• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pendahuluan

Kecamatan Sasak Ranah Pasisia sebagai daerah penghasil kelapa sawit yang cukup dominan di Sumatera Barat, kenyataannya hasil kelapa sawit tidak menjadikan kondisi sosial masyarakat lebih baik sebagaimana mestinya, karena pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng membutuhkan peralatan yang cukup mahal oleh karenanya produksi kelapa sawit masyarakat membutuhkan pihak lain (pabrik pengolahan) untuk mengolahnya, sehingga penjualan hasil kelapa sawit masyarakat sangat ditentukan oleh harga pembelian pabrik.

Keadaan dan kondisi yang demikian, menjadikan masyarakat petani sawit sering mengalami kondisi penjualan hasil kelapa sawit mereka dengan harga yang kurang menguntungkan, karena harga kelapa sawit sering dipatok di bawah harga standar oleh pabrik pengolahan, sehingga penghasilan petani sawit sering kurang memadai yang menyebabkan petani sawit masih banyak hidup dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang baik. Keadaan yang demikian sangat dirasakan sekali oleh petani sawit yang berada di Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat yang sebagian besar masyarakatnya hidup dari hasil perkebunan kelapa sawit, dimana salah satu etnis masyarakatnya adalah masyarakat Nias.

Keberadaan masyarakat Nias di Nagari Sasak tidak diketahui secara pasti, namun masyarakat Nias mulai banyak datang berawal dari pembukaan kebun-kebun kelapa sawit di Kecamatan Sasak yang menjadikan daerah ini berkembang sebagai tempat pemukiman bagi para buruh tani kelapa sawit. Selain itu kedatangan masyarakat Nias di wilayah tersebut, berkaitan dengan keinginan untuk mendapatkan perkerjaan di daerah lainnya.

Masyarakat Nias yang datang ke daerah di Nagari Sasak ini pada umumnya adalah warga-warga yang miskin. Secara teoritis dapat dibagi menjadi dua kelompok.

Pertama, bekas buruh tani, dengan arti mereka adalah petani yang di tanah asalnya memiliki tanah sedikit/sempit. Kedua, adalah mereka yang merupakan bekas buruh

tani yaitu mereka yang di tanah asalnya sama sekali tidak memiliki tanah.1

Masyarakat Nias yang datang ke daerah di Nagari Sasak ini pada umumnya adalah warga-warga yang miskin. Secara teoritis dapat dibagi menjadi dua kelompok.

Pertama, bekas buruh tani, dengan arti mereka adalah petani yang di tanah asalnya memiliki tanah sedikit/sempit. Kedua, adalah mereka yang merupakan bekas buruh tani yaitu mereka yang di tanah asalnya sama sekali tidak memiliki tanah.

Masyarakat Nias yang berada di Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat merupakan masyarakat minoritas yang dimana salah satunya bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit, dimana kondisi ekonomi mereka tergolong rendah hal itu dapat dilihat dari keadaan rumah dan perlengkapan lainnya yang mereka miliki.

Pertemuan antara suku bangsa pendatang dengan penduduk setempat menimbulkan perubahan dalam berbagai aspek, terutama berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, dan budaya dari aspek pembauran masyarakat Nias dengan penduduk asli di Nagari Sasak. Hal itu terjadi disebabkan aktivitas di kebun-kebun kelapa sawit yang menempatkan pekerja atau buruh yang sebahagian besar berasal dari Nias.

Masyarakat Nias yang bekerja di Nagari Sasak dalam beberapa bidang pekerjaan yaitu; buruh tani kebun sawit sebanyak 21 orang, buruh tani sawah/ ladang sebanyak 7 orang, tukang sebanyak 8 orang, dan dagang sebanyak 5 orang, dengan total jumlah masyarakat Nias sebanyak 41 orang.

Selanjutnya dari hasil wawancara penulis dengan salah seorang buruh tani kebun sawit yang berasal dari suku nias yaitu Bapak Posma Maduwu, diketahui bahwa penghasilan mereka perbulannya adalah Rp.

500.000-1.000.000 selama menjalani pekerjaan tersebut, sehingga keadaan ekonomi yang diinginkan tidak tercapai sesuai yang diharapkan.

