• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

1

Penyesuaian Sosial Remaja Dengan Teman Sebaya Di Kelurahan Kuranji Belimbing Kota Padang

Oleh:

Rahmi Risja*

Dra. Suheni, M.Pd.**

Citra Imelda Usman, M.Pd. Kons**

Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena yang peneliti temukan di lapangan dimana adanya remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan teman sebaya. Tujuan penelitian ini untuk mendekripsikan (1) Penyesuaian sosial remaja dengan teman dekat, (2) Penyesuaian sosial remaja dengan kelompok besar, (3) Penyesuaian sosial remaja dengan kelompok terorganisasi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, factual dan akurat mengetahui realita dilapangan tentang adanya remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan teman sebaya. Adapun yang menjadi informan kunci dan informan tambahan dalam penelitian ini adalah: remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan teman sebaya, orang tua, tetangga, dan teman sebaya. Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Teknik analisis data adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) Penyesuaian sosial remaja dengan teman dekat belum berjalan dengan baik, karena masih ada remaja yang belum mampu dalam menyesuaikan diri dengan stabil karena dipengaruhi oleh faktor umur yang masih labil, 2) Penyesuaian sosial remaja dengan kelompok besar masih belum mendapat sambutan yang baik dari teman sebaya, karena remaja tidak memiliki usaha untuk pendekatan sehingga respon yang diterima remaja dari teman sebaya tidak baik, 3) Penyesuaian sosial remaja dengan kelompok terorganisasi remaja masih belum mampu menghargai pendapat orang lain dan dari teman sebaya juga belum bisa membuka diri secara luas. Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan kepada orang tua dan teman sebaya untuk lebih memperhatikan remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan teman

sebaya.

ABSTRACT

The background of this researcher is by the phenomenon that researcher found in the field where the teenagers who can not self-adjust with the peers. The aim of this research to describe: (1) the adjustment of social teenagers with the close friends, (2 the adjustment of social teenagers with a large group, (3) the adjustment of social teenagers with an organized group. The research was done by using a descriptive qualitative approach. It means that the aims of this research to describe systematically, factually and accurately know the reality in the field of the teenagers who can not self-adjust with the peers. As for the key informants and the additioanl informant in this research are the teenagers who can not self-adjust with the peers, parents, neighbors and the peers. The instrument that the researcher used of the research is interview. Then, the technique analysis of the data is data reduction, data presentation and conclusion. The result of the research revealed that: (1) the adjustment of social teenagers with the close friends have not gone well, because there are the teenagers who have not been able to adjust with the stable, it is because influenced by factors of age who are still unstable, (2) the adjustment of social teenagers with a large group still can not get a good reception from the peers, it is because the teenagers do not have an effort to approach so that the response is received by teenagers from the peers is not good, (3)) the adjustment of social teenagers with an organized group teenagers are still not able to appreciate the opinions of the others and from the peers is also can not open up widely. Based on the results of this research is recommended to the parents and the peers to more pay attention the teenagers who can not self-adjust with the peers.

Keywords: Adolescent social adjustment, friends of the same age.

PENDAHULUAN

(4)

2

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Hal inilah yang mendasari manusia selalu membutuhkan orang lain dalam melakukan aktifitas kehidupannya sehari-hari (Agustiani, 2009:146). Aktualisasi manusia sebagai makhluk sosial, tercermin dalam kehidupan manusia yang selalu menyatukan dirinya dan hidup berkelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Berkelompok dalam kehidupan manusia adalah suatu kebutuhan, bahkan bertujuan. Tujuan manusia berkelompok adalah untuk meningkatkan kebahagian dan kesejahteraan hidupnya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (berinteraksi) dengan orang lain.

Baik buruknya perilaku manusia ditentukan dari bagaimana manusia saat melakukan proses keterlibatan manusia tersebut dengan lingkungannya, proses ini dinamakan adaptasi.

Adaptasi dengan kedua lingkungan tersebut yaitu manusia lain dan alam sekitarnya, melahirkan struktur sosial baru disebut dengan kelompok sosial(Sunarto, 2011:118).

