. Sebagai sripan ggun g, Adan g m em iliki hak un tuk tidur di losm en kecil di Gadok, tak jauh da- ri lokasi tobon g in i. Tetapi ia tahu, m en jum paiku di kam ar in i akan m em buat hidupn ya jauh lebih am an .

“Suatu pagi, aku sedan g m em ban tu ibu m en jem ur kain di de pan rum ah ketika rom bon gan besar itu lewat,” aku

http://pustaka-indo.blogspot.com

(36)

m en ggum am , seolah bercakap den gan diriku sen diri. “An jin g- an jin g pem bu ru, sekelom pok pria den gan paran g, tom bak, ge- ro bak, be be ra pa ekor celen g m ati, serta seekor kuda hitam be sar de n gan tuan Belan da berbaju putih-putih di atas pun ggun g n ya.

Tu an itu m em asukkan sen apan ke sarun g kulit di sisi pelan a, m e n a tap ku cukup lam a sebelum turun dari kudan ya. Kulihat Ayah ter go poh keluar, bicara den gan si Tuan . Nam aku disebut be be rapa kali.”

“Lalu Ayah m en gajak tam un ya m asuk rum ah. Kegem paran segera terjadi. Ibu m en jeran g air, m en yiapkan peralatan m i- n um , m em ben takku agar berpakaian lebih rapi, dan m em in ta- ku m en yuguhkan kopi berikut kudapan ke ruan g tam u. Tuan itu m e n an yakan um urku, serta m en jelaskan dalam bahasa Me- la yu yan g fasih bahwa ia adalah deputi adm in istratur per ke- bun an Tan ara, atasan Ayah.”

Adan g m en yim ak ceritaku, n yaris tak berkedip.

“Sebulan kem udian , aku resm i m en jadi Nyon ya Corn elia van Rijk, berpisah rum ah den gan oran gtuaku. Ibuku sedih, te ta pi Ayah kelihatan m en ikm ati kedudukan barun ya. Naik ja bat an , dari juru tim ban g m en jadi juru tulis. Sewaktu aku hen dak diboyon g ke rum ah din as perkebun an , Ayah datan g m en en gok. Tetapi aku m en olak bicara den gan n ya. Sam pai kin i Ayah juga tetap tidak m au m en jelaskan , bagaim an a Adelaar, sua m iku itu, bisa san gat kebetulan lewat depan rum ah kam i se pu lan g berburu. Tidak lewat Pulosari yan g sesun gguhn ya le- bih dekat ke jalan raya.”

H en in g.

“Men jadi Nyon ya Van Rijk di usia em patbelas tahun bukan perkara m udah,” aku m elan jutkan . “Ban yak perbedaan cara hi- dup yan g sulit kuseberan gi, bahkan sam pai sekaran g. Adelaar sa n gat keras, tapi bukan jen is Belan da son toloyo. Kegem aran - n ya m em baca serta m en on ton acara pan ggun g m en ular cepat ke pa daku. Kam i sudah m en yaksikan pertun jukan dari seluruh

http://pustaka-indo.blogspot.com

(37)

ke lom pok opera stam bul di H in dia. Dia pula yan g m em bawaku ke si n i, m en on ton pertun jukan perdan a kalian tem po hari.”

“Ya, dan m alam in i aku bercin ta den gan istrin ya,” Adan g m en yerin gai.

“Aku m em an g bukan istri yan g baik.”

“Sarn i,” suara Adan g m en dadak berubah. “Sam pai kem arin , kau bisa m en gelabui dirim u m en jadi Nyon ya Van Rijk. Tetapi m alam in i, kau adalah bagian tubuhku, bagian jiwaku. Bagian dari tan ah air in i. Lihat warn a kulitm u. Lihat caram u bertutur.

Oran g Belan dakah en gkau? Bukan kem ewahan yan g akan ku- an tar kepadam u, m elain kan sum ber kekuatan dari sem ua im - pi an , yaitu cin ta. Tuhan telah m en un tun kita un tuk bertem u dan salin g m em iliki. Men ikahlah den gan ku.”

