Pemanfaatan Media Google Site untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas VII SMA. Memanfaatkan lingkungan sekitar untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada muatan IPS. Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) efektif meningkatkan motivasi, partisipasi dan hasil belajar IPS siswa sekolah dasar.
Evaluasi Penggunaan Media Pembelajaran E-Learning pada Mata Pelajaran IPS Era Pandemi Kelas IX di SMP Islam Al Azhar 38 Wonosari
Kabupaten Gunungkidul
- PENDAHULUAN
- METODE PENELITIAN
- HASIL DAN PEMBAHASAN
- Pengunaan Media Pembelajaran E-Learning pada Mata Pelajaran IPS Era Pandemi
- Evaluasi Pengunaan Media Pembelajaran E-Learning pada Mata Pelajaran IPS Era Pendemi
- Faktor Kendala Penerapkan Evaluasi Pengunaan Media Pembelajaran E-Learning pada mata Pelajaran IPS Era Pendemi
- SIMPULAN
- HASIL DAN PEMBAHASAN a. Aktivitas Siswa
Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), pembelajaran daring dilaksanakan dengan bantuan orang tua sebagai pembimbing siswa dalam proses pembelajaran di rumah. Pembelajaran daring oleh siswa menggunakan sistem pembelajaran yang menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran. Sedangkan pada masa pandemi COVID-19, siswa memerlukan pengaruh utama dari faktor psikologis yaitu motivasi belajar [19].
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan perbaikan pengajaran dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi muatan IPS siswa kelas V SD Negeri Kragilan. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus dibandingkan pada tahap prasiklus.
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Picture And Picture pada Materi
Muatan IPS di Sekolah Dasar
PEMBAHASAN
Model pembelajaran gambar-gambar merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar dengan cara menyusun gambar-gambar yang tidak beraturan sepanjang tidak disusun secara sistematis [14]. Model picture and picture merupakan suatu metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan komunikatif atau memihak kelompok dengan menggunakan gambar berpasangan atau berurutan secara logis [3]. Pembelajaran dengan gambar dan gambar menuntut siswa untuk bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dilakukan dalam kelompoknya.
Gambar dan gambar dapat dikatakan sebagai model pembelajaran atau teknik pembelajaran karena maksudnya pelaksanaannya memuat tindakan yang sama. Untuk menerapkan teknik atau model pembelajaran picture and picture, pendidik harus mempertimbangkan pengaruhnya terhadap suasana kelas. Penyajian model pembelajaran picture and picture hendaknya menyesuaikan tingkat perkembangan psikologis siswa dalam hal ini sesuai dengan tingkat kelas masing-masing, hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Keunggulan model pembelajaran picture and picture adalah: (1) guru lebih mengenal karakteristik siswa, (2) siswa dapat berpikir logis dan juga sistematis, (3) merangsang siswa berpikir kritis dan imajinatif, (4) motivasi belajar siswa meningkat, (5) siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Walaupun kekurangan dari model pembelajaran picture and picture antara lain: (1) memakan banyak waktu (2) ada siswa yang kurang memahami dan memilih diam (3) kelas tidak dapat kondusif karena berisik (4)) mahal untuk menggunakan alat peraga [2]. Salah satu upaya agar siswa belajar berpikir kronologis dalam pembelajaran materi IPS adalah dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture.
Melihat berbagai kelebihan yang telah diuraikan di atas, maka model pembelajaran picture and picture sangat cocok untuk penyampaian bahan ajar IPS.
KESIMPULAN
Pengaruh penggunaan model pembelajaran image and picture yang didukung media audio visual terhadap hasil belajar di sekolah dasar. Penggunaan media visual dan alam sekitar untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Pudak, Tepus, Gunungkidul.
