• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROFILE LIFE OF SOCIETY COMPILER COMBINE FOREST DUSUN POLIPCOMAN DESA SIGAPOKNA KECAMATAN SIBERUT BARAT

KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Arifin

1

), Drs. Ridwan Ahmad

2

), Rozana Eka Putri S.Pd, M.Si

1

) Department of Education Geografi

1

),College of Teacher

Training and Education Science Barat Sumatra)

ABSTRACTION

Arifin ( NIM: 10030007), Profile Life Of Society Compiler Combine Forest Dusun Polipcoman Desa Sigapokna Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai, Skripsi, Education Study Program Of Geography STKIP PGRI Sumatra Barat, Padang 2015

This research aim to obtain get picture about existence of forest honey in life of society it seeing from 1) Health 2) Earnings 3) Experience.

This Type Research have the character of qualitative, this research subjek through Purposive Sampling, data collected by : 1) Observation 2) Interview 3) Documentation Informan in this research is Head Countryside, Head Orchard, Head Tribe, and Society Worker Of Compiler Combine Forest counted 25 peoples, examination of authenticity of data in research used by data analysis technique, data authenticity and tringulasi.

Based on the researcher result and solution concluded the followings: 1).There are picture that health of compiler society combine in Polipcoman orchard is still long way from medical touch, and also still lack of awareness of important society taking care of environmen health and self hygiene. 2).There are picture that earnings of compiler society combine forest still drape their life from result of forest honey and earnings of compiler combine mean in one day Rp. 50.000-100.000 in fulfilling life requirement. 3). There’re picture that experience of compiler moment society combine forest still very minim and also have the traditional character , and that experience still using until now.

Keywords : Forest Honey Collection, Health Benefits, Public Revenue Increases

PENDAHULUAN

Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan Masyarakat Dusun Polipcoman di dapat bahwa pekerjaan sebagian besar petani dan nelayan sudah terbudidaya, pekerjanya sebagai petani atau nelayan namun masyarakat ada juga pekerjaan seperti pengambil dan mengumpulkan madu hutan di dusun Polipcoman.

Sistem penjualan masyarakat di Dusun Polipcoman, menjual lebah madu perbotol yang berukuran botol bir bintang di tempat pedangang maupun penampung lebah madu hutan dengan harga yang sangat reletif

rendah Rp.35,000. Harga jual madu yang rendah ini di Dusun Polipcoman ini tidak sebanding dengan usaha pemanen yang bekerja dengan resiko yang tinggi namun masyarakat dusun Polipcoman hanya menerima harga yang di tetapkan oleh sipembeli lebah madu hutan tersebut.

Kesehatan masyarakat dusun Polipcoman, kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan.

Kondisi lingkungan masyarakat dusun polipcoman belum tertata rapi dan bersih, lokasi rumah yang ditempati adalah rumah sendiri dan rumahnya berasal dari kayu ber atap seng dan sebagian atapnya dari rumbiah.

(3)

Sedangkan dilihat dari pendapatan masyarakat di Dusun Polipcoman tidak sesuai dengan hasil penjualan madu hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena penjualan madu hutan tidak sesuai dengan harga yang diharapkan untuk meningkatkan kebutuhan hidup.

Dari Pengalaman masyarakat mengumpulkan madu hutan dengan memperhatikan adanya musim bunga dari berbagai jenis tumbuhan, bila lebah sudah banyak mengisap bunga dari tumbuhan tersebut maka dua minggu yang akan datang masyarakat dusun Polipcoman akan siap-siap untuk mencari lebah madu hutan.

Pengalaman masyarakat dusun Polipcoman masih menggunakan cara tradisional yang sering dilakukan adalah memanjat pohon mengambil sarang madu hutan dengan cara mengisapi sarang lebah agar madu tersebut mudah di ambil. Disamping itu masyarakat dusun Polipcoman masih banyak yang melakukan cara panen atau mengambil madu dengan membakar sarang lebah maduh hutan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui perkembangan kehidupan masyarakat pengumpul madu hutan di Dusun Polipcoman Desa Sigapokna. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti dengan mengangkat judul: “Profil Kehidupan Masyarakat Pengumpul Madu Hutan Di Dusun Polipcoman Desa Sigapokna Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai”

METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian

Sesuai dengan pemasalahan dan tujuan peneliti yang telah ditetapkan, maka penelitian ini tergolong penelitian kualitatif.

