• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Kusuma Husada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Universitas Kusuma Husada "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPUTIHAN DENGAN PERILAKU

PERSONAL HYGIENE PADA REMAJA DI DUSUN TAMBAKBOYO DESA TAMBAKBOYO MANTINGAN NGAWI

Melinda Septyana 1) , Dheny Rohmatika 2), Retno Wulandari 3)

1)Mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Kusuma Husada Surakarta

melinda.septi6@gmail.com

2)3)Dosen Mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Kusuma Husada Surakarta

dhenyr82@gmail.com Abstrak

Salah satu permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja adalah penyakit infeksi saluran reproduksi salah satunya adalah keputihan. Data penelitian menunjukkan bahwa 75% perempuan di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidupnya.

Masih banyak perempuan yang tidak mengetahui tentang keputihan dan cara pencegahannya serta personal hygiene yang kurang baik yang bisa menyebabkan keputihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku personal hygiene pada remaja di dusun Tambakboyo desa Tambakboyo Mantingan Ngawi.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 44 responden. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Tambakboyo Desa Tambakboyo Mantingan Ngawi. Pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan tekhnik Purposive sampling. Analisa data dilakukan dengan menggunakan Uji Spearman Rank Test.

Hasil penelitain pada tanggal 27 September 2020 didapatkan hasil uji statistik menunjukkan nilai P value < 0,001 yang berarti terdapat hubungan tingkat pengetahuan keputihan dengan perilaku personal hygiene pada remaja di Dusun Tambakboyo Desa Tambakboyo Mantingan Ngawi.

Kesimpulan pada penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang keputihan di Dusun Tambakboyo Desa Tambakboyo Mantingan Ngawi dalam kategori cukup.

Kata Kunci: Pengetahuan, Keputihan, Personal Hygiene Daftar Pustaka: 30 (Tahun 2010-2019)

(2)

2 The Relationship between Knowledge Level of Leucorrhoea and Personal

Hygiene Behavior of Adolescents in Tambakboyo Hamlet Tambakboyo Village Mantingan Ngawi

Melinda Septyana 1) , Dheny Rohmatika 2), Retno Wulandari 3)

1)Student of the Undergraduate Midwifery Study Program Faculty of Health Sciences Kusuma Husada University Surakarta

melinda.septi6@gmail.com

2)3)Lecturers of Undergraduate Midwifery Study Program Faculty of Health Sciences Kusuma Husada University Surakarta

dhenyr82@gmail.com Abstract

One of the reproductive health problems in adolescents is a disease of reproductive tract infections, one of which is vaginal discharge. Research data shows that 75% of women in the world must experience vaginal discharge at least once in their life. There are still many women who do not know about vaginal discharge and how to prevent it and poor personal hygiene This research aims to determine the relationship between the level of knowledge about vaginal discharge and personal hygiene behavior in adolescents in Tambakboyo hamlet, Tambakboyo village, Mantingan Ngawi.

This research is a quantitative research with a research design descriptive correlational. The population in this study amounted to 44 respondents.This research was conducted in Tambakboyo Hamlet Tambakboyo Village Mantingan Ngawi. The sampling used was purposive sampling technique. Data analysis was carried out using the Speaman Rank Test.

The results of the research on September 27 2020 showed that the statistical test results showed a P value < 0.001 which means that there is a relationship between the level of knowledge of leucorrhoea and personal hygiene behavior in adolescents in Tambakboyo Hamlet, Tambakboyo Village, Mantingan Ngawi.

The conclusion in this study found that the knowledge of young women about vaginal discharge in Tambakboyo Hamlet, Tambakboyo Village, Mantingan Ngawi was in the sufficient category.

Keywords: Knowledge, Leucorrhoea, Personal Hygiene Bibliography: 30 (years 2010-2019)

(3)

3 PENDAHULUAN

Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI (2015) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Ruang lingkup pelayanan kesehatan repoduksi menurut International Conference Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo terdiri dari kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas, kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi lainnya seperti kekerasan seksual, sunat perempuan dan sebagainya.

Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu keadaan sehat, secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan

memuaskan sebelum dan sudah menikah (Nugroho, 2010).

Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah yang disebabkan oleh kuman. Terkadang, keputihan dapat menimbulkan rasa gatal,bau tidak enak, dan berwarna hijau. Faktor hormonal, kebersihan, dan suasana pH vagina ikut memengaruhi munculnya gejala keputihan.Keputihan sebenarnya tidak perlu diobati.

Jika dirasa mulai mengganggu, seperti munculnya rasa gatal dan nyeri, sebaiknya keputihan harus benar-benar diwaspadai dan tidak boleh dianggap remeh. Gangguan ini dapat menimbulkan kemandulan dan kanker.

Dalam keadaan yang normal, vagina yang sehat memproduksi cairan untuk membersihkan vagina. Cairan tersebut juga berfungsi sebagai pelumas saat hubungan seksual yang berfungsi untuk membantu penetrasi penis,serta membantu fungsi reproduksi. Keputihan itu sendiri terjadi terus menerus atau hanya pada waktu-waktu tertentu saja (Prawirohardjo, 2011).

Keputihan tidak selalu bersifat patologis, namun demikian pada umumnya orang menganggap keputihan

(4)

4 sebagai hal yang normal. Pendapat ini

tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Keputihan yang normal memang terjadi pada perempuan, yaitu yang terjadi menjelang dan setelah masa menstruasi dan akan hilang sendiri.

Namun, keputihan yang tidak normal (patologis) dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Kusmiran, 2012).

Perempuan yang tidak bisa membedakan keputihan normal (fisiologis) dan keputihan yang tidak normal (patologis) tidak akan tahu dirinya mengidap penyakit atau tidak.

Perempuan yang beranggapan keputihan fisiologis adalah keputihan patologis akan membuatnya merasa tidak nyaman dan merasa cemas dirinya menderita suatu penyakit kelamin, dan jika perempuan yang beranggapan keputihan patologis adalah keputihan fisiologis akan membuat perempuan tersebut mengabaikan keputihan yang dideritanya sehingga penyakit yang diderita bisa semakin parah yaitu terjadinya infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau juga parasit, yang bisa menyebabkan terjadinya kasus Infeksi

Menular Seksual (IMS) (Sulistianingsih R, dkk, 2011).

Keputihan masih dianggap bukan hal yang serius di kalangan remaja putri, sehingga dalam menjaga kebersihan organ genitalia pada remaja putri masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya remaja putri yang memakai celana ketat dan dalam memakai celana dalam mereka cenderung memilih yang berbahan bukan dari katun. Padahal keputihan mungkin disebabkan oleh celana panjang yang ketat dan atau celana dalam yang terbuat dari serat sintetik (nilon) (Kusmiran, 2012).

Ada beberapa remaja putri yang memakai sabun pembersih vagina hanya karena terbujuk oleh iklan yang ada di media masa dan kebanyakan dari mereka hanya ikut-ikutan dengan teman yang lain tanpa mengetahui sejauh mana pembersih itu digunakan dan manfaat yang didapatkan. Menggunakan sabun pembersih vagina memang merupakan salah satu cara untuk mengobati dan mencegah keputihan dengan indikasi yang tepat.

Namun demikian dalam penggunaan sabun pembersih yang tidak tepat selain membunuh bakteri-bakteri yang merugikan juga dapat membunuh

(5)

5 flora normal yang ada di sekitar

kemaluan perempuan, padahal flora normal tersebut harus ada sebagai sistem pertahanan dari bakteri merugikan.

Dengan matinya flora normal maka akan mudah terjadi keputihan (Hariana R, dkk, 2013).

Menurut World Hellt Organization (2010) masalah kesehatan reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang diderita pada perempuan didunia salah satunya keputihan. Sekitar 75% wanita dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali dalam seumur hidup dan 45%

diantaranya dapat mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih. Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur muda berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan.

Dari Data Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2011), di Indonesia sebanyak 75%

wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih.

Angka ini berbeda tajam dengan eropa yang hanya 25% saja. Kondisi cuaca

indonesia yang lembab menjadi salah satu penyebab banyaknya wanita indonesia yang mengalami keputihan, hal ini berbeda dengan eropa yang hawanya kering sehingga wanita dapat tidak mudah terinfeksi jamur.

Wanita Eropa yang mengalami keputihan hanya 25% saja. Angka ini berbeda tajam dengan Indonesia, di mana presentase wanita Indonesia sebanyak 75% wanita yang berada di Indonesia pernah mengalami keputihan dalam hidupnya paling tidak satu kali.