Penggunaan Media Gambar dan Alam Sekitar Pada Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Pudak, Tepus, Gunungkidul
HASIL DAN PEMBAHASAN A. PRA SIKLUS
Kegiatan pengumpulan data pada prasiklus dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan gambar dan lingkungan alam pada muatan IPS. Di bawah ini tabel hasil observasi prasiklus terhadap konten IPS yang diperoleh siswa kelas IV SDN Pudak, yaitu sebagai berikut. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 3 siswa atau 37,5%, dan siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 5 siswa atau 62,5%, hal ini menunjukkan masih banyak siswa yang tidak memperoleh nilai. 75 pada muatan IPS di kelas IV SDN Pudak, Tepus, Gunungkidul sehingga diperlukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
SIKLUS I
SIKLUS II
Data menunjukkan adanya peningkatan setelah guru melakukan tindakan dalam pembelajaran yaitu penggunaan media gambar dan lingkungan alam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dan lingkungan alam dapat meningkatkan hasil belajar materi berpenampilan alami. dalam lingkungan sekitar konten IPS untuk siswa kelas IV SDN Pudak, Tepus, Gunungkidul. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan media gambar dan lingkungan alam pada materi bertatap muka alam lingkungan sekitar pada muatan IPS untuk siswa kelas IV SDN Pudak, Tepus, Gunungkidul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan media gambar dan lingkungan alam pada materi tampak alam di lingkungan sekitar muatan IPS siswa kelas IV SDN Pudak, Tepus, Gunungkidu pada tahun ajaran .
Dengan demikian, penggunaan media gambar dan lingkungan alam pada materi pemandangan alam di lingkungan sekitar pada konten IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pudak, Tepus, Gunungkidul. Penerapan media gambar dan alam sekitar sangat penting untuk diterapkan pada konten pengajaran IPS khususnya materi kenampakan alam di lingkungan sekitar, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar. harapan. Alasan mengapa media gambar dan lingkungan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah diantara media pembelajaran lainnya, media gambar merupakan media yang paling banyak digunakan.
Media gambar merupakan tiruan suatu benda dan pemandangan dari segi bentuk, tampilan, dan ukuran lingkungannya. Menurut Sadiman Media, gambar merupakan bahasa umum yang dapat dipahami dan dinikmati di mana saja. Fungsi grafik sebagai media gambar adalah untuk menunjukkan perbandingan, perbandingan, besaran relatif, proses, perkembangan, klasifikasi dan juga organisasi.
Penggunaan media gambar dan lingkungan alam pada materi tampak alam sekitar lingkungan sekitar pada konten IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pudak, Tepus, Gunungkidul. Terbukti pada prasiklus siswa yang memperoleh nilai KKM sebesar 37,5%, meningkat pada siklus I. Saya mendapat 75% dan pada siklus II saya mendapat 100.
Efektivitas Media Pembelajaran Kartu Bergambar pada Pemahaman IPS Kelas 8 SMP Baitul Quran Ponjong
KESIMPULAN
Terdapat peningkatan yang signifikan dari rata-rata pretest ke posttest setelah diberikan perlakuan media pembelajaran kartu bergambar, perbandingannya sebesar 25,7 atau meningkat 47,8%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran kartu bergambar untuk memahami materi IPS kelas 8 SMP Baitul Quran Ponjong dinilai efektif.
Sukadari 2
Menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik bahwa pendidikan selama beberapa dekade terakhir hanya bertumpu pada aspek intelektual saja. Karena transfer ilmu pengetahuan dan penanaman nilai-nilai luhur bangsa terjadi di sekolah, maka siswa harus dikembangkan dengan baik di sekolah. Dimana cinta tanah air menjadi salah satu nilai karakter yang harus dikembangkan dalam diri siswa.
Penanaman nilai-nilai karakter pada diri siswa melalui pertunjukan wayang kulit dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pemahaman budaya lokal yang luhur, dapat membedakan sikap baik dan buruk, serta terjadi perubahan perilaku siswa sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Sebagai kreativitas seorang guru dalam mengajarkan nilai-nilai karakter dalam wayang agar siswa tidak bosan pada saat pembelajaran, maka guru sebagai pengajar dapat langsung mendemonstrasikan dan mempertunjukkan tokoh-tokoh wayang yang sedang diceritakan. Wayang kulit digunakan sebagai alat bantu pengajaran dalam pembelajaran dengan tujuan agar siswa lebih tertarik dan mempunyai minat yang besar untuk mempelajari nilai-nilai karakter yang terkandung dalam setiap tokoh wayang.