Menurut Kuswana (2012) metode penelitian yang digunakan unutk meneliti objek alamiah, yaitu peneliti merupakan instrumen kunci, teknik penelitian pengumpulan data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalsasi.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang diamati oleh subjek peneliti, misalnya profil kehidupan masyarakat pengumpul madu hutan di dusun Polipcoman Desa Sigapokna Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai, secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alami dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah, (Maleong 2010).

Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Dusun Polipcoman Desa Sigapokna Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai. Daerah ini dipilih karena banyak terdapat Masyarakat Pengumpul Madu Hutan Dusun Polipcoman.

Yang mana peneliti langsung mengunjungi kerumah informan masing-masing.

Subjek Penelitian

Subjek Informan Penelitian diambil dengan cara teknik Purposive sampling (Penunjukan), dan selanjutnya proses ini berlangsung terus sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai kebutuhan (arikunto,2006). Cara menanyakan satu individu yang diminta pendapatnya tentang: 1). Kesehatan masyarakat, 2).

Pendapatan masayarakat dan, 3). Pengalaman masyarakat pengumpul madu. Untuk mengetahui jawaban peneliti ini maka yang menjadi informan dalam penelitian ini yakni masyarakat Polipcoman yang berada di desa Sigapokna Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Jenis Data, Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data merupakan sejumlah keterangan informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian hendak dicapai, maka yang akan dikumpulkan adalah berupa data primer dan data sekunder

2. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder, yaitu:

a. Data Primer

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

b. Data Skunder

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang

(4)

dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan

Alat Pengumpulan Data

a.

Metode Pengamatan

Pengamatan ( observation ) merupakan cara yang baik meneliti daerah sekitar. Dan melakukan pengamatan sebaiknya peneliti sudah memahami terlebih dahulu pengertian- pengertian umum dari suatu judul penelitian. Apabila tidak maka hasil pengamatan menjadi tidak tajam .

Observasi dapat dibagi menjadi dua yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi langsung adalah obseravasi yang dilakukan terhadap objek ditempat kejadian atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diteliti. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki atau objek yang diteliti.

b.

Metode Wawancara

Paxdhe kawat dalam artikelnya:

wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Metode wawancara atau metode interview adalah metode atau cara yang dipergunakan seseorang untuk suatu tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang itu.

c.

Metode Dokumentasi

Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari non manusia.

Foto merupakan salah satu bahan dokumenter. Foto-foto bermanfaat sebagai sumber informasi karena foto

mampu membekukan dan

menggambarkan peristiwa yang terjadi.

Teknik Analisa Data

1.

Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak untuk itu, perlu dicatatkan secara teliti dan terperinci seperti telah dikemukakan.

Semakin lama peneliti kelapangan, jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisa data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti menerangkan, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya.

Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pemgumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2.

Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya melalui penyajian data tersebut. Data diorganisasikan secara system dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.

3.

Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti berada dilapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori.

(5)

Teknik Keabsahan Data

Memperkuat keabsahan data dan otensitas penelitian, peneliti mengacu kepada penggunaan standar data yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu (Moleong, 2010):

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Peneliti berfungsi sebagai instrumen artinya keikutsertaan peneliti pada objek penelitian yang di teliti sangat berarti dalam mengumpulkan data-data. Hal ini dimaksudkan supaya data-data yang di peroleh betul-betul dapat di percaya karena sudah berulang kali diamati.

Dengan perpanjang pengamatan maka distorsi yang akan mengotori data-data dapat dihindari sekecil mungkin.

2. Kekuatan Pengamatan

Kekuatan pengamatan bertujuan menemukan ciri-ciri dengan unsur-unsur dalam situasi yang sedang di cari dengan masalah penelitian yaitu tentang Profil Kehidupan Masyarakat Pengumpul Madu Dusun Polipcoman Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai.

