• Tidak ada hasil yang ditemukan

undang No. 41 Tahun 2004 (Studi Aspek Kemashl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "undang No. 41 Tahun 2004 (Studi Aspek Kemashl"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

Namun untuk pengaturan wakaf dalam pelaksanaannya dikeluarkan berbagai peraturan mengenai wakaf, antara lain6: Surat Edaran Sekretaris Pemerintah No.435 Tahun Bijblad 1905 No. Hukum diperbolehkannya istilah wakaf merupakan produk hukum pemikiran para ahli hukum Indonesia dengan mempertimbangkan banyak hal termasuk aspek maslahah di dalamnya. Oleh karena itu, diperbolehkannya wakaf pada waktu tertentu menimbulkan minat bagi penulis untuk mengkaji lebih dalam latar belakang yang menjadi dasar munculnya istilah wakaf dalam hukum positif di Indonesia dalam kaitannya dengan kesejahteraan umat Islam Indonesia.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan, acuan dan acuan bagi semua pihak yang ingin mendalami ilmu pengetahuan terkait wakaf dan mengetahui bahwa istilah wakaf diperbolehkan dan diatur dalam hukum positif Indonesia. Istilah wakaf adalah perbuatan hukum wakif (orang yang mewakafkan) untuk memisahkan dan/atau memindahtangankan sebagian hartanya untuk digunakan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya untuk keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. hukum.

Kajian Pustaka

Nuzulul Ihsan (C01 303006 IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009) yaitu 'Revisi syariat Islam tentang perubahan pelaksanaan ikrar wakaf moneter yang dialokasikan untuk pelebaran masjid berdasarkan undang-undang no. dari ikrar wakaf uang yang dimaksudkan untuk perluasan masjid menurut undang-undang No. Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Tri Sugianto (Co IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2000) yaitu konsep Wakaf Syafiiyah dalam kompilasi hukum Islam, hasilnya lebih menekankan pada adanya sistem wakaf mazhab Syafii yang termuat dalam Kompilasi Hukum Islam 12.

11Nuzulul ihsan, “Tinjauan hukum Islam terhadap perubahan pelaksanaan komitmen wakaf uang tertentu untuk perluasan masjid menurut undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf”, (Skripsi: IAIN, Sunan Ampel, Surabaya, 2009) . Sedangkan dalam penelitian ini penulis tidak bermaksud untuk mengulangi kajian tentang wakaf khususnya wakaf dengan jangka waktu tertentu yang telah dibahas sebelumnya, bukan untuk mengulangi permasalahan yang telah diteliti di atas, namun peneliti lebih fokus mengkaji istilah wakaf. dalam Islam. hukum dengan teori kemaslahatan umat Islam di Indonesia.

Metode Penelitian

Sumber data sekunder dari data ini adalah dari buku-buku terbitan Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama Republik Indonesia (Strategi Pengembangan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf Indonesia) dan Hukum Wakaf Mukhlisin Muzarie dan Implementasinya pada Kesejahteraan Masyarakat serta semua buku terkait yang menjelaskan tentang wakaf, khususnya yang berkaitan dengan wakaf dan istilah wakaf. Karena penelitian ini merupakan kajian konsep wakaf dari sudut pandang hukum Islam mengenai konsep wakaf dari sudut pandang kemaslahatan umat Islam dengan menggunakan metode penelitian Library Research. Dalam hal ini menggunakan literatur antara lain buku, kitab suci, tesis, artikel, majalah, surat kabar dan lain-lain yang relevan dengan topik istilah wakaf dari sudut pandang hukum Islam dari sudut pandang kemaslahatan umat Islam di Indonesia.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang paling penting, memusatkan perhatian pada hal yang penting, mencari tema dan pola. Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkapkan temuan-temuan berupa uraian atau gambaran suatu objek yang sebelumnya tidak jelas, kemudian yang diteliti menjadi jelas, dan ditarik kesimpulan.