Oh, sem ua kalim at itu sun gguh picisan . Baran gkali serin g pula diucapkan oleh Adan g dalam beberapa lakon pan ggun g.

Tapi en tah m en gapa, m alam itu aku berurai air m ata m en - den garn ya.

Itu terjadi bulan lalu. Aku in gat, tiba di rum ah sekitar pukul sebelas m alam . Tak bisa m em icin gkan m ata. Suam iku, ten tu saja, m asih bertugas di Malan g. Ah, seoran g suam ikah dia?

Oran g kulit putih, den gan suara dan bau tubuh yan g asin g. Tu- juh tahun kam i satu atap tan pa keturun an . Sejak m alam per ta- m a, Adelaar tak bisa m en un aikan tugasn ya sebagai lelaki. Ku- an g gap itu sebuah berkah, karen a hidup sebagai n yai seperti ber judi. Tak ada yan g pasti. Tak ada yan g abadi. Serin g kuden gar n asib m alan g para n yai, harus an gkat kaki dari rum ah bersam a an ak-an ak m ereka setelah san g suam i m en ikah den gan wan ita Eropa. Serin g kali m ereka turun pan gkat m en jadi m oentji di tan g si-tan gsi ten tara. Itu tidak terlalu buruk. Setidakn ya ada yan g m en jam in hidup m ereka. Sun gguh m ati, aku tak in gin hi dup ku berakhir seperti itu. Sayan gn ya doaku tak terkabul.

Kem arin sore, datan glah surat dalam am plop cokelat in i. Mes- ki teram at sulit, pilihan harus kuten tukan .

http://pustaka-indo.blogspot.com

(38)

“Nyai! Nyai!” terden gar lagi suara cem as Man g Ihin . Lekas aku berpakaian . Saat m em buka pin tu kam ar, kulihat Uyan dan Siti bersim puh m en un gguku di lan tai ruan g m akan . Gurat kecem asan terpahat di dahi dan bibir m ereka. Aku m en - dekat.

“Silakan pilih, tetap di sin i dan dipecat oleh Tuan , atau se- ce patn ya pergi ke rum ah sepupuku di Ban jarsasi?” tan yaku.

“Apa pun pilihan n ya, kalian tetap tan ggun g jawabku. Segera ku ka bari alam at baruku. Ten tu saja Tuan tidak boleh tahu. Se- ti dak n ya un tuk sekaran g in i. Paham ilah. Keadaan tidak lagi sam a. Ta pi jan gan takut. In i sem ata kesalahan ku. Un tuk itu aku m in ta m aaf sebesar-besarn ya.”

Tern yata keduan ya m em ilih tetap tin ggal di rum ah in i. Apa boleh buat. Kuselipkan beberapa ben ggol ke tan gan m ereka.

Lalu kuayun lan gkah gegas m en uju ben di. Tam pak sem ua ko- por ku sudah tersusun rapi.

“Bukan ke tem pat opera, Man g. Ke pen gin apan di Gadok.

Nan ti saya tun jukkan tem patn ya,” kataku. Man g Ihin m en ja- wab den gan an ggukan kepala. Sekilas kutan gkap air m uka tak se n an g di wajahn ya, tetapi hal itu tidak m em buatn ya m en un da lecutan tali kekan g. Perlahan roda ben di berputar m en em bus gerim is dan kolam lum pur.

Masih dua hari lagi suam iku datan g, n am un isi suratn ya te lah lebih dahulu m en yiksa gen dan g telin ga dan jan tun gku.

Men g hun jam berkali-kali, seperti palu pen em pa sen jata yan g diayun kan oleh Dewa Vulcan dalam sebuah opera yan g dahulu kuton ton bersam an ya:

Sarn i istriku,

Tentu kau tahu, tak ban y ak oran g Belanda m em anggil pa sang an pribum iny a den gan sebutan ‘istri’. Kupan ggil kau

‘istri’ karen a sejak aw al aku m en cari istri. Seorang w anita

http://pustaka-indo.blogspot.com

(39)

y an g bisa m enjadi tem pat berbagi, di m eja m akan, di tem pat tidur, dan di tem pat-tem pat di m an a dukungan dan per tim - bang ann y a kuperlukan . Kuabaikan pan dangan m eng ha kim i dari para sejaw atku. Aku tahu pilihanku. Dan di an ta ra ba- n y ak alasan lain y an g lebih serius, aku m encintaim u ka re na engkau m en y ukai buku dan opera. Pem aham anm u m e nge n ai dun ia pan ggung jauh m elebihi n y on y a-ny ony a ku lit putih itu.

