COMMUNITY PROFILE LORE OF FISHING BOATS MEET LIVING COTTAGE JORONG KENAGARIAN SASAK FIELD DISTRICT SASAK PASISIE
PASAMAN BARAT By:
Putra Hidayat1 Elvi Zuriyani2 Afrital Rezki3
1 Students Geography Education STKIP PGRI West Sumatra
2.3 The teaching staff of Geography Education STKIP PGRI West Sumatra
ABSTRACT
This study focused on community profiles boat fishing lore in meeting the needs of life in the cottage jorong Kenagarian bouffant pompadour District of West Pasaman pasisie realm. This study aims to reveal and describe the profile of fishing communities lore seen from the boat; subsistence, fishing fishery infrastructure, income level, education level and ownership of assets.
This type of research is descriptive. The study population was the head of the family lore boat fishing
communities in Jorong Pondok Kenagarian Sasak Sasak District of West Pasaman Pasisie sphere. With a sample of 59 families (KK). Collecting data in this study was the observation was taken using a questionnaire. The instrument used in this study a data analysis techniques in the form of a percentage.
The results of this study found: 1) Condition lore boat fishing community food staple food rice / rice, the staple food accompanying side dishes and vegetables are fulfilled although 1x or occasionally. Community fishing boats lore less mengkosumsi source of vitamins and minerals. 2) Community fishing boats lore can buy clothes most of 1x in 1 year, and in no small part to 2x in one year and the fulfillment of clothing in the market and the Jorong nearby store. 3) Community fishing boats lore has an average house size 6x6 meters with one room and had no perkarangan. Type of house boat fishing communities lore has a type of semi-permanent and wooden houses. The ownership status of their own homes, but there are still renting and staying with parents. Sumber4 home lighting most of the PLN and also partly ketch still uses plug lights. 4) The level of public education lore fishing boats still low general average is still at the primary level. 5) lore boat fishing communities have an average asset lore and some small boats have a garden.
Keywords : Socioeconomic, Attractions
PROFIL MASYARAKAT NELAYAN PERAHU LORE DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP DI JORONG PONDOK KENAGARIAN SASAK
KECAMATAN SASAK RANAH PASISIE KABUPATEN PASAMAN BARAT
Oleh:
Putra Hidayat1 Elvi Zuriyani2 Afrital Rezki3
1 Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat
2 Staf pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Penelitian ini di fokuskan pada profil masyarakat nelayan perahu lore dalam memenuhi kebutuhan hidup di jorong pondok kenagarian sasak Kecamatan sasak ranah pasisie kabupaten pasaman barat. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan menggambarkan tentang profil masyarakat nelayan perahu lore dilihat dari;
pemenuhan kebutuhan hidup, sarana prasarana perikanan nelayan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan kepemilikan aset.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah kepala keluarga masyarakat nelayan perahu lore yang ada di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat. Dengan sampel 59 kepala keluarga(KK). Pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi diambil menggunakan angket. Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini berupa teknik analisis data berupa persentase.
Hasil penelitian ini menemukan: 1) Kondisi pangan masyarakat nelayan perahu lore makanan pokok beras/nasi, dengan pendamping makanan pokok lauk pauk dan sayur-sayuran sudah tercukupi walaupun 1x atau kadang-kadang. Masyarakat nelayan perahu lore kurang mengkosumsi sumber vitamin dan mineral. 2) Masyarakat nelayan perahu lore dapat membeli pakaian sebagian besar 1x dalam 1 tahun dan ada sebagian kecil 2x dalam 1 tahun dan tempat pemenuhan kebutuhan pakaian di pasar dan toko terdekat Jorong tersebut. 3) Masyarakat nelayan perahu lore memiliki luas rumah rata-rata 6x6 meter dengan satu kamar dan tidak memiliki perkarangan. Jenis rumah masyarakat nelayan perahu lore memiliki tipe semi permanen dan rumah kayu. Status kepemilikan rumah milik sendiri, namun ada yang menyewa dan tinggal masih dengan orang tua. Sumber4 penerangan rumah sebagian besar dari PLN dan juga sebagian keci masih menggunakan lampu colok. 4) Tingkat pendidikan masyarakat nelayan perahu lore masih rendah umumnya rata-rata masih di tingkat SD. 5) Masyarakat nelayan perahu lore rata-rata memiliki aset perahu lore dan sebagian kecil mempunyai kebun.
