UU NO.10 TAHUN 2008 tentang
PEMILU
Implikasinya terhadap Otda
IPDN-KEMDAGRI
Biodata Narasumber
• Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
• Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
• NIP : 19770304 1995 11 1 001
• Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
• Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)
• Instansi : Kampus IPDN Jatinangor
• Alamat : Komp. Singgasana Pradana
Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung
• Email/HP : [email protected] - 08122445916
UU NO.10 TAHUN 2008 tentang
PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH
UNTUK MENGGANTI:
UU NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAH
PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DAN PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH
PENDAFTARAN PESERTA PEMILU PENETAPAN PESERTA PEMILU
PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN
PENCALONAN ANGGOTA DPR, DPD, DPRD MASA KAMPANYE
MASA TENANG
PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA PENETAPAN HASIL PEMILU
TAHAPAN
PENYELENGGARAAN PEMILU
BEBERAPA ISU STRATEGIS
 Sistem pemilu;
 Jumlah kursi di daerah pemilihan;
 Metode pemberian suara;
 Penentuan calon terpilih;
 Masalah sisa kursi;
 ET dan PT;
 Syarat Calon Anggota DPR;
 Gugatan DPD;
 Gugatan parpol-parpol yang tidak memiliki kursi atau parpol baru;
 Penetapan suara;
 Dana kampanye;
 Afifrmative Policy 30% perempuan;
 Dll.
TAHAPAN PEMILU 2009
Media Indonesia 11/3/2008
1. Penetapan Jumlah Pemilih 15 – 20 Oktober 2008
2. Penetapan Peserta Pemilu Berakhir 5 Juli 2008
3. Pengumuman Daerah Pemilihan 5 – 10 Agustus 2008
4. Pengumuman Daftar Calon Tetap 11 – 12 November 2008
5. Kampanye 11 Maret – 1 April 2009
6. Pemungutan Suara 5 April 2009
7. Penetapan Hasil 21 – 30 April 2009
8. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD dan DPRD juli – Oktober 2009
PERKEMBANGAN TERKINI
Kompas Rabu, 5 Maret 2008
1. Jumlah dan Alokasi Kursi DPR:
1. Jumlah kursi DPR 560 kursi
2. Alokasi per daerah pemilihan 3 – 10 kursi 2. Pemilih:
Kemudahan bagi WNI yg punya hak pilih dan
terdaftar di daftar pemilih, tidak memerlukan kartu pemilih, cukup menunjukkan KTP atau Paspor bagi WNI di luar negeri
3. Pemungutan Suara:
Jumlah pemilih mak 500/TPS
PERKEMBANGAN TERKINI
4. Cara memberikan suara:
Memberi tanda satu kali pada surat suara
5. Keterwakilan Perempuan:
30% keterwakilan perempuan dalam daftar calon anggota
DPR/DPRD. Setiap 3 nama calon terdapant 1 nama perempuan
6. Ambang Batas:
Parliamentary Treshold 2,5%; parpol yg perolehan suaranya tidak mencapai 2,5% total suara nasional tidak disertakan dalam
perhitungan perolehan kursi DPR. Parpol yg tidak mencapai Electoral Treshold 3% Pemilu 2004, boleh ikut lagi.