Individu di lingkungan manapun berada, ia akan berhadapan dengan harapan dan tuntutan tertentu dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Di samping itu individu juga memiliki kebutuhan, harapan, dan tuntutan di dalam dirinya, yang harus diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan. Bila individu mampu menyelaraskan kedua hal tersebut, maka dikatakan bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri. Individu harus berusaha menyesuaikan diri dengan baik, karena jika penyesuaian diri kurang baik maka hubungan dengan sekitar berdampak buruk, seperti dikucilkannya seseorang dari kehidupan bermasyarakat, dengan tidak mengikut sertakan seseorang dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di lingkungan tempat tinggal seseorang. Jadi, penyesuaian diri dapat dikatakan sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya agar dapat diterima oleh masyarakat (Agustiani, 2009:146). Sehubungan dengan hal tersebut Schneiders (Agustiani, 2009:146) Penyesuaian diri merupakan :

suatu proses yang mencakup respon- respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami dirinya. Usaha individu tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antar tuntutan dalam diri

dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan.

Penyesuaian diri bukan merupakan sesuatu yang bersifat absolut atau mutlak. Tidak ada individu yang dapat melakukan penyesuaian dengan sempurna. Penyesuaian diri bersifat relatif, artinya harus dinilai dan dievaluasi sesuai dengan kapasitas individu untuk memenuhi tuntutan terhadap dirinya. Kapasitas ini berbeda-beda tergantung pada kepribadian dan tahap perkembangan individu. Penyesuaian yang dianggap baik pada suatu tahapan usia mungkin saja dianggap kurang baik pada tahapan usia lainnya (Agustiani, 2009:146).

Menurut Schneiders (Agustiani, 2009:146) membagi penyesuaian diri ke dalam beberapa kategori. Salah satu pembagian itu adalah pembagian berdasarkan konteks situasional dari respon yang dimunculkan individu, yang terdiri dari penyesuaian personal, penyesuaian sosial, penyesuaian perkawinan, dan penyesuaian vokasional. Penyesuaian sosial merupakan penyesuaian yang dilakukan individu terhadap lingkungan di luar dirinya, seperti lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut Schneiders (Agustiani, 2009:146) mengatakan

“Penyesuaian sosial adalah suatu kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial, sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan cara-cara yang dapat diterima dan memuaskan”.

Selain itu Rumini (2004:67) mengatakan

“Untuk melancarkan hidup bersama harus sanggup menyesuaikan diri terhadap sekelilingnya, remaja awal sebagaimana warga masyarakat pada umumnya harus mengadakan penyesuaian diri. Dalam penyesuaian diri dipengaruhi oleh sifat atau pribadi yang dimiliki”. Selain itu Yusuf (2005:184) mengatakan “Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

Setiap individu akan mengalami masa peralihan.

Salah satunya adalah masa kanak-kanak menuju remaja”. Kemudian Rumini (2004:67) mengatakan:

Penyesuaian diri terjadi pada masa remaja awal, proses penyesuaian diri dipengaruhi oleh sifat pribadi yang dimiliki oleh setiap individu. Kepribadian setiap individu secara keturunan telah memiliki potensi yang khas sepanjang kehidupan dan mengalami perkembangan. Pada masa

(5)

3

remaja awal, remaja memiliki citra diri yang lebih tinggi atau rendah. Remaja telah memahami baik-buruk, benar-salah yang dipelajari dari agama dan lingkungan sosial.

Sehubungan dengan hal tersebut Willis (2010:56-64) menjelaskan:

Teman sebaya adalah kelompok anak-anak yang hampir sama umur, kelas dan motivasi bergaulnya. Kelompok ini dinamakan peer group atau kelompok teman sebaya yang dapat membantu penyesuaian diri yang baik bagi anak.