Di Indonesia wanita mengalami keputihan disebabkan keadaan iklim Indonesia lemab berbeda dengan eropa yang beriklim kering (Hurlock, 2011).

Personal hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan untuk mencegah resiko terjadinya penyakit.

Salah satu tindakan dalam menjaga personal hygiene yang harus dilakukan untuk mencegah keputihan adalah mengganti celana dalam setiap terasa sudah lembab terutama bila sehabis beraktivitas fisik yang melelahkan dan mengeluarka banyak keringat (Sarwono, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian dari Endah Puji Rahayu (2017) tingkat pengetahuan tentang keputihan dalam

(6)

6 kategori cukup sebanyak 33 (58.9%),

tingkat pengetahuan tentang pengertian keputihan dalam kategori baik sebanyak 43 (76.8%), tingkat pengetahuan tentang jenis keputihan dalam kategori baik sebanyak 29 (51.8%), tingkat pengetahuan tentang penyebab keputihan dalam kategori cukup sebanyak 27 (48.2%), tingkat pengetahuan tentang gejala keputihan dalam kategori cukup dan kurang sebanyak 25 (44.6%), tingkat pengetahuan tentang pencegahan keputihan dalam kategori cukup sebanyak 29 (51.8%).

Disamping penelitian Endah Puji Rahayu (2017) penelitian lain yang dilakukan Muhamad, Anto J. Hadi,dan Ahmad Yani (2019) bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan remaja putri dengan pencegahan keputihan dengan menggunakan uji Chi Square nilai Pvalue 0,003 <0,05. Tidak terdapat hubungan sikap remaja putri dengan pencegahan keputihan dengan menggunakan uji Chi Square nilai P value 0,174> 0,05.

Berdasarkan hasil survei data awal yang dilakukan peneliti pada 10 Januari 2020 dengan mewawancarai 10 remaja di Desa Tambakboyo Mantingan Ngawi, didapatkan data 7 remaja mengalami keputihan disekitar vagina

dan 3 remaja tidak mengalami keputihan. Pada saat tejadi keputihan 7 remaja desa mengatakan tidak mengganti celana dalamnya saat lembab. Remaja mengatakan sering menggunakan celana dalam yang ketat dan tidak mudah menyerap keringat.

Dari wawancara yang dilakukan ditemukan bahwa kurangnya perilaku personal hygiene.

Berdasarkan hasil survei dengan 10 remaja desa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

”Hubungan tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku personal hygiene pada remaja di desa Tambakboyo Mantingan Ngawi”.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku personal hygiene pada remaja.

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasional.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 44 responden. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Tambakboyo Desa Tambakboyo Mantingan Ngawi.

Pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan tekhnik Purposive sampling. Analisa data dilakukan

(7)

7 dengan menggunakan Uji Spearman

Rank Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1.

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia Umur Frekuensi Persentase

(%)

14-16 17 38,6

17-20 27 61,4

Total 44 100,0

Berdasarkan hasil penelitian umur responden berkisar antara 14-20 tahun. Mayoritas yang menjadi responden berusia 17-20 tahun remaja atau 61,4%. Remaja akhir pada usia ini masa konsolidasi menuju periode dewasa sehingga mudah untuk menerima informasi. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Sari (2012) dengan latar belakang remaja usia yang sama, namun tempat tinggal yang berbeda dengan pondokan, yang mana pola tingkah laku dan lingkungan di pondokan mengharuskan remaja yang masih labil agar mandiri dalam mengurus masalah hidupnya berbeda dengan remaja di sekolah umum lainnya, mereka tinggal bersama orang tua, memiliki akses internet yang mudah

sehingga dalam mendapatkan informasi mengenai kesehatan sangat mudah.

Tabel 2.

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan Tingkat

Pendidikan

Frekuensi Persentase (%)

SMP 15 34

SMA/SMK 25 57

Perguruan Tinggi

4 9

Total 44 100

Hasil penelitian diperoleh hasil bahwa mayoritas yang menjadi responden memiliki pendidikan SMA/SMK yakni sebanyak 25 orang atau 57%. Kenyataan ini menunjukkan responden dilihat dari pendidikan pendidikan terakhir sangat beragam dan mayoritas menyelesaikan pendindikan tingkat atas.