PERKEMBANGAN TERKINI
7. Perhitungan dan Rekapitulasi Suara:
Tidak ada rekapitulasi di PPS (Panitia Pemungutan Suara) di tingkat Desa/Kel. Dari TPS langsung ke PPK melalui PPS (panitia pemilihan Kecamatan)
8. Penentuan Calon Terpilih:
Calon terpilih minimal memperoleh 30% BPP. Dalam hal ada calon peraih 30% BPP lebih banyak dari jumlah
kursi yg diperoleh Parpol, penentuan didasarkan pada nomor urut dalam daftar calon
PERKEMBANGAN TERKINI
9. Partisipasi Masyarakat:
Hasil survey yg berkaitan dgn peserta pemilu tidak bisa diumumkan dalam masa tenang 3 hari. Hasil hitung
cepat (quick count) dapat diumumkan pada hari
berikutnya setelah hari pemungutan suara, mulai jam 00 wib
10. Pelanggaran dan Perselisihan Hasil:
Putusan pengadilan atas kasus pelanggaran pidana
pemilih harus sudah selesai paling lama 5 hari sebelum penetapan hasil pemilu nasional oleh KPU
11. Sisa Perhitungan Suara:
Sisa Perhitungan suara dikumpulkan di Provinsi
A. ISU-ISU CRUCIALS PEMILU
1. Jumlah kursi yg diperebutkan di setiap daerah pemilihan
2. Pembagian sisa suara
3. Electoral Treshold untuk ikut Pemilu yad
4. Parliamentary Treshold
5. Penetapan calon terpilih
6. Cara memilih
A. ISU-ISU CRUCIALS PEMILU
Daerah Pemilihan DPR
1. Daerah pemilihan anggota DPR adalah Prov atau bagian Prov
2. Setiap Dapel mempunyai alokasi antara 3 s/d 10 kursi
3. Alokasi kursi DPR dan daerah pemilihan ditentukan KPU
TAHAPAN DAERAH PEMILIHAN DPRD PROVINSI
1. Penetapan angka kesetaraan kursi dengan membagi jmlah pdd dgn jumlah kursi DPRD Prov
2. Penetapan alokasi 1 kursi langsung untuk setiap Kab/Kota
3. Penetapan sisa jumlah pdd setiap Kab/Kota dgn cara melakukan pengurangan jumlah pdd kab/kota dgn angka kesetaraan per kursi
4. Penetapan sisa jumlah pdd Prov dilakukan dengan jalan menjmlahkan sisa pdd setiap Kab/Kota yg telah
ditetapkan sbg mana point 3
5. Penetapan sisa alokasikursi untuk setiap daerah
pemilihan dilakukan dgn cara membagi sisa jumlha pdd Kab/Kota dgn sisa jumlah pdd Prov dikalikan dgn sisa jumlah kursi anggota DPRD Prov.
SEJARAH PEMILU DI INDONESIA
Sumber; Media Indonesia Kamis 28/2/2008
Sejarah Indonesia telah diadakan 9 Pemilu:
I. Pemilu 1955 (29/9/1955);
Peserta 172 Parpol,
Perolehan jumlah kursi:
1. PNI 57 kursi
2. Masyumi 57 kursi
3. NU 45 kursi
4. PKI 39 kursi
SEJARAH PEMILU DI INDONESIA
II. PEMILU 1971 Peserta 10 Parpol Perolehan Kursi:
1. Golkar; 236
2. NU; 58
3. Parmusi (Partai Muslimin Indonesia); 24
4. PNI; 20
5. PSII (Partai Sarikat Islam Indonesia); 10
SEJARAH PEMILU DI INDONESIA
III. PEMILU 1977 – 1997 ( 1982, 1987, 1992, 1997 Masa Orba)
Peserta 3 Parpol (Golkar, PDI, PPP) Perolehan Kursi:
Parpol 1977 1982 1987 1992 1997
PPP 99 94 61 62 89
GOKAR 232 242 299 282 325
PDI 29 24 40 56 11
SEJARAH PEMILU DI INDONESIA
IV. PEMILU 1999 (Awal Reformasi) Peserta 48 Parpol
Perolehan Kursi (5 Parpol Besar):
1. PDIP ; 153
2. GOLKAR ; 120
3. PPP; 58