Terutama anak remaja yang manja, egois dan sombong, apabila masuk didalam kelompok teman sebaya lama kelamaan akan dapat mengubah sikapnya menjadi anak yang sosial, karena didalam pergaulan dengan teman sebaya ia akan dikritik jika mempunyai sikap yang bertentangan dengan nilai-nilai atau norma-norma kelompok

Hubungan teman sebaya mempunyai arti sangat penting bagi kehidupan remaja, pada psikologi perkembangan diketahui pentingnya teman sebaya dalam perkembangan sosial remaja. Studi-studi kontemporer remaja, menunjukkan bahwa hubungan yang positif (Desmita, 2009:220).

Individu dapat dikatakan berkembang dengan baik apabila individu dapat atau mampu menyesuaikan diri dengan baik, meskipun penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah, untuk itu perlu berlatih agar mampu menyesuaikan diri. Hal ini dapat dilakukan sejak usia dini yang dimulai dari lingkungan keluarga sehingga anak bisa bersosialisasi dengan baik supaya dapat hidup dalam masyarakat, mengetahui dan dapat menjalankan kewajibannya sebagai anggota masyarakat.

Proses penyesuaian sosial remaja akan tergantung pada proses bersosialisasi dengan temannya. Hal yang tidak bisa dihindari adalah proses berinteraksi dalam sebuah komunitas, baik yang diinginkan atau diharuskan untuk dijalankan. Untuk itu melihat hubungan teman sebaya antara satu teman dengan teman lainnya dalam kelompok sosial, peneliti melakukan Observasi awal pada bulan Mei 2016 di Kelurahan Kuranji Belimbing Kota Padang.

Peneliti melihat bahwa banyak remaja yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial dengan baik.

Sedangkan dalam kehidupan berkelompok remaja dituntut untuk berperan aktif dalam penyesuaian sosial. Adapun penyesuaian sosial remaja dengan teman sebaya di Kelurahan Kuranji Belimbing Kota Padang yaitu adanya

remaja dalam proses penyesuaian sosial membutuhkan orang lain, karena manusia hakikatnya tidak bisa hidup sendiri, adanya gaya bicara remaja yang tidak layak untuk didengar, adanya remaja tidak bisa mengontrol diri, adanya remaja sulit berkomunikasi sesama teman sebaya, adanya remaja yang suka mengganggu teman, adanya remaja yang tidak menghargai sesama teman sebaya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik membahas penelitian dengan judul Penyesuaian Sosial Remaja dengan Teman Sebaya di Kelurahan Kuranji Belimbing Kota Padang”.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:.

1. Adanya gaya bicara remaja yang tidak layak untuk didengar.

2. Adanya remaja tidak bisa mengontrol diri.

3. Adanya remaja sulit berkomunikasi sesama teman sebaya.

4. Adanya remaja yang suka mengganggu teman.

5. Adanya remaja yang tidak menghargai sesama teman sebaya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, fokus penelitian ini adalah:

1. Penyesuaian sosial remaja dengan teman dekat.

2. Penyesuaian sosial remaja dengan kelompok besar.

3. Penyesuaian remaja dengan kelompok terorganisasi.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang ada di lapangan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana Penyesuaian Sosial Remaja dengan Teman Sebaya?”.

Berdasarkan fokus penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Penyesuaian sosial remaja dengan teman dekat.

2. Penyesuaian sosial remaja dengan kelompok besar.

3. Penyesuaian sosial remaja dengan kelompok terorganisasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 10-23 Juli 2016 di Kelurahan Kuranji Belimbing Kota Padang. Lokasi ini dijadikan lokasi penelitian mengingat bahwa peneliti menemukan banyak remaja yang tidak bisa mengontrol diri dalam bersosialisasi dengan teman sebaya dan mereka sering memaksakan kehendaknya terhadap teman sebaya.

(6)

4

Langkah awal dalam penentuan metode penelitian adalah menentukan jenis penelitian, dengan demikian jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif.

Penelitian kualitatif menekankan pada penggunaan kata-kata (non-angka) yang dilakukan melalui observasi dan wawancara.

