PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
LANDASAN TEORI
Karakter
3 Asdiqoh Siti, Implementasi Pendidikan Karakter Bagi Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali, (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga: Salatiga 2020), hal.4. Pembentukan karakter merupakan upaya yang melibatkan semua pihak: orang tua, sekolah, lingkungan sekolah dan masyarakat luas. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan karakter anak dimulai sejak dini, bahkan sejak anak dilahirkan.
Oleh karena itu, pembentukan karakter pada anak hendaknya dirancang secara bertahap, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya pendidikan karakter yang baik dapat mendorong peserta didik untuk melakukan hal-hal positif dan mempunyai tujuan hidup yang tepat. Lingkungan sekolah belum tentu menjadi tempat bagi anak untuk mendapatkan pembentukan karakter secara utuh.
Oleh karena itu, orang tua, keluarga, lingkungan dan masyarakat juga berperan penting dalam membangun karakter. Pembentukan karakter dalam sistem pendidikan adalah hubungan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku yang dapat dilaksanakan atau ditindaklanjuti secara bertahap dan saling berkaitan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk pelaksanaannya. baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap diri sendiri, terhadap sesama umat manusia, terhadap lingkungan hidup, terhadap bangsa dan negara, serta terhadap masyarakat internasional. Komponen dalam pendidikan karakter inilah yang disebut dengan keinginan akan kebaikan atau Desire for Good.
Pembentukan karakter yang baik hendaknya tidak hanya menyangkut aspek mengetahui yang baik (moral unknown), tetapi juga keinginan terhadap yang baik atau mencintai yang baik (moral feeling), dan bertindak yang baik. Pembentukan karakter dalam pendidikan tidak hanya dapat mengenal atau mengingat jenis-jenis karakter saja, tetapi juga harus berlangsung melalui pembiasaan dan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hasil yang baik dari 'pembangunan karakter' ini ditujukan bagi siswa yang sudah mulai banyak bersosialisasi, baik secara internal di sekolah maupun secara eksternal dengan pihak luar sekolah.
Hakikat Peran Orang Tua dalam Pembentukan Karakter
Kesatuan rohani orang tua dan anak tidak dapat dipisahkan oleh dimensi ruang, jarak dan waktu. Perasaan cinta dan kasih sayang yang Tuhan berikan kepada orang tua mampu membuat orang tua bersabar dalam mendidik, mendidik, mendidik anak dan memperhatikan segala keselamatannya. Mungkin inilah sebabnya Al-Qur'an menggambarkan pentingnya anak bagi orang tua dengan ungkapan seperti “hiasan dunia” (al-Kahfi: 46) dan “kegembiraan hati” (al-Furqan: 74).
Situasi pendidikan terwujud berkat pergaulan dan saling pengaruh antara orang tua dan anak. Setidaknya beban tanggung jawab pendidikan Islam yang ditanggung orang tua adalah sebagai berikut. 12Djamarah Bahri Syaiful, Pola Asuh dan Komunikasi dalam Keluarga Upaya Membangun Citra untuk Membentuk Kepribadian Anak, (PT Rineka Cipta: Jakarta 2014), hal.
Dalam wahana keluarga, orang tua khususnya ayah sebagai kepala keluarga dengan dibantu anggota keluarga harus mampu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebuah keluarga. Orang tua (ayah dan ibu) tidak sekedar menjalin silaturahmi dan melaksanakan berbagai tujuan keluarga seperti reproduksi, kelanjutan keturunan, terjalinnya kasih sayang dan lain sebagainya. Kewajiban orang tua ini wajar (wajar) karena Allah SWT menciptakan naluri orang tua untuk menyayangi anaknya.
15 Jailani Syahran M, Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua pada Anak Usia Dini, Volume: 8, Edisi: 2, Oktober 2014, hal. 246-247. Hubungan orang tua yang efektif, penuh kasih sayang dan tanggung jawab, dilandasi oleh kasih sayang yang tulus, menyebabkan anak-anaknya mengembangkan aspek-aspek aktivitas kemanusiaan dalam dirinya. Orang tua harus menggunakan berbagai cara yang efektif untuk mengembangkan anaknya menjadi pribadi yang mulia.