4. PKB; 51
5. PAN; 34
SEJARAH PEMILU DI INDONESIA
V. PEMILU 2004 Peserta 24 Parpol
Parpol lewat Electoral Treshold 3%:
1. GOLKAR; 128
2. PDIP; 109
3. PPP; 58
4. PARTAI DEMOKRAT: 57
5. PAN; 52
6. PKB; 52
7. PKS; 45
HASIL PEMILU 2004
PARPOL % SUARA JLH KURSI % KURSI DPR
1. PNI MARHAENISME 0,81 1 0,18
2. PBSD 0,56 - -
3. PBB 2,62 11 2
4. PARTAI MERDEKA 0,74 - -
5. PPP 8,15 58 10,55
6. PPDK 1,16 4 0,73
7. PARTAI PIB 0,59 - -
8. PNBK 1,08 - -
9. PARTAI DEMOKRAT 7,45 56 10,18
10. PKPI 1,26 1 0,18
11. PPDI 0,75 1 0,18
12. PPNUI 0,79 - -
13. PAN 6,44 53 9,64
HASIL PEMILU 2004
PARPOL % SUARA JLH KURSI % KURSI DPR
14. PKPB 2,11 2 0,36
15. PKB 10,57 52 9,45
16. PKS 7,34 45 8,18
17. PBR 2,44 14 2,55
18. PDIP 18,53 109 19,82
19. PDS 2,13 13 2,36
20. PARTAI GOLKAR 21,58 127 23,09
21. PARTAI PATRIOT PS 0,95 - -
22. PSI 0,6 - -
23. PPD 0,58 - -
24. PARTAI PELOPOR 0,77 3 0,55
PERKEMBANGAN PARPOL BARU
S/D 27/2/2008 (BATAS AKHIR PENDAFTARAN) Media Indonesia 28/2/2008
Dari 114 Parpol yang mendaftar; 32 Parpol melakukan verifikasi yaitu:
1. Partai Hanura 16. Partai Kongres
2. Partai Buruh 17. PNI Pancasila
3. PNI Massa Marhaen 18. Partai Pengusaha dan Pekerja Ind
4. Partai Garuda 19. Partai Gerakan Indonesia Raya
5. Partai Demokrasi Indonesia 20. Partai Demokrasi Kebangsaan
6. Parati Parade Nusantar 21. Partai Barisan Kebangsaan Indo
7. Partai Bersatu 22. Partai Karya Perjuangan
8. Partai Republiku 23. Partai Peduli Daerah
9. Partai Demokrasi Pembaruan 24. Partai Pembaharuan Bangsa
10. Partai Demokrasi Indonesia 1973 25. Partai Bela Negara
11. Partai Pedul Rakyat Nasional 26. Partai Bintang Bulan
12. Parati Keadilan Persatuan 27. Partai Patriot
13. Partai Matahari Bangsa 28. Partai Kebangsaan
14. Partai Kebangkitan Nasional Ulama 29. Parati Persatuan Bintang Reforma
15. Partai Karya Pemb Bangsa 30. Partai Solidaritas Nasional 31. Partai Pelopor Indonesia 32. Partai Kedaulatan
PERKEMBANGAN RUU PEMILU S/D 27/2/2008
1. JUMLAH KURSI DI DPR; 560 KURSI
2. ALOKASI KURSI TIAP DAERAH 3 S/D 10 KURSI
3. PERHITUNGAN SISA SUARA; ANTARA PROVINSI ATAU DAERAH PEMILIHAN
4. ELECTORAL TRESHOLD; 3%
5. PARLIEMENTARY TRESHOLD; 2% S/D 2,5%
6. PENENTUAN CALON TERPILIH; NOMOR URUT PLUS 30% SUARA MINIMAL
7. CARA PEMBERIAN SUARA; ANTARA COBLOS DAN MEMBERI TANDA
Sumber: Kompas 28/2/2008
PEMBAGIAN 560 KURSI
1. NAD I; 6 KURSI 13. LAMPUNG I; 8 KURSI
2. NAD II; 7 KURSI 14. LAMPUNG II; 9 KURSI
3. SUMUT I; 10 KURSI 15. BABEL; 3 KURSI
4. SUMUT II; 10 KURSI 16. DKI JAKARTA I; 12 KURSI
5. SUMUT III; 10 KURSI 17. DKI JAKARTA II; 9 KURSI
6. SUMBAR I; 8 KURSI 18. JABAR I; 6 KURSI
7. SUMBAR II; 6 KURSI 19. JABAR II; 10 KURSI
8. RIAU; 11 KURSI 20. JABAR III; 11 KURSI
9. SUMSEL I; 8 KURSI 21. JABAR IV; 11 KURSI
10. SUMSEL II; 8 KURSI 22. JABAR V; 12 KURSI
11. JAMBI; 7 KURSI 23. JABAR VI; 6 KURSI BENGKULU; 4 KURSI 24. JABAR VII; 9 KURSI
PEMBAGIAN 560 KURSI
