• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pendahuluan

Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki kawasan dan kondisi geografis serta alam yang sangat indah. Objek pariwisata unggulan adalah Ngarai Sianok, Lembah Anai, Danau Maninjau, Danau Singkarak, Danau Di Atas, Danau di Bawah1 yang merupakan objek wisata di kawasan dataran tinggi. Selain keindahan alam dan geografisnya, Sumatera Barat juga memiliki tempat-tempat bersejarah, pusat-pusat budaya bernilai tinggi dan unik, seperti kawasan Batu Malin Kundang dan benteng-benteng peninggalan pada masa penjajahan.

Pengembangan pariwisata Sumatera Barat sebagai salah satu andalan sektoral pembangunan di provinsi ini diperkirakan akan tetap memiliki peluang yang cukup besar di masa yang akan datang. Kota Painan sebagai salah satu kawasan yang memiliki potensi wisata yang bisa diandalkan dan mampu mendorong kegiatan perekonomian lainnya, seperti pertanian, industry, jasa dan perdagangan.2

Kota Painan terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera, yang kaya akan potensi wisata. Selain Kota Painan juga terdapat Kota wisata di sepanjang Pantai Barat seperti Kota Pariaman dan Kota Padang. Namun dari segi potensi wisata Kota Painan lebih berkembang dan diminati oleh wisatawan baik lokal maupun asing. Sebagai salah satu kota tujuan wisata yang cukup populer di Sumatera Barat, Painan memiliki keindahan alam dan objek wisata pantai yang dapat diandalkan.

Untuk memaksimalkan kegiatan pariwisata tersebut, maka pemerintah kota Painan berupaya untuk membangun dan mengembangkan wisata yang ada di kota ini. Aset wisata tersebut terdiri dari wisata bahari, wisata sejarah dan wisata alam.

Ketiganya merupakan jenis wisata yang menjadi andalan pariwisata di Painan dan juga paling diunggulkan dibandingkan wisata lainnya.

Pariwisata telah berperan nyata dalam memberikan kontribusi terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bangsa, kesempatan kerja, penambahan devisa, keadaan masyarakat

1Shofwan Karim Elha, “Pembangunan Kepariwisataan Sumatera Barat : Pengembangan Potensi Wisata Budaya”, Makalah Orasi Ilmiah Annual Lecture dan Seminar Mengenang Tokoh Diplomasi Bung Hatta, Hal.2.

2Tresno Edward, “Sejarah Pariwisata Kota Bukittinggi (1984-1999)”. SkripsiPadang : Fakultas Sastra Universitas Andalas. 2005. Hal.32.

makin baik dan kebudayaan bangsa makin memperkokoh apresiasi. Sekitar tahun (1960) pariwisata sudah menjadi pokok pembicaraan dalam kalangan masyarakat luas. 3

Hal ini berkaitan dengan adanya sambutan Presiden Suharto dalam pertemuan seminar dan rapat kerja kepariwisataan tanggal 27 November 1982 yang menyatakan bahwa kegiatan pariwisata sebagai salah satu sektor penting untuk meraih devisa yang lebih banyak. Perkembangan kepariwisataan di Indonesia dapat dibagi atas 2 periode yaitu masa penjajahan Belanda dan Jepang dan sesudah kemerdekaan (1945-1969) dan sejak adanya REPELITA 1 sampai sekarang.4 Pada dekade (1990) objek wisata yang ada di kota Painan masih dalam kondisi tidak terurus, bahkan banyak objek wisata yang ada di kota Painan masih hutan belantara, pada waktu itu belum ada data statistik yang mencatat jumlah kunjungan wisatawan baik asing maupun lokal.5

Pengembangan di bidang pariwisata sebenarnya mulai pada tahun (1991). Hal ini berkaitan dengan program Visit Indonesian Year tahun 1991. Pada program Visit Indonesia Year 1991 dikampanyekan program Sapta Pesona.

Program ini berisikan tentang keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan. Ini merupakan kampanye promosi pariwisata Indonesia ke seluruh dunia oleh Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi pada tahun (1991).6

Perkembangan Pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan khususnya Kota Painan dimulai pada Tahun 2002, seiring dengan dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Bupati Pesisir Selatan Nomor : 10 Tahun 2002 Tentang Penetapan Objek Wisata dalam Kabupaten Pesisir Selatan7. Setelah dikeluarkan Surat Keputusan Bupati Pesisir Selatan pada tahun 2002 itu seluruh objek wisata yang ada resmi dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Kota Painan jauh lebih berkembang

3Bakaruddin. 2009. Permasalahan dan Pengembangan Kepariwisataan. Padang : UNP Press. Hal 5.