Menurut Iskandar (2009:17) “Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang memerlukan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh berhubungan objek yang akan diteliti dalam menjawab permasalahan untuk mendapat data-data yang kemudian dianalisis untuk mendapat kesimpulan penelitian dalam situasi dan kondisi tertentu”. Penelitian kualitatif lebih bersifat memberikan deskripsi dan kategorisasi berdasarkan kondisi lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan konsep naturalistik, yaitu apa yang terjadi di lokasi penelitian menjadi ukuran data yang paling bisa diterima.

Menurut Yusuf (2005:87) “Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi dan mencoba menggambarkan secara detail”. Senada dengan itu, Bungin (2011:68) mengatakan “Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peranan yang amat penting dalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang berbagai variabel sosial”. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial di masyarakat yang menjadi objek peneliti.

Menurut Lehmann (Yusuf, 2005:83)

“Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail” Metode deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Yusuf (2005:68) juga mengemukakan bahwa:

Jenis penelitian ini memperhatikan semua aspek yang penting dari suatu kasus yang diteliti. Dengan menggunakan tipe penelitian ini akan dapat diungkapkan gambaran yang mendalam dan detail tentang suatu situasi atau objek. Kasus yang diteliti dapat berupa satu orang, keluarga, satu peristiwa, kelompok lain yang cukup terbatas, sehingga peneliti dapat menghayati, memahami dan

mengerti bagaimana objek itu berfungsi dalam latar alami yang sebenarnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan terhadap fenomena yang dialami oleh satu orang, keluarga, satu peristiwa atau kelompok yang terbatas untuk mengungkap secara mendalam situasi atau objek dalam bentuk kata-kata atau bahasa.

Penyesuaian sosial remaja dengan teman sebaya yang dimaksud ini adalah remaja yang tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan baik terhadap teman sebaya. Untuk melihat penyesuaian sosial remaja dengan teman sebaya pada penelitian ini, maka dapat dilihat dari penyesuaian sosial remaja dengan teman dekat, kelompok besar dan kelompok terorganisasi.

Menurut Bungin (2011:76) “Informan penelitian adalah subjek yang memahami objek penelitian. Informan penelitian ini ditentukan setelah peneliti menentukan informan kunci (key informants) dan selanjutnya dari informan kunci ditetapkan informan berikutnya”.

Selain itu Moleong (2008:132) juga mengatakan bahwa “Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian”. Informan ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa informan tersebut memiliki pengalaman yang banyak mengenai latar belakang penelitian dan benar- benar terkait dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu penyesuaian diri sosial remaja dengan teman sebaya di Kelurahan Kuranji Belimbing Kota Padang.

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh peneliti untuk memperoleh data, dalam penelitian ini peneliti langsung melakukannya dengan melihat ke lapangan untuk mendapatkan sejumlah data yang dibutuhkan. Adapun teknik yang digunakan peneliti untuk melengkapi data dalam membahas masalah ini yaitu wawancara.

Melakukan wawancara melalui informan penelitian yang berguna untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dan informasi langsung dalam penelitian. Menurut Riduwan (2012:74)

“Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya”.

Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara, responden, pedoman wawancara dan situasi wawancara.

(7)

5

Menurut Musfiqon (2012:153) “Analisis data kualitatif menggunakan otak dan kemampuan pikir peneliti, karena peneliti sebagai alat analisis (human as instrumen)”.

Kemampuan peneliti untuk menghubungkan secara sistematis antara data satu dengan data lainnya sangat menentukan proses analisis data kualitatif. Analisis kualitatif dilaksanakan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan makna data untuk menjawab masalah penelitian.

Analisis data merupakan suatu proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan, karena penelitian ini adalah bersifat naratif maka analisis yang digunakan adalah gambaran dengan kata-kata. Sehubungan dengan hal tersebut Miles dan Hubeman (Sugiyono, 2011:337) menjelaskan bahwa: Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori atau dalam bentuk teks yang bersifat naratif dengan menyajikan data dapat mempermudah dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam tahap ini peneliti menyajikan data berbentuk teks naratif.

Data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisis, Miles dan Hubeman (Sugiyono, 2011:337) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu: 1.

