• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI AKU SELALU DEKAT DENGAN ALLAH SWT DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRI DI KELAS X SMAS AL-BAHRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI AKU SELALU DEKAT DENGAN ALLAH SWT DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRI DI KELAS X SMAS AL-BAHRA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI AKU SELALU DEKAT DENGAN ALLAH SWT DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRI

DI KELAS X SMAS AL-BAHRA

RAHYUNI. R

Pendidikan Profesi Guru IAIN Palangka Raya Email: rahyuni.r19@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui Bagaimana Penggunaan Model Inkuiri di Kelas X SMAS Al-Bahra Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Saya Selalu Dekat Kepada Allah SWT. Untuk penelitian ini digunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dua puluh siswa kelas X SMAS Al- Bahra bertugas sebagai responden penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas X SMAS Al-Bahra dapat ditingkatkan dengan model inkuiri.

Selisih antara skor rata-rata siswa pada tes/penilaian pertama (53) yang termasuk dalam kategori "Kurang" dengan skor rata-rata siswa pada tes/penilaian pertama siklus I, yang termasuk dalam kategori "Kurang" (57.38) menunjukkan peningkatan. “Tidak cukup" dibandingkan dengan nilai rata-rata tes/penilaian siswa siklus II (62,13) yang termasuk dalam kategori "Cukup". dan nilai rata-rata siswa pada tes/penilaian siklus III yaitu (65,88) yang masuk ke dalam kategori “Cukup”. Berarti selama proses pemberian tindakan selama tiga siklus, siswa mengalami peningkatan sebanyak (12,88) poin. Peningkatan yang lebih penting adalah perubahan yang terjadi pada suasana belajar siswa di kelas, terutama yang menyangkut: sikap, motivasi belajar, dan interaksi siswa di kelas. Selama proses tindakan, suasana belajar menjadi semakin aktif, siswa mengurangi tindakan-tindakan tidak disiplin seperti ngobrol di kelas, siswa nampak lebih bersemangat dan bahagia mengikuti pelajaran, dan dalam kegiatan kelompok mereka dapat lebih berpartisipasi aktif dan berkontribusi dalam pemecahan masalah dalam kelompok mereka.

Kata Kunci: Model Inkuiri, Materi Aku Selalu Dekat Dengan Allah SWT, Peningkatan Hasil Belajar.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu bentuk pergaulan antara anak dan orang dewasa yang dalam pergaulan itu ada pengaruh yang datang kepada anak, sehingga anak dapat berkembang kearah yang diinginkan, yaitu kearah kedewasaan dalam arti fisik maupun psikis atau ke arah kematangan, baik

(2)

secara jasmani maupun rohani. Dengan adanya pendidikan pastilah bertujuan ingin membentuk watak anak menjadi bermoral yang bagus seperti yang tercantum pada Undang- Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional, yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabatdalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Berdasarkan Undang-undang yang diatas pastilah ada cara yang harus di tempuh oleh lembaga pendidikan, salah satu cara untuk mencapai tujuan itu harus di perlukan kurikulum untuk memenuhi tujuan tersebut. Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata curir yang berarti “Pelari” dan curere yang berarti “tempa berpacu”, sehingga Curriculum diartika “Jarak yang harus ditempuh oleh pelari”. Berdasarkan makna tadi, pada awalnya kurikulum di dalam dunia pendidikan diartikan sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus ditempuh anak/peserta didik guna memperoleh ijazah atau menyelesaikan pendidikan.

Hal ini juga diperlukan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam berlaku sama. Salah satu tujuan pendidika islam adalah mewujudkan anak didik yang beriman dan bertakwa. Indicator semakin kuatnya iman dan ketakwaan anak didik pun hanya dapat dilakukan melalui evaluasi dan pengamatan. Dengan jalan tersebut kurikulum Pendidikan Agama Islam akan terus berkembang, terutama dari segi isi dan subtansi kurikulum yang bertujuan anak didik yang cerdas dan terampil serta berakhlakul karimah dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama manusia.