Sungguh, aku m erasa tidak ada y an g keliru de ngan m u. Sam - pai datan g surat dari seoran g sahabat, pem ilik rom bong an stam bul, y an g m erasa tidak n y am an karena seorang anak w a y an g ny a, bintan g w ay ang itu, Adang Kartaw iria itu, be- be rapa kali terlihat pergi bersam a seorang ny ai. Sahabatku tidak m eny ebut n am a, tetapi di sean tero perkebunan, adakah n y ai lain y ang gem ar m en onton stam bul?

Aku akan tiba Kam is sore. Kuharap kita bisa segera m e- n untaskan urusan rum ah tan gga in i dalam w aktu sem alam , karen a keesokan harin y a, saat fajar, aku harus pergi ke ta- n ah lapang di dekat Gadok. Beberapa w aktu lalu, setelah m e- n e rim a berita itu, kulay an gkan surat kepada Tuan Adang Kar ta w iria, berisi perm in taan pengem balian kehorm atan . Kau tahu? Sebuah tan tan gan duel. Aku berada di pihak y an g m e m in ta, m aka ia berhak m em ilih tem pat dan senjatany a.

Aku gem bi ra bahw a kekasihm u seorang lelaki berny ali. Ia m e n e rim a tantan ganku dan tam pakny a ingin terlihat se per ti ban gsaw an dalam peran -peran stam bul y ang sering ia ba- w a kan . Ia m em ilih an ggar diban dingkan pistol. M ungkin ia ber m ak sud m en jadikan peristiw a in i sebagai judul operany a bila selam at. Kupikir bagus juga, “Stam bul Dua Pedang”.

Eng kau boleh m en on ton n y a jika m au.

Bicara soal hidup atau m ati, jan gan khaw atir, akan ada n otaris, saksi, serta petugas m edis y an g m enentukan apakah salah satu dari kam i m asih berny aw a atau tidak. Dokum en dan surat w asiat juga sudah diurus. Pendek kata, siapa

http://pustaka-indo.blogspot.com

(40)

m en getuk pintu rum ahm u sian g harin y a, tentulah y ang pa- lin g berhak m enjadi suam im u.

M alan g, 7 N ov em ber 1927 Suam im u,

M atthijs Adelaar v an R ijk An gin m alam bercam pur titik hujan m en erpa tubuh, m em - basahi kebaya hin gga ke pan gkal len gan dan sebagian dadaku.

Mem icu gigil yan g bersum ber dari rasa din gin sekaligus takut yan g teram at san gat. Tak gun a m en ebak siapa an ggota opera yan g berkhian at walau telah m en elan uan g suapku. Yan g je- las, Adelaar adalah juara pertam a lom ba an ggar di klubn ya ta hun lalu. Adan g tak akan san ggup m en ahan satu peluan g passado* darin ya. Terin gat kem bali opera klasik “Pran acitra- Rara Men dut”, yan g akan dipen taskan oleh Adan g dan tem an - tem an n ya di Pasar Gam bir. Apakah kam i akan bern asib sam a se per ti kedua tokoh don gen g itu? Sem oga pahlawan stam bul itu ti dak keras kepala dan bersedia pergi bersam aku.

En tah ke m an a.

J akarta, 1 J uli 20 12

* Seran gan m en usuk dalam pertan din gan an ggar.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(41)

“LETNAN PIETER VERDRAGEN, Sir!” sebuah seruan m em - buatku m enunda m enyalakan rokok. “Pesan radio dari Bravo!”