Sehubungan dengan kehidupan sebagai buruh tani yang dijalani masyarakat Nias di Nagari Sasak, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kehidupan

1 Maryetti. Integrasi Nasional Suatu Pendekatan Budaya Daerah Sumatera Barat. (Padang: Depdikbud. 1999) hal. 52

(3)

sosial ekonomi masyarakat, dengan mengajukan judul: “Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nias Di Nagari Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kab. Pasaman Barat(Tahun1998-2014)”.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan sejarah, maka studi ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu kegiatan pengumpulan data (heuristik), dilakukan dengan kritik sumber (pengujian), interpretasi data, dan Historiografi. Adapun langkah-langkahnya, antara lain:

Pertama heuristik, yaitu mengumpulkan bahan sumber dengan jalan mencari dan mengumpulkan data yang dianggap relevan dengan permasalahan. Bahan sumber atau heuristik yang diperlukan adalah; Sumber utama (primer) diperoleh dengan cara melakukan wawancara terhadap beberapa orang, antara lain: Camat, Wali Nagari, pemuka masyarakat, dan beberapa orang masyarakat Nias yang menjadi buruh tani kebun sawit di Nagari Sasak yang terkait dengan kajian sejarah tentang “Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nias Di Nagari Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kab.

Pasaman Barat (Tahun 1998-2013)”.

Sumber sekunder meliputi studi kepustakaan untuk mendapatkan data-data berupa sumber bacaan yang berhubungan dengan penelitian, melalui cara mendatangi beberapa perpustakaan, antara lain: Pustaka STKIP PGRI Sumatera Barat di Padang, Pustaka Wilayah Sumatera Barat di Padang, Pustaka Universitas Negeri Padang (UNP) di Padang, dan Pustaka IAIN Imam Bonjol di Padang.

Kedua, Kritik sumber yaitu melakukan pengujian dari data yang telah ditemukan dengan melakukan krtik eksternal, yakni melakukan pengujian otentitas (keaslian), dan kritik internal yang dilakukan untuk menguji keabsahan data yang diperoleh.

Ketiga, Analisis, sintesis dan interpretasi data, dimana data yang diperoleh di lapangan melalui studi kepustakaan maupun wawancara, dianalisa dan dirangkaikan serta dikelompokkan sesuai dengan objek yang diteliti. Memilah data dan informasi yang diperoleh, dilakukan analisis berdasarkan konsep dan teori yang ada, kemudian

dilanjutkan dengan sintesis yaitu merangkai atau menghubungkan data dari informasi yang melibatkan interpretasi.

Selanjutnya adalah Historiografi yaitu penulisan sejarah, menulis hasil penelitian ke dalam karya ilmiah, dalam bentuk skripsi.

Yang dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada penelitian tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nias Di Nagari Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kab. Pasaman Barat (Tahun 1998- 2014).

Hasil dan Pembahasan

Secara Geografis Nagari Sasak terletak diantara 006’ Lintang Utara, 003’ Lintang Selatan dan 99035’ Bujur Timur sampai dengan 99045’ Bujur Timur yaitu berada pada bagian Barat Provinsi Sumatera Barat.

Nagari Sasak merupakan salah satu Nagari terluas di Kecamatan Sasak Ranah Pasisia dengan luas wilayah 12.331 Ha atau 123,31 Km2, yang berada pada ketinggian 0- 50 m/dpl, dengan suhu udara rata-rata 310C, serta curah hujan rata-rata 266,71 Mm/Th.

Secara Administratif wilayah Nagari Sasak terdiri dari 7 jorong, yaitu: Jorong Padang Halaban, Jorong Pondok, Jorong Pasa Lamo, Jorong Rantau Panjang, Jorong Sialang, Jorong Pisang Hutan, dan Jorong Maligi.

Nagari Sasak dilalui oleh 2 (dua) buah sungai yaitu Batang Pasaman dan Batang Kapa yang bersatu di muara Sasak Batang Pasaman yang merupakan sungai yang terbesar didaerah Kabupaten Pasaman Barat.

Sementara orbitasi jarak tempuh Pusat Pemerintah Nagari Sasak kebeberapa Wilayah Pemerintah setingkat lebih dalam pengurusan Administrasi Pemerintahan dalam birokrasi struktural: a) Jarak tempuh Pusat Pemerintahan Ke Kecamatan 2 Km, b) Jarak dari ibu Kabupaten 21 Km, dan c) Jarak dari Ibu Kota Propinsi 204 Km.

