PUBLIC PERCEPTIONS OF THE THE SOCIAL SECURITY AGENCY (BPJS) IN KENAGARIAN PAUH SUBDISTRICT DISTRICT LUBUK
SIKAPING PASAMAN
By :
Kiki Febrian *Slamet Rianto**Yuherman**
*.the geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat.
** the lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
The objective was to obtain and analyze the data or in-depth information about Public Perceptions of the Social Security Agency (BPJS) in Pauh village Lubuk Sikaping district Pasaman region terms of: 1) services, 2) the work ethic, and 3) working hours.
The research is a qualitative, of informants drawn by purposive sampling technique consisting of a public of participants who become informants PBJS and the key is the employee / Social Security Agency staff Lubuk Sikaping district, Health Office staff Pasaman and parties associated with the implementation of Administering Agency. The data analysis techniques with data reduction, data presentation and conclusion.
The results showed: 1) Public perception of the services provided by the Social Security Agency (BPJS) in Pauh village Lubuk Sikaping district Pasaman region to the community is still lacking, because the maintenance of the card and when people are willing to seek treatment, mash society must find its own drugs to pharmacies outside, (2) public perception of the work ethic the Social Security Agency (BPJS) for people in Pauh village Lubuk Sikaping district Pasaman region including either because the officer has the ability, knowledge of precision and accuracy in work and (3) public perception of working hours Administering Agency Social security for people in Pauh village Lubuk Sikaping district Pasaman region included both as working 8 hours in 5 working days, and the people are quite satisfied with working hours so that people feel BPJS officers have certainty when having to deal with office BPJS
Key Words: perception, service, work ethic, working hours
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta konstribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional. Dengan perkataan lain untuk dapat terwujudnya “Indonesia Sehat 2015”, para penanggungjawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya.
Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat terlaksananya pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti dimaksud diatas, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Kesehatan masyarakat upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat teratasi adalah kesatuan unit praktek kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pengembangan dan peningkatan kemampuan hidup sehat bagi pendidikan (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) menggunakan konsep dan keterampilan dan praktek kesehatan masyarakat (Syafrudin, 2009)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011.
Sesuai Undang- undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba. Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT. Askes Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan
lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT. Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta, dan bisa memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat kabupaten kota.
Konsep Jaminan atau Asuransi Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial yang pertama kali diselenggarakan di Jerman tahun 1883.
Argumen yang disampaikan diatas bagi masyarakat awam yang tidak memahami filosofis jaminan sosial dan tidak mengetahui penyelenggaraan jaminan sosial di negara lain jelas logis. Sama halnya logis buat seorang suku tradisional di pedalaman Papua yang tidak percaya jika orang Papua bisa bilang “Presiden SBY sedang terima kepala suku jam ini” karena ia tidak pernah menonton life on television”. Logis, untuk tingkat pengetahuannya. Sangat menyedihkan buat Indonesia, argumen diatas masih dinilai baik karena ignorance.
Padahal Organisasi internasional seperti ILO dan WHO mendorong terselenggaranya universal coverage (ILO, 2007). Artinya, jika saja orang-orang tersebut membaca sedikit anjuran atau dokumen organisasi internasional, mereka akan memahami bahwa semua orang punya kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Bukan berarti semua harus menggunakan satu sepatu yang sama.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di tingkat Nasional menjamin program dasar yang setara untuk seluruh rakyat, yang merupakan kebutuhan dasar minimum layak.
Dalam bidang kesehatan jaminan tersebut telah disepakati merupakan jaminan layanan kesehatan perorangan komprehensif.
Pemerintah daerah maupun swasta dapat membentuk BPJSD/S yang memberikan jaminan yang bersifat komplemen (yang tidak dijamin program nasional) maupun yang bersifat suplement (menambah manfaat atau kualitas manfaat) yang dijamin program nasional. Dengan cara ini, terjadi win-win dalam perebutan kepentingan tetapi rakyat mendapat jaminan yang paling optimal. Jika seseorang murni berjuang untuk kepentingan rakyat, bukan dirinya, tidak ada alasan untuk
menolak konsep jaminan sosial secara nasional yang setara dan adil untuk seluruh rakyat Indonesia dan Pemda ataupun swasta menyediakan program jaminan tambahan atau komplemen yang sifatnya menambah kesejahteraan rakyat di daerahnya, diatas standar nasional. Tetapi, jika ia memperebutkan penyelenggaraan yang dikiranya milik orang lain, maka ia akan mengatakan “Program Nasional” tidak realistis, banyak masalah, tidak baik, tidak adil, dan sebagainya.
