• Tidak ada hasil yang ditemukan

upaya pemerintah nagari dalam menyelesaikan konflik

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "upaya pemerintah nagari dalam menyelesaikan konflik"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA PEMERINTAH NAGARI DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK PEMUDA DI KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT (STUDI KASUS: NAGARI KOTO BARU

DAN NAGARI PULUIK-PULUIK)

Atikah Arani, Nilda Elfemi, Erningsih

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT

This research is based on youth fights between nagari Koto Baru and Puluik- Puluik villages. Such torture inflicts damage to society. In accordance with the regulation of 2017 that the task of the government should maintain the tranquility and order nagari but the government happens less attention to the problem so that from 2015 until 2017 still the occurrence of fights that cause losses. The purpose of this study are: 1) Academically the results of this study are expected to contribute to the development of sociology, especially sociology of conflict. 2) Practically is to be a reference for government, society and other research.The theory used is the safety velve theory pioneered by Lewis A Coser. The approach used is qualitative with descriptive research type. The number of informants in this study were sixteen people consisting of Wali Nagari, conflict-affected youth, and community leaders. Selection of informants in this study using purposive sampling technique. Data types used are primary and secondary data types, with interview and observation data collection techniques. The unit of analysis in this study is a group. Data analysis using Miles an Huberman interactive data analysis model. The efforts undertaken by the Wali Nagari government and assisted by other nagari government apparatus are as follows : Negotiating, the government in this case solves this problem by negotiating betwen the two wali nagari, youth chairman, and the conflicting youth family.

Keywords : Efforts, Conflict, Youth.

PENDAHULUAN

Menurut kodratnya manusia adalah sebagai makhluk individu dan sosial, berarti manusia itu tidak mungkin hidup sendiri dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga selalu bersama-sama dengan orang lain, baik itu individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

Dalam kehidupan bermasyarakat

(2)

2 kemungkinan bisa terjadi hambatan- hambatan, diantaranya adalah konflik.

Konflik ini bisa terjadi pada siapa saja, dimana saja, kapan saja dan disebabkan oleh masalah yang menyangkut kebutuhan hidup manusia.

Misalnya dalam dunia kerja, karier, jabatan, kemasyarakatan, agama, politik dan sebagainya. Bila tidak ditangani konflik tersebut akan merugikan berbagai pihak (Haryanto, 2011:12).

Konflik yang terjadi di masyarakat timbul karena berbagai hal, baik itu konflik antar individu maupun antar kelompok. Penyebab-penyebab konflik sosial itu sendiri beranekaragam dari hal yang seharusnya tidak menjadi konflik dimasyarakat lain namun menjadi konflik di suatu masyarakat atau sebaliknya.

Masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang senantiasa berlangsung.

Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-

hal yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial di dalam masyarakat.

Pemuda merupakan bagian dari masyarakat dan bangsa Indonesia.

Menurut Taufik Abdulah (1974:6) pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil dan mempunyai kewajiban yang sama dengan masyarakat lainnya untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan.

Pembangunan itu sulit untuk berhasil, apabila pemuda sebagai sumber tenaga kerja dimasa datang dan sebagai potensi bangsa tidak memberikan andil yang nyata di dalam proses pembangunan dan pemuda memiliki peran penting karena jika ditinjau dari segi keberadaannya ditengah masyarakat, pemuda merupakan bagian yang integral dari masyarakat yang memegang peranan penting di dalam pembangunan (Abdullah, 1974:5).

(3)

3 Namun dewasa ini banyak terjadi konflik pemuda di daerah indonesia salah satunya di Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat, konflik ini terjadi antara pemuda Nagari Koto Baru dengan pemuda dari Nagari Puluik-Puluik. Di Nagari ini konflik juga sudah terjadi bahkan perkelahian antar pemuda di Nagari Koto Baru dengan Nagari Puluik-Puluik sedari dahulu memang sudah sering terjadi.