Menurut Melmambessy Moses (2012) pendidikan adalah proses pengalihan pengetahuan secara sistematis dari seseorang kepada orang lain sesuai standar yang telah ditetapkan oleh para ahli. Dengan adanya transfer pengetahuan tersebut diharapkan dapat merubah sikap tingkah laku, kedewasaan berpikir dan kedewasaan kepribadian.

(8)

8 Analisis Univariat

Tabel 3.

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat

pengetahuan

Kategori Jumlah Persentase (%)

Baik 12 27,3

Cukup 32 72,7

Kurang 0 0,0

Total 44 100,0

Hasil pengukuran tingkat pengetahuan remaja Desa Tambakboyo Mantingan Ngawi tentang keputihan menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 32 orang (72,7%), sedangkan responden yang berada dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 12 orang (27,3%). Banyaknya remaja putri yang berpengetahuan cukup dikarenakan faktor lingkungan yang mendukung memberikan informasi.

Salah satu akses informasi di balai desa adalah papan informasi yang lengkap dan juga terdapat informasi tentang masalah reproduksi tetapi tidak didukung dengan rasa keingintahuan remaja untuk membaca papan informasi khususnya tentang kesehatan reproduksi.

Kebanyakan remaja datang ke balai desa hanya saat ada keperluan saja. Hal ini

didukung dengan pendapat Notoadmodjo (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang timbul dari rasa keingintahuan manusia yang berasal dari panca indra manusia terhadap suatu objek tertentu.

Hasil penelitian dari Diyah Ayu Susilowati (2015) tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X dan XI Tentang Keputihan di SMA Negeri 2 Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta Tahun 2015 sebagian memiliki pengetahuan cukup yaitu 53 siswa (51,0%). Faktor yang mempengaruhi adalah lingkungan yang kurang mendukung dalam memberikan informasi.Salah satu akses informasi dalam sekolah ini adalah perpustakaan, walaupun di perpustakaan di SMA ini cukup lengkap selain tersedianya buku yang menunjang dalam pembelajaran di perpustakaan ini juga terdapat artikel yang membahas tentang masalah kesehatan reproduksi, seks bebas dan napza. Namun dari fasilitas buku perpustakaan yang cukup lengkap ini tidak didukung dengan rasa keingintauan para siswa dalam mencari informasi khususnya kesehatan reproduksi secara mandiri masih kurang, kebanyakan dari mereka hanya mencari saat diberikan tugas oleh para guru saja.

(9)

9 Tabel 4.

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan perilaku

personal hygiene

Kategori Jumlah Persentase (%)

Baik 13 29,5

Cukup 31 70,5

Kurang 0 0,0

Total 44 100,0

Hasil pengukuran perilaku personal hygiene remaja Desa Tambakboyo Mantingan Ngawi bahwa mayoritas responden memiliki perilaku personal hygiene dalam kategori cukup sebanyak 31 orang (70,5%), sedangkan responden yang memiliki perilaku personal hygiene dalam kategori baik sebanyak 13 orang (29,5%). Sikap sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah orang lain di sekitar dapat ikut mempengaruhi sikap seseorang. Mudahnya informasi yang didapat baik dari media cetak maupun elektronik saat ini sangat mendukung.

Media disini memiliki peranan penting dalam penyampaian informasi, adanya informasi baru bagi terbentuknya sikap (Notoatmodjo, 2011). Di dalam sebuah kelurga harus menjaga kesehatan terutama pada wanita remaja misalnya harus mandi 2 kali sehari, mengganti baju 2 kali sehari, memakai celanan

dalam yang berbahan katun, dan menjaga daerah kewanitaan.

Pada penelitian ini salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku personal hygiene pada seseorang adalah cukup pengetahuan dan cukup perilaku personal hygiene terutama pada daerah kewanitaanya masih banyak yang belum mengetahui bagaimana cara membersihkanya dengan baik, seperti membersihkan dari arah yang salah, tidak mencuci tangan sebelum menyentuh alat genetalianya, dan menggunakan sabun antiseptic dalam membersihkan alat genetalianya.