Kurikulum 2013 yang didasarkan pada berbagai analisis dan masukan yang mendalam dari pihak-pihak yang berpengetahuan diharapkan mampu mengatasi kesenjangan dan kekurangan yang dimiliki oleh kurikulum sebelumnya. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Karakter Kurikulum 2013 terdiri dari berbagai topik yang tercakup dalam Pelajaran Pendidikan Agama Islam, seperti topik dari Al-Qur'an, Aqidah, moralitas, fikih, dan sejarah agama Islam. budaya Islami.

Tujuan dari penggunaan model inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logika dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian proses mental.

(3)

Dengan demikian, dalam model inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal.

Seperti yang dapat disimak dari penjelasan di atas, maka model inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Tujuan penelitian ini adalah untuk: “Untuk mengetahui meningkatkan hasil belajar Aku Selalu Dekat Dengan Allah SWT (Asmaul Husna) di kelas X SMAS Al-Bahra.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan tindakan yang difokuskan pada situasi kelas atau lazim disebut Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas).

Menurut Hopkins (1993) : PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap konsep dalam praktik pembelajaran. PTK merupakan suatu proses dimana guru dosen dan peserta didik menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan pembelajaran di kelas dapat tercapai secara optimal.

Selain itu, PTK adalah metode pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses memperoleh keterampilan dalam melihat dan menyelesaikan masalah. Penelitian tindakan kelas juga merupakan jenis penelitian yang mencerminkan tindakan yang dilakukan oleh pelakunya untuk meningkatkan daya nalarnya dan tindakan yang dilakukannya serta untuk menyempurnakan keadaan sebenarnya dimana praktek pelaksanaan pembelajaran di kelas dilakukan.

Urgensi pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah guru merupakan agent of change (agen perubahan) yang harus selalu membuat perubahan dan peningkatan profesionalitas. Untuk itu, upaya penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari di kelas. Dengan demikian, PTK dilakukan untuk meningkatkan dan atau memperbaiki praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru.

Penelitian ini dilakukan dalam 3 Siklus, masing-masing siklus dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil dari refleksi ini digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat perencanaan bagi siklus selanjutnya, jika ternyata yang dilakukan belum berhasil, maka dilakukan siklus selanjutnya sehingga mencapai hasil yang diharapkan. Dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus ke dua dan seterusnya merupakan putaran

(4)

ulang dari tahapan sebelumnya. Hanya saja antara siklus pertama, kedua dan selanjutnya selalu mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi siklus yang satu dengan yang lainnya tidak akan pernah sama meskipun melalui tahap- tahap yang sama. Dalam penelitian tindakan sekurang-kurangnya terdapat 2 (dua) siklus, mulai dari perencanaan sampai dengan refleksi.

Adapun kriteria keberhasilan tindakan sebagai berikut :

a) Untuk memberikan makna terhadap proses pembelajaran setelah pelaksanaan tindakan digunakan kriteria, yaitu membandingkan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus pertama dengan siklus berikutnya. Apabila keadaan setelah tindakan menunjukkan hasil peserta didik lebih dari tindakan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa tindakan telah berhasil.

b) Untuk memberikan makna terhadap keberhasilan pelaksanaan tindakan didasarkan pada peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari segi nilai tes yang diberikan setiap pertemuan. Pedoman penilainnya dengan mengacu pada Ngalim Purwanto adalah rentang nilai berikut ini :

90 % - 100 % = Sangat Baik 80 % - 89 % = Baik

65 % - 79 % = Cukup 55 % - 64 % = Kurang

Kurang dari 55 = Sangat Kurang

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil kelas X MIPA 1 sebagai responden penelitian yang terdiri dari 20 siswa. Kelas ini memenuhi syarat sebagai responden karena kelas X MIPA 1 masih memiliki masalah dalam pemahaman materi pai. Setelah peneliti memperoleh data melalui teknik pengumpulan data dari objek penelitian, maka selanjutnya peneliti menganalisis data. Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk memastikan bahwa dengan penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAS Al-Bahra.

Data yang akan dianalisis merupakan data Kuantitatif berupa data yang diperoleh dari hasil Observasi selama proses pembelajaran, dan data yang diambil dari hasil tes formatif yang dilakukan pada akhir setiap tindakan siklus. Data diolah dengan menggunakan rumus:

(5)

P = F x 100 % N

Keterangan :

F = frekuensi yang sedang dicari persentasinya,

N = Number of cases (jumlah frekunsi atau banyaknya individu).