3. Trianggulasi

Teknik trianggulasi adalah suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data yang memanfaatkan yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data.

Dalam penelitian ini, peneliti mengutamakan teknik trianggulasi sumber dan teori. Trianggualsi sumber yaitu peneliti mengecek kembali tingkat kebenaran suatu informasi berdasarkan waktu dan alat, termasuk sumber orang yang berbeda sedangkan trianggulasi teori peneliti melihat peristiwa dalam perspektif teori, pandangan dan pendapat orang lain dalam bentuk tertulis.

4. Pemeriksaan Teman Sejawat

Pemeriksaan teman sejawat bertujuan untuk melihat kekuatan dan kelemahan tentang hasil akhir sementara yang di peroleh dari penelitian. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk diskusi analitik dengan teman sejawat (Moleong, 2010).

Hal ini dapat dilakukan setelah penulis menyusun hasil penelitian yang di peroleh dari lapangan dalam bentuk tulisan dan merupakan hasil akhir yang bersifat sementara. Hasil akhir sementara ini perlu mendapat tanggapan

dari teman sejawat. Dari tanggapan teman sejawat tersebut penulis dapat menyempurnakan hasil akhir penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kesehatan Masyarakat Pengumpul Madu Hutan Di Dusun Polipcoman Desa Sigapokna Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai .

Kesehatan merupakan keadaan jasmani dan rohani dan sosial yang baik tanpa sering mendapat keluhan sakit sehingga ia dapat lebih banyak mendapat pikiran dan tenaganya untuk mencapai suatu prestasi yang lebih baik bagi kesejateraan hidupnya. Jika dipandang dari kehidupan masyarakat pengumpul madu hutan di dusun Polipcoman dilihat dari Segi kesehatan fenomena yang konflek dan faktor-faktor yang mempengaruhinya juga banyak.

Dari keuntungan positif bagi masyarakat dusun polipcoman dengan keberadaan madu hutan di kehidupan masyarakat dilihat dari segi kesehatan di mana masyarakat didusun Polipcoman kalau ada batuk masyarakat dapat mengkomsumsi madu hutan disisi lain Pemerintah juga memfasilitasi gedung kesehatan seperti Puskesmas walaupun petugasnya tidak begitu aktif memberikan obat kapada masyarakat yang sakit dan fasilitas obat-obatanpun belum begitu memadai.

Kondisi masyarakat saat ini sebagian pihak pengumpul madu lebih proaktif dalam mengantisifasi dan menanggulangi adanya pengumpul madu hutan dalam kehidupan masyarakat atas kesehatan yang mereka rasakan namaun sebagian besar masyarakat mengalami sakit karena faktor lingkungan tidak terjaga, sungai, termasuk air sumur yang kotor dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat dusun Polipcoman

Kesehatan masyarakat juga dapat dipengaruhi karena kurang adanya kebersihan lengkungan hidup kurang bersih kemudian jenis makanan juga yang dikonsumsi tidak teratur seperti makanan sagu setengah masak dan ikan seperti ulat sagu yang mentah

Pendapatan Masyarakat Pengumpul Madu Hutan di Dusun Polipcoman Desa Sigapokna Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai

(6)

Pendapatan merupakan income masing-masing masyarakat yang mana keadaan setiap masyarakat adalah sama, akan tetapi akan mempengaruhi oleh aktivitas masyarakat masing-masing baik jenis masyarakat maupun kegiatan sehingga menimbulkan klasifikasi/ perbedaan dari masing-masing kegiatan masyarakat tersebut ( Partidiredja Dalam Susilawati, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di dusun Polipcoman (Desa Sigapokna) Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai di kehidupan masyarakat pengumpul madu hutan masyarakat di dusun Polipcoman sangat penting untuk mengetahui bagaimana pendapatan pengumpul madu yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan perkeluarga maupun berkelompok dilihat dari tingkat pendapatan

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengumpul madu dalam kehidupan masyarakat di lihat dari pendapatan masyarakat sudah sejak lama pada masa pembukaan proyek perumahan masyarakat sudah memanen/ mengambil madu hutan di dusun Polipcoman.