Godv erdom m e. Sam pai m an a m ereka, Rufus?” kutatap ko pral tam bun di seberan g m eja yan g tam pak sibuk den gan ra- dio n ya. “Seharusn ya m ereka sudah di sin i seten gah jam yan g lalu.”

“Masih di sekitar Meester Corn elis,” sahut Rufus. “Pecah ban .”

Kualihkan pan dan gan kepada keduabelas an ak buahku.

Per si ap an patroli m alam ham pir tun tas. Ken daraan sudah di ba ris kan di depan ruan g brieing. Sebuah truk m in i Dodge ber atap kan vas, serta sebuah jip Willys terbuka, yan g ban gku be la kang nya dibongkar untuk menempatkan sepucuk Browning M 1919 kaliber 7.62 m m . In i perubahan besar yan g m elegakan . Min g gu lalu, jatah ken daraan kam i han ya em pat buah zijspan * J e pan g.

“Rufus,” kulirik arloji. “Katakan , kita tidak m en un ggu. Si- la kan lurus ke Sen en . Kita bertem u di depan jem batan Passer

* Motor gan den g sam pin g.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(42)

Baroe pukul 23.0 0 . Kita akan m en yusuri jalur yan g biasa di- tem puh oleh Batalion 10 : Weltevreden , Molen vliet, Stadhuis, pu tar balik, Noordwijk, lalu Passer Baroe.”

“Tapi, Sir?” Rufus kelihatan ragu. Ia m em an g belum per- n ah patroli m alam dan tahu betapa berbahaya jalur yan g akan kam i lewati.

“H ei, In ggris,” J oris Zon derboots, si kopral In do-Belan da, m en dekati Rufus. “Takut pertem puran jarak dekat di jalan an be cek? Ten an glah. Belum ten tu bersua den gan ban dit-ban dit itu. Ka laupun m ereka m en ghadan g, apa boleh buat,” ia m en iru ge rak an m en ggorok leher den gan telun jukn ya. “Percayalah, dua be las oran g kita setara den gan seratus cecun guk itu.”

“Bahasa In ggrism u buruk, M estizo,”* Rufus tam pak ter- sin g gun g. “Bukan jum lah oran g, tapi sen jata. Sejak para Nippon bo doh itu m em biarkan gudan g sen jata m ereka diram pok, kita tak pu n ya gam baran pasti seberapa besar kekuatan lawan ,”

Rufus m en g ge rutu, tetapi wajahn ya kem bali cerah m elihat rokok yan g ku an gsurkan ke bawah hidun gn ya. “Betul, Letn an ?”

ia m e n o leh kepadaku, seolah m in ta dukun gan .

“Kau oran g radio, m estin ya kau yan g bercerita,” aku m en - co ba m en yalakan kem bali rokokku. “Mereka ban yak, tapi ti- dak utuh. Ada tiga un sur yan g salin g berebut pen garuh. Per ta - m a, pa ra n asion alis. In i tan ggun g jawab para diplom at, bu kan urus an ki ta. Lalu para ban dit, tukan g pukul, jawara, yan g ter- ga bun g da lam laskar. Ada ban yak kelom pok. Mereka ter bia sa m en g gu n a kan sen jata, tapi tidak terarah. Tak jaran g m e n ye - ran g un tuk m eram pok. Terakhir, yan g m en am akan diri Ten ta- ra Ke am an an Rakyat.”

“Dan Resim en Tan geran g term asuk yan g terakhir?” Die- derik Kjell, kopral Belgia yan g m alam in i bertugas m en jadi so- pir ku, an gkat bicara.

* Orang berdarah cam puran —bahasa Span yol.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(43)

Ilustrasi pernah dipublikasikan di Koran Tempo, 14 November 2010.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(44)

“H ati-hati den gan yan g itu,” kuhirup rokokku dalam -da- lam . “Tan gguh, rapi, dan idealis. Ban yak m an tan ten tara PETA di situ.”

“Bagaim an a m em bedakan laskar dan ten tara republik?

Wa jah m ereka sam a dun gun ya,” Dam ien Shaun , si pen jin ak bom da ri Irlan dia, m en gan gkat tan gan .