4Ibid.

5Wawancara dengan Ismeldi (45 tahun) di Painan pada tanggal 23 Februari 2015

6“Program Visit Indonesia Year tahun 1991”, http :// www. Wikipedia. Com, akses 20 Maret 2015 jam 11.30.

7Surat Keputusan Bupati Pesisir Selatan Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Penetapan Objek Wisata dalam Kabupaten Pesisir Selatan.

(3)

di bidang pariwisata, dibuktikan dengan jumlah kunjungan wisatawan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, tidak hanya pengunjung lokal, bahkan wisatawan asing ikut berkunjung ke Kota Painan. Berdasarkan data statistik mencatat jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2002 total 22.566 orang terdiri dari 243 asing dan 22.323 wisatawan lokal.8

Penelitian ini mengkaji Perkembangan Kota Painan dilihat dari aspek Pariwisatanya, mencakup dimensi permasalahan pariwisata, seperti soal dampak dan respon masyarakat terhadap pengembangan wisata di Kota Painan.

Perkembangan pariwisata Kota Painan juga dilihat dari berbagai aspek lainnya, seperti aspek pendidikan, aspek sosial, aspek ekonomi dan politik.

Kota Painan diambil sebagai tempat penelitian karena Painan sebagai Ibu Kota Kabupaten Pesisir Selatan dan memiliki jumlah objek wisata yang banyak seperti Pantai Carocok, Bukit Langkisau, Air Terjun Timbulun dan Pulau Cingkuak.

Berdasarkan data statistik jumlah kunjungan wisatawan tahun 2014, pariwisata kota Painan menunjukkan kenaikan yang signifikan mencapai angka 1.529.337.9 Tingkat kunjungan wisatawan ke daerah lain di Kabupaten Pesisir Selatan seperti kawasan Mandeh Rubiah dan Jembatan Akar hanya 5000-7000 orang wisatawan. Kota Painan memiliki jumlah hotel dan penginapan yang banyak dibandingkan daerah lain yaitu 5 hotel dan 4 penginapan sementara daerah lain 1-2 penginapan.10

Pariwisata di Kota Painan sejak tahun (2002- 2014) menunjukkan perkembangan yang cukup pesat dan menambah Pemasukan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan sumber harian umum Singgalang dari sisi pendapatan asli daerah, Kabupaten ini menikmati peningkatan yang cukup fantastis, khusus dari sektor pariwisata Pantai Carocok memberikan pemasukan yang banyak mendekati angka 1,7 M. Atas peningkatan yang luar biasa baik dari sisi pengunjung maupun (PAD) tersebut pada penghujung tahun 2014 Pemerintah Kabupaten menerima penghargaan internasional

8Pesisir Selatan dalam Angka Tahun 2014, (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan.

9Data Statistik Dinas Pemuda dan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2014

10Ibid.

The real wonder destination 2014” dari UNESCO.11

Hal inilah yang menjadi kajian utama dalam tulisan ini. Tema ini menarik bagi peneliti karena tema ini belum ditulis orang. Selain itu Kota Painan dapat berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia, bahkan mancanegara salah satunya karena potensi pariwisatanya, dan terakhir menariknya tema ini untuk diteliti karena Kota Painan terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera, yang merupakan salah satu kota tujuan wisata yang diminati oleh wisatawan. Oleh karena itu tulisan ini diberi judul “Perkembangan Pariwisata Kota Painan (2002-2014)”.

Agar permasalahan penelitian ini tidak menyimpang maka dilakukan pembatasan masalah, baik temporal maupun spasial. Batasan Temporal dari tulisan ini dimulai tahun 2002, sejak dikeluarkan Surat Keputusan Bupati Pesisir Selatan Nomor 10 Tahun 2002 dan ditetapkannya objek wisata yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan.

Batasan akhir tulisan ini adalah tahun 2014, karena pada tahun ini dunia pariwisata yang ada di Kota Painan menunjukkan perkembangan yang berarti, ditandai oleh jumlah kunjungan wisatawan yang mencapai angka 1.530.245 orang dan pendapatan untuk daerah (PAD) sebanyak 1,7 M. Disamping itu tahun 2014 menjadi tahun akhir dari pemerintahan Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit.

Sementara batasan spasialnya adalah kota Painan terutama kawasan objek-objek wisata.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan data yang penulis anggap relevan dengan kajian seperti arsip yang diperoleh dari Dinas Pemuda dan Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Selatan, Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesisir Selatan.