Siswa dapat melihat, memegang, merasakan dan memperagakan tokoh pewayangan secara langsung. Pemanfaatannya sebagai sarana pendidikan karakter merupakan komponen pendukung pembentukan karakter peserta didik sekaligus menjaga eksistensinya sebagai budaya bangsa. Penanaman nilai-nilai karakter yang dilakukan melalui tradisi wayang kulit dalam pertunjukan Wahyu Panca Tunggal memberikan dampak positif, hal ini juga ditunjukkan dengan tumbuhnya karakter siswa.
Siswa yang awalnya kurang menghargai guru, kini siswa menjadi hormat dan paham serta cinta terhadap budaya lokal yang ada khususnya pada wayang kulit.
Pembelajaran sejawat (peer learning) merupakan suatu strategi pengajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Selama pembelajaran, setiap siswa hendaknya bekerja sama dan saling membantu dalam memahami mata pelajaran. Siswa dibagi menjadi lima kelompok, tiga kelompok beranggotakan 4 orang dan dua kelompok beranggotakan 5 orang.
Guru menunjuk salah satu siswa yang paling pandai dalam setiap kelompok untuk menjadi guru sejawat dalam kelompoknya. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor bertugas mendampingi dan membimbing siswa lain dalam kelompoknya agar dapat memahami materi. Siswa dibagi menjadi lima kelompok, tiga kelompok beranggotakan 4 orang dan dua kelompok beranggotakan 5 orang.
Dalam setiap kelompok terdapat satu siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai tutor sebaya. Tutor sebaya selalu memotivasi siswa dengan senang dan antusias yang belum memahami materi yang diberikan guru. Kelemahan guru terletak pada upaya memberikan bantuan dan dorongan kepada setiap siswa agar aktif.
Selanjutnya proses siswa yang dapat mencapai poin KKM ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik dengan Metode Demontrasi pada Kelas 1 SD N Tepus 1
Pada kondisi awal/pra tindakan, nilai rata-rata kelas siswa pada isi pembelajaran tematik kelas 1 SDN Tepus 1 Kabupaten Gunungkidul tahun pelajaran 2021/2022 adalah 60,65; skor maksimal 70; dan nilai terendah adalah 55; terdapat 15 siswa yang tidak tuntas studinya (68,18%); dan sebaliknya terdapat 7 siswa (31,81%) yang mampu mencapai ketuntasan belajar. Kondisi tersebut mendorong peneliti untuk meningkatkan pembelajaran tematik melalui metode demonstrasi sebagai upaya meningkatkan prestasi akademik siswa kelas 1 SDN Tepus 1 Kabupaten Gunungkidul pada tahun ajaran. Keberhasilan akademik pelaksanaan peningkatan pendidikan siklus I mencapai nilai rata-rata kelas 68,40; skor terendah 55; skor tertinggi 85.
Dalam II. siklus nilai rata-rata kelas sebesar 74,31; skor terendah 55; skor tertinggi 85; dan sebanyak 19 siswa (86,36%) berhasil mencapai kesempurnaan akademik dengan nilai di atas KKM 75. Pada II. skor terendah 75; skor tertinggi 90; dan sebanyak 22 siswa (100%) mampu mencapai kesempurnaan belajar dengan nilai di atas KKM 75. Kondisi awal/premeasure, nilai rata-rata kelas siswa pada mata pelajaran tematik siswa kelas 1 SDN Tepus 1 Kabupaten Gunungkidul tahun 2022 adalah 60,65 ; skor maksimal 70; dan skor terendah adalah 55;.
Selanjutnya pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran tematik pada Siklus I pertemuan I nilai rata-rata kelas sebesar 65,90; skor tertinggi 80; skor terendah 50; dan sebanyak 6 orang siswa (27,27%) mencapai ketuntasan belajar dengan nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 75. Kondisi ini mengalami peningkatan pada pelaksanaan perakitan II siklus I dengan nilai rata-rata kelas sebesar 68,40; skor terendah 55; skor tertinggi 85;. Masih terdapat beberapa siswa yang belum dapat mencapai nilai KKM sebesar 75, sehingga perbaikan pembelajaran tematik sebaiknya dilanjutkan pada Siklus II.
Pelaksanaan Siklus II Pertemuan II mencapai nilai rata-rata kelas sebesar 74,31; skor terendah 55; skor tertinggi 85; dan sebanyak 19 siswa (86,36%) mampu mencapai ketuntasan belajar dengan nilai di atas KKM 75.