“Kau akan tahu saat berhadapan den gan m ereka, Kopral.”

“Baiklah, m ereka boleh berhadapan den gan veteran An t- werp in i,” Diederik m en epuk dada den gan pistoln ya.

“Oh, pern ah di An twerp?” Kopral Geerd de Roode yan g ba- ru selesai m em asan g sen apan di m obil m em buka kaus hi jau- n ya yan g basah kerin gat. “Sebagai pem bebas atau yan g di be- bas kan ?” lan jut De Roode, diikuti gelak tawa serdadu lain .

“Kusobek m ulutm u,” Diederik m em buru De Roode. Tapi se ge ra ditarik oleh rekan -rekan n ya. Mau tak m au aku ter se- n yum pa hit. Pecun dan g-pecun dan g in i tak tahu, di balik ke- elok an alam H in dia, m aut m en gin tai dari seluruh pelosok.

Beberapa bulan lalu pada acara wejan gan pem bekalan un - tuk para perwira m en en gah yan g baru tiba dari Eropa, Ko lo n el Agerbeek, kepala divisi pasukan spesial H in dia, juga m e n e gas- kan betapa berbahaya hidup di Batavia saat in i. Bahkan un tuk ten tara.

“Kita tahu, pem icun ya adalah kekoson gan kekuasaan se- te lah J epan g takluk,” katan ya. “Ditam bah kedatan gan kapal pe ran g Sekutu yan g tertun da. Dan pun cakn ya, berita ten tan g ber di ri n ya Republik In don esia. Sejak itu, kita m en yaksikan se- de ret kejahatan yan g belum pern ah terjadi di H in dia. Pe ram - pas an harta oran g Eropa atau tuan tan ah Tion ghoa, pem bu- n uhan keji sepan jan g jalur Molen vliet– Risjwijk. An da tahu?

Me re ka m en cin can g oran g Eropa dan m em asukkan n ya dalam ka run g. Pria m aupun wan ita.”

“Men gapa Nippon diam saja, H eer?” tan yaku waktu itu.

“En tahlah,” jawab Kolon el Agerbeek. “Tam pakn ya m ereka

http://pustaka-indo.blogspot.com

(45)

diam -diam bersim pati kepada pergerakan pribum i. Terbukti han ya sedikit yan g m em pertahan kan diri ketika dilucuti oleh ten tara republik.

“Un tun glah ada Batalion 10 , yan g an ggotan ya keban yakan man tan tentara KNIL,” sambungnya. “Begitu dibebaskan dari pen ja ra J epan g, m ereka m en yatukan diri, m en yusun ke kuat- an , dan m en guasai keadaan . Kita bisa m en iru cara m ereka.

Mem ba las teror den gan teror. Berkelilin g kota ten gah m alam , ber te ri ak-teriak sam bil m elepas tem bakan ke atas dan m en cu- lik oran g yan g dicurigai sebagai ten tara republik.”

Aku m an ggut-m an ggut.

Ya, ten tu saja. Men guasai m edan bukan persoalan sulit bila an ggota pasukan berasal dari satu ban gsa dan m em an g di ran - can g sebagai kekuatan pen ggem pur. Sayan gn ya, kam i adalah pa su kan an tarban gsa, yan g diharapkan m am pu m e redam ge- jo lak revolusi m elalui pen dekatan yan g cerdik, berm artabat, ser ta m en ghasilkan kem en an gan berskala besar. Bahkan kalau bi sa, m en an g tan pa harus m en um pahkan sebutir pelor pun .

Bagaim an apun , ren can a awal tetap kam i jalan kan . Setiap m alam , sepuluh regu patroli disebar. Selain rutin m en jaga ke- am an an , juga m elatih koordin asi an tarsatuan sebelum h ari-H Operasi Sergap yan g ren can an ya akan digelar se rem pak di se- luruh Batavia akhir Desem ber n an ti.

“Letn an , kita beran gkat?” Sersan J am es Richm on d, oran g kedua dalam rom bon gan , m en epuk pun dakku, m en gem bali- kan pikiran ke ruan g brieing. Aku m en gan gguk, lalu ban gkit dari kursi diikuti yan g lain .