Kata Kunci : Sosial Ekonomi, Nelayan
PENDAHULUAN
Laut dan samudra telah menjadi sumber makanan yang sangat penting selama ribuan tahun.
Saat ini lebih dari 75 ton ikan dan kerang ditangkap setiap tahun diseluruh dunia. Sekitar dua pertiga dari tangkapan ikan langsung untuk dionsumsi manusia (Sujarno, 2008).
Masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dan berpenghasilan sebagai nelayan merupakan salah satu dari kelompok masyarakat yang melakukan aktifitas usaha dengan mendapat penghaasilan bersumber dari kegiatan nelayan itu sendiri. Nelayan adalah orang yang secara aktif yang melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan dan binatang air lain atau tanaman air. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan tercemin pula besarnya pendapatan yang di terima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga (Sujarno, 2008).
Fenomena kehidupan nelayan, sebagai contoh sering kali di identifikasi sebagai kehidupan kelompok masyarakat sasak yang tinggal di perkampungan miskin, dan rendah akses nya terhadap pendidikan, kesehatan, teknologi, rendahnya pendapatan dan serta susah menciptakan kerja sampingan. Kemiskinan nlayan seringkali hanya di lihat dari kaca ekonomi, terutama di kaitkan dengan keterbatasan modal sarana dan prasarana yang dimiliki oleh para nelayan untuk menjalankan kehidupan sehari hari (Sujarno, 2008).
Nelayan dan Jorong Pondok, pada umumnya adalah bagian dari kelompok masyarakat miskin yang berada pada level paling bawah dan sering jadi korban pertama yang paling menderita akibat perubahan cuaca. Bahwa para nelayan bukan saja sehari hari harus berhadapan dengan ketidakpastian pendapatan dan tekanan musim penceklik, tetapi lebih dari pada itu mereka juga sering harus berhadapan dengan berbagai tekanan dan bentuk eksploitasi yang muncul bersama dengan berkembangnya modernisasi di sektor perikanan (Joko, 2010).
Nelayan tidak memiliki ketahanan atau daya adopsi dan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan sehingga nelayan lebih rentan terhadap perubahan yang pada akhirnya menjadikan mereka sebagai lapisan masyarakat yang marginal dan tak jarang menjadi korban dari program pembangunan atau modernisasi pembangunan. Nelayan memiliki ragam aspek kelemahan, di antaranya: kelemahan sarana prasarana, modal dan kelemahan cuaca yang tidak mendukung dan apa bila cuaca dan suasana hari tak mendukung tak jarang mereka memilih tinggal di rumah dari pada melaut sehingga kondisi
seperti ini sering di istilahkan one day a fishing trip(Satria dalam Silfitriyani, 2011).
Akibat keterbatasan teknologi dan aset produksi yang dimiliki daya jelajah para nelayan perahu lore di kejorongan pondok kenagarian sasak kecamatan ranah pasisie umumnya terbatas, dan berimplikasi pada jumlah dan jenis tangkap ikan yang semakin lama berkurang. Rata-rata penghasilan yang di peroleh nelayan kecil dan hanya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan sebagian hidup terpaksa kekurangan. Nelayan adalah pekerjaan yang tetap yang tergantung pada alam, kondisi tersebut mengakibatkan tingkat pendapatan tidak pasti dan tidak dapat mencukupi kehidupan sehari-hari.
Banyak faktor yang menyebabkan kehidupan nelayan pada akhirnya terstruktur sedemikian rupa, sehingga miskin, baik di tinjau dari ekonomi, sosial serta pengaruh dan akibat dari keijakan pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan masyarakat nelayan (Partoadmojo dalam Situmorang, 2007).
Pemanfaatan sumber daya perikanan, khususnya perikanan laut (tangkap) sampai saat ini masih di dominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya memiliki karakteristik skala usaha kecil, sarana dan prasarana yang sederhana, jangkauan penangkapan yang terbatas di sekitar pantai dan pendapatan yang relatif masih rendah.
Produktifitas nelayan yang rendah umumnya di akibatkan oleh rendahnya ketrampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat tangkap belum optimal. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang di terima oleh nelayan dan pada akhirnya mempengaruhi pula pada tingkat kesejahteraannya (Dinas Kelautan Perikanan, 2008).