P = Angka untuk persentase.

HASIL PENELITIAN

Sebelum yang terjadi di kelas X SMAS Al-Bahra Sebelum melakukan pembelajaran kepada siswa, peneliti melakukan observasi lagi pada tanggal 7 November 2022, untuk memastikan tidak ada perubahan pada siswa di kelas X SMAS Al-Bahra (Asmaul Husnacapacity ) untuk mempelajari Materi PAI. Pada tahap ini peneliti mengamati proses pembelajaran PAI di kelas dengan memperhatikan pembukaan, kegiatan pembelajaran utama, dan penutup.

Proses belajar mengajar yang kurang baik pada fase awal pembelajaran disebabkan oleh kurangnya persiapan guru. Untuk menginspirasi anak-anak untuk belajar, guru tidak menggunakan brainstorming. Selain itu, instruktur melakukan penilaian untuk melihat seberapa baik mereka memahami konten yang akan mereka ajarkan. Pada tahap awal ini, guru mempresentasikan materi di depan kelas dan memberikan penjelasan secara langsung. Guru masih menggunakan teknik pengajaran tradisional selama tahap inti pembelajaran, di mana siswa mendengarkan dengan penuh perhatian saat guru menyampaikan pelajaran. Dengan kata lain, instruktur tetap menjadi pusat dari sistem pembelajaran. Kurang terjadi interaksi antara guru dan siswa selama proses belajar mengajar. Tidak banyak sumber ilmu yang bisa dibagikan kepada siswa karena bahan ajar yang digunakan guru untuk mengajar PAI kurang memadai.

Karena media yang menarik dapat memacu minat belajar siswa, kurangnya media menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar.

Sebelum melakukan tindakan lebih lanjut, peneliti melakukan ujian atau penilaian terlebih dahulu terhadap siswa untuk mengetahui dasar pengetahuan PAI mereka, khususnya informasi dari Aku Selalu Dekat dengan Allah SWT.

Peneliti memberikan tes yang harus dikerjakan siswa yang terdiri dari 15 soal pilihan ganda pada instrumen tes yang telah disiapkan (Quizizz). Prosedur yang diuraikan dalam bab III digunakan untuk mengevaluasi tes. Pada tanggal 7 November 2022 dilakukan tes/penilaian awal awal. Dua puluh siswa mengikuti tes selama putaran pertama evaluasi ini. Hasil tes dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Hasil Tes/Penilaian Awal

(6)

No. Interval Skor

Kualifikasi Frekuensi Persentase (%)

1 90 – 100 Istimewa - -

2 80 – 89 Sangat bagus - -

3 70 – 79 Bagus - -

4 60 – 69 Cukup 5 25

5 50 – 59 Kurang 11 55

6 < 50 Sangat kurang 4 20

Data di atas menunjukkan bahwa 4 siswa (20%) termasuk dalam kategori

“sangat kurang”, sedangkan 5 siswa (25%) termasuk dalam kategori “cukup”

dan 11 siswa (55%) termasuk dalam kategori “kurang”. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai "Istimewa", "Sangat Bagus", dan "Bagus". Siswa menerima skor rata-rata 53 pada titik ini, menempatkan mereka dalam kelompok

"Kurang". Dengan kata lain, siswa yang menggunakan panduan belajar PAI Aku Selalu Dekat dengan Allah SWT (Asmaul Husna) tidak mendapatkan nilai kelulusan (KKM) yang dipersyaratkan, dimana KKM untuk mata pelajaran PAI Aku Selalu Dekat dengan Allah SWT kelas X adalah (65).

