• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNCAC 2003 ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UNCAC 2003 ke"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Dibandingkan dengan pengaturan tindak pidana korupsi di Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 (UU Tipikor), maka akan semakin banyak ketentuan dalam UNCAC yang tidak diatur. Contoh perbuatan yang masuk dalam kategori kejahatan dalam UNCAC namun bukan merupakan kejahatan korupsi dalam UU Tipikor adalah kejahatan suap di sektor swasta. UNCAC disini merupakan perjanjian internasional yang memperkuat peraturan perundang-undangan nasional masing-masing negara dalam hal pemberantasan korupsi.49.

Mengenai permasalahan korupsi di kawasan Asia Tenggara sendiri khususnya Indonesia, saat ini tingkat korupsinya masih cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Dalam Bab III khususnya Pasal 15 sampai dengan Pasal 22 Konvensi PBB Menentang Korupsi Tahun 2003 diatur secara tegas dan jelas perbuatan-perbuatan apa saja yang dapat digolongkan sebagai tindak pidana korupsi berdasarkan Konvensi PBB Menentang Korupsi tahun 2003, yaitu: berikut : 53. Menurut perspektif hukum positif di Indonesia, pengertian tindak pidana korupsi telah dijelaskan dalam 13 pasal UU No.

Meningkatkan kerja sama internasional khususnya dalam pelacakan, pembekuan, penyitaan, dan pengembalian harta kekayaan yang diperoleh melalui tindak pidana korupsi yang berlokasi di luar negeri; Mendorong terjalinnya kerjasama teknis dan pertukaran informasi dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang bernaung di bawah. Berhasilnya penandatanganan ketentuan hukum internasional PBB, UNCAC oleh banyak negara di dunia, membuktikan bahwa tindak pidana korupsi tidak hanya menjadi momok bagi bangsa Indonesia, dunia internasional juga menyadari bahwa korupsi merupakan musuh bersama. itu harus diberantas.

Fenomena korupsi yang terjadi akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang begitu kompleks baik dari segi maupun pelakunya sehingga sulit dipungkiri bahwa aparat penegak hukum semakin kesulitan dalam menuntut suatu perbuatan tertentu untuk dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Selain untuk “mengejar” keterlambatan dan kekurangan Undang-Undang Tipikor yang ada saat ini, pengesahan ini juga menunjukkan komitmen serius negara terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.62. Kejahatan korupsi semakin canggih dan modus operandinya berbeda-beda, sedangkan perkembangan hukum relatif tertinggal dari perkembangan masyarakat dan teknologi informasi.

Kriminalisasi kejahatan-kejahatan tersebut, secara internasional dalam kerangka kejahatan korupsi, menunjukkan bahwa Konvensi Anti-Korupsi PBB (2003) memelopori reformasi literatur pemberantasan korupsi, yang mendefinisikan tindak pidana korupsi di sektor swasta. Sementara itu, perubahan kebijakan setelah ratifikasi UNCAC pada tahun 2009 hingga 2013 antara lain UU No. 46 tentang Pengadilan Tipikor, Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, Inpres No. 9 Tahun 2011, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012. Instruksi Presiden No. Dengan kerja sama internasional sebagaimana diatur dalam Pasal 43 hingga 50 UNCAC, kita berharap negara-negara tempat pelarian para koruptor dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah korupsi di Indonesia.

Ada beberapa hal penting yang dirumuskan dalam revisi UU Tipikor, yaitu sebagai berikut. Pertama, usulan revisi Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi pada awalnya dimaksudkan agar undang-undang tersebut senantiasa mempunyai kemampuan mengantisipasi cara-cara tindak pidana korupsi yang semakin berkembang. Kedua, usulan revisi UU Tipikor justru mengatur kebalikan dari susunan kata pasal yang lebih ketat diatur dalam UNCAC 2003 atau UU No. 7 Tahun 2006. Ketiga, UU hasil revisi bertajuk berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi.