Reduksi data merupakan proses merangkul, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu dari data yang diperoleh di lapangan. Dalam tahap ini peneliti memilih data mana yang relevan dengan tujuan dan fokus penelitian selanjutnya dikelompokkan. 2. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori atau dalam bentuk teks yang bersifat naratif dengan menyajikan data dapat mempermudah dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam tahap ini peneliti

menyajikan data berbentuk teks naratif.

3. Penarikan kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan penyajian data sehingga data dapat disimpulkan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian dan tahap terakhir dari data sudah ada disimpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, peneliti mengemukakan temuan penelitian berdasarkan penelitian kualitatif yang disajikan sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh informan dari hasil wawancara tentang penyesuaian sosial

remaja dengan teman sebaya di Kelurahan Kuranji Belimbing Kota Padang. Wawancara dilakukan terhadap dua orang remaja sebagai informan kunci yang penyesuaian sosial dengan teman sebayanya kurang baik terhadap teman dekat, kelompok besar dan kelompok terorganisasi. Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, peneliti juga melakukan wawancara dengan orangtua, tetangga dan teman sebaya sebagai informan tambahan.

Penelitian tentang Penyesuaian Sosial Remaja dengan Teman Sebaya dilakukan mulai tanggal 10-23 Juli 2016 sehingga data dan informasi yang didapatkan sudah benar-benar sesuai dengan tujuan penelitian kualitatif ini.

Berikut adalah gambaran kondisi umum penelitian yang peneliti lakukan dengan masing- masing informan penelitian.

1. Penyesuaian Sosial Remaja dengan Teman Dekat

a. Menjaga Hubungan Sosial dengan Sahabat

ELQ berkumpul dengan sahabat jika ada waktu luang karena masih berstatus pelajar, akan tetapi ada saatnya ELQ tidak disambut baik oleh sahabat karena dipengaruhi kondisi diri yang tidak stabil.

ELQ juga membantu sahabat yang sedang berselisih paham dengan menasehati sahabat agar segera berdamai, ELQ juga tidak memihak dengan salah seorang dari sahabat ketika sahabat berselisih paham.

Namun ada kalanya ELQ tidak membantu sahabat dalam pemecahan masalah.

Hubungan dengan sahabat baik- baik saja karena masih berkumpul jika ada waktu luang, UR menyapa sahabat terkadang melalui pesan singkat dan mendapat respon yang baik dari sahabat. Meskipun begitu, UR juga pernah tidak disambut baik oleh sahabat karena faktor umur yang labil membuat sahabat terkadang malas membuka diri. Namun ketika sahabat UR berselisih paham UR menasehati sahabat agar berbaikan kembali dan merasa senang sekali ketika sahabat mulai berteman.

2. Penyesuaian Sosial Remaja dengan Kelompok Besar

a. ELQ

Dalam menciptakan keakraban dengan kelompok besar ada yang menyambut ELQ dengan baik dan

(8)

6

tentu ada pula yang tidak menyukai ELQ. Meskipun begitu, ELQ tidak mau mengakrabkan diri dengan kelompok besar tersebut. Dalam menjaga hubungan sosial yang baik ELQ menjalin komunikasi dengan kelompok besar, meskipun usaha yang dilakukan ELQ tidak membuat pertemanannya dengan teman menjadi lebih baik karena menurut ELQ teman datang disaat butuh saja.

Penyesuaian sosial UR kurang baik, karena pendekatan yang dilakukan UR biasa saja, sehingga respon dari teman kelompok besar juga biasa saja terhadap UR. Namun UR berusaha menjalin komunikasi dengan teman sebaya dan ada teman sebaya yang menutup dirinya dan terkesan masih kurang perduli terhadap UR.

3. Penyesuaian Sosial Remaja dengan Kelompok Terorganisasi

a. ELQ

ELQ menyesuaikan diri dengan baik tetapi tidak membuat sosial menjadi akrab dan terbuka, karena antara ELQ dan teman sebaya masih kurangnya interaksi. Namun ELQ tidak mampu menghargai pendapat orang lain dengan baik dan ELQ suka membantah perkataan teman jika dia tidak setuju.