Pemicu perkelahian tidak lain karena masalah yang klise yaitu adanya ketidaksenangan antar pemuda seperti suara knalpot yang telah dimodif dan dengan sengaja dibunyikan dengan suara besar ketika melewati Nagari tetangga, masalah muda-mudi seperti persaingan dalam memperebutkan lawan jenis, atau konflik dengan teman satu sekolah, dan adanya keramaian warga seperti acara pesta pernikahan dengan diadakannya orgen sehingga mengundang keramaian dari berbagai Nagari untuk meramaikan acara pernikahan, sehingga pemuda dari berbagai Nagari datang dan berkumpul disatu tempat.

Akibat dari konflik yang ditimbulkan oleh pemuda kedua Nagari ini adalah kerusakan rumah warga akibat dari lemparan batu yang tidak terarah sehingga mengenai kaca jendela rumah warga, kerusakan kendaraan roda dua yang dikendarai oleh pemuda, dan luka memar akibat dari perkelahian.

Sesuai dengan pasal 13 ayat 1 peraturan daerah Pesisir Selatan nomor 8 tahun 2007 tugas dari Pemerintah Nagari atau Wali Nagari salah satunya adalah memelihara kententraman dan ketertiban Nagari. Upaya pemerintah dalam menyelesaikan konflik ini sangat begitu dibutuhkan, agar masalah pekerlahian pemuda tidak berlarut-larut. Akan tetapi pemerintah setempat sepertinya kurang memperhatikan masalah perkelahian pemuda ini. Terrbukti perkelahian antar pemuda Nagari Koto Baru dengan pemuda Nagari Puluik-Puluik masih terjadi. Seharusnya pemerintah setempat lebih serius dalam menangani kasus tersebut, masalahnya setiap konflik yang terjadi banyak menimbulkan kerugian.

(4)

4 Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti melakukan penelitian terkait bagaimana upaya pemerintah nagari dalam menyelesaikan konflik pemuda di Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan tidak menganalisis angka- angka (Afrizal, 2014:13).

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat

penelitian berlangsung (Noor, 2011:33-34).

Pada penelitian ini peneliti mendeskripsikan upaya pemerintah Nagari dalam menyelesaikan konflik pemuda antar Nagari di Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Peneliti mendeskripsikan masalah yang diteliti yaitu bagaimana upaya pemerintah dalam menyelesaikan konflik pemuda antar Nagari di Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

Informan Penelitian adalah orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya maupun orang lain atau suatu kejadian kepada peneliti atau pewawancara, Afrizal (2014:

139). Dalam penelitian ini informan ditetapkan sebagai subjek sesuai dengan karakteristik penelitian proposive sampling (penunjukan), yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu. Artinya orang-orang yang ditunjuk hanya mereka yag benar- benar mengerti secara pasti akan masalah apa yang sedang dikaji.

(5)

5 Dalam penelitian ini adapaun kriteria informan penelitian tersebut adalah Wali Nagari, pemuda yang terlibat konflik dan tokoh masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Konflik Pemuda antar Nagari Koto Baru dan Nagari Puluik-Puluik

Awal mula terjadinya konflik antar kelompok Pemuda Nagari Koto Baru dengan Nagari Puluik-Puluik berawal sekitar tahun 1989 sampai dengan 2017, awal mula penyebab konflik tersebut hanya karena minuman keras saat menonton acara orgen tunggal, hingga dendam sehingga kerap terjadi perkelahian antar pemuda yang berujung terjadinya konflik. Hal ini terjadi karena adanya kesenjangan antara pemuda di Nagari Koto Baru dan Nagari Puluik-Puluik, yang mana dipicu oleh dendam lama yang berkelanjutan tanpa ada tahap- tahap penyelesaianya sehingga mengakibatkan masalah tersebut semakin berkelanjutan.