Penelitian Yang Relevan
Triani mendalami langkah-langkah guru PAI dalam membentuk karakter siswa dan faktor-faktor yang menghambat terbentuknya karakter tersebut, adapun yang dilakukan peneliti berupa upaya pembentukannya. Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Anak di Desa Kedaton Induk Kecamatan Batanghari Nuban Lampung Timur. Kesamaan penelitian yang dilakukan peneliti dan kakak Felia Maifani meneliti tentang pembentukan karakter anak.
Dalam tesisnya, Tia Indrianti mengkaji tentang bagaimana peran orang tua dalam membentuk karakter anak di Desa Kedaton Induk, sedangkan yang dilakukan peneliti adalah upaya pembentukannya.
Kerangka Berpikir
Kemudian Suhandi juga mengatakan bahwa : Masyarakat sebagai pranata sosial yang lebih besar memberikan kemungkinan untuk menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan sosial yang baik, memberikan pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana bertindak yang baik, yaitu sesuai dengan kehendak masyarakat dan tindakan-tindakan yang bersifat negatif dan negatif. menghindari hal-hal yang tercela demi kemaslahatan individu dan kemaslahatan masyarakat secara keseluruhan.
Sistematika Pembahasan
Jenis Penelitian
Masa depan yang baik bagi anak dan orang tua juga memberikan contoh teladan perilaku yang baik terhadap anak. Orang tua mengenalkan dan menanamkan karakter santun pada anak dengan menunjukkan sikap dan kebiasaan yang baik terhadap anak. Berdasarkan wawancara peneliti dengan narasumber OT4 selaku orang tua S4 tentang apa yang telah dilakukan di sekolah.
Peran orang tua sangat berpengaruh terhadap karakter anak, sejak dalam kandungan orang tua sudah seharusnya berbuat baik. Orang tua juga tidak pernah bosan untuk selalu memberikan contoh hal-hal yang baik agar anak dapat mencontoh hal-hal baik tersebut. Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan S2 mengenai apakah orang tuanya mengajarkan kejujuran dan sopan santun sejak kecil, S2 menyatakan demikian.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan narasumber S3 tentang apakah orang tua selalu memarahi jika melakukan kesalahan, S3 menyatakan demikian. Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan S7 tentang apakah orang tua menerapkan prinsip keadilan ketika berada di rumah, S7 menyatakan demikian. Berdasarkan wawancara peneliti dengan konselor S8 tentang bagaimana sikap orang tua ketika anak berbicara buruk, S8 mengemukakan hal tersebut.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan konselor S9 tentang bagaimana orang tua mengingatkan anaknya untuk melakukan kegiatan mengaji, S9 menyatakan demikian. Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan S10 tentang cara orang tua menghadapi anak ketika sedang marah, S10 menyatakan demikian. Bagi para orang tua: Mulailah membentuk karakter anak sejak dini agar dapat meningkatkan karakter baik anak.
Waktu Dan Tempat Penelitian
Subjek Penelitian
Subyeknya adalah 10 orang tua dan 10 orang anak (narasumber atau informan) yang dapat memberikan informasi mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut Spradley, pemilihan informan dilakukan di Iskandar dengan membentuk subjek tes yang mudah dijadikan sumber informan, tidak sulit dihubungi dan mudah mendapatkan izin melakukan penelitian. Informan terpilih adalah mereka yang dianggap mampu memberikan informasi terkait subjek penyidikan dan diharapkan dapat mempercepat proses penyidikan. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu mencari informan dengan pertimbangan tertentu yang diyakini mampu memberikan data secara maksimal.