Sistematika Pembahasan

Teori Mas}lah}ah

Pengertian Mas}lah}ah

Jadi kata mas}lah}ah merupakan bentuk tunggal dari kata mas}alih} dan arti kata al-istilah adalah mencari manfaat, memandang manfaat atau kebaikan, memperoleh manfaat atau kebaikan, itu kebalikan dari kata tersebut. al-istifsad yang artinya tampak buruk atau rusak, menjadi jelek atau rusak. Kamus Al-Misbah Al-Munir menyebutkan bahwa kata s}aluh}a merupakan kebalikan dari kata fasad, dan bentuk masdarnya adalah s}ala dan mas}lah}ah, yaitu khair wa s}awab artinya (baik dan benar) dan bentuk jamaknya dia mas}over}.17. Al-Ghazali menjelaskan, menurut asal usulnya mas}lah}ah berarti sesuatu yang mendatangkan manfaat (keuntungan) dan menjauhkan kerugian (kerusakan), namun hakikat mas}lah}ah adalah itu.

Sedangkan tujuan syara dalam menetapkan hukum ada lima, yaitu: kelestarian agama, jiwa, akal, keturunan dan harta benda. Definisi ini mirip dengan definisi Ghazali dari segi makna dan tujuannya, karena penolakan terhadap bahaya berarti penarikan manfaat, sedangkan penolakan terhadap manfaat berarti penarikan kerugian. Al-Iez ibn Abdi al-Salam dalam bukunya Kawaid al-Ahkam memberikan pengertian mas}lah}ah dalam bentuk hakikatnya dengan.

-Syatibi mentafsirkan mas}lah}ah dari dua sudut iaitu dari segi berlakunya mas}lah}ah secara realiti dan dari segi pergantungan pimpinan Syria terhadap mas}lah}ah. Takrifan al-Thufi ini bertepatan dengan takrifan al-Ghazali yang melihat mas}lah}ah dalam pengertian syara' sebagai sesuatu yang boleh membawa kepada matlamat syara'.

Dasar Hukum Mas}lah}ah

Maksudnya, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kedengkian dan permusuhan. Ayat di atas dengan tegas memerintahkan manusia berlaku adil dan berbuat kebajikan, dua perkataan terakhir ditujukan. kepada sekalian makhluk, dan sebaliknya melarang melakukan kejahatan dan permusuhan yang keji.Justeru, untuk menjalani kehidupan yang ideal sesuai dengan ayat ini, berlaku adil dan beramal dengan perintah Allah.

Maksudnya, “..Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya untuk kamu, supaya kamu bersyukur.”29.

ص ها لوسر نا تماصلا نبا ة ابع نع.م

لاق ضق

رارض اوررضا

جام نبا ور

Macam-macam Mas}lah}ah

Kebajikan pada peringkat ini merangkumi lima prinsip asas Syariah yang universal, iaitu menjaga ketulusan agama (hifzh al-din), menjaga jiwa (hifzh al-nafs}, menjaga akal (hifzh al-aql), memelihara keturunan ( hifzh al-nasl) dan perlindungan harta (hifzh al-mal) 2) Mas}lah}ah Al-hajiyyah. 38Ibid.,253. mendukung pelaksanaan ibadah dan menambah kenikmatan ibadah itu, misalnya thaharah dan menutup aurat. B. Mas}lah}ah dari segi kandungannya 1) Mas}lah}ah Al-Ammah. Mas}lah}ah Al-H}asanah adalah kepentingan peribadi dan ini sangat jarang berlaku seperti minat yang berkaitan dengan putusnya hubungan perkahwinan seseorang yang diisytiharkan sesat (mafqud).40 .. c. Mas}lah}ah dari segi perubahan dan ketiadaan Mas}lah}ah 1) Mas}lah}ah Ath-Thabitah.

