PROPOSAL PENELITIAN
PENELITIAN AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN
DETERMINAN TINDAKAN KESELAMATAN BERKENDARA (SAFETY RIDING) PADA MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN AISYIYAH BANTEN
TAHUN 2018
TIM PENGUSUL :
KETUA TIM : CORNELIS NOVIANUS, SKM., MKM.
NIDN. 0317117904
ANGGOTA TIM : ARIF SETYAWAN NIDN. 0313127002
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
RINGKASAN
Penggunaan kendaraan bermotor yang semakin meningkat di masyarakat, semakin meningkatkan risiko terhadap kejadian kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya. Kondisi tersebut dapat dicegah salah satunya dengan menerapkan tindakan keselamatan berkendara (safety riding).
Namun demikian, penerapan tindakan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga dapat mendukung terbentuknya tindakan keselamatan berkendara (safety riding) secara lebih optimal..
Variabel Independen penelitian ini yaitu faktor predisposisi (umur, pengetahuan, dan sikap), faktor pendukung (fasilitas dan sumber informasi), dan faktor penguat (dukungan keluarga dan dukungan teman), dan variabel dependen yaitu tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten.
Tujuan penelitian untuk mengetahui determinan tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten.
Desain penelitian adalah cross sectional. Sampel penelitian seluruh mahasiswa tingkat I dam II yang menggunakan kendaraan bermotor di Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat.
IDENTITAS URAIAN UMUM
2. Tim Pelaksana :
3. Objek (khalayak sasaran) penelitian :
Mahasiswa Tingkat I dan Tingkat II di Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten 4. Masa pelaksanaan
Mulai : bulan : Juli tahun : 2018 Berakhir : bulan : Desember tahun : 2018
5. Lokasi penelitian : di Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten
6. Mitra yang terlibat : mahasiswa Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten 7. Permasalahan yang ditemukan dan solusi yang ditawarkan :
Dengan semakin meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor pada mahasiswa, sehingga perguruan tinggi harus memperhatikan aspek keselamatan dalam berkendara sebagai salah satu bentuk kepedulian perguruan tinggi terhadap keselamatan mahasiswa yang ada di bawah naungannya. Pengukuran tindakan keselamatan berkendara (safety riding) dan juga faktor yang mempengaruhinya merupakan elemen penting dalam membantu pihak pendidikan untuk menciptakan perilaku keselamatan berkendara yang optimal dan bermanfaat bagi semua pihak.
8. Khalayak sasaran :
Memberikan pemahaman kepada mahasiswi dan pihak akademi akan pentingnya tindakan keselamatan berkendara (safety riding) di Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten yang dapat mendukung terciptanya insan yang patuh dan sehat secara optimal.
9. Rencana yang ditargetkan : Laporan Penelitian
Publikasi dalam jurnal ber-ISSN.
1. Judul Proposal : Determinan Tindakan Keselamatan Berkendara (Safety Riding) Pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten Tahun 2018.
No Nama Jabatan Bidang
Keahlian
Instansi Asal
Alokasi Waktu 1 Cornelis Novianus, SKM,. MKM Ketua Kesehatan
Masyarakat UHAMKA 150 hari 2 Arief Setyawan, SKM,. M.Kes Anggota Kesehatan
Masyarakat UHAMKA 150 hari
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ……… i
Halaman Pengesahan ………. ii
Ringkasan ………. iii
Identitas Uraian Umum ……….. iv
Daftar Isi ……… v
BAB I PENDAHULUAN ………. 5
1.1 Analisis Situasi ………. 5
1.2 Rumusan Masalah ……… 9
1.3 Tujuan Penelitian ……….. 9
1.4 Manfaat Penelitian ………. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 11
2.1 Kecelakaan Lalu Lintas ………. 11
2.2 Perilaku ……….. 11
2.2 Safety Riding……….………. 14
2.3 Penelitian Yang Relevan ……….. 22
BAB III METODE PENELITIAN ……… 24
3.1 Bagan Alir Penelitian……….. 24
3.2 Tahap Penelitian ………. 25
3.3 Model Penelitian ……… 26
3.4 Rancangan Penelitian ……… 26
3.5 Sampel Penelitian ……….. 27
3.6 Teknik Pengumpulan Data ………. 27
3.7 Analisis Data ……….. 28
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ……….………. 29
DAFTAR PUSTAKA……….. 30 LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kemajuan peradaban dan perkembangan zaman, menciptakan berbagai kemudahan bagi manusia dalam beraktivitas. Salah satu kemajuan yang sampai saat ini semakin meningkat adalah adanya berbagai fasilitas kendaraan yang dapat diperoleh dan digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kendaraan bermotor roda dua, sebagai salah satu pilihan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Namun demikian, selain memperoleh kemudahan dalam melakukan aktivitas dengan adanya kendaraan bermotor tersebut, ada dampak negatif yang timbul dan banyak dialami oleh masyarakat pengguna kendaraan bermotor, salah satunya adalah kejadian kecelakaan lalu lintas.
Angka kecelakaan lalu lintas tiap tahunnya sangat mengkhawatirkan. Di Indonesia, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada 2015, jumlah kecelakaan lalu lintas mencapai 98,9 ribu kasus. Angka ini meningkat 3,19 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 95,5 ribu kasus. Jumlah kecelakaan lalu lintas dalam 10 tahun terakhir mengalami fluktuasi, peningkatan paling tinggi terjadi pada 2011, yakni mencapai 108 ribu kasus.
Padahal, pada 2010 hanya terjadi 66,5 ribu kasus. Sedangkan kasus yang paling banyak terjadi pada 2012 dengan 117,9 ribu kasus.
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah kecelakaan lalu lintas mencapai 108.374 peristiwa dan memakan korban setidaknya 25.859 orang meninggal dunia dan 143.852 korban luka-luka pada 2016. Data tersebut pun menunjukkan bahwa 61 persen kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia, yakni terkait dengan kemampuan serta karakter pengemudi, sembilan persen disebabkan faktor kendaraan yang tidak memenuhi persyaratan teknik lalin jalan, dan 30 persen disebabkan oleh faktor prasarana dan lingkungan.
Manusia seringkali melakukan tindakan tidak aman saat mengendarai motor seperti mengendarai dengan kecepatan tinggi, mendahului secara tiba-tiba, mengendarai melawan arah dan melanggar rambu lalu lintas. Direktorat Lalu Lintas Polda Banten mencatat sejak 1 Januari hingga 20 Desember 2017, sebanyak 1.688 kasus kecelakaan lalu lintas terjadi di jalanan Provinsi Banten. Dari jumlah kasus kecelakaan itu, terdapat 725 korban jiwa, 366
orang luka berat, dan 1.674 orang luka ringan. faktor penyebab terjadinya kasus kecelakaan didominasi human error sebesar 86,9 persen, jalan 10,7 persen, kendaraan 1,2 persen, dan faktor alam 1,2 persen.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di wilayah Provinsi Banten menurut data terdapat 45,1% kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor dan berdasarkan prevalensi cidera akibat kecelakaan sepeda motor berjumlah 9% lebih tinggi dari rata-rata nasional yang berjumlah 8,2%, sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Banten, Kabupaten Serang yang padat penduduknya dan kendaraan bermotor khususnya roda dua, saat ini mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifikan seiring dengan hal tersebut berdasarkan data Riskesdas 2013 bahwa angka kecelakaan akibat sepeda motor yang menyebabkan cidera di Kabupaten Serang berjumlah 42,5% lebih tinggi dari angka kecelakaan akibat sepeda motor yang menyebabkan cidera di Kabupaten/Kota lainnya Provinsi Banten yaitu Kabupaten Labak berjumlah 38,4% dan Kabupaten Pandeglang berjumlah 35,3%.