Anak-anak nelayan banyak yang putus sekolah (drop out) dan sekolah hanya sampai sekolah tingkat dasar (SD) saja. Kondisi dan fasilitas permukiman nelayan pada umumnya juga sangat memprihatinkan, kebanyakan rumah papan atau kayu, bahkan juga tidak layak huni dan sarana kesehatan lainya. Kondisi demikian terparah lagi oleh kenyataan bahwa nelayan yang miskin tidak dapat berbobot memadai karena tidak memiliki biaya, sedangkan lingkungan tempat tinggal rawan terhadap serangan penyakit (Cristanto, 2010).
Timbulnya berbagai kesulitan berbagai aspek kehidupan membuat masyarakat nelayan selalu cemas karena menganggap lingkunganya tidak nyaman karna adanya isu pasca tsunami di sumatera. Walaupun ada keinginan untuk pindah, hal ini sangat sulit terjadi karena kehidupan mereka tergantung langsung dengan hasil laut, tinggal di pinggir pantai karena pemukim an mereka dekat dengan lokasi kegiatan mereka (Hasibuan, 2009).
Hal ini juga terjadi pada masyarakat pondok di Kenagarian Sasak Kecamatan Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat yang masih menggantungkan kehidupan sepenuhnya dari hasil tangkapan ikan yang masih terganyung pada alam.
Jika terjadi gangguan cuaca, seperti angin kencang, maka nelayan hnya bisa di rumah saja, karena para nelayan berangkat pagi dengan bantuan angin darat dan pulang sore hari dengan bantuan angin laut, hal ini yang telah mnjai tradis
i dalam kehidupan
sehari-hari nelayan. Kondisi sosial ekonomi nelayan terlihat dari perkampungan yang masih bersahaja, dan butuh sentuhan untuk bisa berkembang lebih lanjut. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan kebanyakan masih berupa perahu-perahu sederhana serta menggunakan alat tangkap sederhana. Jumlah nelayan yang memiliki kapal dan alat tangkap yang sudah agak modern jumlahnya sangat sedikit (Arman, 2016).
Melihat kondisi nelayan tersebut, hal yang sangat di perlukan adalah upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan, seperti di bidang ekonomi, sarana prasarana nelayan. Hal ini di harapkan dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi nelayan Perahu Lore di Nagari Sasak Kecamatan Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat. Dengan adanya peningkatan tersebut, diharapkan nelayan dapat menikmati pendapatan yang lebih banyak, mampu meningkatkan tingkat pendapatan, serta sarana prasarana perikanan (Arman, 2016).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran kehidupan nelayan yang ada di Nagari Sasak Kecamatan Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat. Maka untuk lebih lanjut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Profil Masyarakat Nelayan Perahu Lore Dalam MemenuhiKebutuhan Hidup di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat”
Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2003: 11) Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baiksatu variable ataulebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variable yang lain.
Penelitian deskriptif menafsirkan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang di selidiki.
Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) nelayan yang ada di Jorong Pondok.
Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah nelayan di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat. Jumlah nelayan di Jorong Pondok Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat adalah sebanyak 59 kepala keluarga nelayan.
Sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga nelayan perahu lore yang tinggal di Jorong Pondok. Sampel ini diambil dengan menggunakan teknik proposive sampling yang artinya mengambil sampel secara sengaja berdasarkan tema penelitian yaitu Profil Masyarakat Perahu Lore Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat. Menurut Arikunto (2006) jika subjeknya kurang dari 100 lebih baik di ambil semua, tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat di ambil 5-10% atau 15-20% atau lebih. Total sampling dari populasi diambil jadi sampel, jadi sampel dari masyarakat nelayan perahu lore adalah 59 kepala keluarga (KK).
Hasil dan Pembahasan
Pertama, Pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat nelayan perahu lore di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie di ungkapkan bahwa pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat nelayan perahu lore di Jorong Pondok mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga masyarakat nelayan perahu lore frekuensi menyediakan makanan pokok beras, 59 responden (100%) dan makanan pendamping makanan pokok adalah sayur dan lauk pauk 30 responden (50,84%).