UR mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan teman sebaya, meskipun begitu UR masih berusaha menjaga komunikasi dengan cara memperkenalkan jati dirinya agar lebih akrab dengan teman sebaya. Akan tetapi tidak membuat pertemanan menjadi lebih akrab. Dalam mengemukakan dan menghargai pendapat UR melakukan dengan baik dan hanya terdiam ketika pendapat UR tidak diterima. Namun ada kalanya UR tidak setuju dengan pendapat temannya UR akan menolak dengan keras.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada tanggal 10 Juli sampai dengan 23 Juli 2016 tentang penyesuaian sosial remaja dengan teman sebaya di Kelurahan Kuranji Belimbing Kota Padang, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Penyesuaian sosial remaja dengan teman dekat dalam hubungan persahabatan masih saja ada yang kurang baik yang terjadi

diantara teman dekat. Pengaruh kondisi diri yang tidak stabil terkadang sebagai salah satu pemicu terjadinya konflik kecil diantara sahabat, sehingga memaksa salah seorang menutup diri dari sahabatnya. Komunikasi yang tidak berjalan dengan baik membuat hubungan remaja dengan sahabat menjadi dingin, sehingga terjadi kekesalan diantara remaja dengan sahabat.

2. Penyesuaian sosial remaja dengan kelompok besar, meskipun remaja berusaha menjalin komunikasi dengan teman sebaya pasti ada yang menyambut dengan baik dan tentu ada pula yang tidak menyukai remaja tersebut.

Hal ini membuat remaja yang tidak disambut baik menjadi malas untuk melanjutkan kedekatan dengan teman sebaya tersebut, sehingga memicu kekesalan oleh remaja.

3. Penyesuaian sosial remaja dengan kelompok terorganisasi, remaja tidak tergolong aktif dalam mengikuti organisasi karena kesibukan sekolah yang cukup menyita, tetapi remaja masih menyempatkan untuk mengikuti organisasi disaat memiliki waktu luang, meskipun terbentuknya organisasi di masyarakat masih membuat sebagian remaja kesulitan menyesuaikan diri dengan teman sebaya disebabkan remaja yang suka menutup diri. Organisasi juga tidak membuat hubungan sosial menjadi lebih akrab, hal yang harus dilakukan adalah remaja berusaha membuka diri dengan kelompok terorganisasi agar penyesuaian sosial berjalan lancar dan menyenangkan.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait sebagai berikut ini:

1. Remaja, Agar lebih bijak menyikapi permasalahan yang terjadi dengan teman sebaya sehingga berjalannya penyesuaian sosial dengan baik.

2. Teman sebaya, diharapkan mampu membuka diri dengan remaja sehingga tidak adanya konflik yang terjadi.

3. Orang tua remaja, sebagai orang tua lebih memperhatikan lagi anak remajanya dalam menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan juga memberikan nasehat agar remaja mampu dalam menyesuikan diri dengan teman sebaya.

4. Tetangga remaja, diharapkan ikut berpartisipasi dalam penyesuaian diri remaja dengan teman sebaya, agar terciptanya lingkungan yang rukun dan damai.

5. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

(9)

7

sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan program perkuliahan untuk menyiapkan tenaga-tenaga guru bimbingan dan konseling di sekolah yang profesional.

6. Peneliti selanjutnya, diharapkan bisa melakukan penelitian lanjutan bagaimana seharusnya penyesuaian sosial remaja dengan teman sebaya dengan konteks indikator yang lain.

KEPUSTAKAAN

Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.

Bandung: Refika Aditama.

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif.

Jakarta: Prenada Media Group.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Iskandar. 2009. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta : Salemba Humaika.

Moleong. Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rumini, Sri & Siti Sundari. 2004.

Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabet.

Sunarto, Kamanto. 2011. Pengantar Sosiologi.

Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Willis, S Sofyan. 2010. Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.

Yusuf, Syamsu. 2005.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PROMOSI