Tingginya angka kejadian kecelakaan tersebut dapat dicegah salah satunya dengan menjaga tindakan keselamatan dalam berkendara (safety riding). Menurut Instruksi Presiden RI Nomor 4 tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan menyebutkan bahwa salah satu pilar yang dicanangkan dalam mendukung program tersebut adalah Pilar IV yaitu Perilaku Pengguna Jalan yang Berkeselamatan, yang fokus kepada tindakan dalam berkendara yang aman, seperti halnya kepatuhan pengoperasian kendaraan di jalan, kondisi kesehatan pengemudi, kelengkapan surat kendaraan, dan sebagainya.
Safety riding merupakan perilaku mengemudi yang aman yang bisa membantu untuk menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas yang didalamnya merupakan dasar pelatihan berkendara dengan memperhatikan keselamatan bagi pengemudi dan penumpang (Ariwibowo, 2013).
Angka kecelakaan sepeda motor ternyata didominasi oleh mereka yang berumur muda berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yaitu pada kelompok umur remaja akhir 17-25 tahun dan penyebab cidera karena kecelakaan sepeda motor paling tinggi pada kelompok umur remaja akhir yaitu umur 17-25 tahun sebesar 67,4%, dimana secara psikis umur tersebut masih tergolong umur yang labil dalam mengendalikan emosi, dan pada umur 17-25 tahun seharusnya sudah wajib untuk memiliki persyaratan berkendara ketika
mengendarai kendaraan di jalan raya, tetapi masih banyak yang belum memiliki kelengkapan persyaratan berkendara tersebut seperti belum memiliki SIM. Kelengkapan persyaratan berkendara seperti surat-surat persyaratan berkendara (SIM, STNK, KTP) dan kelengkapan lainnya seperti helm, sarung tangan, jaket dan lainnya sebagai syarat utama untuk dapat mengendarai kendaraaan bermotor dengan aman dan nyaman. Kematangan psikis sangat diperlukan untuk dapat mengendarai kendaraan bermotor secara aman dan memperhatikan keselamatan dalam berkendara (Safety Riding). Keselamatan berkendara atau safety riding merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam meminimallisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi yang mana kita tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi disekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya.
Pada usia muda seperti umur remaja akhir yaitu 17 tahun sampai dengan 25 tahun, ini rata-rata termasuk ke dalam kelompok umur mahasiswa dan masih terdapat kurang mampunya mahasiswa dalam mengendalikan emosi, tanggung jawab dan pemahaman akan pentingnya keselamatan diri dan orang lain dalam berkendara yang aman di jalan raya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Azizah (2015) mengenai Perilaku Keselamatan Berkendara (Safety Riding) pada Mahasiswa FMIPA UNNES, mengemukakan bahwa ada beberapa variabel yang berhubungan dengan perilaku keselamatan berkendara, antara lain adalah pengetahuan, sikap, persepsi, dan peran teman sebaya. Sedangkan penelitian Chrusiawanti (2015) pada remaja di SMAN 2 Sukoharjo menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan memiliki pengaruh tinggi terhadap kepatuhan safety riding, semakin tinggi pengetahuan, maka akan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan safety riding pada remaja.
Di Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten, sebagai salah satu lembaga pendidikan yang dijalankan oleh Organisasi Perempuan Persyarikatan Muhammadiyah, tidak terlepas dari masalah keamanan berkendara. Berdasarkan hasil observasi, hampir 70% mahasiswi Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten menggunakan kendaraan roda dua untuk datang ke kampus pada saat kuliah, karena tidak adanya asrama yang disediakan oleh pihak Aisyiyah, menjadikan para mahasiswa tersebut memilih tempat tinggal cukup jauh dari kampus.
Mengingat sebagian besar mahasiswa menggunakan kendaraan roda dua untuk datang ke kampus, sehingga risiko terjadinya kecelakaan di jalan raya juga semakin tinggi, serta sejauh
ini, belum pernah dilakukan penelitian dan survei mengenai tindakan keselamatan berkendara pada mahasiswa Kebidanan Aisyiyah Banten.
Berdasarkan latar belakang tersebut, mengingat cukup pentingnya tindakan keselamatan berkendara (safety riding), maka perlu dikaji dan diteliti lebih dalam mengenai determinan yang berhubungan dengan tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa Kebidanan Aisyiyah Banten.
1.2Rumusan Masalah
Penggunaan kendaraan bermotor yang semakin meningkat di masyarakat, semakin meningkatkan risiko terhadap kejadian kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya. Kondisi tersebut dapat dicegah salah satunya dengan menerapkan tindakan keselamatan berkendara (safety riding). Namun demikian, penerapan tindakan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga dapat mendukung terbentuknya tindakan keselamatan berkendara (safety riding) secara lebih optimal.
Berdasarkan analisa situasi di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah determinan apa saja yang berhubungan dengan tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
2. Untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi (umur, pengetahuan, dan sikap) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
3. Untuk mengetahui gambaran faktor pendukung (fasilitas dan sumber informasi) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
4. Untuk mengetahui gambaran faktor penguat (dukungan keluarga dan dukungan teman) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
5. Untuk mengetahui hubungan faktor predisposisi (umur, pengetahuan, dan sikap) dengan tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
6. Untuk mengetahui hubungan faktor pendukung (fasilitas dan sumber informasi) dengan tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
7. Untuk mengetahui hubungan faktor penguat (dukungan keluarga dan dukungan teman) dengan tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
1.4Manfaat Penelitian
1. Untuk memperoleh data yang valid terkait dengan determinan yang berhubungan dengan tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
2. Untuk mengetahui persentase dan analisis determinan yang berhubungan dengan tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
3. Dapat menjadi rujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di amal usaha Aisyiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecelakaan Lalu Lintas 2.1.1 Definisi
Berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya (korban) (WHO, 1984).
2.1.2 Penggolongan
Berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Kecelakaan Lalu Lintas Ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
2. Kecelakaan Lalu Lintas Sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
3. Kecelakaan Lalu Lintas Berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
2.1.3 Faktor Penyebab
Secara umum ada tiga faktor utama penyebab kecelakaan; Faktor Pengemudi (Road User), Faktor Kendaraan (Vehicle), Faktor Lingkungan Jalan (Road Environment). Kecelakaan yang terjadi pada umumnya tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan hasil interaksi antar faktor lain. Hal-hal yang tercakup dalam faktor-faktor tersebut antar lain:
a. Faktor Pengemudi ; kondisi fisik (mabuk, lelah, sakit, dsb), kemampuan mengemudi, penyebrang atau pejalan kaki yang lengah, dll.
b. Faktor Kendaraan ; kondisi mesin, rem, lampu, ban, muatan, dll.
c. Faktor Lingkungan Jalan ; desain jalan (median, gradien, alinyemen, jenis permukaan, dsb), kontrol lalu lintas (marka, rambu, lampu lalu lintas), dll.
d. Faktor Cuaca ; hujan, kabut, asap, salju.
Pada dasarnya faktor-faktor tersebut berkaitan atau saling menunjang bagi terjadinya kecelakaan. Namun, dengan diketahuinya faktor penyebab kecelakaan yang utama dapat ditentukan langkah-langkah penanggulangan untuk menurunkan jumlah kecelakaan.
2.2 Perilaku 2.1.1 Definisi
Menurut Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh organisme atau mahluk hidup.
Perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon/reaksi individu terhadap rangsangan (stimulus) dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini terbagi dalam dua macam, yaitu :
a. Bentuk pasif, merupakan respons internal yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain, seperti berpikir, tanggapan, sikap batin. Bentuk ini disebut juga perilaku terselubung (covert behavior)
b. Bentuk aktif, yaitu bila perilaku jelas dapat diobservasi secara langsung, berupa perilaku yang sudah terlihat dalam bentuk tindakan nyata (overt behavior).
2.1.2 Domain Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, menurut Bloom (Notoatmodjo, 2007) membagi ranah/domain perilaku menjadi 3 yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah efektif (effective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya.
sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan
respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tersebut. Domain perilaku menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007), adalah:
1. Domain Kognitif:
a. Mengetahui (know) termasuk mengingat, menghafal b. Memahami (comprehension) termasuk menginterpretasi
c. Aplikasi (application) termasuk menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah
d. Analisis (analysis) termasuk menjabarkan suatu konsep
e. Sintesis (synthesis) termasuk menggabungkan bagian 2 konsep menjadi suatu konsep utuh)
f. Evaluasi (evaluation) termasuk membandingkan nilai, ide, metode 2. Domain Afektif:
a. Menerima (receiving) termasuk mau menerima stimulus b. Menanggapi (responding) termasuk aktif berpartisipasi
c. Menghargai (valuing) termasuk memberi nilai positif terhadap stimulus
d. Bertanggung jawab (responsible) termasuk berani mengambil risiko terhadap nilai yang diyakini
3. Domain Psikomotor:
a. Praktik terpimpin (guided response)
b. Praktik secara mekanisme (mechanism response) c. Adopsi (adoption).
2.1.3 Praktik/Tindakan (Practice)
Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, faktor pendukung (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orangtua atau mertua, dan lain-lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi bagi anak balitanya.
2. Respon Terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. Misalnya, seseorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motong, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.
3. Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau suatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang susdah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
4. Adopsi (Adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan- bahan yang murah dan sederhana.
Pengukuran peruilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni, dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
2.1.4 Determinan-Determinan Perilaku
Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007), faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi, karena perilaku merupakan hubungan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara lebih rinci perilaku merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya. Namun dalam realitasnya sulit dibedakan dan sulit dideteksi gejala kejiwaan mana yang menentukan perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Green (1980), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku dikelompokkan menurut :
a. Faktor predisposisi, yaitu faktor pencetus timbulnya perilaku, seperti pikiran dan motivasi untuk berperilaku, meliputi pengetahuan, sikap, nilai, dan persepsi.
b. Faktor pendukung, yaitu faktor yang memungkinkan dan mendukung timbulnya perilaku sehingga motivasi atau pikiran menjadi kenyataan. Termasuk didalamnya adalah lingkungan fisik dan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
c. Faktor penguat, yaitu faktor yang merupakan sumber pembentukan perilaku yang berasal dari oranglain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku, seperti keluarga, teman, guru, atau petugas kesehatan.
2.3 Safety Riding 2.3.1 Definisi
Safety riding adalah perilaku mengemudi yang aman yang bisa membantu untuk menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas. Safety riding merupakan dasar pelatihan berkendara lebih lanjut yang lebih memperhatikan keselamatan bagi pengemudi dan penumpang.
Safety riding merupakan desain untuk meningkatkan kesadaran (awareness) pengendara terhadap segala kemungkinan yang terjadi selama berkendara (Ariwibowo, 2013).
2.3.2 Tindakan Keselamatan Berkendara
Dijelaskan dalam buku petunjuk tata cara bersepeda motor di Indonesia yang dikeluarkan oleh Ditjen Perhubungan Darat (2009) perilaku keselamatan berkendara atau safety riding, meliputi pengendara kendaraan bermotor yang diwajibkan memiliki SIM, mematuhi hukum yang telah ditentukan Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, persiapan berkendara dan perlengkapan yang tepat untuk keselamatan pengendara, serta mampu mengendalikan kecepatan dan keseimbangan dalam mengendarai kendaraan bermotor.
Keselamatan berkendara mengacu kepada perilaku berkendara yang secara ideal harus memiliki tingkat keamanan yang cukup baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, agar terhindar dari kecelakaan lalu lintas (UU RI No. 22 Tahun 2009). Diperlukan sebuah sistem yang lebih menyeluruh sehingga pengendara kendaraan bermotor benar-benar sadar dan paham akan pentingnya menjaga dan membudayakan keselamatan di jalan raya.
2.3.3 Keselamatan Untuk Pengendara
Menggunakan pakaian yang tepat sangatlah penting untuk keselamatan anda karena akan melindungi anda dan membantu anda dapat terlihat oleh pengguna jalan lain. Pakaian yang tepat
meliputi : Helm, Pelindung mata dan wajah, Pakaian pelindung, dan Sepeda motor yang tepat sesuai tujuannya
1. Helm
Berdasarkan hukum yang berlaku, setiap pengendara dan penumpang harus menggunakan helm yang sesuai standar yang berlaku dan harus terpasang erat di kepala. Helm merupakan bagian yang penting dari perlengkapan yang penting bagi semua pengendara sepeda motor.
Helm akan membantu mengurangi luka serius yang mungkin timbul ketika pengendara terjatuh dari sepeda motor. Alat perlindungan kepala Helm harus :
a. Dalam kondisi baik.
Bahkan helm yang baik sekalipun didesain untuk melindungi satu benturan. Hal ini termasuk ketika dijatuhkan pada permukaan yang keras. Sebab itu, pengendara jangan membeli helm bekas, karena anda tidak tahu kondisi helm tersebut.
b. Periksa helm secara berkala.
Masa pakai helm dapat berkurang setiap pengendara memakainya. Pengendara harus memeriksanya apakah terdapat retak, kondisi lapisan dalam helm, bahan material yang terlepas, hal ini merupakan tanda bahwa pengendara harus membeli helm baru.
c. Ikat helm dengan benar ketika menggunakannya.
Helm yang longgar sama bahayanya dengan pengendara tidak memakainya sama sekali.
d. Dapat mudah terlihat.
Pertimbangkan warna putih, merah, kuning atau jingga.
e. Bersihkan dengan air dan sabun yang lembut.