Nagari Sasak merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat. Jumlah penduduk Nagari Sasak berdasarkan data yang diperoleh dari data profil Nagari Sasak pada tahun 2014, berjumlah 14.143 jiwa.

Pada umumnya masyarakat Nias yang berada di wilayah Nagari Sasak bukanlah masyarakat Nias yang datang dari daerah Kepulauan Nias untuk bekerja di Pasaman Barat, melainkan sebagian besar dari mereka adalah masyarakat Nias yang terlebih dahulu

(4)

telah mencoba bekerja di daerah Sibolga dan datang ke daerah ini khususnya Nagari Sasak untuk mencoba peruntungan dengan menjalani beberapa jenis pekerjaan, salah satunya adalah sebagai buruh tani kelapa sawit.

Kondisi kehidupan masyarakat Nias pada awal kedatangannya di Nagari Sasak berada pada kondisi ekonomi yang rendah, karena mereka tidak memiliki modal apapun yang dibawa untuk bekerja. Namun dengan bantuan masyarakat Nias lain yang telah lebih dahulu tinggal di daerah ini, mereka akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai buruh tani sawit guna memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Perubahan kondisi kehidupan sosial masyarakat Nias di Nagari Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat, yang pada umumnya menggeluti pekerjaan sebagai buruh tani pada lahan sawit masyarakat setempat dengan penghasilan berupa upah yang mereka terima dari pemilik lahan telah dapat memenuhi kebutuhan terhadap tempat tinggal (rumah) walaupun sebagian besar dari mereka masih menyewa atau diberi tumpangan oleh pemilik lahan. Selain itu buruh tani telah dapat menyekolahkan anak- anak mereka bagi pemenuhan kebutuhan pendidikan anak. Selanjutnya sebagian dari buruh tani juga telah memiliki berbagai barang yang dapat mempermudah mereka dalam bekerja atau keperluan sehari-hari, seperti kepemilikan sepeda motor yang dapat digunakan untuk menuju tempat bekerja atau untuk memenuhi keperluan lainnya.

Penghasilan yang diperoleh masyarakat Nias yang bekerja sebagai buruh tani kelapa sawit yang dijalani selama tahun 1998-2014 terus meningkat. Hal itu memberi gambaran bahwa, perolehan penghasilan masyarakat Nias yang menjalani aktifitas sebagai buruh tani kelapa sawit memungkinkan masyarakat untuk menjalani kehidupan sosial ekonominya dengan lebih baik.

Pada tahun 2005 jumlah masyarakat Nias di Nagari Sasak bertambah menjadi 23 orang, tahun 2006 dan 2007 juga bertambah menjadi 29 orang. Hal itu disebabkan masyarakat Nias yang telah lebih dulu berada di Nagari Sasak membawa ikut serta keluarganya untuk menetap di daerah ini.

Pada tahun 2008 jumlah masyarakat Nias di Nagari Sasak berkurang menjadi 27 orang, disebabkan ada 1 keluarga yang pindah ke daerah lain untuk mencoba peruntungan untuk mengadu nasib bekerja di daerah lain di luar Nagari Sasak.

Pada tahun-tahun berikutnya, jumlah masyarakat Nias bertambah jumlahnya karena sebagian dari mereka yang telah lama menetap di Nagari Sasak ini dan telah bekeluarga, mendapatkan keturunan yang berarti menambah jumlah keberadaan masyarakat Nias di Nagari Sasak ini dari tahun ke tahun, yang pada tahun 2014 jumlah masyarakat Nias yang berada di Nagari Sasak berjumlah 41 orang.

Sebagai bahagian dari wilayah Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat yang sebahagian besar penduduknya berasal dari daerah rantau, maka yang jadi penghuni pertama wilayah Nagari Sasak ini juga merupakan masyarakat yang berasal dari daerah rantau yaitu sebelum adanya pemukiman masyarakat di wilayah ini, dimana waktu itu kondisi Nagari Sasak masih merupakan wilayah hutan yang kemudian dijadikan oleh masyarakat pendatang sebagai lahan perkebunan2.