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah Daerah dan/ atau Masyarakat. Fasilitas kesehatan merupakan salah satu instrument Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, seperti puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
Berdasarkan observasi awal di kenagarian Pauh kecamatan Lubuk Sikaping, terlihat masyarakat kurang puas tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, walaupun penyelenggaran Jaminan Sosial telah bekerja sesuai dengan petunjuk teknis yang ditentukan. Masyarakat beranggapan, pelayanan yang mereka dapatkan dari PBJS kurang memuaskan, terutama yang berkaitan dengan pelayanan di rumah sakit. Masyarakat juga menganggap, pegawai BPJS tidak sepenuh hati dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya beban kerja yang harus dihadapi oleh Badan Penyelenggara, banyaknya peserta BPJS serta luasnya daerah yang harus dilayani. Permasalahan yang dihadapi oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini sedikit banyaknya terlihat dari kinerja mereka dalam melayani masyarakat
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Tahap penelitian terdiri dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisa data. Penelitian dilakukan di Kenagarian Pauh Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman sebagai salah satu wilayah kerja Badan Penyelanggara Jaminan Sosial Kecamatan Lubuk Sikaping.
Informan penelitian berdasarkan pada karakteristik tertentu, yang menjadi informan adalah masyarakat peserta BPJS dan yang menjadi informan kuncinya adalah
pegawai/staf Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kecamatan Lubuk Sikaping, staf Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman serta pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan Badan Penyelenggara.
Jumlah informan dalam penelitian tidak dibatasi berapa jumlahnya sampai peneliti menemukan data baru atau jawaban baru
Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisa data menggunakan analisis model interaktif (Interactive Model of Analysis), yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data (data collecting) sebagai suatu siklus
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertama, Persepsi masyarakat tentang pelayanan yang diberikan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di kenagarian Pauh kecamatan Lubuk Sikaping kabupaten Pasaman terhadap masyarakat masih kurang. Terlihat ketika masyarakat melakukan pengurusan kartu dan ketika masyarakat mau berobat, seharusnya obat sudah ada di rumah sakit tersebut, sehingga masyarakat tidak lagi mencari ke apotik luar. Kunci utama dari sebuah pelayanan jasa adalah mampu memberikan apa yang dijanjikan kepada pelanggan, melayani secara benar, tanggap, cepat dan, cermat terhadap kebutuhan dan masalah yang ada pada pelanggan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bustami, (2011:5) menggabungkan beberapa dimensi menjadi satu yaitu kompetensi, kesopanan, keamanan, dan kredibilitas yang disatukan menjadi jaminan (assurance). Dimensi komunikasi, akses, dan kemampuan memahami pelanggan digolongkan sebagai empati (emphaty). Persepsi merupakan keseluruhan konfigurasi (gestalt) dari proses pengamatan yang terjadi dalam diri manusia melalui sensoringnya, kemudian perangsang bergabung dengan respon dan diproses oleh kecerdasan sehingga menimbulkan pemahaman atau pengertian terhadap masalah yang tengah dihadapi.
Kedua, Persepsi masyarakat tentang etos kerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bagi masyarakat di kenagarian Pauh kecamatan Lubuk Sikaping termasuk baik karena petugas tersebut memiliki kemampuan, pengetahuan kecermatan dan ketelitian dalam bekerja. Hal yang kurang
tepat dirasakan masyarakat adalah dalam hal kedisiplinan dalam menjalankan aturan yang telah ditetapkan. Dari segi memberikan layanan pada peserta BPJS, biasanya diberikan layanan satu persatu kepada peserta agar seluruh peserta dapat terlayani dengan baik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tasmara dalam Jufrianti (2007) etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan makna pada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal optimal. Selanjutnya konsep etos kerja menurut Sinungan (2008:144) adalah merupakan rasa bangga sebagian suatu bangsa sehingga menciptakan etos kerja yang produktif. Sementara Sutrisno (2009) menjelaskan etos kerja merupakan nilai-nilai yang terdapat dalam etos kerja memiliki pendorong untuk tetap dan sulit untuk mengalami perubahan. Nilai-nilai etos kerja yang dimiliki seseorang bersifat relatif stabil, mantap dan tahan lama.
