• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN "

Copied!
90
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

  • Rumusan Masalah
  • Faedah Penelitian

Anak yang berkonflik dengan hukum merupakan masalah yang berkembang di tingkat nasional dan internasional. Untuk itu diperlukan upaya penanggulangan tindak pidana anak yang berkonflik dengan hukum melalui penerapan sistem peradilan anak. 5Eka Rose Indrawati, Praktek Kerja Sebagai Sanksi Pidana Terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Jurnal Rechtidee, Vol.

Tujuan Penelitian

Definisi Operasional

Menurut Pasal 1(3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, anak yang dilanggar hukum adalah anak yang berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, yang larangannya disertai dengan ancaman (sanksi) berupa hukuman tertentu, bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan dan dapat dipidana menurut undang-undang, sepanjang diingat bahwa larangan itu ditujukan kepada suatu perbuatan, yaitu suatu keadaan atau peristiwa yang disebabkan oleh perbuatan seseorang, sedangkan ancaman hukumannya ditujukan kepada orang yang menyebabkan terjadinya peristiwa itu.

Keaslian Penelitian

Tesis ini merupakan penelitian hukum normatif yang membahas tentang karakteristik on the job training sebagai sanksi pidana terhadap anak. Berdasarkan penelitian di atas, pembahasan yang dibahas dalam tesis ini berbeda dengan permasalahan di atas. Kajian topik pembahasan yang penulis angkat dalam bentuk skripsi ini mengarah pada pemenjaraan dan pelatihan kerja bagi anak yang melakukan kekerasan dengan pemaksaan hubungan seksual, sehingga hanya merupakan hasil pemikiran penulis terkait dengan teori hukum yang berlaku dan doktrin yang ada, sehingga penelitian ini dapat diperhitungkan secara ilmiah atau akademis.

Metode Penelitian

  • Jenis dan pendekatan penelitian
  • Sifat penelitian
  • Sumber data
  • Alat pengumpulan data
  • Analisis data

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak menetapkan sanksi bagi anak yang terbukti melakukan tindak pidana berupa tindak pidana atau perbuatan. Dasar hukumnya tertuang dalam Pasal 41(1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak yang berbunyi. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak tidak mewajibkan penjatuhan pidana berupa pidana mati terhadap anak yang melakukan tindak pidana.

TINJAUAN PUSTAKA

Anak yang Berkonflik dengan Hukum

Pidana Anak

Anak Sebagai Korban

Memaksa dan Dipaksa

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaturan Sanksi Hukum Terhadap Anak yang Melakukan

Bagaimana penerapan pemidanaan bagi anak yang melakukan kekerasan untuk memaksa masyarakat menurut putusan pengadilan Nomor 78/Pid.Sus-Anak/2019/PN Lbp. Secara praktis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekaligus penegak hukum terkait penerapan pidana penjara dan pelatihan kerja bagi anak yang melakukan tindak pidana kekerasan dalam pergaulan. Anak yang berhadapan dengan hukum haruslah anak yang telah mencapai umur yang ditentukan oleh undang-undang.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menegaskan bahwa bagi anak yang berkonflik dengan hukum yang telah melakukan tindak pidana atau tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana penjara yang dapat dijatuhkan terhadap anak yang nakal adalah ½ (satu setengah) tahun. Anak-anak yang melakukan kejahatan dan diancam dengan hukuman penjara seumur hidup dan hukuman mati tidak dapat dideportasi. Pidana adalah sesuatu yang tidak dikehendaki untuk dijatuhkan kepada anak yang melakukan suatu peristiwa pidana, sekalipun anak itu telah melakukan suatu tindak pidana atau peristiwa pidana.

Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pelatihan kejuruan bagi anak-anak yang terkena sanksi dan tindakan. Sanksi bagi anak yang melakukan pelanggaran hukum berupa sanksi pidana terdiri dari pidana mati dan pidana tambahan. Menurut penjabaran pasal 71 ayat 2 huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, bahwa sanksi pidana yang dapat dijatuhkan terhadap anak yang melakukan pelanggaran hukum terdiri dari pidana mati yang terdiri dari pidana peringatan, yaitu pidana ringan yang tidak membatasi kebebasan anak dengan syarat, pemidanaan.

Selain sanksi pidana, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak juga memberlakukan sanksi terhadap anak yang melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 82 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menyatakan: Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak dan Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47 KUHP yang mengatur sanksi pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana sudah tidak berlaku lagi. Penerapan hukuman bagi anak yang melakukan kekerasan pemaksaan hubungan seksual sesuai dengan Putusan Pengadilan Nomor 78/Pid.Sus-.

Penerapan Hukuman Bagi Anak yang Melakukan Kekerasan

Perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, termasuk anak yang berhadapan dengan hukum dan anak yang menjadi korban tindak pidana, merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini diberikan alternatif dengan pendekatan konseptual restorative justice, sehingga penyelesaian masalah anak yang berhadapan dengan hukum dapat dilakukan melalui diversi. Keadilan restoratif menekankan pada pemindahan anak yang berkonflik dengan hukum, dimana pelaku harus mengakui perbuatannya dan bertanggung jawab atas penderitaan yang diderita korban selama proses partisipasi masyarakat.