Pemberantasan korupsi diartikan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi sesuai dengan Pasal 1 angka 3 UU No. 30/2002.

Kendala- kendala Implementasi UNCAC 2003 di Indonesia

UNCAC atau Konvensi Anti Korupsi PBB (2003) telah diratifikasi melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2006, sehingga masih diperlukan adanya undang-undang pelaksana dalam sistem hukum pidana Indonesia, baik berupa perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2001, serta undang-undang baru yang menggantikan seluruh ketentuan dalam undang-undang. 92 Undang-undang pelaksanaan diperlukan karena ketentuan Pasal 11 UUD 1945 hanya bersifat ratifikasi UNCAC, tetapi tidak berlakunya ketentuan tindak pidana. Selain itu juga karena sistem hukum pidana Indonesia menganut asas legalitas (Pasal 1(1) KUHP), yang menegaskan bahwa tidak ada perbuatan yang dapat dipidana kecuali berdasarkan hukum pidana (Indonesia) yang ada.

Artinya, sistem peradilan pidana Indonesia mengakui asas non-residivisme sepanjang berkaitan dengan perbuatan yang dapat dipidana (hukum pidana substantif) menurut KUHP. Hukum pidana (Indonesia) yang mengatur tindak pidana korupsi saat ini adalah hukum sebagaimana disebutkan di atas. Indonesia sebagai aktor yang meratifikasi UNCAC mempunyai hak-hak yang juga sesuai dengan ketentuan pasal-pasal dalam UNCAC.

91 Djoko Sumaryanto, Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi Dalam Rangka Pemulihan Kerugian Keuangan Negara, Prestasi Pustaka Karya, Jakarta 2009, hal 41. Persyaratan yang diajukan Indonesia ini merupakan hak setiap negara berdaulat dalam perjanjian internasional. Untuk memasukkan perjanjian internasional ke dalam aturan suatu negara, Indonesia sebagai negara berdaulat telah menentukan mekanisme lain.94.

Dalam hal yurisdiksi, terdapat perbedaan mencolok antara hukum internasional dan hukum domestik. Hal ini terlihat dari ratifikasi UNCAC oleh lembaga legislatif Indonesia, meskipun jauh sebelum Indonesia meratifikasi UNCAC, sebenarnya Indonesia sudah mempunyai peraturan antikorupsi sendiri. yang sejalan dengan pasal-pasal di UNCAC, sehingga dapat disimpulkan bahwa Indonesia telah meratifikasi UNCAC.95. Kendala yang dihadapi Indonesia dalam meratifikasi Konvensi PBB Melawan Korupsi tahun 2003 adalah dalam hal pemulihan aset dimana Indonesia telah memiliki rekam jejak keberhasilan dalam memulihkan aset-aset hasil korupsi yang disembunyikan di negara lain, namun ratifikasi UNCAC tahun 2003 khususnya yang berkaitan dengan hingga ketentuan pengembalian aset hasil korupsi masih dihadapi. Dalam kasus Indonesia sebagai “negara peminta” pengembalian aset langsung misalnya, kemungkinan status hukum pihak peminta yang sebenarnya adalah negara masih perlu dikaji.

Faktanya, Pasal 53 UNCAC tahun 2003 mewajibkan suatu negara untuk membangun konstruksi hukum nasionalnya, yang memungkinkan negara lain untuk mengajukan gugatan perdata, menuntut ganti rugi, dan melakukan penyitaan di pengadilan negara tersebut untuk mengembalikan aset hasil korupsi. berlokasi atau berlokasi di dalam negeri secara langsung, tidak dalam kerangka kerja sama antar pemerintah96. Aturan hukum pengembalian aset hasil korupsi di Indonesia belum dapat digunakan untuk memberikan pengembalian aset secara maksimal karena Indonesia saat ini belum memiliki aturan pelaksanaan ratifikasi UNCAC tahun 2003 yang secara khusus mengatur pengembalian aset. aturan yang ada, masih didasarkan pada adanya kerugian negara, sedangkan pengembalian aset dalam Konvensi tidak hanya didasarkan pada adanya kerugian negara, tetapi juga memungkinkan adanya kepemilikan pihak ketiga. Selain itu, istilah pengembalian aset belum dikenal secara tegas dalam berbagai peraturan di Indonesia, hal ini tentu saja menyulitkan pengembalian aset jika pihak ketiga juga mengalami kerugian akibat tindak pidana korupsi yang dilakukan.98 Belum lagi Indonesia saat ini tidak memilikinya.