25. JABAR VIII; 8 KURSI 37. JATENG IX; 8 KURSI 26. JABAR IX; 7 KURSI 38. JATENG X; 7 KURSI 27. JABAR X; 10 KURSI 39. BANTEN I; 11 KURSI 28. YOGYAKARTA; 8 KURSI 40. BANTEN II; 11 KURSI 29. JATENG I; 8 KURSI 41. JATIM I; 10 KURSI 30 JATENG II; 7 KURSI 42. JATIM II; 7 KURSI 31. JATENG III; 9 KURSI 43. JATIM III; 7 KURSI 32. JATENG IV; 6 KURSI 44. JATIM IV; 8 KURSI 33. JATENG V; 8 KURSI 45. JATIM V; 8 KURSI 34. JATENG VI; 8 KURSI 46. JATIM VI; 9 KURSI 35. JATENG VII; 7 KURSI 47. JATIM VII; 8 KURSI 36. JATENG VIII; 8 KURSI 48. JATIM VIII; 10 KURSI
PEMBAGIAN 560 KURSI
49. JATIM IX; 11 KURSI 61. SULSEL I; 12 KURSI 50. JATIM X; 8 KURSI 62. SULSEL II; 12 KURSI 51. BALI; 9 KURSI 63. SULTRA; 5 KURSI
52. NTB; 10 KURSI 64. GORONTALO; 3 KURSI 53. NTT I; 6 KURSI 65. MALUKU; 4 KURSI
54. NTT II; 7 KURSI 66. MALUT; 3 KURSI
55. KALBAR; 10 KURSI 67. PAPUA BARAT; 3 KURSI 56. KALTENG; 6 KURSI 68. PAPUA; 10 KURSI
57. KALTIM ; 7 KURSI 69. KEPRI; 3 KURSI 58. KALSEL; 11 KURSI
59. SULUT; 6 KURSI 60. SULTENG; 6 KURSI
TAMBAHAN 10 KURSI AKIBAT PERTAMBAHAN PDD ATAU PEMEKARAN
1. SULBAR; 3 KURSI
2. JABAR; 1 KURSI
3. JATENG; 1 KURSI
4. JATIM; 1 KURSI
5. SUMUT ; 1 KURSI
6. LAMPUNG ; 1 KURSI
7. SUMSEL; 1 KURSI
8. KALTIM; 1 KURSI
SUMBER; MEDIA INDONESIA SENIN 3 MARET 2008
ISU-ISU STRATEGIS
 Syarat domisili calon DPD cukup di NKRI;
 Syarat bukan pengurus parpol dalam empat tahun terakhir ditiadakan
 Jumlah kursi DPRD Provinsi 35-100, usulan RUU 30-90
 Syarat domisili calon anggota DPR/D termasuk mereka yang di luar negeri.
 Ada usul utk DPD dan DPR, yang pernah
memperoleh minimal 10% suara bisa menjadi calon tanpa harus mencari syarat dukungan.
TAHAPAN PEMILU
 Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih (Untuk proses pemutakhiran data pemilih ada kewajiban bagi Pemerintah dan
penyelenggara Pemilu untuk secara aktif menyelenggarakan proses pemutakhiran data pemilih tersebut);
 Pendaftaran peserta pemilu;
 Penetapan peserta pemilu;
 Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
 Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota;
 Masa kampanye (tenggang waktu berlakunya kampanye yang ditetapkan dalam undang-undang ini);
 Masa tenang;
 Pemungutan dan penghitungan suara;
 Penetapan hasil pemilu; dan
 Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.
SISTEM PEMILU
DPR: proporsional dengan daftar calon terbuka;
DPD: sistem distrik berwakil banyak.
SYARAT PARPOL IKUT PEMILU
Persyaratan umum:
 Berstatus badan hukum;
 Kepengurusan di 2/3 provinsi;
 Kepengurusan di 2/3 kabupaten/kota di provinsi ybs;
 30% perempuan dalam kepengurusan tingkat pusat;
 Anggota 1/1.000 atau 1.000 orang pada setiap kepengurusan;
 Kantor tetap kepengurusan;
 Mengajukan nama dan tanda gambar ke KPU.
SYARAT CALON ANGGOTA DPD
 WNI minimal 21 tahun;
 Bertakwa
 Bertempat tinggal di wilayah NKRI;
 Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia;
 SMA atau sederajat.