Mas}lah}ah Ath-Thabitah adalah suatu kemaslahatan yang kekal, tidak berubah hingga akhir zaman. Mas}lah}ah Al-Mutaghayyirah adalah manfaat yang berubah-ubah menurut perubahan tempat, waktu dan subyek hukum. Misalnya saja dalam soal pangan yang berbeda-beda di setiap daerah. d.Mas}lah}ah tentang keberadaannya menurut syara'.

Dari adanya keselarasan dan keselarasan dalam berfikir baik pikiran dengan tujuan syara dalam menegakkan hukum, dalam arti tujuan mencari dan menegakkan hukum maka maslahah disebut juga dengan munasib atau kesesuaian mas}lah} ah dengan hukum. tujuan. Artinya, terdapat petunjuk syar'i baik langsung maupun tidak langsung yang menunjukkan adanya mas}lah}ah yang merupakan alasan yang mendalam. Mas}lah}ah Al-Mulghah atau mas}lah}ah yang ditolak, yaitu mas}lah}ah yang dianggap baik menurut akal, tetapi tidak dianggap baik menurut syara' yang menolaknya.

Artinya akal menganggapnya baik dan sesuai dengan tujuan syara', namun nyatanya syara' menetapkan hukum yang berbeda dengan apa yang dituntut mas}lah}ah. Mas}lah}ah al-Mursalah yaitu apa yang dianggap baik menurut akal, sesuai dengan tujuan syara' dalam menetapkan hukum, namun tidak ada pedoman syara' yang memperhatikannya dan ada pula yang tidak syara'. pedoman yang menolaknya. Mas}lah}ah juga berarti manfaat atau pekerjaan yang mengandung manfaat, seperti pada pengertian awal.

Maka dari pemahaman di atas dapat disimpulkan bahwa mas}lah}ah mursalah adalah suatu kemaslahatan yang tidak terpengaruh oleh syariah dan tidak ada dalil yang mengatakan harus atau tidak boleh dilakukan sedangkan jika dilakukan akan mendatangkan manfaat. kebaikan atau faedah yang besar. Mereka mendakwa bahawa tidak ada dalil, baik rasional mahupun kitab suci, yang memerlukan penggunaan maslah}ah mursalah.

Mas}lah}ah Sebagai Tujuan Hukum ( Maqas } id Al-Shariah )

  • Memelihara Agama (Hifz al-Din)
  • Memelihara Jiwa ( Hifz al-Nafs )
  • Memelihara akal ( Hifz al-Aql )
  • Memelihara Keturunan ( Hifz al-Nasl )
  • Memelihara Harta ( Hifz al-Mal )

Sedangkan pendapat Ibnu Burhan dalam al-wajiz oleh Syafi’i berpendapat bahwa jika sesuai dengan ashal universal us}ul as-Shariat atau dengan ashal tertentu maka dapat digunakan, pendapat ini didukung oleh Umami. Haraiman.51..d) Mas} lah}ah murselah dapat digunakan apabila memenuhi tiga syarat yaitu tingkat dasar atau d}arurat lima (melestarikan agama, jiwa, akal, nasab dan harta), kepastian terjadinya atau kat . 'iyah (nilai kemaslahatan yang tampak), maka artinya universal Kemaslahatan ini adalah kepentingan umum umat Islam, bukan kepentingan abadi atau kelompok. Dalam bahasa Mekkah id al-Sheri'ah terdiri dari dua kata yaitu maqs}id dan sheri'ah. Meqas}id Al-Sheriah merupakan bentuk jamak dari maqas}id yang berarti kesengajaan atau kesengajaan, sedangkan syariah adalah masdar dari syariah yang secara etimologis (lughawi) berarti al-mawddhi'u tuhidu ila al-ma'i. (jalan menuju sumber air).