Masyarakat pengumpul madu hutan saat ini bisa dikatakan dapat meningkatkan pendapatan dalam pengumpulkan madu dimana masyarakat sebagian besar bermata pencaharian mengumpulkan madu hutan dan menjual madu ke tempat-tempat pedagang yang membeli madu walau tidak sesuai dengan harga madu yang didapat tetapi hasil jual madu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan hidup maupun keluarga

Masyarakat pengumpul madu hutan saat ini bisa dikatakan belum dapat meningkatkan pendapatan dalam pengumpulkan madu, dimana masyarakat bermata pencaharian mengumpulkan madu hutan dan menjual madu ke tempat-tempat pedagang yang membeli madu walau tidak sesuai dengan harga madu yang didapat.

Disamping itu juga sebagian masyarakat menganggap bahwa pekerjaan sebagai pengumpul madu hutan hanyalah sebagai mata pencaharian sampingan saja di karnakan hanya terfokus dalam bermata pencaharian berladang atau tani, nelayan, mengkopra dan mencari hasil hutan selain madu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang tinggal di dusun

Polipcoman. Masyarakat sebagian ada yang melakukan aktivitas lain seperti mengolah buah kelapa dan bertani coklat atau kakao keladang untuk membantu pendapatan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Pengalaman Masyarakat Pengumpul Madu Hutan di Dusun Polipcoman Desa Sigapokna Kecamatan Siberut Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme dapat dianggap sebagai kesempatan belajar. Hasil belajar dari pengalaman kerja akan membuat orang tersebut kerja lebih efektif dan efisien.

Pengalaman akan membentuk pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang lebih menyatu pada diri seseorang, jika bidang pekerjaan yang ditangani selama masih bekerja merupakan bidang yang sejenis yang pada akhirnya akan membentuk spesialisasi pengalaman kerja diperoleh selama seseorang bekerja pada suatu perusahaan dari mulai masuk hingga saat ini. Selain itu pengalaman dapat diperoleh dari tempat kerja sebelumnya yang memiliki bidang pekerjaan yang sama dengan yang sedang dihadapi. Banyak sedikitnya pengalaman kerja akan menentukan atau menunjukan bagaimana kualitas dan produktivitas seseorang dalam bekerja, artinya mudah sukarnya atau cepat lambatnya seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa banyak orang tersebut telah memiliki pengalaman kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Ini berarti pengalaman akan juga mempengaruhi kemampuan dalam bekerja.

Pembahasan

Pertama, dengan keberadaan madu hutan dalam kehidupan masyarakat pengumpul madu hutan di dusun Polipcoman, salah satu bentuk yang di ketahui bahwa masyarakat dari tingkat kesehatan. a) Masyarakat yang ada didusun Polipcoman sangat membutukan pengobatan dari puskesmas namun selama ini pemerintah hanya dapat memfasilitasi gedung saja, tetapi petugas puskesmasnya sama sekali tidak aktif menjalankan pengobatan dan tidak begitu memperhatikan pengobatan didusun Polipcoman jika diihat secara faktanya bahwa masyarakat yang ada didusun Polipcoman membutuhkan obat-obatan secapatnya.

Untuk berobat sampai saat ini masyarakat sebagian besar mendapat keluhan mengenai

(7)

kasehan. b) Masyarakat hanya dapat mengandalkan obat kampung jika ada yang sakit dan membutuhkan obat yang pertama dilakukan pengobatan dari dukun saja karena pelayan pengobatan dari puskesmas tidak begitu aktif, jadi masyarakat bila ada yang sakit seperti campak, malaria, bocor, panyakit maag, dan kenak parang belum tentu obat dari kampung mampu menyembukan penyakit itu. c) masyarakat pengumpul madu hutan dilihat dari kesehatannya banyak yang kurang sehat karena mempengaruhi faktor lain seperti kebersihan lingkungan halaman rumah kurang bersih, pekarangan dipenuhi rumput- rumput panjang, sampah sampah berserakkan, disamping itu juga kesehatan masyarakat dusun Politcoman dapat terganggu akibat hujan lebat tentunya dapat menimbulkan banjir yang melanda kampung di dusun Polipcoman, sehingga masyarakat pengumpul madu hutan sering sakit-sakitan .