Hasil ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Susanti tentang Hubungan Pengetahuan Dan Personal Hygiene Remaja Putri Dengan Kejadian Flor Albus Di Gampong Paloh Naleueng Kecamatan Titeu Kabupaten Pid bahwa dari 41 responden mayoritas memiliki personal hygiene baik yaitu sebanyak 43,9%, sedangkan dalam kategori sedang sebanyak 41,5% dan rendah sebanyak 14,6% (Susanti D, 2013). Hal ini dikarenakan remaja putri memiliki perilaku personal hygiene dan tingkat pengetahuan keputihan yang baik juga informasi yang.mendukung.

Berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Nurhayati (2013) yang

(10)

10 mendapatkan hasil dari 130 responden

sebanyak 53,8% orang responden memiliki sikap negatif. Faktor negatif ini dikarenakan motivasi dalam menjaga vulva hygiene sudah kurang tumbuh dan tanggapan tentang keputihan masih kurang. Sikap sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu orang lain disekitar, lingkungan, pengetahuan, dan informasi dari media cetak maupun elektronik.

Analisis Bivariat

Berdasarkan uji analisis statistik menggunakan program SPSS dengan menggunakan uji Spearman rank test, didapatkan hasil p=0,001 dan r=0,498.

Dengan p=0.001 berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keputihan dengan perilaku personal hygiene karena p < 0,005 sedangkan nilai koefisien korelasi (r=0,498) yang menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sedang (tingkat hubungan kuat) atara variabel yang diuji.

Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, penyakit saluran cerna, dan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit. Adapun tujuan umum dari personal hygiene

menurut untuk mempertahankan perawatan diri baik secara sendiri maupun dengan bantuan, dapat melatih hidup sehat/ bersih dengan memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan, serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, dan mempertahankan integritas pada jaringan kulit. Personal hygiene yang baik bukan hanya dapat mencegah terjadinya flour albus tetapi juga dapat menghindari penyakit lainnya, seperti gatal-gatal, jamur dan sebagainya (Pratiwi, 2012).

Berdasarkan hal itu maka peneliti berasumsi bahwa semakin cukup tingkat pengetahuan maka semakin cukup perilaku personal hygiene, sebaliknya bahwa semakin kurang tingkat pengetahuan maka semakin kurang perilaku personal hygiene. Pada penelitian ini salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku personal hygiene pada seseorang adalah kurangnya pengetahuan tentang perilaku personal hygiene terutama pada daerah kewanitaanya masih banyak yang belum mengetahui bagaimana cara membersihkanya dengan baik.

(11)

11 KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Remaja yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 32 orang (72,7%), sedangkan remaja yang berada dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 12 orang (27,3%).

2. Remaja memiliki perilaku personal hygiene dalam kategori cukup sebanyak 31 orang (70,5%), sedangkan remaja yang memiliki perilaku personal hygiene dalam kategori baik sebanyak 13 orang (29,5%).

3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan personal hygiene karena Pvalue <

0,001 sedangkan nilai koefiesien korelasi 0,498 artinya hubungan antar variabel cukup, arah korelasi searah karena bernilai positif.

b. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang dibuat, beberapa saran dari peneliti adalah:

1. Bagi remaja

Disarankan untuk remaja lebih memperdalam pengetahuan

tentang pentingnya keputihan dan perilaku personal hygiene pada wanita dengan cara banyak membaca buku atau konsultasi ke pelayanan kesehatan di Puskesmas.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan penelitian bagi peneliti selanjutnya dan dapat digunakan sumber referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat lebih mengembangkan penelitian ini.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada tenaga kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan mengenai gangguan kesehatan reproduksi khususnya tentang keputihan dan perilaku personal hygiene pada remaja putri.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep

selaku Rektor Universitas Kusuma Husada Surakarta

.

2. Atiek Murhayati,

S.Kep.,Ns.,M.Kep, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Kusuma Husada

Surakarta.

(12)

12

3. Desy Widyastutik, SST.,M.Keb,

Selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta.

4. Kepala Desa Tambakboyo Mantingan Ngawi yang memberikan ijin dan arahan untuk peneliti dalam penelitian.

5. Dheny Rohmatika, S.SiT.,M.Kes, selaku pembimbing I yang telah memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi.

6. Retno Wulandari, SST.,M.Keb , selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi.

7. Seluruh Dosen dan Staf Universitas Kusuma Husada Surakarta yang telah membekali ilmu pengetahuan, memberikan petunjuk dan nasehat selama penulis menjalani pendidikan.

