• Tidak ada hasil yang ditemukan

upaya meningkatkan hasil belajar kimia pada materi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "upaya meningkatkan hasil belajar kimia pada materi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) SISWA KELAS X IPA 4 MAN 1 BANDA ACEH

Yunizar1

Guru Kimia / MAN 1 Banda Aceh

Diterima : 10 Juni 2021 Disetujui : 18 Juni 2021

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar kimiapada materi ikatan kimia siswa kelas X IPA 4 MAN 1 Banda Aceh. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL). Metodologi penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Prosedur penelitian terdiri dari pra penelitian, perencanaan siklus satu, pelaksanaan tindakan siklus satu, pengamatan siklus satu, refleksi siklus satu, perencanaan siklus dua, pelaksanaan tindakan siklus dua, pengamatan siklus dua dan refleksi siklus dua. Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi dilakukan dengan melihat keaktifan siswa proses pembelajaran. Data dianalisis dengan cara statistik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari 38.88 % pada pra penelitian meningkat menjadi 63.88 % pada siklus I dan meningkat menjadi 88.88 % pada siklus II. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) dapat meningkatkan hasil belajar kimia pada materi ikatan kimia siswa kelas Inquiry Based Learning (IBL) Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kata Kunci: Hasil belajar, Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL), Ikatan Kimia.

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Kimia merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa IPA pada Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) sederajat baik di kelas X, XI dan XII. Pengajaran ilmu kimia di SMA/MA merupakan suatu tantangan yang menarik sebab sebahagian besar bahan kajian ilmu kimia merupakan materi yang abstrak dan sarat dengan konsep matematika yang kadang-kadang tidak sederhana. Namun, faktor ini juga merupakan salah satu penyebab rendahnya prestasi siswa dalam bidang studi kimia. Karena, siswa menganggap pembelajaran kimia hanya syarat dengan rumus dan hafalan yang kurang menarik bagi siswa.

Hasil pembelajaran di kelas selama ini dapat disimpulkan bahwa: 1) ketuntasan klasikal siswa belum mencapai 85%, 2) keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru atau diskusi hanya sepertiga atau 33% saja, 3) aktivitas siswa agak terbatas pada mengingat informasi, mengungkapkan kembali apa yang telah dikuasainya, dan bertanya kepada guru apa yang belum dipahami, dengan kata lain siswa menyukai pembelajaran teacher center. Hal ini karena kurangnya pemahaman mengenai konsep-konsep dan prinsip kimia dan kurang pahamnya siswa mengenai aplikasi kimia dalam kehidupan sehari-hari, karena itu guru sebagai pendidik memegang peranan penting dalam menyusun maupun melaksanakan pembelajaran. Guru yang sukses bukan sekedar penyaji yang kharismatik dan persuasif, guru yang sukses adalah mereka yang melibatkan para siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut secara produktif (Joyce dkk., 2011). Untuk mengatasi hal tersebut, guru kimia harus mempunyai strategi agar pembelajaran kimia di kelas menjadi mudah dimengerti oleh siswa. Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru yang dapat menunjang proses pembelajaran di kelas.

Dalam hal ini penulis sebagai guru bidang studi Kimia di kelas X IPA 4 MAN 1 Banda Aceh ingin melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Based Learning

(2)

(IBL) pada materi ikatan kimia. Model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) adalah suatu model pembelajaran yang digunakan dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) selalu mengusahakan agar siswa selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.

Inquiry Based Learning (IBL) adalah sebuah teknik mengajar di mana guru melibatkan siswa di dalam proses belajar melalui penggunaan cara-cara bertanya, aktivitas problem solving, dan berpikir kritis. Hal ini akan memerlukan banyak waktu dalam persiapannya. Inquiry Based Learning biasanya berupa kerja kolaboratif. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok diberi sebuah pertanyaan atau permasalahan yang akan mengarahkan semua anggota kelompok bekerja bersama mengembangkan proyek berdasarkan pertanyaan tersebut untuk menemukan jawabannya. Karena model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) berbasis pertanyaan, maka guru harus menyiapkan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga siswa dapat mengembangkan pikirannya. Siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Lebih dari itu, jika siswa juga diberi kesempatan untuk mengukur kemajuan belajarnya sendiri, maka hal ini akan membantu mereka belajar.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai “Upaya Meningkatkan Hasil belajar Kimia Pada Materi Ikatan Kimia melalui Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) Siswa Kelas X IPA 4 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2019/2020”.