Jangan gunakan bensin, atau bahan kimia lainnya karena dapat merusak helm. Untuk alasan yang sama, jangan mengecat atau memasang stiker pada helm. (pihak produsen wajib merekomendasikan cara membersihkan helm)
2. Pelindung Mata dan Wajah
Mata dan wajah anda membutuhkan perlindungan dari angin, debu, hujan, binatang kecil dan bebatuan, pelindung wajah dapat memberi perlindungan dari hal tersebut. Pelindung wajah harus :
a. Memenuhi persyaratan standar yang berlaku. Periksalah hal ini sebelum pengendara membeli pelindung mata.
b. Tidak ada goresan.
c. Tidak membatasi pandangan pengendara dari berbagai arah.
d. Dapat diikat erat sehingga tidak mudah bergeser.
e. Jika pengendara memakai kacamata pastikan kacamata tersebut cocok untuk berkendara sepeda motor dan tahan terhadap benturan.
f. Kacamata berwarna tidak boleh digunakan pada malam hari karena dapat mengurangi jumlah cahaya yang menuju mata pengendara hingga membuat pengendara sulit melihat.
3. Pakaian Pelindung
Pakaian yang tepat membantu melindungi pengendara dari cedera, membantu pengendara mudah dilihat pengguna jalan lain dan membuat pengendara nyaman selama berkendara.
Pengendara sepeda motor cenderung terserang berbagai macam kondisi cuaca. Berkendara pada cuaca dingin dapat menyebabkan demam dan kelelahan. Bahkan pada cuaca cerah tanpa perlindungan yang tepat, angin dapat menyebabkan temperatur tubuh pengendara menurun. Hal ini berakibat pada konsentrasi pengendara dan menurunkan refleks.
Pakaian yang tepat saat berkendara melindungi dari kedinginan, kondisi dingin dan dehidrasi, angin dan matahari. Pakaian yang didesain untuk berkendara sepeda motor adalah yang paling baik. Hal ini sangatlah penting ketika berkendara di kondisi dingin. Pakaian lain yang tidak cocok dapat sobek, dan membuat pakaian menggelembung karena udara yang masuk saat berkendara. Pakaian tersebut juga mengurangi perlindungan saat terjadi kecelakaan.
Jaket dan celana harus :
a. Menutup seluruh lengan dan kaki pengendara, bahkan pada cuaca panas.
b. Melekat erat pada leher, pergelangan tangan, pinggang saat berkendara.
c. Membuat pengendara hangat dan tetap kering. Bahan jaket ari kulit melindungi pengendara dari gesekan, tetapi tidak cocok saat hujan dan cuaca dingin. Bahan katun yang dilapis lilin dan bahan sintetis yang di tujukan untuk berkendara sepeda motor merupakan pilihan yang baik pula.
d. Gunakan warna cerah.
Sarung tangan harus :
a. Didesain untuk berkendara sepeda motor.
b. Terbuat dari kulit atau bahan sintetis berkulaitas lainnya.
c. Melindungi tangan pengendara dan memberi kemampuan menggenggam setang motor dengan baik dan tetap mampu mengendalikan sepeda motor.
d. Muat pada tangan pengendara dengan baik dan terdapat lubang sirkulasi.
e. Memiliki ruang yang cukup untuk jari anda agar pengendara mudah menekuk tangan saat mengoperasikan sepeda motor.
f. Melindungi tangan pengendara dari angin dan hujan.
Sepatu harus :
a. Didesain untuk berkendara sepeda motor dan terbuat dari kulit atau bahan sintetis kuat lainnya.
b. Melindungi pergelangan kaki.
c. Memiliki alas sepatu yang mampu menapak dengan baik dan memiliki bagian yang diperkuat sebagai perlindungan tambahan.
d. Tidak memiliki anting-anting, tali-tali atau sisi yang elastis. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah bagi pengendara, dapat menyangkut pada motor atau pada saat pengendara kecelakaan. Hal ini akan membuat kaki pengendara tidak terlindungi.
2.3.4 Pemeriksaan Sebelum Berkendara
Pengendara harus memeriksa sepeda motor setiap anda akan berkendara 1. Alat Kendali
a. Rem
Periksa rem depan dan belakang pada saat bersamaan. Tiap rem harus dapat menghentikan kendaraan dengan baik saat melaju.
b. Kopling dan gas
Kedua alat harus dapat berfungsi dengan halus. Gas harus segera berbalik ketika anda telah melepasnya.
c. Kabel-kabel
Pastikan semua kabel dan tali dalam kondisi baik, berfungsi secara halus dan dan tidak terdapat kabel yang kusutdan dalam keadaan terurai.
2. Ban
a. Tekanan
Periksa tekanan ban (khususnya saat ketika kondisi ban masih dingin) karena berpengaruh pada pengendalian. Hal ini tercantum dalam buku manual kendaraan.
b. Tapak ban
Ban dengan permukaan yang tidak rata merupakan hal yang dapat membahayakan pengendara saat berkendara, khususnya pada saat melintas di jalan yang licin. Tapak ban harus memiliki alur kedalaman sedikitnya 1 mm. Tiap ban memiliki indikator tapak ban.
Sisi ban anda tidak boleh memiliki lebar lebih dari tapak ban. Jika ban mulai tidak rata, pengendara harus lebih hati-hati dalam berkendara.
c. Kerusakan
Periksalah apakah terdapat pecahan pada tapak ban, paku, ataupun potongan benda tajam lainnya. Bahkan sebuah lubang kecil sangatlah berbahaya bagi pengendara.
3. Lampu dan sein
Pastikan bahwa semua lampu utama dan sein dalam keadaan bersih dan dapat bekerja dengan baik.
a. Indikator
Periksa semua lampu sein dan pastikan bahwa sein dapat berkedip dan cukup terang sehinga dapat terlihat dengan baik.
b. Lampu utama
Periksalah lampu utama dengan menaruh tangan di depan lampu utama saat lampu dalam keadaan menyala untuk memastikan bahwa lampu bekerja dengan baik, pada malam hari periksa lampu dim, untuk memastikan bahwa lampu jauh dan dekat dapat bekerja dengan baik pula.
c. Lampu rem
Coba semua tuas rem dan pastikan bahwa semua rem dapat menyalakan lampu rem.
Periksa nyala lampu rem dengan menaruh tangan pengendara di depan lampu rem atau dengan melihat pantulan cahaya pada dinding.
d. Klakson
Periksa klakson dan pastikan dapat bunyi dengan baik.
4. Spion
Bersihkan dan setel posisi spion sebelum pengendara mulai berkendara. Sangat berbahaya jika menyetel spion pada saat berkendara. Spion harus disetel agar pengendara dapat melihat area di belakangnya. Pengendara harus dapat melihat lajur di sebelah dan di belakangnya pada kaca spion.
5. Pengoperasian Teknis a. Bahan bakar dan oli
Periksa jumlah oli dan bahan bakar sebelum berkendara. Jangan berkendara saat bahan bakar sudah menggunakan cadangan, karena pada saat bahan bakar cadangan habis, dapat merepotkan pengendara. Kekurangan oli juga dapat menyebabkan kerusakan pada mesin dan dapat membuat mesin berhenti mendadak dan menyebabkan pengendara kehilangan kendali.
b. Rantai
Periksa rantai sepeda motor apakah telah dilumasi dan setelannya telah tepat. Baca buku manual kendaraan untuk mengetahui perawatan mengenai rantai. Sepeda motor harus dilengkapi dengan pelindung rantai agar pakaian pengendara tidak tersangkut pada rantai terkecuali rantai sudah tertutup oleh rangka.
c. Jika meminjam sepeda motor yang harus dilakukan adalah :
1) Periksa alat kendali yang ada apakah bekerja dengan baik, terutama indikator, klakson, lampu utama, penunjuk bahan bakar dan saklar mesin. Periksa handel gas,kopling dan rem dan bagaimana pola pengoperasian perseneling. Pastikan anda dapat mengoperasikannya tanpa perlu melihat.