8. Responden / subyek penelitian yang sudah bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta.

BKKBN. 2011. Informsi Kesehatan ReproduksiRemaja.www.bkkbn.g o.id tanggal akses 27 Mei 2020.

Dwi Nur Baety, Eka Riyanti, Diah Astutiningrum. 2019. Efektifitas Air Rebusan Daun Sirih Hijau dalam Mengatasi Keputihan Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Gombong.

Departemen Kesehatan RI. 2015.

Laporan Hasil Riset Kesehatan

Dasar Indonesia.

Jakarta:Departemen Kesehatan.

Endah Puji Rahayu, 2017. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan Di Pondok Pesantren Kuno Putri Mbalong Nogotirto Gamping Sleman 2017.

Hariana, R, dkk. “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja putri dalam menjaga kebersihan organ genetalia untuk mencegah keputihan di Madrasah aliyah DDI Attaufiq padaelo kab.

Barru”. Laporan Hasil Penelitian.

Makassar: STIKES Nani Hasanudin, 2013.

Hurlock, E. B. 2011. Psikologi Perkembangan Pendekatan

(13)

13 Sepanjang Rentang Kehidupan

(terjemahan). Jakarta:Erlangga.

Indriyani R, Yuli Indriyawati. “ Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi Ma Al-Hikmah Aengdeke Bluto. Laporan hasil penelitian.

Sumenep: UNIJA Sumenep, 2012.

Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi dan Wanita.Jakarta:

Salemba Medika.

Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi dan Wanita.Jakarta:

Salemba Medika.

Moses, Melmambessy. "Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua." Media Riset Bisnis & Manajemen 12.1 .2012 Mubarok dan Chayanti. 2010, Buku

Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik, EGC, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Nugroho, Taufan, 2010. Kesehatan

Wanita Gender dan

permasalahannya.

Jogjakarta:Nuha Medika.

Prawirohardjo, sarwono. 2011.

Kesehatan Reproduksi problem dan Solusinya.Jakarta : Salemba Medika.

Pratiwi I.G.D. 2012. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Kputihan pada siswi Ma Al- Hikmah Aeng Deke Bluto. Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”.

Prawirohardjo, sarwono. 2012.

Kesehatan Reproduksi problem dan Solusinya.Jakarta : Salemba Medika.

Sari, R P. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Prilaku Remaja Putri dengan Kejadian Keputihan di kelas XII SMA Negeri I Seunuddoon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Diakses 5 September 2017,

Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita.Yogyakarta:Citra Pustaka Yogyakarta.

Sibagariang, Rangga P, dan Rismalinda.

2010. Kesehatan Reproduksi

(14)

14 Wanita. Jakarta : Trans Info

Media.

Susanti, Dewi. “Hubungan Pengetahuan Dan Personal Hygiene Remaja Putri Dengan Kejadian Flor Albus Di Gampong Paloh Naleueng Kecamatan Titeu Kabupaten Pid.”

Karya tulis ilmiah. Banda Aceh:”

STIKES U’budiyah program studi DIII Kebidanan, 2013.

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi, cet 7, Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi, cet 7, Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi, cet 7, Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi, cet 7, Bandung:

Alfabeta.

Sulistianingsih, R, dkk. “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Perempuan Usia Subur Tentang Keputihan Fisiologis Dan Patologis Di Lapas Perempuan Kelas IIA Kota Semarang Tahun 2011”. Laporan hasil penelitian.

Malang: Fakultas ilmu

keperawatan dan kesehatan Universitas Muhammadyah Semarang, 2011.

Susilowati, D.A. (2015), Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X dan XI Tentang Keputihan di SMA Negeri 2 Ngaglik Kabupaten Sleman.

Yuli Irnawati, Hubungan Personal Hygiene Dan Penggunaan Cairan Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di Desa Winong Kecamatan Pati Kabupaten Pati, 2019.

Zuriati Muhamad, Anto J. Hadi, Ahmad Yani, 2019. Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dengan Pencegahan Keputihan Di Mts Negeri Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri dengan nilai p=0,008 (&lt;0,05).. Remaja putri di SMA

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Gangguan Menstruasi Pada Remaja Putri : Dari hasil penelitian tentang Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Gangguan Menstruasi pada remaja Putri di