Untuk mempertajam penganalisaan kajian ini dilakukan tinjauan ke Pustaka Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Andalas (UNAND), Pustaka STKIP PGRI Sumatera Barat, Ruang baca Prodi Sejarah STKIP PGRI dan Pustaka Daerah (PUSDA). Dalam tinjauan ke pustaka daerah digunakan sebagai literatur seperti buku-buku, skripsi dan majalah. Selain itu dilakukan

11Harian Umum Independen Singgalang.

Selasa 13 Januari 2015 Hal. B-15

(4)

wawancara dengan beberapa orang yang terkait dengan penelitian ini, wawancara dilakukan dengan perwakilan Dinas Pemuda dan Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Selatan (Isfildi) dengan menyiapkan pertanyaan yang sesuai dengan masalah penelitian.

Tahap kedua kritik sumber yaitu tahap pengelolaan, menyeleksi data sehingga dapat diketahui apakah data ini dapat digunakan atau tidak.Untuk penelitian kritik sumber melalui dua tahap, pertama eksternal adalah pengujian orientasi (keaslian) materi atau bahan. Kedua yaitu pengujian reabilitas isi informasi sejarah yang terkandung di dalamnya.

Tahap ketiga yaitu interpretasi data, menginterpretasi informasi yang telah diseleksi sumber-sumber sejarah yang telah disaring. Tahap keempat yaitu Historiografi merupakan penulisan sejarah berdasarkan data yang diperoleh menjadi skripsi yang dapat disajikan.12

Pembahasan

Perkembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan khususnya Kota Painan pada tahun 1990 yaitu sebelum dikelola secara resmi oleh pemerintah daerah, kondisi sarana dan prasarana kepariwisataan dalam situasi tidak terurus dan terkesan masih alami. Dunia pariwisata Painan belum dikenal masyarakat luas itu dibuktikan dengan tidak adanya data statistik yang mencatat tingkat kunjungan wisatawan ke tempat-tempat objek wisata di Painan.

Pengembangan dunia pariwisata nasional baru menggeliat seiring dikeluarkannya program Sapta Pesona atau yang lebih dikenal dengan Visit Indonesian Year pada tahun 1991. Program ini berisikan tentang keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan.

Ini merupakan kampanye promosi pariwisata Indonesia ke seluruh dunia oleh Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi.13

Periode baru bagi pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan adalah dekade tahun 2000-an. Hal ini seiring dengan dikeluarkannya surat keputusan Bupati Pesisir Selatan nomor 10 tahun 2002 tentang penetapan objek wisata daerah Kabupaten Pesisir Selatan dengan Painan sebagai induk

12Kuntowijoyo. 1994. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana. Hal 94-102

13“Program Visit Indonesian Year Tahun 1991’’, http :// www. Wikipedia.Com. akses 29 Mei 2015 Jam 11.30.

pengembangan wisata. Bupati Pesisir Selatan pada periode ini Darizal Basir mengatakan bahwa daerah ini memiliki keindahan panorama alam yang indah, segala potensi yang dimiliki harus dikelola dengan baik supaya tercipta lingkungan yang asri sekaligus menambah pemasukan daerah.14

Setelah resmi dikelola dan diambil alih oleh pemerintah daerah, terlihat perubahan dalam dunia pariwisata Painan. Kota Painan sebagai Ibu kota Pesisir Selatan makin dikenal sebagai salah satu kota tujuan wisata di Sumatera Barat. Kawasan objek wisata Painan seperti Pantai Carocok, Bukit Langkisau, Air Terjun Timbulun dan Pulau Cingkuak mulai ramai dikunjungi wisatawan. Hal ini terlihat pada tabel kunjungan wisatawan ke Painan berikut :

Tabel 1

Arus Wisatawan yang berkunjung ke Painan Tahun (2002-2014)

N o

Tahun Wisata wan Asing

Wisatawan Lokal

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

88 120 205 190 45 155 209 102 230 245 290 556 890

6.681 9.523 10.393

7.496 9.028 14.562 24.547 3.993 33.148 34.722 54.918 175.734 1.528.447

6.769 9.643 10.598

7.686 9.073 14.717 24.756 4.095 33.378 34.967 55.208 176.290 1.529.337

Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan Tahun (2002-2014)

Perkembangan pariwisata kota Painan tidak hanya dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan, tetapi dapat juga dilihat dari segi pendapatan daerah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Isfildi (Kasi Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kerja sama dan Investasi) mengatakan bahwa dari sisi pemasukan sebelum dikelola oleh pemerintah, objek wisata ini hanya dikelola secara swadaya oleh masyarakat.15 Hasil dari pengelolaan

14Surat Keputusan Bupati Pesisir Selatan Nomor 10 Tahun 2002

15Wawancara dengan Isfildi (45 tahun) di Painan pada tanggal 26 Mei 2015.