Pemenuhan kebutuhan sandang terdiri dari pemenuhan pakaian keluarga 1x setahun 58 responden (98,30%) dan tempat penyediaan pemenuhan pakaian di pasar 47 responden (79,66%) dan toko terdekat 7 responden (11,86%).
Pemenuhan kebutuhan pangan jenis rumah yang di miliki oleh masyarakat nelayan perahu lore sebagian besar rumah semi permanen 45 responden (76,27%) dan milik sendiri 51 responden (86,44%)
Hal ini sesuai dengan pendapat Soedaro dalam Puspita (2010) kebutuhan yang paling pokok dan merupakan kebutuhan minimal adalah kebutuhan akan makanan, pakaian dan perumahan.
Kebutuhan jasmani lainnya dapat di usahakan untuk menanbah kesejahteraan, tetapi lima kebutuhan pokok di atas harus di capai oleh suatu keluarga untuk mendapatkan taraf kehidupan yang lebih layak.
Sumardi dan Evers (1985) rumah adalah suatu keperluan yang sangat penting di samping makanan dan pakaian, rumah merupakan suatu struktur fisikal yang memberi ruang atau perlindungan kepada keluarga, di rumah anggota keluarga menjalankan kegiatan mereka seperti berinteraksi untuk satu sama lainnya, mendapat kasih sayang, memelihara anak dan menerima tamu.
Kedua, Sarana dan prasarana perikanan yang di gunakan kebanyakan masyarakat nelayan perahu lore di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie menggunakan perahu lore umumnya (100%), kapal penangkap ikan berupa perahu kayu/papan (100%). Dengan alat gerak layar atau dayung (37%) dan sedikit yg memakai mesin (27%) ber PK rendah dan juga alat penangkap ikan terbanyak yang di pakai adalah 59 responden (100%) jaring udang(lore).dan pada umumnya nelayan mempunyai kapal milik sendiri 59 responden (100%). Kelengkapan peralatan nelayan perahu lore tersebut seperti: Jaring, sampan, pendayung, mesin, parang, palu, ember, keranjang dan lampu. Melakukan penangkapan ikan denga alat tradisional yang di sebutkan di atas, maka nelayan tersebut tentunya mendapatkan hasil tangkapan lebih sedikit di baning dengan nelayan yang menggunakan kapal besar dan canggih.
Dengan faktor perekonomian yang tidak mendukung, maka mereka menangkap ikan dengan alat-alat yang sudah mulai rusak, bahkan mereka pergi dengan perahu yang tidak layak pakai dan tidak mempunyai mesin.
Hal ini sesuai dengan menurut pedapat Siombo (2010:4) bermacam-macam alat penangkapan ikan yang di gunakan oleh nelayan tergantung pada kategorisasi nelayan. Nelayan tradisional/nelayan kecil biasa menggunakan motor ber PK kecil atau kapal ikan di <10 GT (gros tonase) dan pada umumnya menggunakan pancing, jaring nilon, pukat, bubu, pursein mini, dalam penangkapan ikan.
Ketiga, Tingkat pendapatan masyarakat nelayan perahu lore di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat sebagai umumnya rendah hanya berkisar Rp 800.000 – 1.000.000 perbulan hanya 34 responden (57,6%) dan Rp 500.000 – 700.000 dari
15 responden (25,4%). Sedangkan pengeluarannya dalam 1 bulan hanya Rp 800.000 (42) responden (71,2%) sampai di atas 2 juta (15,3%) tapi mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga walaupun kekurangan.
Hal ini sesuai dengan pendapat BPS (2006) pendapatan adalah balas jasa yang di terima faktor produksi dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa tersebut dapat berupa sewa, upah, atau gaji, bunga ataupun laba. Di lihat dari pemanfaatan tenaga kerja pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji di sebut dengan pendapatan tenaga kerja (labor income). Sedangkan pendapatan dari balas jasa selain tenaga kerja di sebut dengan pendapat bukan tenaga kerja (non labor income). Di samping itu ada pula pendapatan yang bukan berasal dari balas jasa atau pemanfaatan faktor produksi dan tidak bersifat mengikat. Pendapatan ini di sebut pendapatan transfer. Pendapatan transfer ini (transfer income) dapat berasal dari pemberian perseorangan atau institusi (misalnya pemerintah). Pendapatan transfer ini dapat bersifat positif dan negatif tergantung pada besarnya pembayaran ataupun penerimaan transfer dalam jangka waktu tertentu.