2) Lakukan pemeriksaan yang sama (ban, lampu utama,jumlah bahan bakar dan oli) seperti mengendarai sepeda motor sendiri.
3) Berkendara lebih hati-hati. Membelok dengan pelan dan berhenti dengan jarak agak jauh.
6. Kendali Keselamatan Pada Sepeda Motor
Agar dapat berkendara sepeda motor dengan selamat pengendara motor harus mampu menguasai kendali, kecepatan dan keseimbangan sepeda motor. Berkendara sepeda motor dengan selamat membutuhkan banyak praktek dengan menggunakan teknik berkendara untuk:
a. Posisi tubuh
Posisi tubuh yang tepat sangatlah penting dalam mengendalikan sepeda motor dan berkendara dengan aman. Hal ini membutuhkan posisi tubuh yang tepat, posisi pada jok, posisi tangan, siku, dan kaki. Posisi tubuh yang tepat haruslah nyaman. Kepala harus tegap ke depan dengan pandangan lurus ke depan pula. Tangan harus mampu mengendalikan sepeda motor, bukan untuk menopang tubuh.
b. Membelok
Bagi pengendara motor sangatlah penting untuk melatih gerakan membelok dengan menggunakan metode yang tepat. Untuk melakukan ini, pengendara motor harus menempatkan sepeda motor dalam posisi aman, pelan dan membaringkan sepeda motor saat membelok. Saat membelok batasi kecepatan dan mendekat kebelokan dengan hati- hati. Berjalan perlahan dan jika diperlukan, turunkan posisi gigi sebelum membelok.
Lalu, atur pengoperasian gas saat keluar tikungan dan posisi kendaraan sudah tegak.
Pengendara motor harus merebahkan sepeda motor ketika membelok.
Semakin tajam tikungan atau semakin kencang berjalan pengendara motor harus semakin rebah juga. Saat merbahkan kendaraan, jaga posisi tubuh dengan posisi kepala tegak dan pandangan mengarah ke depan/arah jalan. Lihat ke arah yang dituju dengan posisi kepala dan arah pandangan yang tepat merupakan unsur vital dalam membelok.
c. Posisi jalan
Sangatlah penting untuk memposisikan kendaraan untuk melihat situasi jalan yang lebih baik dan agar dapat terlihat oleh pengguna jalan lain.
1) Pada sebuah tikungan, arahkan kendaraan pada lajur yang dituju agar dapat melihat dengan jelas saat melintasi sebuah tikungan.
2) Pada pinggir jalan, belokkan motor dapat melihat kedua arah arus lalu lintas. Hal ini merupakan keuntungan ketika melakukan balik arah.
3) Pada perempatan sebuah kendaraan mungkin saja masuk ke dalam lajur. Melajulah ke perampatan dengan pelan. Ketika pengendara lain mengerem secara mendadak dan memiliki kesempatan berhenti atau membelok yang baik. Jaga jarak dengan kendaraan lain saat di perempatan dan bergantiarahlah dengan hati-hati. Berjalanlah sejauh mungkin dari kendaraan lainselama kondisi jalan dan arus lalu lintas memungkinkan.
d. Mengerem
Sepeda motor memiliki rem depan dan belakang, oleh karena itu pengendara motor harus menggunakan keduanya untuk berhenti atau menurunkan kecepatan. Rem depan merupakan rem yang paling handal. Rem depan dapat membantupengereman hingga 90% saat anda berhenti mendadak.
Teknik pengereman yang tepat merupakan hal penting untuk keselamatan anda dan membutuhkan latihan yang rutin. Saat berkendara pada kecepatan konstan, berat kendaraan tersebar rata antara roda depan dan belakang. Saat mengerem berat kendaraan bergerak dari roda belakang ke roda depan. Semakin keras mengerem, semakin berat juga perpindahan beban sepeda motor ke roda depan. Perpindahan berat ini membuat roda depan menapak dengan baik (roda belakang kurang menapak).
e. Pengoperasian transmisi
Cara perpindahan perseneling dengan halus dan tepat dapat meningkatkan kendali atas sepeda motor. Memilih posisi perseneling yang tepat pada kecepatan yang tepat sangat penting saat ingin cepat dalam berakselerasi. Saat pengendara motor ingin berjaln pelan, kurangi kecepatan lalu turunkan posisi perseneling pada posisi yang sesuai.
Pada situasi pengereman normal pengendara motor harus memposisikan perseneling pada posisi satu. Jika berjalan sangat kencang ketika anda pindahkan perseneling ke posisi rendah, sepeda motor akan bergerak liar dan roda akan selip. Menjadi sangat penting untuk merubah posisi perseneling sebelum memasuki tikungan atau setelah keluar dari tikungan.
Hindari mengganti perseneling baik lebih tinggi atau rendah saat membelok kecuali memungkinkan dan diperlukan. Perpindahan posisi perseneling mendadak dapat mengurangi kendali dalam berkendara dan akan membuat tergelincir.
f. Berkendara pada jalan menanjak
Sangatlah sulit berkendara pada jalan menanjak daripada jalan yang rata. Akan selalu ada kemungkinan sepeda motor akan mundur. Untuk mulai berkendara pada jalan menanjak harus gunakan rem depan untuk menahan sepeda motor.
Nyalakan mesin dan mulai pada posisi perseneling satu. Lalu ganti dengan rem belakang untuk menahan kendaraan. Lepaskan rem depan agar dapat menggunakan handel gas dengan tangan kanan.
g. Memposisikan agar terlihat oleh pengguna jalan lainnya
Agar selamat di jalan sangatlah penting untuk terlihat dan posisi yang tepat. Sebagai seorang pengendara sepeda motor anda harus melakukan banyak hal untuk memastikan bahwa anda terlihat.
Hal yang membantu agar terlihat: posisi jalan, lampu utama, lampu indikator, menggunakan klakson, pakaian berkendara yang mampu melindungi dan menggunakan sepeda motor besar.
2.4 Penelitian Yang Relevan No Nama Peneliti Judul
Penelitian
Variabel Hasil Penelitian Perbedaan dengan peneliti 1 Chrussiawanti,
2015
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Safety Riding pada Remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo
Meliputi 2 sub variabel :
a. Pengetahuan b. Kepatuhan
Safety Riding
Tingkat pengetahuan memiliki pengaruh tinggi terhadap
kepatuhan safety riding, semakin tinggi
pengetahuan, maka akan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan safety riding pada remaja.
a. Variabel penelitian b. Tempat
penelitian c. Waktu
penelitian d. Populasi
penelitian
2 Azizah, MH, 2015
Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Keselamatan Berkendara (Safety Riding) pada Mahasiswa (Studi pada Mahasiswa FMIPA UNNES Angkatan 2009-2015)
Meliputi 5 sub variabel : a. Pengetahuan b. Sikap c. Persepsi d. Peran teman
sebaya
e. Keikutsertaan pelatihan f. Perilaku
Keselamatan Berkendara (Safety Riding)
Berdasarkan analisis data menggunakan chi- square diperoleh variabel yang berhubungan adalah pengetahuan (p-value 0,044), sikap (p-value 0,038), persepsi (p- value 0,022), dan peran teman sebaya (p- value 0,043).
Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah keikutsertaan pelatihan (p-value 0,757).
a. Variabel penelitian b. Tempat
penelitian c. Waktu
penelitian d. Populasi
penelitian
No Nama Peneliti Judul Penelitian
Variabel Hasil Penelitian Perbedaan dengan peneliti 3 Ridho, M
(2012)
Hubungan persepsi risiko keselamatan berkendara dengan perilaku pemakaian helm pada mahasiswa Universitas Indonesia Depok tahun 2012
Meliputi 5 sub variabel : a. Variabel
pendahulu b. Pengetahuan c. Pengaruh
social d. Pengaruh
lingkungan e. Penggunaan
helm
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna variabel pendahulu dengan persepsi, da nada hubungan yang bemakna pula antara pengetahuan, pengaruh social, dan pengaruh lingkungan dengan penggunaan helm.
Didapatkan juga ada hubungan antara persepsi dengan penggunaan helm, dimana mahasiswa yang memiliki persepsi baik, memiliki
kemungkinan 5.610 kali untuk memiliki
pemakaian helm yang baik pula.
a. Variabel penelitian b. Tempat
penelitian c. Waktu
penelitian d. Populasi
penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bagan Alir Penelitian
Rapat Koordinasi tim peneliti
Lapangan
Uji coba kueisoner
Pengambilan data primer Uji validitas dan reliabilitas Pra lapangan
Perizinan penelitian
Mulai penelitian
Pengolahan dan analisis data
Univariat (Distribusi Frekuensi)
Bivariat (Chi Square)
Pembahasan
Kesimpulan dan saran
Selesai
3.2 Tahap Penelitian 3.2.1 Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dimulai dengan mengajukan proposal melalui online SIMAKIP UHAMKA, Tim pelaksana melakukan kunjungan awal di lokasi tempat penelitian akan dilaksanakan dan melakukan pendataan terhadap mahasiswa baru Akademi Kebidanan di bawah naungan Amal Usaha Aisyiyah Banten.
3.2.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan kegiatan penelitian ini dilaksanakan 4 tahap kegiatan. Tiap bulan dilaksanakan 1-2 kali tahapan kegiatan.
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Waktu
Pelaksanaan
Nama Kegiatan Lamanya
Pelaksanaan
Indikator Capaian Juli- 2018 Pendataan jumlah mahasiswi Akbid
Aisyiyah Banten
3 hari Diperolehnya data yang lengkap dan sesuai
Agustus-Sept 2018
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner ke Akbid lain yang lokasinya dekat dengan tempat penelitian
Penyebaran kuesioner terhadap Mahasiswa terkait dengan determinan yang berhubungan dengan tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten
60 hari Diperolehnya hasil uji validitas, kuesioner
penelitian
Des- 2018 Intervensi hasil penelitian
Berupa penarikan kesimpulan terkait determinan yang berhubungan dengan tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
Diketahuinya determinan yang berhubungan
dengan tindakan keselamatan
berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akbid Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten .
3.2.3 Tahap Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan berupa pengawasan Amal Usaha Aisyiyah bidang pendidikan dari aspek tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa.
3.3 Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan adalah mengacu pada teori perilaku dari L. Green (1980) dan juga teori tindakan keselamatan berkendara dari Ditjen Perhubungan Darat (2009).
Secara jelas, dapat dilihat dalam kerangka berikut ini.
Bagan 3.1 Model Penelitian
3.4 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang), dimana hubungan variabel independen dan dependen diketahui/diukur pada saat bersamaan. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui determinan yang berhubungan dengan tindakan keselamatan berkendara (safety riding) pada mahasiswa di Akademi Kebidanan Aisiyah Banten wilayah Provinsi Banten.
Faktor Predisposisi : 1. Umur
2. Pengetahuan 3. Sikap
Tindakan Keselamatan Berkendara (Safety Riding)
Factor Penguat:
1. Dukungan keluarga 2. Dukungan teman Faktor Pendukung :
1. Fasilitas
2. Sumber informasi
3.5 Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil seluruh mahasiswi tingkat I dan II yang ada di Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten sebanyak 82 orang.
3.6 Teknik Pengumpulan Data 3.6.1 Data Primer
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur berbentuk kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa tingkat I dan II yang ada di Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten.
Kuesioner terdiri dari 8 bagian, yaitu :
1. Kuesioner A, berisi karakteristik responden, meliputi umur, tingkat/kelas, jarak dari tempat tinggal ke kampus, dan alat transportasi yang digunakan untuk ke kampus. Bentuk pertanyaan adalah pertanyaan tertutup, terdiri dari 4 pertanyaan.
2. Kuesioner B, berisi pengetahuan tentang safety riding. Bentuk pertanyaan adalah pertanyaan tertutup, terdiri dari 15 pertanyaan dan 3 pilihan jawaban.
3. Kuesioner C, berisi sikap terhadap safety riding. Bentuk pertanyaan adalah pertanyaan tertutup, terdiri dari 10 pertanyaan dan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Setuju, dan Sangat Setuju.
4. Kuesioner D, berisi fasilitas. Bentuk pertanyaan adalah pertanyaan tertutup, terdiri dari 7 pertanyaan dan 2 pilihan jawaban yaitu Ya dan Tidak.
5. Kuesioner E, berisi sumber informasi. Bentuk pertanyaan adalah pertanyaan tertutup, terdiri dari 9 pertanyaan dan 2 pilihan jawaban yaitu Ya dan Tidak.
6. Kuesioner F, berisi dukungan keluarga. Bentuk pertanyaan adalah pertanyaan tertutup, terdiri dari 6 pertanyaan dan 3 pilihan jawaban yaitu Tidak Pernah, Kadang-kadang, dan Ya.
7. Kuesioner G, berisi dukungan teman. Bentuk pertanyaan adalah pertanyaan tertutup, terdiri dari 3 pertanyaan dan 3 pilihan jawaban yaitu Tidak Pernah, Kadang-kadang, dan Ya.
8. Kuesioner H, berisi tindakan safety riding. Bentuk pertanyaan adalah pertanyaan tertutup, terdiri dari 18 pertanyaan dan 3 pilihan jawaban yaitu Tidak Pernah, Kadang-kadang, dan Ya.
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder diperlukan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai lokasi, dan hal- hal yang berkaitan dengan penelitian di Akademi Kebidanan Aisyiyah Banten.
3.7 Analisis Data
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendapat gambaran distribusi responden atau variasi dari variabel yang diteliti. Analisis univariat dalam penelitian ini disajikan hanya menggunakan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel yang diteliti.
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan berupa tabulasi silang antar dua variabel, yaitu variabel dependen dengan independen. Analisis bivariat bertujuan melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen seperti yang tampak dalam kerangka konsep.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan memakai uji chi square karena syarat uji tersebut yaitu data yang didistribusikan normal dan jenis data yang dihubungkan adalah kategorik.