Lemahnya Kerjasama Internasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2000 tentang tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dan pemberian penghargaan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; Hampir seluruh implementasi Konvensi Kejahatan Transnasional diatur dalam undang-undang untuk pelaksanaannya, sehingga mempunyai kekuatan hukum mengikat baik bagi penyidik, penuntut umum, maupun hakim panel yang memeriksa perkara pidana termasuk korupsi.

Demitri Vlasis juga berpendapat bahwa masyarakat dunia, baik di negara maju maupun berkembang, semakin kecewa menghadapi penderitaan ketidakadilan dan kemiskinan akibat tindakan korupsi.103 Masyarakat dunia mulai khawatir dengan tindakan tidak manusiawi tersebut. Oleh karena itu, negara-negara di dunia sepakat untuk bekerja sama guna mencegah dan memberantas tindakan korupsi tersebut. Perjanjian ini dituangkan dalam bentuk Perjanjian UNCAC melalui PBB.104 Padahal, Indonesia telah lama berupaya melakukan pemberantasan korupsi melalui undang-undang antikorupsi dan pembentukan lembaga terkait.

Indonesia menyambut baik kebijakan pemberantasan korupsi ini dengan harapan negara benar-benar terbebas dari tindakan korupsi yang dapat menimbulkan kesengsaraan bagi masyarakat.107 Dunia mulai menyadari bahwa tindak pidana korupsi sudah melintasi batas negara. Mekanisme yang digunakan UNCAC dalam melakukan proses pengamanan aset hasil korupsi adalah pertama dengan melakukan penelusuran, kedua, aset yang telah ditelusuri akan dibekukan, selanjutnya aset yang telah dibekukan akan disita dengan menggunakan pihak yang berwenang dimana aset tersebut berada. berada. lokasi dan terakhir pengembalian aset kepada negara asal (sumber aset korupsi). Terkait proses perolehan aset tersebut, para pelaku tindak pidana korupsi dapat dengan leluasa melintasi batas wilayah hukum dan geografis negara.

Sementara itu, aparat penegak hukum tidak mudah melintasi batas yurisdiksi negara lain, oleh karena itu diperlukan kerja sama internasional untuk mengejar pelaku tindak pidana korupsi yang melarikan aset negara melintasi batas negara. Maka sejak adanya kesepakatan dunia untuk memberantas tindak korupsi, Indonesia seakan menemukan kembali semangat yang sempat hilang.110 Manfaat yang dapat diperoleh Indonesia dari kerja sama internasional tersebut adalah sebagai berikut. Indonesia mendapat dukungan dunia untuk memberantas korupsi yang sudah lama menjadi penyakit kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ada kemungkinan pengembalian aset negara yang dirampas oknum koruptor yang melintasi batas negara. Faktanya, hampir seluruh ketentuan Konvensi telah diterapkan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, terutama sejak disahkannya UU No. NR. Konvensi Korupsi tahun 2003 memberikan penekanan yang lebih besar pada kerja sama internasional dalam mencegah dan memberantas korupsi, misalnya. berupa pengembalian harta kekayaan di luar negeri akibat tindak pidana korupsi.

Referensi

Dokumen terkait

A residential hostel for women students was established by Trinity College in 1886—which in due course became Janet Clarke Hall, within the grounds of that College; and Newman College

Herrick Library Faculty Meeting September 5, 2016 Present: Steve Crandall, Ellen Bahr, Brian Sullivan, Laurie McFadden 1.. Personal Librarian Program: Most if not all of the students