Keempat, Pendidikan masyarakat nelayan perahu lore di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat terbanyak pada jenjang SD dari 32 responden (54,2%), tamt SMP dari 16 responden (27,1%) dan sedikit yang menempuh jenjang SMA 11 responden (18,6%) dan sebagin kecil mempunyai pendidikan Informal (18,6%). Dan juga 45 responden mengatakan pendidikan itu sangat penting (76,3%).
Hal ini sesuai dengan menurut Muhndir (2009) dalam Wati (2013) mengemukakan bahwa pendidikan adalah daya upaya insani menyiapkan anak selaku individu mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan maju. Penjenjangan pendidikan yaitu penidikan rendah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dengan kelembagaannya masing- masing, berturut-turut SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) dan perguruan tinggi.
Kelima, Kepemilikan aset masyarakat nelayan perahu lore di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Psasaman Barat lebih sedikitnya yang memiliki 1 aset 50 responden (84,7%) perkebunan (25,4%) dan toko (10,2%), kebanyakan masyarakat nelayan yang memiliki aset perahu lore dari 32 responden (54,2%), yang demikian sebagi mata pencaharian juga.
Hal ini sesuai Menurut Zuhaili (2008) kepemilikan adalah kekuasaan yang di dukung secara sosial untuk memegang kontrol terhadap sesuatu yang di miliki secara eklusif dan
menggunaannya untuk pribadi dari sumber ekonomi yang di harapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari.
Kesimpulan
1. Pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dari dari kondisi sosial ekonomi nelayan perahu lore di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie di ungkapkan bahwa, 1) Masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pangan (100%) mengkosumsi beras, (50,84%) makanan pendamping berupa ikan laut dan mengkosumsi sayur-sayuran (50,84%) kadang-kadang. 2) pemenuhan kebutuhan sandang terdiri dari pemenuhan kebutuhan pakaian keluarga 1 dan 2 kali setahun (98,30%) dan 2 kali hanya (1,69%). Tempat memenuhi kebutuhan pakaian di pasar (79,66%) dan 3) pemenuhan kebutuhan papan, jenis rumah yang di miliki oleh nelayan perahu lore kebanyakan sebahagian besar semi permanen (76,27%), rumah milik sendiri (86,44%).
2. Sarana dan prasarana nelayan perahu lore di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie umumnya menggunakan kapal penangkap ikan berupa perahu lore (100%) dan sedikit sekali yang menggunakan mesin, alat penangkap ikan yang di pakai adalah jaring insang (udang)/lore (100%), kepemilikan kapal umumnya milik sendiri (100%) dan ada juga milik orang tua.
3. Tingkat pendapatan nelayan perahu lore di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie sebagian umumnya rendah (57,6%) Rp500.000 – Rp1.000.000, tetapi mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga dalam sehari-hari.
4. Pendidikan nelayan perahu lore di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Umumnya masih rendah kebanyakan tingkat SD (54,2%) dan juga ada yang mempunyai pendidikan informal (18,6%).
5. Kepemilikan aset nelayan perahu lore di Jorong Pondok Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie sebagian umumnya hanya perahu lore lah yang di miliki (54,2%) dan sebagian kecil memiliki ladang/kebun sawit dan juga toko.
DAFTAR PUSTAKA Arman, 2016 Nelayan Sasak Ranah pasisie.
Badan Pusat Statistik (BPS) Pasaman Barat. 2011.
Data Konversi Lahan
Cristanto. Joko. 2010. Pengantar Pengelolaan berkelanjutan Sumber Daya Wilayah Pesisir. Deepublish : Yogyakarta.
Dinas Kelautan Perikanan. 2008. Data Kelautan Indonesia.
Hasibuan. 2009 Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: Bumi Aksara
Joko, (2010).
Muhndir (2009) dalam Wati (2013)
Natoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat. Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.
Sujarno, 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan;http//
respository.usu.ac.id .
Satria, 2011, dalam http:silfitriyani.com/ nelayan;
(dalam) kemiskinan struktural Sumardi dan Evers (1985)
Siombo (2010:4) Whitney (1960: 160)