Sedangkan penyajian data dalam bentuk tabel. Hasil akhir uji statistik adalah untuk mengetahui apakah keputusan uji Ho ditolak atau Ho diterima (gagal ditolak). Dan untuk menguji kemaknaan hubungan, digunakan tingkat kepercayaan 95% dimana nilai p pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut :
a. P > 0,05 menunjukkan hasil tidak bermakna atau tidak berhubungan (Hipotesis ditolak) b. P < 0,05 menunjukkan hasil bermakna atau berhubungan (Hipotesis gagal ditolak).
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1. Biaya
Honor dan Rapat Koordinasi Kegiatan
Item Honor Volume Satuan Honor/Paket Total
Honor Ketua 1 paket Rp. 1.700.000,- Rp. 1.700.000,-
Honor Anggota 1 paket Rp. 1.300.000,- Rp. 1.300.000,-
Sub Total (Rp) 3.000.000,-
Rapat Koordinasi Persiapan 1 kali Rp. 150.000,- Rp. 150.000,- Rapat koordinasi bersama Tim
Analisis Data 1 kali Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
Rapat koordinasi penyusunan
laporan 2 kali Rp. 300.000,- Rp. 300.000,-
Sub Total (Rp) 600.000,- Belanja Bahan
Material Volume Satuan Harga Satuan Total
Spanduk 1 Pcs Rp. 400.000,- Rp. 400.000,-
Kuesioner 1000 Lembar Rp. 200,- Rp. 200.000,-
ATK 1 Paket Rp. 500.000,- Rp. 500.000,-
Plakat 1 Buah Rp. 500.000,- Rp. 500.000,-
Sub Total (Rp) 1.600.000 ,- Biaya Perjalanan/Transportasi
Kegiatan Volume Satuan Harga Satuan Total
Transportasi Pengurusan izin kegiatan penelitian dan uji validitas ke Serang
2 Kali Rp. 800.000,- Rp. 1.600.000,-
Transportasi penelitian 1 Kali Rp. 800.000,- Rp. 800.000,- Sub Total (Rp) 2.400.000,-
Lain-Lain
Kegiatan Volume Satuan Harga Satuan Jumlah
Honor Enumerator 2 Orang Rp. 200.000,- Rp. 400.000,- Pembuatan analisis data 2 Orang Rp. 300.000,- Rp. 600.000,- Penggandaan laporan dan
penjilidan 6 Jilid 1 berkas Rp. 150.000,- Rp. 900.000,- Sub Total (Rp) 1.900.000,-
Total (Rp) 9.500.000,-
4.2. Jadwal Kegiatan Jadwal sebagai berikut :
No Kegiatan
Bulan
Juli 2018
Agustus 2018
September 2018
Oktober 2018
November 2018
Desember 2018
1. Pembuatan proposal 2. Observasi lapangan 3. Pengurusan izin 4. Persiapan turun
lapangan 5. Turun lapangan 6. Pembuatan laporan
akhir
9. Publikasi jurnal
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka
Arikunto, Suharsimi, 2012, Prosedur Penelitian, Edisi 6, PT. Rhineka Cipta, Jakarta
Azizah, MH. 2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Keselamatan Berkendara (Safety Riding) Pada Mahasiswa (Studi pada Mahasiswa FMIPA UNNES Angkatan 2008- 2015). Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Chrussiawanti, Novita. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Safety Riding Pada Remaja di SMA Negeri 2 Sukoharjo. Skripsi Program Studi S1 Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Ditjen Perhubungan Darat, 2009. Buku Petunjuk Tata Cara Bersepeda Motor Di Indonesia.
Kementerian Perhubungan RI. Jakarta.
Green, W. Lawrence. 1980. Health Education Planning. A Diagnostic Approach. Palo Arto.
California. Mafield Publising Company
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Kemenkes Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta. Penerbit Rineka Cipta
Priyohastono, Sutanto. 2009. Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok.
Ridho, M, 2012. Hubungan Persepsi Risiko Keselamatan Berkendara Dengan Perilaku Pemakaian Helm Pada Mahasiswa Universitas Indonesia Depok Tahun 2012. Skripsi FKM UI Depok.
INFORMED CONSENT (PERSETUJUAN RESPONDEN)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ………
Umur : ………
Alamat : ………
...
Setelah diberikan penjelasan oleh petugas dan memahami terhadap tujuan dari pengisian kuesioner dalam kegiatan penelitian AIKA ini, maka saya bersedia untuk menjadi responden dalam kegiatan penelitian tentang “Determinan Tindakan Keselamatan Berkendara (Safety Riding) Pada Mahasiswa Kebidanan Aisyiyah Banten Tahun 2018”.
Demikian pernyataan persetujuan ini, dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Banten, Agustus 2018 Responden
(…...………)
KUESIONER PENELITIAN
DETERMINAN TINDAKAN KESELAMATAN BERKENDARA (SAFETY RIDING) PADA MAHASISWA
KEBIDANAN AISYIYAH BANTEN TAHUN 2018
Bacalah terlebih dahulu petunjuk ini sebelum mengisi.
Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan untuk pengembangan kesehatan masyarakat. Kami harap saudara dapat memberi informasi yang sejujurnya, dan kerahasiaan jawaban saudara dijamin tidak diketahui orang lain.
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
Petunjuk Pengisian :
1. Jawablah pertanyaan yang ada pada kuesioner dengan jawaban yang jujur 2. Jawaban Saudara jangan dipengaruhi oleh pihak lainnya.
3. Atas kejujuran, keikhlasan, dan partisipasi Saudara dalam kegiatan penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
I. LATAR BELAKANG RESPONDEN ISILAH TITIK-TITIK DI BAWAH INI 1. Umur Saudara : ... tahun
2. Tingkat/Semester : ...
3. Jarak dari tempat tinggal ke kampus : ... km
4. Mempunyai SIM (pilihlah) : Tidak/Punya (SIM A, SIM C) 5. Alat transportasi yang digunakan ke kampus : ...
6. Alat transportasi yang biasa digunakan
ketika aktivitas di lingkungan tempat tinggal : ...
7. Apakah Saudara pernah mendengar tentang istilah safety riding ? a. Tidak pernah
b. Pernah
II. PENGETAHUAN SAFETY RIDING Petunjuk Pengisian :
Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban yang Saudara anggap benar.
1) Menurut saudara apa yang dimaksud dengan safety riding ? a. Perilaku mengemudi yang aman
b. Perilaku berjalan kaki yang aman c. Perilaku bekerja yang aman
2) Menurut saudara apa manfaat dari safety riding ? a. Agar dapat berkendara dengan kecepatan tinggi b. Mengetahui risiko berkendara
c. Kendaraan menjadi lebih terawat
3) Menurut saudara apa tujuan dari safety riding ? a. Meningkatkan kesadaran akan bahaya berkendara b. Meningkatkan kemauan berkendara untuk lebih kencang
c. Membuat kendaraan menjadi lebih cepat sampai di tempat kerja
4) Ketidak pedulian dalam memakai helm ketika berkendara dapat menyebabkan cidera bahkan kematian, hal ini termasuk ke dalam penyebab ?
a. Lingkungan b. Manusia c. Kendaraan
5) Sebelum berkendara, hal apakah yang harus kita cek terlebih dahulu?