 Setia kepada Pancasila, UUD 1945, dan cita-cita Proklamasi;
 Tidak pernah dihukum berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan berat.
 Sehat jasmani dan rohani;
 Terdaftar sebagai pemilihan;
SYARAT CALON ANGGOTA DPD
 Bersedia bekerja penuh waktu;
 Bersedia tidak rangkap jabatan yang bersumber dari APBN/APBD;
 Bersedia untuk tidak menduduki jabatan struktural pada
lembaga pendidikan swasta, tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara, notaris, PPAT, dan tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPD sesuai peraturan perundang- undangan;
 Dicalonkan hanya untuk satu lembaga perwakilan dan satu daerah pemilihan;
 Memenuhi dukungan minimal.
DUKUNGAN MINIMAL DPD
 Sampai dengan satu juta orang harus mendapat dukungan dari paling sedikit seribu pemilih;
 Lebih dari satu juta sampai dengan lima juta orang harus mendapat dukungan dari paling sedikit dua ribu pemilih;
 Lebih dari 5 juta sampai dengan 10 juta orang harus mendapat dukungan dari paling sedikit 3.000 pemilih;
 Lebih dari 10 juta sampai dengan 15 juta orang harus mendapat dukungan dari paling sedikit 4.000 pemilih;
 Lebih dari 15 juta orang harus mendapat dukungan dari paling sedikit lima ribu pemilih.
 Dukungan tersebar di 50% dari jumlah kabupaten/kota di provinsi ybs.
DOKUMEN PARPOL UNTUK MENDAFTAR KE KPU
 Berita negara yang memuat tanda terdaftar sebagai badan hukum;
 Keputusan pengurus pusat tentang pengurus tingkat provinsi dan kabupten/kota;
 Surat keterangan pengurus pusat tentang alamat dan kantor tetap pengurus provinsi dan kabupaten/kota;
 Surat keterangan dari pengurus pusat mengenai 30%
kepengurusan perempuan;
 Surat keterangan dari Depkum HAM tentang pendaftaran nama, lambang, dan tanda gambar;
 Surat keterangan dari KPU mengenai perolehan kursi.
PEMILIH
Kewajiban penyelenggara pemilu untuk
mendaftar WNI yang punya hak memilih.
SISTEM PEMILIHAN DPR DAN DPRD
UU 12/2003: Sistem Proporsional dengan Daftar Terbuka (tidak Murni). Calon terpilih bila memenuhi BPP. Bila tidak, kembali ke nomor urut.
RUU: Sistem Proporsional Terbuka
Terbatas – Calon terpilih bila memperoleh
minimal 25% dari BPP. Bila tidak, kembali
ke nomor urut.
CALEG YG MENCAPAI BPP PADA PEMILU ANGGOTA DPR 2004
No.
Urut Partai Nama Caleg Suara % Daerah
Pemilihan BPP 1 PKS DR. M. HIDAYAT NUR WAHID, MA 262.019 112.8 DKI JAKARTA II 232.355 1 GOLKAR H. SALEH DJASIT, SH 195.348 104.0 RIAU 187.883
Sumber : Research CETRO
TINGKAT PEROLEHAN SUARA CALON
Sumber : Research CETRO 070513
NO. PARTAI MENCALONKAN DI DP
DP YANG CALONNYA
MENCAPAI 25% DP YANG CALONNYA
TIDAK MENCAPAI 25% DP YANG MEMPEROLEH KURSI
DP % DP % DP %
1 GOLKAR 69 42 60.9% 27 39.1% 69 100%
2 PDIP 69 15 21.7% 54 78.3% 63 91%
3 PKB 69 14 20.3% 55 79.7% 30 43%
4 DEMOKRAT 69 5 7.2% 64 92.8% 52 75%
5 PPP 69 3 4.3% 66 95.7% 52 75%
6 PKS 69 11 15.9% 58 84.1% 38 55%
7 PAN 69 7 10.1% 62 89.9% 52 75%
8 PBR 68 0 0 68 100% 14 21%
ALOKASI KURSI UNTUK DAERAH PEMILIHAN
UU 12/2003: Alokasi kursi untuk setiap daerah pemilihan 3-12 kursi;
RUU: Mempertahankan alokasi 3-12 kursi.
Golkar mengusulkan 3-6, PDIP 3-7, PKB 3-
10 kursi.
SYARAT PARPOL IKUT PEMILU
 UU 12/2003: pengurus lengkap di 2/3 jumlah provinsi, 2/3 dari jumlah kabupten/kota dari provinsi ybs,
anggota sekurang-kurangnya 1.000 orang atau 1/1.000 dari jumlah penduduk dari setiap
kepengurusan.
 RUU: pengurus lengkap di 2/3 jumlah provinsi, 2/3 dari jumlah kabupaten/kota, 30% keterwakilan
perempuan, memiliki 1.000 anggota atau 1/1.000 jumlah penduduk pada setiap kepengurusan di kabupten/kota.
SYARAT PESERTA PEMILU
 Pemilu 2004
 Pengurus lengkap di 2/3 Provinsi
 Punya pengurus di 2/3 Kab/ Kota setiap
provinsi.
 Punya anggota minimal 1.000 atau 1/1.000
jumlah penduduk pada setiap kab/kota (KTA)
 Pemilu 2009
 Pengurus lengkap di 2/3 provinsi
 Punya pengurus lengkap di 2/3 Kab/ Kota
 Punya anggota minimal 1.000 atau 1/1.000
jumlah penduduk pada setiap kab/kota (KTA)
JUMLAH KURSI DPR DAN DPRD
RUU menggagas peningkatan jumlah kursi DPR dari 550 menjadi 560.
Masih ada tiga alternatif: 550, 553, 560.
Jumlah kursi DPRD provinsi sama: 35-100.
Untuk kabupaten/kota juga sama: 20 – 45.
JUMLAH KURSI DPR
 Jumlah kursi anggota DPR pada setiap provinsi merupakan perwujudan DPR sebagai perwakilan penduduk (Pasal 22 RUU).
 Penetapan alokasi kursi anggota DPR untuk setiap provinsi dilakukan berdasarkan hasil pembagian antara jumlah
penduduk dengan angka kesetaraan nasional.
 Angka kesetaraan nasional: jumlah penduduk Indonesia dibagi jumlah kursi DPR.
 Bagi Provinsi Papua, Papua Barat, dan NAD, jumlah kursi DPR sama dengan jumlah kursi pada Pemilu 2004 (Pasal 24 RUU).
DAERAH PEMILIHAN
DP anggota DPR: provinsi atau bagian
provinsi (Pasal 27)
SYARAT CALEG
WNI 21 tahun;
Bertakwa kepada Tuhan YME;
Bertempat tinggal di wilayah NKRI (termasuk di luar negeri);
Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia;
SMA atau sederajat;
JUMLAH KURSI DPRD PROVINSI
 Jumlah penduduk sampai dengan 1 juta: 35 kursi;
 Jumlah penduduk lebih dari 1 juta s/d 3 juta: 45 kursi;
 Jumlah penduduk lebih dari 3 juta s/d 5 juta: 55 kursi;
 Jumlah penduduk lebih dari 5 juta s/d 7 juta: 65 kursi;
 Jumlah penduduk lebih dari 7 juta s/d 9 juta: 75 kursi;
 Jumlah penduduk lebih dari 9 juta s/d 11 juta: 85 kursi;
 Jumlah penduduk lebih dari 11 juta: 100 kursi.
JUMLAH KURSI DPRD KABUPATEN/KOTA
 Jumlah penduduk s/d 100.000: 20 kursi;
 Jumlah penduduk lebih dari 100.000 s/d 200.000: 25 kursi;
 Jumlah penduduk lebih dari 200.000 s/d 300.000: 30 kursi;
 Jumlah penduduk lebih dari 300.000 s/d 400.000: 35 kursi;
 Jumlah penduduk lebih dari 400.000 s/d 500.000: 40 kursi;
 Jumlah penduduk lebih dari 500.000 s/d 1 juta: 45 kursi.
 Jumlah penduduk lebih dari 1 juta: 50 kursi (tentatif)
NILAI KURSI
 Nilai kursi anggota DPR: jumlah penduduk
nasional dibagi 560 (angka kesetaraan nasional);
 Nilai kursi anggota DPRD provinsi: jumlah
penduduk provinsi yang bersangkutan dibagi jumlah kursi (angka kesetaraan kursi);
 Nilai kursi anggota DPRD kabupten/kota: jumlah penduduk kabupaten/kota yang bersangkutan dibagi jumlah kursi (angka kesetaraan kursi).