Purposive sampling merupakan teknik yang digunakan peneliti apabila peneliti mempunyai pertimbangan tertentu pada saat mengambil atau menentukan sampel. Dalam penelitian yang penulis jadikan orang tua sebagai informan, kriteria orang tua yang dijadikan informan adalah 10 orang tua. Dalam penelitian ini penulis menjadikan 10 anak sebagai informan, kriteria anak yang dijadikan informan adalah 10 anak SD kelas 2 sebanyak 2 orang, kelas 3 sebanyak 2 orang, kelas 4 sebanyak 2 orang, kelas 5 sebanyak 2 orang. dengan 1 orang, dan di kelas 6 dengan 2 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu jika peneliti mengetahui secara pasti mengenai informasi yang ingin diperolehnya, maka peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis yang telah disiapkan alternatif jawaban pada saat melakukan wawancara. wawancara. . Dalam wawancara tidak terstruktur ini, setiap responden ditanyai pertanyaan yang sama dan dicatat oleh pengumpul data. Teknik penyaringan informasi ini menggunakan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk wacana yang disusun secara langsung dan sistematis, dan wawancara akan berkembang sendiri sesuai dengan keadaan yang ada.
Teknik ini untuk mengetahui upaya pembentukan karakter anak melalui peran orang tua di RT 004 RW 002 Desa Pensiun Kepahiang Kecamatan Kepahiang. Sedangkan melalui wawancara peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan untuk dijadikan bahan data atau sumber data yang penting bagi peneliti. Observasi atau observasi Bahtiar adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara melihat langsung suatu objek oleh peneliti.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai upaya pembentukan karakter anak melalui peran orang tua di RT 004 RW 002 Kelurahan Kampung Pensiunan Kecamatan Kepahiang. Dokumen dapat berupa teks tertulis, gambar atau karya monumental seseorang. Dokumen yang berbentuk teks tertulis, misalnya catatan harian, riwayat hidup, biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya, misalnya karya seni, dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Teknik Keabsahan Data
Teknik Analisis Data
HASIL PENELITIAN
Data Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa orang tua memperhatikan karakter anaknya sejak dini guna menata masa depan anaknya. Berdasarkan wawancara peneliti dengan narasumber OT3 selaku orang tua S3 tentang cara orang tua mengenalkan dan menanamkan karakter santun pada anak, hal tersebut diungkapkan ibu Repi. Berdasarkan wawancara peneliti dengan narasumber OT5 selaku orang tua S5 tentang bagaimana karakter anak tetap terbentuk ketika orang tua sibuk bekerja, Ny. Titi mengatakan itu.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan OT6 selaku orang tua dari S6 tentang apakah pembentukan karakter anak sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut diungkapkan oleh Ibu Darma. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap karakter anak dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan wawancara peneliti dengan narasumber OT7 selaku orang tua dari S7 tentang bagaimana bimbingan orang tua bagi anak dalam beribadah, Pak Rajab menyampaikan hal tersebut.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan narasumber OT9 selaku orang tua S9 tentang bagaimana cara orang tua menghadapi anak yang berkarakter buruk, Bu Nopen berpendapat demikian. Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan OT10 selaku orang tua S10 tentang pertanyaan apakah komunikasi antara orang tua dan anak berjalan dengan baik, Ibu Iin menyatakan demikian. Berdasarkan wawancara peneliti dengan narasumber S1 tentang apakah orang tua menyuruhnya membiasakan diri menaati ajaran agama, S1 mengemukakan demikian.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan S4 tentang sopan tidaknya orang tua Diana berbicara kepada orang yang lebih tua, S4 menyatakan demikian. Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan S5 tentang apakah orang tua selalu membantu dan mendengarkan keluhan yang dialaminya, S5 menyarankan hal tersebut. Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan S6 tentang apakah orang tua memberikan waktu dan perhatian ketika berada di rumah, S6 menyatakan ya.
Pembahasan
PENUTUP
Saran-Saran
Bagi para orang tua hendaknya kita meningkatkan peran kita sebagai pendidik dalam membentuk akhlak yang baik dan berakhlak mulia agar anak menjadi anak yang bertakwa dan bertakwa serta mempunyai masa depan yang baik.