Sesuai dengan pendapat Winslow dalam Notoatmodjo (2007). Kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui

“usaha-usaha pengorganisasian masyarakat”untuk : a. Perbaikan sanitasi lingkungan, b. pemberantasan penyakit- penyakit menular, c. Pendidikan untuk keberasilan perorangan, d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan, e.

Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Kedua, Dengan keberadaan madu hutan dalam kehidupan masyarakat pengumpul madu hutan dari pendapatan masyarakat di dusun Polipcoman. a) Keberadaan madu hutan sejak tahun 1980 di dusun Polipcoman sudah sebagai mata pencaharian pokok bagi masyarakat dan madu hutan sangatlah memberikan keuntungan bagi hasil yang didapatkan sampai sekarang. Madu hutan selalu dipanen atau ambil untuk sebagai pendapatan di dusun Polipcoman dalam memenuhi kebutuhan hidup. Walaupun demikian mata pencarian pokok masyarakat pengumpul madu hutan, akan tetapi sangat berisiko tinggi dalam pengambilannya di hutan Polipcoman disamping itu juga pendapatan

masyarakat mengumpulkan madu hutan lebih besar dibanding hasil hutan yang lainnya karena dalam mencari dan mengumpulkan madu di hutan yang di dapat berkisar 60-90 botol dan seterusnya dalam satu hari baik per individu maupun berkelompuk mencari madu hutan kemudian madu tersebut jual kepedagang yang ingin membeli madu tersebut dengan harga Rp. 35000 satu botol tentunya tidak seimbang hasil jual yang diharapkan tetapi walaupun demikian harga penjualan madu masih mencukupi kebutuhan masyarakat pengumpul madu, hasil masyarakat pengumpul madu dalam satu hari Rp 50.000- 100.000 bahkan ada yang melebihi pendapatan dari ini, karena tergantung sarang lebah madu hutan dan kelincahan mencari madu di hutan. b) Gambaran madu yang ada di Polipcoman sangatlah dikatakan penghasil madu hutan di Kecamatan bagian barat desa Sigapokna di Dusun Polipcoman namun yang disayangkan pendapatan tidak tetap karena hasil penjualan madu kepedagang sangatlah rendah sehingga pendapatan masyarakat pengumpul madu hutan tidak memuaskan dan tidak sebanding jerih payah.

Sesuai dengan pendapat Biro Statistic dalam Susilawati (2003) merinci pendapatan berdasarkan kategori sebagai berikut: 1. Pendapatan uang, yaitu : (1) Dari gaji atau upah yang diterimah dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur, dan kerja kadang-kadang. (2) Dari usaha sendiri meliputi komisi, penjualan kerajinan. (3) Dari hasil investasi yaitu pendapatan yang diperoleh dari untuk milik tanah dan keuntungan sosial.

Ketiga, Dari gambaran keberadaan madu hutan dalam kehidupan masyarakat pengumpul madu hutan di dusun polipcoman salah satu bentuk yang di ketahui bahwa masyarakat dari tingkat penglaman terdapat pengaruh dari pengalaman masyarakat di dusun polipcoman. a) Pengalaman masyarakat pengumpul madu hutan dari nenek moyang terdahulu dimana ajaran- ajaran dari nenek moyang masih digunakan sampai saat ini, walaupun masih menggunakan cara tradisional dalam pengumpulan madu hutan tersebut.

masyarakat pengumpul madu merintis atau menyurvey keberadaan madu dihutan kemudian sudah dapat ditemukan dan isinya banyak masyarakat pengumpul madu hutan