Ketiga, Persepsi masyarakat tentang curahan waktu kerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bagi masyarakat di kenagarian Pauh kecamatan Lubuk Sikaping kabupaten Pasaman adalah 8 jam dalam 5 hari kerja, dan masyarakat cukup puas dengan jam kerja tenaga kariawan BPJS, sehingga masyarakat merasa mendapat kepastian ketika harus berurusan dengan kantor BPJS.
Curahan waktu kerja merupakan waktu yang digunakan oleh seseorang melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Lamanya waktu bekerja akan menentukan besar kecilnya upah atau gaji yang diperoleh seseorang. Apabila mempunyai banyak jam kerja maka akan memperoleh upah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang jumlah jam kerjanya sedikit
KESIMPULAN
1. Persepsi masyarakat tentang pelayanan yang diberikan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di kenagarian Pauh kecamatan Lubuk Sikaping kabupaten Pasaman terhadap masyarakat masih kurang, karena dalam melakukan pengurusan kartu dan ketika masyarakat mau berobat, seharusnya obat sudah ada di rumah sakit tersebut,
sehingga masyarakat tidak lagi mencari ke apotik luar.
2. Persepsi masyarakat tentang etos kerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bagi masyarakat di kenagarian Pauh kecamatan Lubuk Sikaping termasuk baik karena petugas tersebut memiliki kemampuan, pengetahuan kecermatan dan ketelitian dalam bekerja.
Hal yang kurang tepat dirasakan masyarakat adalah dalam hal kedisiplinan dalam menjalankan aturan yang telah ditetapkan. Dari segi memberikan layanan pada peserta BPJS, biasanya diberikan layanan satu persatu kepada peserta agar seluruh peserta dapat terlayani dengan baik.
3. Persepsi masyarakat tentang curahan waktu kerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bagi masyarakat di kenagarian Pauh kecamatan Lubuk Sikaping kabupaten Pasaman adalah 8 jam dalam 5 hari kerja, dan masyarakat cukup puas dengan jam kerja tenaga kariawan BPJS, sehingga masyarakat merasa mendapat kepastian ketika harus berurusan dengan kantor BPJS.
SARAN
1. Disarankan kepada masyarakat anggota BPJS agar keluhan yang dirasakan di laporakan kepada petugas kesehatan BPJS, sehingga solusinya dapat diatasi secepat mungkin.
2. Diharapkan kepada pemerintah untuk menambah pelayanan kesehatan sehingga masyarakat terlayani dengan benar.
3. Diharapkan kepada petugas BPJS untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga peserta BPJS puas dengan kinerja BPJS
4. Diharapkan kepada petugas BPJS untuk meningkatkan etos kerja dalam melakukakn pelayanan kepada peserta BPJS.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta
Bustami, 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabbilitasnya. Jakarta: Erlangga Moleong, L. J. 2001. Metologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosydakarya.
Nazir, Moh. 2010. Metode Penelitian.
Jakarta : Ghalia Indonesia.
Panji Anoraga. 2009. Psikologi Kerja.
Cetakan ke 5. Jakarta: Rineka Cipta Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka: FPIPS IKIP.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya
Siagian, Sondang. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Sinungan, Muchdarsyah. 2008.
Produktivitas Apa dan Bagaimana.
Jakarta: Bumi Aksara
Sutrisno, Edy. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Jakarta:
Kencana Prenada Media Group Sugiyono. 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D.
Bandung : Alfabeta
Susilo, Taufik Adi. 2010. Belajar Sukses dari Jepang. Jakarta: PT. Buku Kita Simanjuntak, Paiman. 2008. Pengantar
Ekonomi SDM. Jakarta : FE. UI Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor
yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta
Syafrudin. 2009. Buku ajar ilmu kesehatan masyarakat untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta: TIM
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islam. Jakarta: Dina Bakti
Thoha, Miftah. 2011. Perilaku Organisasi , Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta: Raja Grafindo
UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
http://www.aldonsamosir.co.cc/ Delapan Etos Kerja Profesional Menurut Jansen Sinamo. Diakses tanggal 7 April 2014