a. Bensin dan ban b. Kebersihan kendaraan c. Kondisi lingkungan
6) Menurut saudara surat-surat apa saja yang wajib di bawa dalam berkendara ? a. SIM, dan Kartu Keluarga, paspor
b. SIM, KTP dan STNK c. SIM, dan paspor
7) Dalam memasang helm ketika akan berkendara harus di pastikan ? a. Cukup melindungi kepala
b. Terikat kencang c. Berbunyi klik
8) Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang menyebabkan kerugian pada manusia, kerusakan pada properti dan hilang atau terganggunya proses adalah pengertian dari?
a. Occupational safety b. Safety riding c. Kecelakaan
9) Posisi dalam berkendara yang baik kedua tangan membentuk huruf ? a. S
b. V c. X
10)Perilaku yang berbahaya ketika menggunakan sepeda motor, contohnya ? a. Berkendara dengan penumpang < 2 orang
b. Berkendara dengan muatan yang pas c. Berkendara cepat dan ngebut
11)Pada keadaan curah hujan yang tinggi membuat jarak pandang pengendara menjadi terganggu hal ini dapat menyebabkan risiko terjadinya kecelakaan, termasuk ke dalam penyebab ?
a. Cuaca b. Manusia
c. Kendaraan
12)Helm untuk berkendara haruslah sesuai dengan ...
a. Keinginan pengemudi b. Standar SNI
c. Standar internasional
13)Berikut jenis helm yang tidak direkomendasikan kegunaannya dalam berkendara adalah...
a. Half face b. Open face c. Full face
14)Jumlah orang berkendara dalam satu sepeda motor adalah ? a. Maksimal 2 orang
b. Maksimal 3 orang c. > dari 2 orang
15)Kecelakaan yang terjadi antara kendaraan dengan pejalan kaki termasuk ke dalam jenis kecelakaan ?
a. Kecelakaan tunggal b. Kecelakaan ganda c. Kecelakaan campuran III. SIKAP
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan jawaban Saudara.
STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
No Pernyataan Jawaban
STS TS S SS 1 Tindakan dalam menjaga keselamatan
berkendara sangat penting untuk dilaksanakan secara konsisten
2 Kita sebaiknya berkendara dengan cepat agar sampai di tujuan tidak terlalu lama.
3 Penumpang kendaraan bermotor boleh diisi lebih dari 2 orang.
4 Sebelum berkendara sebaiknya mesin kendaraan dipanaskan terlebih dahulu.
5 Helm hanya digunakan untuk berkendara jauh saja.
6 Helm yang dipilih sebaiknya tidak perlu yang tertutup, sebab akan membuat kepala menjadi berat dan sulit bergerak.
7 Surat-surat kendaraan bermotor sebaiknya dicek dan diperpanjang jika masanya telah habis.
8 Jika berkendara, kita boleh menerima telepon sambil menyetir.
No Pernyataan Jawaban
STS TS S SS 9 Parkir kendaraan bermotor boleh dilakukan
dimana saja, yang penting ada tempatnya.
10 Kendaraan bermotor perlu dirawat dengan rutin, agar kendaraan terjaga dengan baik.
IV. FASILITAS
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan jawaban Saudara.
No Pernyataan Jawaban
YA TIDAK Apakah saudara memiliki fasilitas berikut ini untuk
mendukung keselamatan dalam berkendara : 1 Helm dengan standar SNI
2 Masker 3 Sarung tangan 4 STNK
5 SIM
6 Jaket
7 Kendaraan yang layak pakai (terawat dengan baik) V. SUMBER INFORMASI
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan jawaban Saudara.
No Pernyataan Jawaban
YA TIDAK Apakah saudara pernah memperoleh informasi
tentang tata cara keselamatan dalam berkendara dari berbagai sumber berikut ini :
1 Televisi
No Pernyataan Jawaban YA TIDAK 2 Radio
3 Internet
4 Koran/surat kabar 5 Majalah
6 Poster/spanduk/selebaran 7 Keluarga
8 Teman
9 Petugas lainnya, sebutkan ...
...
VI. DUKUNGAN KELUARGA
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan jawaban Saudara.
Keterangan : TP : Tidak Pernah K : Kadang-kadang Y : Ya
No Pernyataan Jawaban
TP K Y
1 Apakah keluarga selalu mengingatkan untuk tidak berkendara secara ugal-ugalan dan ngebut?
2 Apakah keluarga selalu menyediakan fasilitas untuk berkendara dengan baik (seperti helm, masker, dsb)
3 Apakah keluarga selalu mengingatkan agar saudara merawat kendaraan dengan baik?
4 Apakah keluarga pernah memberitahu cara berkendara yang aman dan selamat?
5 Apakah keluarga mengingatkan tentang surat- surat kendaraan agar disimpan dan diperpanjang sesuai masa berlakunya?
6 Apakah keluarga selalu mengingatkan agar mematuhi peraturan lalu lintas saat berkendara?
VII. DUKUNGAN TEMAN
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan jawaban Saudara.
Keterangan : TP : Tidak Pernah K : Kadang-kadang Y : Ya
No Pernyataan Jawaban
TP K Y
1 Apakah teman selalu mengingatkan untuk tidak berkendara secara ugal-ugalan dan ngebut?
2 Apakah teman pernah memberitahu cara berkendara yang aman dan selamat?
3 Apakah teman selalu mengingatkan agar mematuhi peraturan lalu lintas saat berkendara?
VIII.TINDAKAN SAFETY RIDING
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan jawaban Saudara.
Keterangan : TP : Tidak Pernah K : Kadang-kadang Y : Ya
No Pernyataan Jawaban
TP K Y
1 Apakah saudara selalu menggunakan helm berstandar SNI pada saat berkendara?
2 Apakah saudara selalu membawa STNK yang masih berlaku pada saat berkendara?
3 Apakah saudara selalu membawa SIM yang masih berlaku pada saat berkendara?
4 Apakah saudara selalu memakai masker pada saat berkendara?
5 Apakah saudara selalu memakai sarung tangan pada saat berkendara?
6 Apakah saudara selalu memakai jaket pada saat berkendara?
No Pernyataan Jawaban
TP K Y
7 Apakah saudara selalu mentaati rambu lalu lintas pada saat berkendara?
8 Apakah saudara berkendara dengan kecepatan yang standar (tidak ngebut)?
9 Apakah saudara selalu Menjaga jarak yang aman dengan kendaraan di depannya pada saat berkendara?
10 Apakah saudara selalu Memanaskan mesin motor 10 sampai 15 menit sebelum digunakan?
11 Apakah saudara selalu memeriksa kondisi ban (tekanan angin) kendaraan bermotor sebelum digunakan?
12 Apakah saudara selalu memeriksa kondisi bensin kendaraan bermotor sebelum digunakan?
13 Apakah saudara selalu memeriksa bagian bawah kendaraan bermotor sebelum digunakan (mengecek tumpahan oli, dll)?
14 Apakah saudara memastikan kelengkapan berkendara seperti lampu depan-belakang motor, lampu sen, kaca spion kendaraan dalam keadaan yang baik dan layak jalan?
15 Apakah saudara selalu memakir kendaraan di tempat parkir yang aman dan terpercaya?
16 Apakah Posisi lengan saudara di stang membentuk V pada saar berkendara?
17 Apakah saudara selalu berboncengan maksimal 2 orang pada saat berkendara?
18 Apakah saudara selalu merawat kendaraan bermotor dengan rutin (service dan perawatan rutin lainnya)?
Terimakasih Atas Kesediaan Saudara Menjawab Kuesioner Ini