Pada masa berikutnya, sebahagian warga yang merupakan pemilik lahan perkebunan di Nagari Sasak menyewakan lahannya tersebut pada beberapa orang pendatang yang berasal dari daerah lain yang berbeda suku bangsa seperti Nias dan Jawa, yang kebetulan bekerja di beberapa tempat di Kabupaten Pasaman Barat. Kehadiran suku- suku lain di wilayah Nagari Sasak, maka kehidupan sosial budaya masyarakat di wilayah ini menjadi beragam disebabkan suku-suku pendatang tersebut membawa budaya dari daerah asalnya. 3.

Berdasarkan hal tersebut, karena merupakan bahagian dari wilayah Kabupaten Pasaman Barat maka keberadaan wilayah Nagari Sasak tidak terlepas dari sejarah Kabupaten Pasaman Barat yang merupakan salah satu basis perjuangan masyarakat Minangkabau khususnya, dan masyarakat Sumatera Barat umumnya.

2 Dt. Sinaro Mangkuto, Pemuka Masyarakat, Wawancara dan Observasi, Sasak, 7 September 2015.

3 Ibid.

(5)

Sebagian besar masyarakat Sumatera Barat hidup di daerah pedesaan, karenanya masyarakat di daerah pedesaan lebih menggantungkan hidup dengan memanfaatkan potensi alam untuk dijadikan sebagai lahan atau lapangan pekerjaan.

Pekerjaan merupakan sumber utama bagi masyarakat untuk mendapatkan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Pada wilayah yang memiliki suatu potensi tertentu, sebahagian besar masyarakatnya akan memfokuskan usahanya untuk memanfaatkan potensi tersebut sebagai sumber mata pencaharian, demikian pula halnya dengan masyarakat Nias di Nagari Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat.

Masyarakat Nagari Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisia, sebagaimana layaknya masyarakat di daerah lain yang terdapat di Kabupaten Pasaman Barat, lebih mengandalkan hidup dari bekerja dengan memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di wilayah tersebut. Oleh sebab itu sebahagian besar masyarakat di Kecamatan Sasak Ranah Pasisia lebih menggantungkan hidup pada hasil perkebunan, pertanian dan perikanan.4

Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang masyarakat Nias, dengan hasil wawancara sebagai berikut:

“Dengan memperoleh penghasilan dari pekerjaan yang saya jalani sekarang ini, saya telah dapat memenuhi kebutuhan keluarga bahkan dari penghasilan bekerja sebagai buruh tani ini saya sekarang telah memiliki sebuah sepeda motor. Sepeda motor ini saya beli dari hasil tabungan yang saya simpan sedikit demi sedikit setelah mendapatkan upah hasil bekerja dilahan sawit warga di daerah ini .”5

Selanjutnya hasil wawancara dengan salah seorang masyarakat Nias, yang menjelaskan bahwa:

“Dari penghasilan saya bekerja sebagai buruh tani ini, saya dapat menabung sedikit demi sedikit untuk membeli sebuah sepeda motor bekas, karena sepeda motor ini sangat saya perlukan untuk pergi ke lahan sawit tempat saya bekerja yang cukup jauh dari

4 Ibid, hal.32

5 Yosuarman Halawa, Masyarakat Nias, Wawancara dan Observasi, Sasak, 19 September 2015.

tempat tinggal saya sekarang ini. Selain itu saya juga telah dapat membelikan sepeda untuk 2 orang anak saya, agar memudahkan anak saya pergi ke sekolah yang lokasi sekolahnya cukup jauh dari rumah.”6

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa, masyarakat Nias yang ada di Nagari Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat, yang pada umumnya menjalani pekerjaan sebagai buruh tani pada lahan kelapa sawit masyarakat di Nagari tersebut, telah dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan memiliki berbagai keperluan rumah tangga.

Selain itu sebagian warga juga telah dapat membeli kebutuhan alat transportasi seperti sepeda dan sepeda motor untuk berbagai keperluan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat dipahami bahwa, perubahan kondisi kehidupan sosial masyarakat Nias di Nagari Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat, yang pada umumnya menggeluti pekerjaan sebagai buruh tani pada lahan sawit masyarakat setempat dengan penghasilan berupa upah yang mereka terima dari pemilik lahan telah dapat memenuhi kebutuhan terhadap tempat tinggal (rumah) walaupun sebagian besar dari mereka masih menyewa atau diberi tumpangan oleh pemilik lahan. Selain itu buruh tani telah dapat menyekolahkan anak-anak mereka bagi pemenuhan kebutuhan pendidikan anak. Selanjutnya sebagian dari buruh tani juga telah memiliki berbagai barang yang dapat mempermudah mereka dalam bekerja atau keperluan sehari-hari, seperti kepemilikan sepeda motor yang dapat digunakan untuk menuju tempat bekerja atau untuk memenuhi keperluan.