Yang menjadi puncak terjadinya konflik adalah tahun 2015 dimana konflik kembali terjadi antar

Nagari tersebut. Pemicu terjadinya konflik pada tahun 2015 disebabkan oleh masalah muda mudi seperti memperebutkan pacar, ketika pemuda Koto Baru tidak terima pacar nya direbut oleh pemuda Puluik-Puluik maka pemuda Koto Baru mengajak teman-temannya untuk mengeroyok pemuda Puluik-Puluik yang saat itu melintasi Nagari Koto Baru. Masalah ini dilaporkan ke pihak kepolisian oleh pihak korban dan penyelesaiannya dilakukan dikantor polisi dengan membuat surat perjanjian dan pelaku membayar uang perobatan korban.

Di tahun 2017 konflik terjadi diantara pemuda dari kedua Nagari ini disebabkan oleh saling tidak menyapa saat melewati nagari masing-masing, menggas-gaskan motor saat melewati kampung masing-masing, balas dendam dan acara orgen tunggal.

Upaya Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Nagari

Berikut ini merupakan upaya yang dilakukan pemerintah nagari untuk menyelesaikan konflik yaitu dengan melakukan perundingan, atau

(6)

6 bermusyawarah untuk mencari jalan mendamaikan pemuda dua nagari ini.

Dalam perundingan ini dipanggilah kedua tokoh masyarakat dari kedua nagari, orang tua korban atau pelaku, ketua pemuda, dan wali nagari.

Tempat perundingan ini terjadi biasanya dirumah warga tempat kejadian perkelahian atau dirumah pemuda yang terlibat perlekahian. Isi musyawarah ini adalah dimana memberikan aturan-aturan seperti sanksi kepada pelaku yang berkelahi dengan membuat persetujuan jika ada yang terluka maka biaya obat akan dibayar oleh pelaku, dan juga ada kerusakan rumah warga maka biayanya akan ditanggung oleh pelaku yang berkelahi.

Perundingan juga dilakukan dengan cara kekeluargaan, dalam hal ini yang berperan penting adalah ketua pemuda dan tokoh-tokoh masyarakat termasuk keluarga yang bergabung dalam menyelesaikan konflik antar pemuda. Ketua pemuda memberikan pertanyaan kepada pihak yang berkonflik, apakah permasalahan ini ingin diselesaikan secara kekeluargaan

atau secara hukum, serta mempertimbangkan sanksi-sanksi lain dan keberatan yang akan dialami jika menggunakan jalur hukum.

Selanjutnya pemerintah nagari bersama tokoh masyarakat membuat sanksi yang lebih tegas lagi dengan membuat surat perjanjian antara kedua belah pihak yang berkonflik dengan harapan bahwa dengan surat perjanjian ini makan pemuda dari dua nagari ini tidak berkelahi lagi.

Surat perjanjian ini isinya adalah pernyataan perdamaian yang akan di tanda tangani diatas matrai oleh kedua wali nagari, kedua ketua pemuda, kedua kepala kampung.

Dalam surat perjanjian pernyataan perdamaian itu jika dinyatakan diantara keduanya melanggar aturan dari surat pernyataan tersebut maka langkah selanjutnya akan diselesaikan atau akan dibawa ke ranah hukum.

Pemerintah nagari sudah melakukan upaya untuk menyelesaikan konflik akan tetapi upaya yang dilakukan oleh pemerintah nagari ini masih lemah dalam menghadapi

(7)

7 permasalahn ini karena dari pihak pemerintah tidak pernah ingin mencari tahu apa permasalahan yang sebenernya dan kronologi dari permasalahan tersebut. Dan juga upaya yang dilakukan oleh pemerintah nagari ini hanya meredam konflik bukan menyelesaikan konflik ini terbukti karena konflik masih saja terus berlanjut.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah mulai dari perundingan dan surat perjanjian itu adalah suatu bentuk dari tindakan yang mengurangi ketegangan. Seperti yang dikatakan oleh Lewis A. Coser tentang safety value (katup pengaman). Menurut Coser, katup pengaman ini disamping dapat berbentuk institusi sosial dapat juga berbentuk tindakan-tindakan atau kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengurangi ketegangan, karena konflik tidak dapat tersalurkan.