Nilai rata-rata siswa meningkat secara nyata dari tes pertama hingga siklus III seperti terlihat pada Grafik 2.5 di atas. Siswa menerima skor rata-rata penilaian awal 53, yang termasuk dalam kategori "Kurang". Siswa kemudian memperoleh nilai rata-rata (57,38) pada tes siklus I, termasuk dalam kelompok

“Kurang”. Siswa memperoleh skor rata-rata (62,13) pada tes siklus kedua, yang membuat mereka memenuhi syarat untuk kategori "Cukup". Tes untuk siklus ketiga menunjukkan peningkatan yang signifikan pada siswa. Siswa menerima skor rata-rata (65,68) dan diklasifikasikan sebagai "Cukup". Karena siswa telah mencapai tujuan penelitian, peneliti berhenti memberikan tindakan dalam fase ini meski masih dalam kategori “Cukup”. Berikut grafik perkembangan belajar siswa dari awal evaluasi sampai siklus akhir agar dapat lebih jelas memahami peningkatan belajar siswa:

70 60 50 40 30 20

Penilaian Awal Siklus I Siklus II Siklus III

(7)

Tindakan yang diterima siswa dari siklus I hingga siklus III memiliki pengaruh yang signifikan terhadap seberapa baik siswa mengembangkan keterampilannya pada mata pelajaran PAI Aku Selalu Dekat Dengan Allah SWT. seperti yang terlihat pada grafik 2.6 di atas. Instruksi yang diberikan dalam siklus ini memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan pengetahuan siswa dan memungkinkan mereka untuk memenuhi tujuan penelitian. 5 siswa (25%) berada pada kelompok “cukup”, 11 siswa (55%) berada pada kategori

“kurang”, dan 4 siswa (20%) berada pada kategori “sangat kurang” pada penilaian awal. Tidak satupun siswa yang mendapatkan nilai "Istimewa",

"Sangat Bagus", dan "Bagus".

Namun kemampuan siswa meningkat setelah siklus I dilakukan tiga kali pertemuan tindakan. Tiga siswa (15%) dianggap sebagai siswa yang “baik”. 8 siswa (atau 40%) tergolong "cukup". 7 siswa (35%) tergolong “kurang” Hanya 2 siswa (10%) yang termasuk dalam kelompok “Sangat Kurang”. Tidak ada siswa yang mendapatkan nilai "Istimewa" dan "Sangat Bagus".

Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, kondisi siswa membaik. Empat murid (20%) diklasifikasikan sebagai "Baik." 13 anak (atau 56%) tergolong siswa

“cukup”. 3 siswa (15%) tergolong “kurang”. Siswa yang mendapat nilai

“Istimewa” dan “Sangat Bagus”

Pada siklus III, mahasiswa dapat menyelesaikan tujuan penelitiannya.

Empat murid (20%) diklasifikasikan sebagai "Bagus." 2 siswa (35%) dan 14 anak (70%) masing-masing masuk dalam kategori “cukup” dan “kurang”. Tidak satupun siswa yang mendapatkan nilai "Sangat Kurang" "Istimewa" dan

"Sangat Bagus". Tabel berikut memberikan gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan siswa berdasarkan kategorinya:

No. Interval

Skor Kategori Tes Awal

Siklus I

Siklus II

Siklus III

1 90 – 100 Istimewa 0 0 0 0

2 80 – 89 Sangat bagus 0 0 0 0

3 70 – 79 Bagus 0 15 20 30

4 60 – 69 Cukup 25 40 65 70

5 50 – 59 Kurang 55 35 15 10

(8)

Y: 65,88 – 53= 12,88 6 < 50 Sangat

kurang 20 10 0 0

Perkembangan siswa dari tes/penilaian awal hingga siklus III dirinci secara menyeluruh pada Tabel 2.8 di atas. Selama evaluasi awal, tidak ada siswa yang masuk dalam kategori "Istimewa", "Sangat Bagus", dan "Bagus".

Konsekuensinya bertindak serius selama setiap siklus. Terdapat beberapa siswa yang masuk dalam kelompok “Bagus” setelah diberikan tindakan selama tiga siklus, dan siswa mampu mencapai tujuan penelitian. Akibatnya, siswa mampu memahami PAI Aku selalu dekat dengan Allah SWT. Lingkungan belajar yang lebih baik, pola pikir yang lebih baik, dan kemampuan untuk terlibat dan berpartisipasi di kelas semuanya dapat meningkat dalam proses pembelajaran, sesuai dengan KKM, ketika mengadopsi Model Inkuiri. Siswa mampu memahami paradigma pembelajaran inkuiri dan materi pembelajaran PAI Aku selalu dekat dengan Allah SWT. di kelas sehingga pembelajaran menjadi lebih efisien.