Kesimpulan

Kondisi kehidupan sosial masyarakat Nias di Nagari Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat, yang pada umumnya menggeluti pekerjaan sebagai buruh tani pada lahan sawit masyarakat setempat dengan penghasilan berupa upah yang mereka terima dari pemilik lahan telah dapat memenuhi

6 Pergunakan Hareva, Masyarakat Nias, Wawancara dan Observasi, Sasak, 17 September 2015.

(6)

kebutuhan terhadap tempat tinggal (rumah) walaupun sebagian besar dari mereka masih menyewa atau diberi tumpangan oleh pemilik lahan. Selain itu buruh tani telah dapat menyekolahkan anak-anak mereka bagi pemenuhan kebutuhan pendidikan anak. Selanjutnya sebagian dari buruh tani juga telah memiliki berbagai barang yang dapat mempermudah mereka dalam bekerja atau keperluan sehari-hari, seperti kepemilikan sepeda motor yang dapat digunakan untuk menuju tempat bekerja atau untuk memenuhi keperluan lainnya.

Kondisi kehidupan ekonomi masyarakat diketahui bahwa, penghasilan yang diperoleh masyarakat Nias yang bekerja sebagai buruh tani kelapa sawit yang dijalani selama tahun 1998-2014 terus meningkat.

Hal itu memberi gambaran bahwa, perolehan penghasilan masyarakat Nias yang menjalani aktifitas sebagai buruh tani kelapa sawit memungkinkan masyarakat untuk menjalani kehidupan sosial ekonominya dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA.

Koentjaraningrat. 1997. Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah.

Jakarta: UI Press.

Maryetti. 1999. Integrasi Nasional Suatu Pendekatan Budaya Daerah Sumatera Barat. Padang:Depdiknas Mohammad Hatta. 1985. Pengantar Ke Jalan Ekonomi Sosiologi. Jakarta:

Inti Dayu Press.

Sajogjo & Pudjiwati. 1983. Sosiologi Pedesaan Jilid 1. Semarang: Gadjah Mada.

Soekandar Wiriaatmadja. 1985. Pokok- Pokok Sosiologi Pedesaan. Jakarta:

Yasaguna.

Soerjanto Poespowardojo. 1983. Strategi Kebudayaan, Suatu Pendekatan Filosofis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soerjono Soekanto. 1984. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Jakarta:

Ghalia.

Tadjudin Noer Effendi. 2000.

Pembangunan, Krisis, dan Arah Reformasi. Surakarta:

Muhammadiyah University Press.

Zulkarimein Nasution. 1998. Komunikasi Pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data, mengolah, menganalisis dan membahas tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Konservasi Lahan Rawan Longsor Bukit Kancai Nagari Pulasan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa kemampuan membaca cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat berada pada

Ketiga, Persepsi masyarakat tentang curahan waktu kerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bagi masyarakat di kenagarian Pauh kecamatan Lubuk Sikaping kabupaten Pasaman adalah 8 jam

Kedua, kemampuan membacakan berita siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 3 Ranah Pesisir dengan nilai rata-rata adalah 80,58 berada pada kualifikasi baik B.Ketiga, terdapat hubungan yang

3 FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA ILLEGAL LOGGINGDI NAGARI PULASAN KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh: Dwi Novembria Kartika*Bakaruddin**Rika Despica** Mahasiswa

Ketiga, pekerjaan pokok masyarakat di objek wista dua Dusun Kampung Sumedang Nagari Nyiur Melambai Pelangai Kabupaten pesisir Selatan, Dusun Sumedang rata-rata sebagai nelayan sebanyak

Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana KB Bagi Masyarakat Nagari Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan Oleh: Irfan*Edi

Persepsi masyarakat objek wisata Rimbo Panti di Kenagarian Panti Kabupaten Pasaman dilihat dari aksesibilitas cukup baik, akomodasi cukup baik, sapta pesona dilihat dari keamanan,