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menerapkan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) pada materi ikatan kimia siswa kelas X IPA 4 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2019/2020.

2. Metode Penelitian 2.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari dua Siklus dan setiap Siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap Siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

2.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah kelas X IPA 4 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 25 siswi perempuan.

2.3. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X IPA 4 MAN 1 Banda Aceh yang berada di Jalan Pocut Baren No.116 Desa Keuramat Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh. Dilaksanakan dilaksanakan mulai dari bulan September 2019 s.d November 2019 pada semester ganjil.

2.4. Analisis Data

Analisis Data dalam Penelitian tindakan kelas hasil belajar dilakukan dengan rumus persentase menurut Depdiknas (2003):

% 100

N x

Pf

Keterangan : P = Presentase

f = Jumlah skor yang diperoleh siswa N = Jumlah Skor Maksimal

(3)

2.5. Indikator Keberhasilan

Indikator dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator kinerja seperti rata-rata dan persentase ketuntasan atau KKM. Dari segi kinerja ditandai dalam proses pembelajaran baik dalam kerja kelompok maupun diskusi kelompok sesuai dengan rencana dan memenuhi tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL). Hasil belajar siswa yang tuntas secara klasikal apabila minimal 85 % dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar. Indikator keberhasilan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Indikator Keberhasilan.

NILAI KATAGORI

0 - 69 Tidak Tuntas

70 - 100 Tuntas

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melakukan penelitian, guru memberikan pretest kepada siswa. Pretest ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) dalam pembelajaran. Hasil pretest siswa sebelum penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Hasil Pretest Siswa

No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh

1 Nilai tertinggi 90

2 Nilai terendah 40

3 Rata-rata 67.77

4 Ketuntasan Klasikal 38.88 %

Berdasarkan tabel 2 di atas, hasil pretest siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian memperoleh persentase ketuntasan belajar sebesar 38.88 %. Nilai terendah pada pretest adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 90. Nilai rata-rata pada pretest adalah 67.77. Setelah melakukan pretest, maka peneliti akan melanjutkan penelitian pada siklus I.

3.2. Hasil Penelitian Siklus 1 a. Perencanaan

Kegiataan perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu: merancang silabus, merancang RPP, menyusun instrument tes, mendesain bahan ajar sesuai dengan materi, mendesain model pembelajaran yaitu model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL).

b. Pelaksanaan

Penelitian siklus I yang telah di jelaskan pada Bab III di laksanakan sesuai perencanaan dengan melakukan tes pada tanggal 10 September 2019 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi ikatan kimia, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa.

Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh

1 Nilai tertinggi 100

2 Nilai terendah 50

(4)

mencapai KKM

4 Jumlah siswa yang nilai belum

mencapai KKM 13

5 Rata-rata 76.94

6 Ketuntasan Klasikal 63.88 %

Berdasarkan tabel 3 di atas, dari 36 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) terdapat 23 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai KKM (kriteria ketuntasan minimum) dan 13 siswa lagi belum mencapai ketuntasan nilai KKM. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 100 dan nilai terendah adalah 50. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 63.88 %, dengan nilai rata-rata 76.94. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti ingin melanjutkan penelitian pada siklus II dengan menggunakan model yang sama yaitu model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL). Pada siklus II, peneliti mengharapkan adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, sehingga persentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan sesuai dengan indikator siklus II yang telah ditetapkan oleh peneliti.

c. Refleksi

Setelah siklus I selesai dilaksanakan beserta penilaian terhadap hasil belajar siswa, maka peneliti ingin melakukan sebuah tindakan dalam proses pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam menjalankan perannya masing-masing dalam kelompok.Tindakan yang ingin dilakukan peneliti pada siklus II yaitu:

a)

Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi yang akan dipelajari

b)

kepada siswa agar lebih bersemangat dalam melakukan proses pembelajaran.

c)

Memberikan motivasi kepada siswa agar menyelesaikan tugas individu yang diberikan kepadanya dengan baik.

d)

Pengelolaan waktu lebih efektif agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3.3. Hasil Penelitian Siklus 2 a. Perencanaan

Kegiataan perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah:

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi yang akan dipelajari

2) Memberikan motivasi kepada siswa agar menyelesaikan tugas individu yang diberikan kepadanya dengan baik

3) Pengelolaan waktu lebih efektif agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk digunakan pada pembelajaran yang akan dilakukan

5) Menyiapkan instrument tes untuk penelitian pada akhir pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Penelitian siklus II yang telah di jelaskan pada Bab III di laksanakan sesuai perencanaan dengan melakukan tes pada tanggal 24 September 2019 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi ikatan kimia, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa.

Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) pada siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh

1 Nilai tertinggi 100

2 Nilai terendah 60

3 Jumlah siswa dengan nilai 32

(5)

mencapai KKM

4 Jumlah siswa yang nilai belum

mencapai KKM 4

5 Rata-rata 85.83

6 Ketuntasan Klasikal 88.88 %

Berdasarkan tabel 4 di atas, dari 36 siswa terdapat 32 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai klasikal dan 4 siswa lagi belum mencapai ketuntasan klasikal. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah adalah 60. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 88.88 % dengan nilai rata-rata 85.83. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II, maka peneliti mencukupkan penelitian sampai pada siklus II, hal ini dilakukan karena siswa telah mencapai indikator ketuntasan yang harapkan oleh guru.

c. Refleksi

Hasil yang diperoleh dari pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dan II, memperlihatkan bahwa siswa telah mengalami peningkatan hasil belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan proses pembelajaran yang belum menggunakan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL). Pada siklus II, siswa terlihat telah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik pada pelajaran Kimia terutama pada materi ikatan kimia yang selama ini dianggap susah oleh siswa.

3.4. Pembahasan Perbandingan Antar Siklus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan II, Penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) telah memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan hasil belajar Kimia pada siswa terutama pada materi ikatan kimia. Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Berdasarkan gambar 4.1, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada pra siklus sebelum penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) hanya mampu memberikan persentase 38.88 %. Sedangkan pada siklus I setelah penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) telah mampu memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 63.88 % dan telah mengalami peningkatan menjadi 88.88 % pada siklus II.

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Series1 38,88% 63,88% 88,88%

38,88%

63,88%

88,88%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

(6)

4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1) Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 38.88 % pada pra siklus meningkat menjadi 63.88 % pada siklus I dan meningkat menjadi 88.88 % pada siklus II.

2) Secara keseluruhan penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) dapat meningkatkan hasil belajar Kimia pada materi ikatan kimia setelah siklus II pada siswa kelas X IPA 4 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2019/2020.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan saran yang ingin disampaikan adalah:

1.

Diharapkan kepada guru dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran dengan lebih cepat agar dapat mengatasi permasalah tersebut dengan lebih cepat dan lebih baik lagi.

2.

Diharapkan kepada guru agar dapat menerapkan model yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar dapat menjadi lebih baik lagi.

3.

Perlu adanya pengarahan dari kepala sekolah kepada guru-guru bidang studi yang lain, untuk menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

5. Daftar Pustaka

[1] Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2003 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Cemerlang.

[2] Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

[3] Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

[4] Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

[5] Joyce, Bruce, Marsha Weil dan Emily Calhoun. 2011. Models of Teaching (Model-model Pengajaran Edisi Kedelapan). Yogyakarta : Pustaka Belajar.

[6] Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta. Gaung Persada Press dan Center for Learning Innovation (CLI).

[7] Purwanto, M. Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya [8] Sardiman, A. M. 2006. Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali.

[9] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap perencanaan, peneliti merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dlam kegiatan pembelajaran di siklus I, dengan meningkatkan hasil belajar

Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus 2 dalam proses pembelajaran materi interaksi sosial budaya sosialisasi setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif