• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KENAGARIAN LIMO KOTO KECAMATAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "USAHA KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KENAGARIAN LIMO KOTO KECAMATAN "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

USAHA KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KENAGARIAN LIMO KOTO KECAMATAN

KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG

Evi Agusneti*, Drs. Edi Suarto, M.Pd**, Yuherman, SP, M.Pd**

Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat*

Staf Pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat**

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang usaha kelompok tani dalam pengembangan sapi potong di Kenagarian Limo Koto Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung dilihat dari : 1) Strengths (kekuatan) yang dimiliki kelompok tani dalam pengembangan sapi potong, 2) Weakness (kelemahan) dalam pengembangan sapi potong, 3) Opportunities (peluang) dalam pengembangan sapi potong, 4) Threats (ancaman) dalam pengembangan sapi potong, 5) Usaha yang dilakukan peternak dalam pengembangan sapi potong. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan penentuan informannya secara “purposive sumpling”, yang mengungkapkan Usaha Kelompok Tani Dalam Pengembangan Sapi Potong di Kenagarian Limo Koto dengan menggunakan analisis SWOT dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman dan usaha peternak dalam kelompok. Data dikumpulkan melalui ; 1) observasi, 2) wawancara, 3) dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah para peternak kelompok tani ternak sebanyak 26 orang. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan hal - hal sebagai berikut : 1) Kekuatan dalam pengembangan sapi potong adalah modal dibantu oleh pemerintah, cocok dengan iklim yang ada, sapi cepat beradaptasi, selera makan sapi yang tinggi, pemeliharaan yang mudah, sapi tidak memilih makan, kualitas daging yang tinggi dan pertumbuhan populasi cepat. 2) Kelemahan dalam pengembangan sapi potong adalah kurangnya pengetahuan peternak, sulit mencari rumput pada musim panas, jauh jarak kandang dengan ladang rumput, kurang teratasi limbah kotoran sapi dan sapi tidak tahan penyakit.

3) Peluang dalam pengembangan sapi potong adalah harga sapi yang tinggi, pembagian keuntungan yang besar dan bisa mengeluarkan keuntungan kelompok waktu sapi masih kecil. 4) Ancaman dalam pengembangan sapi potong adalah mengganti rugi kalau sapi mati karena kelalaian dan bau kotoran sapi yang menyebar. 5) Usaha yang dilakukan peternak dalam pengembangan sapi potong adalah meningkatkan pemeliharaan, mematuhi peraturan dan mengikuti penyuluhan.

Kata Kunci : Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman, Usa

ha

(3)

FARMERS GROUP IN DEVELOPING BEEF CATTLE AT KENAGARIAN LIMO KOTO KECAMATAN

KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG

Evi Agusneti*, Drs. Edi Suarto, M.Pd**, Yuherman, SP, M.Pd**

Geography Education College Student STKIP PGRI Western Sumatra*

Education Instructor Staffs STKIP PGRI Geographies Western Sumatra**

ABSTRACT

The purpose of this research is to get an overview about the works that done by farmers group at Kenagarian Limo Koto Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung, it seen from: 1) strengths that owned by farmers groups in developing of beet cattle, 2) weakness in developing this enterprises, 3) opportunities in developing it, 4) threat that appear in developing this business, 5) Work that done by farmers group in developing this business. The kind of this research is qualitative research, the informants is taken by used purposive sampling which describing the work that done by farmers group in developing beet cattle at Kenagarian Limo Koto, it is analyzed by used SWOT analysis because it is seen from strengths, weaknesses, opportunities, threats, and the action of the farmers group. The data were collected through; 1) observation, 2) interview, 3) documentation.

The informants of this research are group farmer that consist 26 people. Based on the result of this research that discussed in this research, it can be concluded as follows: 1) strengths in developing of beet cattle are financial aspect is helped by government, it appropriate in existing climate, the cows are adapt quickly, the cows appetite is high, the cows are easy to maintenance, the cows do not choose to eat, the meat quality is high and the grow of population of cows faster. In addition,2) the weaknesses in developing of beet cattle are lack knowledge of breeder; it is difficult to find grass in the summer, long distance cage with grass, waste of cows are not solved, and the cows are resistant in diseases. 3) Opportunities in developing of beef cattle are the price of cattle is high, profit sharing large, and it can produce the profit although the cows still young. Moreover, 4) threats in developing of beef cattle are the breeder should repaying if the cows died because negligence and the smell manure of cow that spreading. The last 5) Works that done by the breeder in developing of beet cattle are increasing the maintenance, follows the regulations of the government and also follow counseling.

Keywords : SWOT ANALYSIS (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats), the work.

(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya bekerja dibidang sektor pertanian dan peternakan yang berlangsung di dataran tinggi dan dataran rendah, bahkan melakukan budidaya di daerah perairan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk tergolong besar di dunia yang biasa disebut sebagai negara berkembang. Untuk mewujudkan menjadi suatu negara maju dan mensejahterakan rakyatnya, perlu melakukan pembangunan dalam berbagai bidang di seluruh wilayah.

Menurut Emil (2013 : 1), daging sapi merupakan salah satu produk pangan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Kandungan gizinya yang tinggi, terutama asam amino dan asam lemak, sangat bermanfaat bagi pertumbuhan kecerdasan manusia. Di Indonesia, aneka produk olahan daging sapi sudah sangatf amiliar seperti abon, sosis, dendeng, beef, bakso, soto, nugget dan lain - lain. Produk - produk olahan berbahan baku daging sapi tersebut mudah ditemukan di warung - warung, toko - toko, hingga supermarket.

Berkembangnya industri pengolahan makanan berbasis daging sapi telah memacu meningkatnya permintaan daging sapi dalam negeri. Adanya pertambahan jumlah penduduk, kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi protein hewani, dan meningkatnya pendapatan masyarakat turut memacu meningkatnya permintaan daging sapi.

Menurut Emil (2013 : 2), permintaan daging sapi dalam negeri mengalami kecendrungan meningkat dari tahun ke tahun. Hingga kini, pasokan daging sapi lokal belum mampu mengimbangi permintaan daging sapi sehingga sebagian besar daging sapi yang beredar di pasaran masih impor dari negara lain. Saat ini, harga daging sapi segar masih terbilang tinggi.

Daging kualitas tinggi mencapai harga Rp85.000,00/kg, kualitas sedang Rp75000,00 dan kualitas rendah Rp60.000,00. Menjelang hari raya Idul Fitri dan hari - hari besar nasional lainnya, permintaan daging sapi mengalami lonjakan

cukup signifikan dan memicu kenaikan harga daging sapi.

Meningkatnya permintaan daging sapi menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mengembangkan usaha peternakan sapi potong di Indonesia. Budidaya sapi potong sangat prospektif karena permintaan daging sapi baik pasar domestik maupun luar negeri sangat tinggi dan cendrung meningkat. Selain menghasilkan pupuk kandang yang dapat diproses menjadi pupuk organik yang banyak mengandung unsur hara untuk memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur;

urine sapi sapi dapat diolah menjadi pupuk organik yang mahal harganya; pembuatan biogas dari kotoran sapi; kulit sapi dapat dijadikan sebagai bahan baku inddustri kerajinan kulit dan kerupuk krecek; dan tulang sapi dapat diolah menjadi bahan seperti perekat/lem, tepung tulang, dan barang kerajinan. Selain itu, sapi juga sering dimanfaatkan untuk menarik gerobak atau membajak sawah oleh para petani.

Untuk memacu ketersediaan daging sapi nasional, populasi dan produktivitas sapi potong perlu ditingkatkan.

Caranya dengan upaya pengembangan usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong.

Ketersediaan bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging.

Untuk itu, diperlukan upaya pengembangan pembibitan sapi potong secara berkelanjutan. Pembibitan dan penggemukan sapi potong saat ini masih berbasis peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, dan umumnya lokasi tidak terkonsentrasi.

Ternak sapi merupakan sarana produksi yang sangat penting bagi ternak karena berperan sebagai pemacu pertumbuhan. Namun dalam usaha penggemukan, selain pakan juga perlu diperhatikan aspek pemeliharaan seperti perbaikan kandang dan pemanfaatan limbah untuk pakan. Dalam menunjang pembangunan peternakan pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri.

(5)

Usaha ternak sapi secara umum bersifat ekstensif atau tradisional. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah memberikan penyuluhan secara intensif kepada petani peternak mengenai manajemen pemeliharaan, kesehatan serta reproduksi ternak. Melalui upaya ini diharapkan usaha ternak berkembang dari tradisional ke komersial dengan orientasi bisnis atau memperoleh keuntungan. Dengan pengetahuan yang dimiliki, petani peternak dapat memecahkan masalah-masalah dalam berusaha ternak sapi. Penyuluhan yang diikuti dengan praktek akan memberikan hasil yang optimal.

Petani ternak memilih mengusahakan ternak sapi dengan beberapa tujuan. Bagi petani, ternak sapi berfungsi sebagai sumber pendapatan, protein hewani, dan tenaga kerja serta penghasil pupuk.

Fungsi lain adalah sebagai penghasil bibit dan tabungan. Besarnya kontribusi ternak sapi terhadap pendapatan bergantung pada jenis sapi yang dipelihara, cara pemeliharaan, dan alokasi sumber daya yang tersedia di masing - masing wilayah.

Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, pada zaman sekarang pemerintah sangat berperan besar, salah satunya dengan pemberian modal usaha kepada masyarakat dalam berbagai bentuk.

Salah satunya yaitu dengan pemberian modal untuk pengembangan usaha kepada kelompok tani di berbagai daerah di pelosok tanah air. Terbentuknya kelompok tani diberbagai daerah salah satunya yaitu di Kenagarian Limo Koto Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung. Terfokusnya kelompok tani kepada berbagai program salah satunya yaitu pengadaan program pengembangan usaha ternak sapi potong.

Usaha ternak sapi secara tradisional dikelola petani peternak dan anggota keluarganya dan menjadi tumpuan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Berdasarkan pengamatan awal pada tangggal 15 Januari 2015 kelompok tani peternak yang mendapatkan bantuan sapi potong di Kenagarian Limo Koto Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung adalah tiga kelompok yaitu kelompok tani Koto Sepakat di Jorong Aurgading mendapatkan sapi sebanyak 41 ekor dengan anggota sebanyak 20 orang pada tahun 2010.

Kelompok tani Caniago Saiyo di Jorong Batu gandang mendapatkan sapi sebanyak 28 ekor dengan anggota sebanyak 28 orang pada tahun 2014. Kelompok tani Mandiri Sejahtera di Jorong Koto panjang mendapatkan sapi sebanyak 4 ekor dengan anggota sebanyak 4 orang. Sebelum bantuan ternak sapi tersebut turun, setiap kelompok memasukkan proposal terlebih dahulu tentang perencanaan ternak sapi tersebut .Sebagian anggota kelompok tani tersebut merupakan kelompok tani pemula dan sebagiannya lagi telah biasa beternak sapi.

Dimana secara umum para peternak pemula sebagian banyak yang belum memahami cara - cara beternak sapi dengan baik.

Dengan adanya usaha pengembangan ternak sapi potong sehingga membantu perekonomian rakyat, selain itu impor daging sapi dapat dihindari atau berkurang. Adanya program pengembangan sapi potong dapat memenuhi akan permintaan daging sapi didalam negeri terutama di daerah Sijunjung dan pada hari Raya Kurban.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Usaha Kelompok Tani Dalam Pengembangan Sapi Potong Di Kenagarian Limo Koto Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung.

METODOLOGI PENELITIAN

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang dikemukakan pada bagian terdahulu, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian ini mengungkapkan kajian Usaha Kelompok Tani dalam Pengembangan Sapi Potong di Kenagarian Limo Koto Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung. Hal ini senada dengan pendapat moleong (2013 : 6) bahwa kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Metode yang dimanfaatkan adalah metode wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Metode ini dipilih karena dengan metode ini bisa melihat dan

(6)

mengamati secara langsung perilaku informan, sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Informan penelitian adalah anggota kelompok tani yang diambil secara purposive sampling (penunjukan) yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu Sugiyono (2013 : 85).

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Temuan Umum Penelitian a. Kondisi Fisik

1) Letak, Luas dan Batas

Nagari Limo Koto merupakan salah satu kenagarian yang terletak di kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung.

Secara astronomis kecamatan Koto VII terletak pada 100º48'1"BT-100º0'58"BT dan 0º33'13"LU-0º44'17"LS, dengan luas 143.90 k𝑚2. Nagari Limo Koto terletak pada titik koordinat 00,63325ºLS dan 100,85645ºBT, dengan luas wilayah ±5.135 ha. Adapun batas - batas wilayah nagari Limo Koto adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Nagari Palaluar, Tanjung dan Padang Laweh

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Pamuatan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Bukit Bual

 Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan IV Nagari dan Nagari Muaro

2). Topografi dan Temperatur Topografi wilayah Nagari Limo Koto berupa bentangan alam yang terdiri dari dataran rendah dan perbukitan yang subur, dimana tanaman apa saja dapat tumbuh, baik tanaman padi, perkebunan, hutan serta isi perut buminya yang mengandung barang tambang seperti batu bara dan emas. Keberadaan Sungai Ombilin yang secara terus menerus mengalir membuat lahan di sekitar sungai ini cukup sesuai untuk jenis tanaman padi sawah dengan metode penyaluran air dari sungai ke sawah mempergunakan teknologi sederhana yaitu kincir air namun relatif cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air persawahan. Areal berupa sawah yaitu ± 723 Ha dan kebun / ladang ± 1.216 Ha terdiri dari perkebunan karet, kulit manis, coklat,

kelapa, pinang dan lain - lain. Nagari Limo Koto terletak pada ketinggian ± 186 m di atas permukaan laut dengan suhu rata -rata 26ºC- 27ºC dan curah hujan rata - rata pertahun berkisar sekitar 2.500 mm.

B. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis di lapangan, maka hasil tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam uraian ini. Dalam pembahasan tersebut penulis membahas dan mendeskripsikan usaha yang telah dilaksanakan kelompok tani dalam pengembangan ternak sapi potong di kenagarian Limo Koto kecamatan Koto VII kabupaten Sijunjung sebagaimana yang tercantum dalam analisis SWOT, pembahasan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertama, Kekuatan dalam pengembangan sapi potong di kenagarian Limo Koto adalah modal diberikan pemerintah untuk membeli sapi, obat- obatan dan mesin pengolah pupuk, cocok dengan iklim yang ada untuk beternak, ternak sapi cepat beradaptasi, selera makan sapi yang tinggi, pemeliharaan yang mudah, tidak memilih makan, kualitas daging yang tinggi dan pertumbuhan populasi yang cepat.

Menurut Emil (2013), produktivitas ternak di pengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan jenis kelamin. Sapi Bali memiliki sifat subur, cepat beranak, dapat hidup di lahan kritis, mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan, presentase karkas yang tinggi kurang lebih 57%, dan harganya yang relatif stabil seerta cenderung meningkat.

Kedua, Kelemahan dalam pengembangan sapi potong di kenagarian Limo Koto adalah secara umum masih kurangnya pengetahuan peternak, agak sulit mencari rumput kalau musim panas, jauhnya jarak kandang dengan ladang rumput sehingga agak sulit membawa rumput ke kandang karena tidak ada kendaraan pengangkutnya, limbah kotoran sapi masih kurang teratasi dan dimanfaatkan secara maksimal serta sapi bali tidak tahan penyakit. Bila setiap unit kandang memiliki tabung pengolah biogas, maka limbah kotoran sapi akan teratasi dengan baik, selain itu mendapatkan keuntungan gas untuk keperluan rumah tangga tanpa harus mengeluarkan uang untuk mendapatkan gas.

3 7

(7)

Ketiga, Peluang dalam pengembangan ternak sapi potong di kenagarian Limo Koto adalah bisa menjual sapi dengan harga yang tinggi pada hari raya kurban, pembagian keuntungan yang besar daripada memelihara ternak orang, bisa mengembalikan keuntungan kelompok waktu sapi berumur satu tahun atau masih kecil.

Keempat, Ancaman dalam pengembangan sapi potong di kenagarian Limo Koto adalah bila sapi mati karena kelalaian dalam pemeliharaan maka akan mengganti rugi dan bau kotoran sapi yang menyebar di sekitar rumah penduduk terutama pada musim penghujan karena kandangnya dekat dengan perumahan penduduk.

Menurut Effendy (2007 : 32), strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai sebuah tujuan.

Kelima, Usaha yang dilakukan peternak dalam pengembangan sapi potong di kenagarian Limo Koto adalah sapi diberikan suntik vaksinasi, obat dan vitamin dalam usaha pencegahan penyakit dan mengatasi penyakitnya. Usaha pencegahan peyakit sangat penting sekali dilakukan karena sapi bali tersebut pantang terkena penyakit, karena bila terserang penyakit akan sulit untuk disembuhkan.

Memperhatikan pemeliharaan sapi dengan baik, seperti memperhatikan kebersihan kandang dari kotorannya agar kandang tetap kering dan terbebas dari hama.

Memperhatikan kesehatan sapi agar tidak mudah sakit dan memperhatikan makanan dan minumannya yang cukup agar sapi cepat gemuk. Pemantauan ciri - ciri perkawinan sapi yang sedang birahi agar cepat berkembangnya. Mematuhi peraturan yang ada agar kerja sama dalam kelompok dapat terjaga dengan baik, aktif mengikuti penyuluhan yang ada, sehingga memiliki pengetahuan yang luas dalam pengembangan sapi potong.

Menurut Argyris (1985), Mintzber (1979), Steinner dan Miner (1977) dalam Freddy, strategi merupakan respons secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil analisis sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kekuatan dalam pengembangan sapi potong di kenagarian Limo Koto adalah modal dibantu oleh pemerintah, cocok dengan iklim, sapi cepat beradaptasi, selera makan sapi yang tinggi, pemeliharaan yang mudah, sapi tidak memilih makan, kualitas daging yang tinggi dan pertumbuhan populasi cepat.

2. Kelemahan dalam pengembangan sapi potong di kenagarian Limo Koto adalah kurangnya pengetahuan peternak tentang cara beternak sapi yang baik, peternak sulit mencari rumput pada musim panas, jauhnya jarak kandang sapi dengan ladang rumput, kurang teratasi limbah kotoran sapi secara maksimal dan sapi tidak tahan dengan penyakit.

3. Peluang dalam pengembangan sapi potong di kenagarian Limo Koto adalah dapat menjual sapi dengan harga yang tinggi pada hari raya kurban, pembagian keuntungan yang besar, bisa mengeluarkan keuntungan untuk kelompok pada waktu sapi masih kecil.

4. Ancaman dalam pengembangan sapi potong di kenagarian Limo Koto adalah bila sapi mati karena kelalaian dalam pemeliharaan maka peternak akan mengganti rugi dan bau kotoran sapi yang menyebar di sekitar rumah penduduk, terutama pada musim penghujan.

5. Usaha yang dilakukan peternak dalam pengembangan sapi potong di kenagarian Limo Koto adalah memberikan suntik vaksinasi, obat - obatan serta vitamin untuk pencegahan dan mengatasi penyakit.

Memperhatikan pemeliharaan sapi dengan baik, mulai dari kebersihan sampai memperhatikan kesehatan sapi.

Tidak kalah pentingnya pemantauan terhadap perkawinan sapi. Mematuhi peraturan yang ada dalam kelompok dan mengikuti setiap penyuluhan yang

(8)

ada agar pengembangan sapi potong dapat berjalan dengan baik.

B. Saran

Berdasarkan analisis di atas, maka pada bagian ini akan dikemukakan saran - saran sebagai berikut :

1. Meningkatkan kerja sama dalam kelompok dengan mematuhi dan melaksanakan peraturan yang ada dalam kelompok.

2. Peternak harus lebih aktif mengikuti penyuluhan dan rajin bertanya untuk menambah pengetahuan beternak.

3. Berusaha memenuhi sarana pengangkut rumput, agar mudah mengangkut rumput ke kandang.

4. Berusaha membuat tabung biogas untuk mengatasi limbah kotoran sapi agar tidak terjadi pencemaran udara di sekitar perumahan penduduk.

5. Peternak harus lebih meningkatkan pemeliharaan sapi agar tidak terjadi kematian dan sapi cepat berkembangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjanna, 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.

Bandung :Citra Aditya bakti.

Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.

Gramedia.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung : Alfabeta.

Salim, Emil. 2013. Sukses Bisnis dan Beternak Sapi Potong.

Yogyakarta : Lily Publisher.

Referensi

Dokumen terkait

(Ringkasan Wawancara dengan Mutiaradwita, Tanggal 12 November 2022, Pukul 15:22 WIB) Penjelasan dari mutiaradwita membukti- kan bahwa media cetak yang digunakan oleh