Yang menjadi katup pengaman untuk menyelesaikan konflik antara 2 nagari ini adalah pemerintah dari masing-masing nagari. Ini bisa dilihat ketika bagaimana upaya yang

dilakukan pemerintah nagari dalam menyelesaikan konflik tersebut.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah nagari ini seperti adanya perundingan, dan surat perjanjian. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi ketegangan antar pemuda yang berkonflik dan juga agar konflik tidak berlarut-larut. Walaupun hasil dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah dua nagari ini kurang maksimal dikarenakan upaya ini hanya meredam konflik bukan menyelesaikan konflik karena konflik masih sering terjadi antara pemuda Nagari Koto baru dengan Nagari Puluik-Puluik akan tetapi pemerintah dari dua nagari ini sudah meredam atau mengurangi ketegangan yang terjadi antara pemuda dua nagari ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan wawancara dan observasi serta dibantu oleh dokumen- dokumen yang berhubungan dengan konflik yang terjadi di kalangan pemuda ini dipicu oleh beberapa faktor. Namun dari sekian banyak

(8)

8 faktor yang ada pemerintah selalu mengambil langkah inisiatif untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kalangan para pemuda ini.

Adapaun upaya-upaya yang diakukan oleh pemerintahan wali Nagari tersebut dan dibantu oleh apat- aparat pemerintahan Nagari lainnya adalah sebagai berikut: Melakukan Perundingan, pemerintahan dalam hal ini menyelesaikan permasalahan ini dengan melakukan perundingan antara kedua wali Nagari, ketua pemuda, dan keluarga pemuda yang berkonflik, kemudian dilanjutkan dengan penyelesaian masalah dengan sistem kekeluargaan, serta terakhir dengan membuat surat perjanjian perdamaian

antara kedua bela pihak yang terlibat dalam masalah atau konflik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik.1974. Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta:

LP3ES

Afrizal,2014: Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Padang Laboratorium Fisip Unand.

Haryanto, Doni Dan G. Edwi Nugrohadi, S.S., M.A.

Pengantar Sosiologi Dasar.

Jakarta: Prestasi Pustaka

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari pada penelitian ini adalah masih kurang optimalnya implementasi kebijakan pemerintah yang telah diterapkan di salah satu wilayah perbatasan Indonesia Timor Leste

Abstrak : Pemicu utama adalah konflik perseorangan, karena atas nama solidaritas kedaerahan maka konflik tersebut berlanjut menjadi konflik antar daerah. Tujuan penelitian

Ada 3 persoalan yang dikaji yakni (1) bagaimana situasi sosial politik yang membingkai sistem peme- rintahan nagari dan sistem pemerin- tahan desa (2) Konflik yang

Faktor penghambat dari penggunaan aplikasi Surek Nagari adalah sumber daya manusia yang masih kurang, sarana dan prasarana khususnya jaringan internet yang masih buruk di beberapa

Peran Camat dalam meningkatkan pelayanan publik di kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo masih kurang maksimal dikarenakan pelayanannya masih lambat untuk pelayanan administrasi KTP,

Penyebab konflik Bamus dan wali nagari adalah praktik klientelisme dalam pelaksanaan dana desa, tidak berfungsinya “katup” atau ninik mamak penyelamat, disparitas struktural atau

Dokumen ini membahas urgensi Nota Kesepahaman Helsinki sebagai upaya untuk menyelesaikan konflik di Nanggroe Aceh Darussalam antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh

VOLUME 11, NOMOR 2 | EDISI JULI – DESEMBER 2023 648 DESAIN KOMUNIKASI DALAM UPAYA MENYELESAIKAN KONFLIK ANTAR AKTOR PADA KASUS PULAU REMPANG Ni’matus Gesa Octavyanida1*, Tiara