Selisih nilai rata-rata siswa pada siklus III dengan nilai rata-rata siswa pada tes/penilaian awal dapat digunakan untuk menghitung peningkatan siswa sebagai berikut:

Dapat dikatakan bahwa kapasitas untuk memahami materi Aku selalu dekat dengan Allah SWT. Setelah menyelesaikan tiga siklus tindakan dengan menggunakan model inkuiri, siswa mengalami peningkatan sebesar 12,88 poin.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Model Inkuiri berhasil meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Aku selalu dekat dengan Allah SWT. siswa kelas X SMAS Al-Bahra.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini, yang dicapai melalui analisis data dan penelitian, menunjukkan bagaimana Model Inkuiri dapat meningkatkan kualitas konten PAI. Saya selalu dekat dengan Allah SWT. Kelas X SMAS Al-Bahra. Nilai rata- rata siswa pada tes/penilaian pertama yaitu (53), dan siswa kelompok Kurang pada tes/penilaian siklus ketiga sangat berbeda satu sama lain (65,88). Hal ini menunjukkan bahwa ketika guru diberikan tiga kali siklus, siswa menerima tambahan 12,88 poin. Peningkatan yang lebih signifikan terlihat pada perubahan perilaku siswa di dalam kelas, khususnya yang menyangkut sikap, motivasi belajar, dan keterlibatan. Siswa menunjukkan perilaku yang mengganggu, seperti bercerita di kelas, tampak lebih bersemangat dan senang berpartisipasi di kelas, dan selama kegiatan kelompok, siswa dapat

(9)

berpartisipasi lebih aktif dan membantu kelompoknya dalam memecahkan kesulitan.

DAFTAR PUSTAKA

Pelajar. Aunurrahman. (2014). Belajar Dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Djamarah, S. Bahri. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka cipta.

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo.

Gusa, A. (2009). UU SISDIKNAS dan UU GURU DAN DOSEN. Jakarta: Asa Mandiri.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Hamalik, O.

(2000). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Jenderal Departemen Agama RI. (2000). Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung : Deponegoro.

Jihad, A & Haris, A. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Miles, M. B. & Huberman, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook Third Edition. USA: Sage Publishing.

Muhammad, A. (2000). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima.

Ramayulis.(2015).Dasar-Dasar Kependidikan suatu Pengantar Ilmu Kependidikan. Jakarta: Kalam Mulia.

Rust, F & Clerk, C. (2012). How to Do Action Research in Your Classroom.

USA:Teachers Network Leadership Institute.

Trianto. (2009). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya.

Ahmadi, K & Setyono, H.A. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP.

Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya.

Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Anam, K. (2016). Pembelajaran Berbasis Inquiri. Yogyakarta Pustaka

(10)

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trianto. (2013). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, Dan Imlpementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kecamatan Lumajang yang sudah bekerja di Kabupaten Lumajang. Metode sampling yang digunakan adalah

penumpang akibat kerusakan barang bagasi tercatat, diatur pada hukum positif Indonesia yaitu Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen guna

Sampel, berupa air dan tanah, diambil di sepanjang aliran sungai (jalan Abdullah Daeng Sirua – Antang – Bantimurung, Maros).) dan selajutnya sampel dibawa ke laboratorim

Tabell.. Tetapi setelah menggunakan distributor bentuk silltered plate memberikan hasil khlorinasi yang Iebih besar seperti terlihat pacta data yaitu memberikan berat

Sedangkan perkembangan merupakan proses perubahan-perubahan yang terutama berhubungan dengan aspek psikis atau hidup kejiwaan individu seperti perubahan mental, sosial,

Masalah berkenaan dengan gejala yang tampak (yang ditangkap oleh pancaindera) yang muncul akibat rasa ingin tahu. Namun tidak semua hal yang kita rasakan merupakan masalah.

Penelitian ini merumuskan masalah mengenai apakah media pendidikan, minat belajar dan motivasi berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada mahasiswa Universitas

terhadap konflik fungsional di dalam perusaan untuk langkah kedepan dalam arti jangka panjang dan dapat menjadi sebuah bahan evaluasi untuk satu langkah lebih baik di