Menyatakan bahwa seorang anak yang bertentangan dengan Undang-Undang Anak telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah atas suatu pelanggaran. Dipidana secara patut terhadap anak yang melanggar Undang-Undang Anak dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun, dikurangi masa penahanan yang dijalani dan masa latihan kerja 3 (tiga) bulan. Penjara selama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan latihan kerja selama 2 (dua) bulan bagi anak yang melakukan tindak pidana berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam nomor 78/Pid.Sus-Child/2019/PN Lbp merupakan salah satu bukti bahwa anak yang melanggar hukum dapat dipidana penjara dan latihan kerja.

Penjatuhan sanksi pidana terhadap anak bukan hanya sekedar untuk membalas dendam terhadap anak yang berkonflik dengan hukum, tetapi memiliki beberapa tujuan yang bermanfaat. Penerapan sanksi pidana terhadap anak tidak selalu harus dengan pidana penjara sebagaimana diatur dalam Pasal 71 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, bahwa perbuatan yang dapat dikenakan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum berupa pengembalian kepada orang tua, wali/wali atau menyerahkan diri kepada negara untuk mengikuti pendidikan, diklat atau kerja sosial pada jurusan diklat, diklat dan karya sosial. Hakim memvonis anak yang berkonflik dengan hukum untuk menjalani tindak pidana pelatihan kerja.

Pada prinsipnya penerapan pidana pelatihan kerja bagi anak diharapkan dapat menguntungkan anak yang nakal atau anak yang berhadapan dengan hukum. Melalui pelatihan kerja, anak yang berkonflik dengan hukum dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja sehingga ketika anak selesai menjalani masa hukuman, mereka siap untuk bekerja dalam kehidupan nyata. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Dalam Menghukum Anak Yang Melakukan Tindak Kekerasan.

Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lubuk

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak memberikan perlakuan khusus kepada anak yang melakukan tindak pidana, baik dalam hukum acara maupun dalam persidangan. Penerapan sanksi pidana terhadap anak yang melakukan pelanggaran hukum dalam Putusan Pengadilan Nomor 78/Pid.Sus-Anak/2019/PN Lbp adalah pidana penjara selama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan latihan kerja selama 2 (dua) bulan untuk diadili menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Anak yang melakukan perbuatan asusila terhadap anak korban pada hari Minggu tanggal 10 November 2019 sekitar pukul 13.00 WIB di rumah anak yang berlokasi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Sehubungan dengan pertimbangan hakim terhadap penjatuhan pidana penjara dan pelatihan kerja bagi anak yang melakukan tindak kekerasan dengan hubungan badan secara paksa berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Nomor 78/Pid.Sus-Anak/2019/PN Lbp, unsur kekerasan atau ancaman kekerasan, pemaksaan, penipuan,. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sudah puas, sehingga anak harus terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan tunggal penuntut umum. Menurut penulis, tawaran pelatihan kerja tersebut sesuai dengan Pasal 71 ayat 3, dan Pasal 79, ayat untuk mendapatkan pekerjaan yang sah untuk mempertahankan hidupnya.

Pengaturan sanksi hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana diatur dalam UU No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak, yang menerapkan sistem dua tingkat dalam menjatuhkan sanksi terhadap anak yang berkonflik dengan hukum, yaitu sanksi pidana dan sanksi pidana. Penggunaan hukuman bagi anak yang melakukan kekerasan dengan maksud pemaksaan persetubuhan, menurut putusan pengadilan no. 78/Pid.Sus-Anak/2019/PN Lbp adalah pidana penjara selama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan pelatihan kerja selama 2 (dua) bulan. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dalam menghukum anak yang melakukan tindak kekerasan paksa.

Eka Rose Indrawati, Praktek Kerja Sebagai Sanksi Pidana Terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Jurnal Rechtidee, Vol.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sanksi pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak yang melanggar hukum dapat berupa pidana pokok bagi anak yang terdiri dari pidana peringatan, pidana dengan syarat yaitu pengawasan di luar lembaga, pengabdian kepada masyarakat, pengawasan, latihan kerja, pengawasan di lembaga dan pidana penjara, pidana tambahan berupa penyitaan hasil tindak pidana atau pemenuhan kewajiban adat. Penjara merupakan upaya terakhir yaitu di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Medan, sedangkan pembinaan vokasi bagi anak dilakukan di lembaga yang menyelenggarakan diklat vokasional sesuai usianya untuk dijadikan fasilitas setelah keluar dari Lapas.

Saran

Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014 Mengubah Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Ketentuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-undang. Hukum Daring, “Masalah Penting yang Diatur dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak,” melalui https://www. Hukumonline.com, diakses Senin 2 Maret 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana diatur dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang SPPA dikatakan bahwa keadilan restoratif merupakan suatu proses diversi, yang