(8)

harus menyiapkan alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan madu seperti parang, ember, jerigen, tali, api dan daun-daun kering untuk mempermudah pengambilan madu hutan, dengan cara yang dilakukan memanjat pohon dan pengambilan madu dibakar sarang lebah madu hutan sehingga dapat mangurangi populasi lebah madu di hutan. Dan cara masyarakat mengumpulkan madu hutan masih digunakan sampai sekang. b) Adanya madu hutan, masyarakat selalu berpatokan dari pengalaman sebelumnya dan mempelajari gambaran adanya musim bunga dari kayu, berarti itu di tandai bahwa masyarakat harus siap-siap merintis madu sambil menyiapkan alat-alat yang di gunakan mengumpulkan madu dan membuat jalan terobos agar masyarakat pengumpul madu hutan tidak susah lagi pada saat keberangkatan mengambil madu hutan. Agar tidak mengurangi populsi madu hutan yang ada di dusun Polipcoman Sebaiknya bila melakukan pengambilan madu hutan harus menggunakan cara modren seperti di asapi sedikit saja dengan jarak 2 meter dari sarang madu, sisirlah sarang madu yang sepatunya di ambil atau oleskan di badan madu sedikit agar tidak digigit, jangan dibakar sarang madu tersebut dan hati-hati agar tidak banyak yang mati. dengan cara modren yang di kemukakan Masun, (2005:26). Pangalaman pengambilan madu hutan dilakukan dengan cara mengambil sarang seperlunya. Gunakan sedikit asap untuk sekedar mengusir lebah madu hutan yang sedang mengerumuni madu atau gunakan sisir untuk menyingkirkan lebah madu hutan, di ambil madunya oleskan di badan agar lebah tersebut lepas dari sarang dan menghinggapi kebadan kita yang kita oleskan tadi. Irislah bagian-bagian yang ada madunya saja. Jangan sekali-sekali mengambil madu dengan cara membakar koloninya. Kalau dibakar lebah-lebah madu hutan akan mati. Hal seperti itu masih banyak dilakukan orang dalam mengambil madu.

PENUTUP Kesimpulan

1. Terdapat gambaran bahwa kesehatan masyarakat pengumpul madu di dusun Polipcoman masih jauh dari sentuhan medis, serta masih kurangnya kesadaran masyarakat pentingnya nenjaga kesehatan lingkungan dan kebersihan diri.

2. Terdapat gambaran bahwa pendapatan masyarakat pengumpul madu hutan masih menggantungkan kehidupannya dari hasil madu hutan dan pendapatan pengumpul madu rata-rata satu hari Rp. 50.000- 100.000 dalam memenuhi kebutuhan hidup.

3. Terdapat gambaran bahwa pengalaman masyarakat saat pengumpulkan madu hutan masih sangat minim serta bersifat tradisional sekali, dan pengalaman itu masih di gunakan sampai sekarang.

Saran

1. Diharapkan kepada pemerintah setempat yang terkait agar lebih peduli menjaga kebersihan pekarangan rumah, agar meningkatkannya kesehatan masyarakat pengumpul madu.

2. diharapkan kepada masyarakat setempat khususnya Masyarakat pengumpul madu dusun Polipcoman lebih meningkatkan lagi pendapatan keluarga supaya kebutuhan keluarga terpenuhi secara optimal.

3. Diharapkan kepada masyarakat khususnya pengumpul madu hutan lebih memahami pengambilan madu dengan cara modren agar populasi madu hutan tidak berkurang di dusun Polipcoman.

4. Diharapkan kepeda peneliti selanjutnya untuk lebih mendalami lagi tentang kehidupan masyarakat pengumpul madu dilihat dari data yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.2006. Prosedur Penelitian.

Jakarta:Rineka Cipta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.2007. Balai Pustaka: Jakarta.

Masun,M. Sadyi, 2002. Jeli Memilih Madu.

Adicita Karya Nusa penulisan buku tahun 2005.

Moleong. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Notoadmodjo, Soekidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku. Yogyakarta: Andi Offset Susilaati. (2003). Pendapatan masyarakat.

Balai Pustaka: Jakarta.

Wahyuni, Novi 2010. Budaya Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan di Kelurahan Berok Nipah Kecamatan Padang Barat.

Skripsi STKIP PGRI : Padang.

Referensi

Dokumen terkait

To limit the scope of the study, this research only focuses on aspect multisensory learning and assessment rubric for the young learner English which is suitable for