Jalan menuju sumber air juga bisa dikatakan sebagai jalan menuju sumber kehidupan. Dalam terminologi al-Syariah adalah seperangkat aturan atau hukum yang diciptakan Allah untuk dijadikan pedoman manusia dalam mengatur hubungannya dengan Tuhan, manusia, baik sesama muslim maupun non muslim, alam dan seluruh kehidupan.53. Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara kandungan makna al-syariah dengan sumber air yang dimaksud dalam arti adanya hubungan antara sarana dan tujuan. Arti maqas}id al-shari'ah secara bahasa adalah maksud dan tujuan dari kaidah atau hukum syari'ah dalam Islam berdasarkan Al-Qur'an dan al-Sunnah, yang bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat.

Sedangkan secara terminologi yang dimaksud dengan maqas}id al-shari'ah menurut Alal al-Fasi adalah tujuan (umum) dalam menegakkan syariat dan beberapa rahasia (khusus) yang terkandung dalam setiap produk hukumnya. Syari'at bertujuan untuk memberi manfaat bagi umat manusia, baik dalam jangka pendek (dunia) maupun jangka panjang (akhirat). Setiap hukum syariat pasti tidak terlepas dari tiga unsur yaitu sifat d}ahir (indrawi) dan mulut }abit (tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat, terukur), unsur ini sering disebut dengan illat. Sedangkan unsur ketiga adalah yang dihasilkan dari tashri' (penegakan hukum) berupa pelaksanaan mashahah dan penghindaran mafsadah atau disebut maqas}id al-shari'ah, ketiga unsur tersebut merupakan unsur inheren yang pasti terdapat dalam setiap undang-undang.

Selain itu sebagaimana telah disebutkan di atas, maqasid al-Syari’ah yang memuat mashlahah terbagi menjadi lima, yaitu mashlahah berupa perlindungan agama klasik (hifz al-din) melalui jihad hak hidup (hifz al- nafs) diwujudkan dengan menegakkan hukum qisas, kesehatan aqal (hifz al-aql) dipelihara dengan memberikan hukuman kepada peminumnya, keturunan (hifz al-nasl) diusahakan dengan memberikan sanksi kepada pezina, hak atas harta benda (hifz al-mal ) dilindungi oleh. 54 Forum Kajian Ilmiah (FKI) Ahla Shufah, Tafsir Maqashidi Kajian Tematik Maqashid al-Syari'ah, (Kediri: Lirboyo Press, 2013), 2. Memelihara agama pada tataran Tahsiniyah yaitu mengikuti petunjuk agama untuk menjunjung tinggi kemanusiaan martabat dan menyempurnakan pelaksanaan kewajiban Allah, seperti menutup aurat, membersihkan badan, pakaian, dan perumahan.

Referensi

Dokumen terkait

41 Tahun 2004 mengenai Wakaf, Pengertian Wakaf adalah perbuatan hukum wakif (pihak yang mewakafkan harta benda miliknya) untuk dimanfaatkan selamanya atau

Akan tetapi terdapat pengecualian dalam Pasal 41, yakni dikecualikan apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan

Sedangkan prinsip-prinsip penggantian benda wakaf menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf yaitu apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan

41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dijelaskan bahwa harta wakaf tidak boleh diambil kembali oleh wakif, namun dalam kasus Pengambilan Kembali Harta Wakaf Oleh Wakif Di

Jika wakif wafat maka harta wakaf menjadi harta warisan untuk ahli warisnya jadi yang timbuh dari wakaf hanyalah “menyumbangkan manfaatnya”karena itu Mazdhab

Wahbah a1 Zuhaili, op.cit., hlm.. ditentukan oleh wakif. Untuk menjembatani perbedaan pendapat tentang pemilik harta wakaf tersebut adalah dengan menyerahkan

41 Tahun 2004 Dalam pasal 1 ayat 1 Undang-undang No 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, menyebutkan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum waqif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian

Harta benda wakaf Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 1 ayat 5 dijelaskan bahwa harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan /atau