“Men gapa tertawa? An gkat pan tatm u!” ben takku kepada J oris.

“Oi, Sersan!” J oris melambai, memanggil Richmond. “Kurasa ben ar, Letn an Verdragen m elam un . Terin gat gadis Sun da ke- m arin sore itu agakn ya.”

“Gadis Sun da? Oh, tem an si pen cuci baju?” Rufus m em utar

http://pustaka-indo.blogspot.com

(46)

tas radion ya ke pun ggun g. Pem bicaraan m en yan gkut wan ita pri bu m i selalu m en arik perhatian n ya. “Aku tak pern ah bisa m e n ye but n am an ya. Seperti m en gatakan ‘ace’,* bukan ?”

“Euis,” kata J oris. “Lihat m ulutku. E-uis. Tahan seben tar di rahan g, lalu lepaskan . E-uis. Mudah bukan ? Seperti m e n ga ta- kan ‘huis’, tapi huruf awaln ya digan ti den gan ‘e’.”

“Mudah bagim u, lidahm u seben gkok kelakuan m u,” Rufus m en ggerutu.

“Tidak perlu lidah un tuk m en yebut n am a itu, tolol!” J oris terbahak.

“H ati-hati, jan gan gan ggu gadis-gadis itu,” kuem buskan asap rokok terakhir, lalu kuin jak pun tun gn ya.

“An da terden gar san gat serius, Letn an ,” Sersan Richm on d mengokang Lee Enield­nya.

“Aku serius. Bisa saja m ereka m ata-m ata yan g disusupkan . Ke cua li itu, tem an -tem an m ereka, para fan atik, akan m en jagal ga dis-gadis itu bila tahu m ereka pun ya kisah asm ara den gan sa lah satu dari kita,” aku m em batalkan n iat m en gail rokok ke dua. “Ah, tapi hukum an berat un tuk warga yan g dian ggap m em ban tu ten tara pen dudukan tak han ya terjadi di sin i. Ta- hun la lu aku ikut Divisi In fan teri ke-30 m em bebaskan Paris.

Ke ti ka m asuk kota, selain hujan bun ga dan cium an , kam i di su- guhi pe m an dan g an m en gen askan . Serom bon gan wan ita diarak te lan jan g. Ram but m ereka tak bersisa. Wajah m ereka lebam .”

“Kolaborator Nazi?” tan ya Rufus.

“Ya,” sahutku. “Walau m un gkin juga han ya tukan g cuci, atau perem puan biasa, yan g tidur den gan Nazi karen a suam i m e re ka m ati setelah m ewariskan an ak-an ak yan g sedan g ke- la par an di rum ah. J adi sekali lagi, jan gan sen tuh m ereka. Bila kita sopan , m ereka akan sen an g, lalu m en yam paikan hal-hal

* Kartu As—bahasa In ggris.

http://pustaka-indo.blogspot.com

(47)

baik ten tan g kita. Dan bila berit

Referensi

Dokumen terkait

Lily Maryam N.: Perlindungan hukum terhadap karya cipta buku menurut undang - undang..., 2002... Lily Maryam N.: Perlindungan hukum terhadap karya cipta buku menurut undang -

Sebagai pelaksaan penegakan hukum dalam undang-undang hak cipta, berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1982 Pasal 39, dibentuk Dewan Hak Cipta, dimaksudkan untuk

Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Buku Elektronik (E-Book) Sebagai Salah Satu Aspek Hak Cipta Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Dalam

Imam Sya‟ Roni Dziya‟Urrokhman, Perlindungan Hukum Karya Cipta Buku Ditinjau dari Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,. Tesis, Fakultas

Untuk melindungi hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, maka orang lain yang tanpa izin

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Hak Cipta tentang pembatasan hak cipta fair use/fair dealing, pasal 44 dan pasal 46, hak cipta atas buku adalah sebagai berikut: “Pasal 44 1

Pengertian Hak Cipta Definisi Hak Cipta menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta terdapat Pasal 1 ayat 1 bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatur tentang hak cipta dan sanksi bagi