(5)

warga terhadap objek wisata belum maksimal hanya mencapai Rp 40 juta per tahun, hal ini jauh berbeda setelah dikelola oleh pemerintah daerah yang pada tahun 2013 menjadi Rp 108.400.000.16

Pengembangan wisata Painan semakin meningkat pada tahun 2014 yang angka Pemasukan Asli Daerah (PAD) mencapai 1,5 M. Bahkan atas peningkatan yang luar biasa baik dari sisi pengunjung maupun PAD tersebut di Penghujung tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan menerima penghargaan Internasional “The Real Wonder Destination 2014” dari UNESCO.

Kesimpulan

Kota Painan memiliki potensi, salah satu potensi yang menonjol adalah pariwisata. Potensi wisata yang dimiliki antara lain wisata alam, wisata bahari dan wisata sejarah. Pengelolaan objek wisata dimulai pada tahun 2002, hal ini terkait dengan surat keputusan Bupati nomor 10 tahun 2002 tentang penetapan objek wisata dalam Kabupaten Pesisir Selatan. Sebelum dikelola oleh pemerintah daerah pada tahun 1990-an objek wisata hanya dikelola oleh masyarakat yang tinggal disekitar tempat wisata. Pada dekade ini kondisi pariwisata Painan masih dalam keadaan tidak terurus.

Pemerintah daerah mengambil alih pengelolaan objek wisata setelah dilakukan proses uji petik, yang mana hasil pengelolaan jauh meningkat dibandingkan dikelola oleh masyarakat.

Pemerintah daerah sangat serius dalam mengembangkan potensi wisata yang dimiliki, segala bentuk kebijakan dan pengelolaan dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan.

Perkembangan pariwisata Kota Painan tidak terlepas dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan terhadap pengembangan objek wisata adalah melaksanakan promosi pariwisata untuk menarik investor dan kunjungan wisatawan, mengembangkan sarana dan prasarana terkait dengan wisata, melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata serta menyusun rencana pengembangan objek wisata.

16Sumber Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2014.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Penulis memberikan beberapa saran yaitu kepada pemerintah atau Bupati Pesisir Selatan periode selanjutnya dapat terus meningkatkan dan menggali potensi-potensi yang dimiliki daerah terutama disektor pariwisata.

Selain itu penyuluhan kepada masyarakat khususnya warga Kota Painan akan pentingnya menjaga dan melestarikan objek wisata ini secara bersama-sama terus ditingkatkan supaya peninggalan nenek moyang ini dapat diwariskan kepada generasi penerus

.

Daftar Pustaka Arsip :

Dokumen Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan.

Surat Keputusan Bupati Pesisir Selatan Nomor 10 Tahun 2002 tentang Penetapan Objek Wisata dalam Kabupaten Pesisir Selatan.

Buku :

Bakaruddin. 2009. Perkembangan dan Permasalahan Kepariwisataan. Padang : UNP Press.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah.

Yogyakarta : Tiara Wacana.

Kuntowijoyo. 1994. Pengantar Ilmu Sejarah.

Yogyakarta : Yayasan Benteng Budaya.

Skripsi :

Tresno Edward 2003.“Sejarah Pariwisata Kota Bukittinggi 1984-1999”. Skripsi, FIB : UNAND Padang, 2003.

Sofwan Karim. “Pembangunan Kepariwisataan Sumatera Barat : Pengembangan Potensi Wisata Budaya”. Padang, Universitas Andalas. 2004.

Internet dan Artikel :

“Program Visit Indonesia Year”. 1991, http//www.

Wikipedia. Com.

Wendi, Pantai Carocok Makin Ramai Uangnya Lebih Gurih, Harian Umum Singgalang, tanggal 13 Januari 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu, dalam momen-momen tersebut, orang Suku Asli tetap berusaha menyisipkan tradisi lokal ke dalam aktivitas keseharian mereka.11 Faktor Pendorong Terjadinya Perubahan Sosial

Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriftif maka digunakan analisa deskriftif, dengan rumus formula persentase % yang dikemukakan oleh Arikunto : 2006 yaitu :