TATA CARA PENGAJUAN CALON
 Parpol peserta pemilu melakukan seleksi bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
 Seleksi bakal calon dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme internal partai politik.
 Bakal calon disusun dalam daftar calon oleh masing-masing partai politik.
 Daftar bakal calon anggota DPR ditetapkan oleh pengurus pusat partai politik peserta pemilu.
 Daftar bakal calon anggota DPRD provinsi ditetapkan oleh pengurus partai politik peserta pemilu tingkat provinsi.
 Daftar bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan oleh pengurus partai politik peserta pemilu tingkat kabupaten/kota.
 Daftar bakal calon memuat paling sedikit 30 % keterwakilan perempuan.
 Daftar bakal calon memuat sebanyaknya 120% dari jumlah kursi dari setiap DP.
 Nama-nama calon disusun berdasarkan nomor urut (menunggu hasil lobi sistem pemilu dan 30% keterwakilan perempuan).
ELECTORAL THRESHOLD
 Electoral threshold: ambang batas untuk mengikuti pemilu berikutnya.
 UU 12/2003: 3% jumlah kursi DPR, 4% jumlah kursi DPRD yang tersebar di ½ dari jumlah provinsi seluruh Indonesia, atau 4%
jumlah kursi DPRD yang tersebar di ½ jumlah kabupten/kota seluruh Indonesia (untuk Pemilu 2009).
 RUU: 5% jumlah kursi DPR, 5% jumlah kursi DPRD yang tersebar di ½ dari jumlah provinsi seluruh Indonesia, atau 5% jumlah kursi DPRD yang tersebar di ½ jumlah kabupten/kota seluruh Indonesia (untuk Pemilu 2014).
 Untuk Pemilu 2009 7 parpol dipastikan lolos ikut pemilu, yaitu Golkar, PDIP, PPP, PKB, PD, PAN, dan PKS, karena memperoleh 3% kursi di DPR.
 Kelemahan ET: Didasarkan pada perhitungan hasil pemilu lima tahun sebelumnya, menyebabkan parpol bubar, kurang adil bagi parpol baru.
ELECTORAL THRESHOLD
LOLOS THRESHOLD 1999 LOLOS THRESHOLD 2004
URUTNO. PARTAI SUARA % KURS
I % NO.
URUT PARTAI SUARA % KURS
I %
11 PDI
PERJUANGAN 35,706,618 33.7% 153 33.12
% 20 GOLKAR
24,480
,757 21.6% 127 23.1%
33 GOLKAR 23,742,112 22.4% 120 25.97
% 18 PDI
PERJUANGAN
21,026
,629 18.5% 109 19.8%
9 PPP 11,330,387 10.7% 58 12.55
% 5 PPP 9,248,764 8.2% 58 10.5%
35 PKB 13,336,963 12.6% 51 11.04
% 9 P. DEMOKRAT 8,455,225 7.5% 56 10.2%
15 PAN 7,528,936 7.1% 34 7.36% 13 PAN 7,303,324 6.4% 53 9.6%
22 PBB 2,050,039 1.9% 13 2.81% 15 PKB
11,989
,564 10.6% 52 9.5%
16 PKS 8,325,020 7.3% 45 8.2%
PARLIAMENTARY THRESHOLD
 Ada usulan untuk menetapkan parliamentary threshold, yaitu ambang batas untuk mengirimkan wakil rakyat di parlemen.
 Dipandang lebih baik dari konsep electoral threshold.
 Keunggulan PT: yang penting jumlah parpol di parlemen, tidak sekadar jumlah parpol yang ikut pemilu; tidak
menyebabkan parpol bubar; lebih adil karena parpol tidak dalam garis start yang sama; mencegah petualang parpol.
 Kelemahan: parpol kehilangan kursi bila tidak mencapai persentase tertentu.
 Golkar dan PDIP mendukung gagasan parliamentary threshold.
PENETAPAN PEROLEHAN SUARA
 UU 12/2003: Penetapan hasil pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD dilakukan secara nasional oleh KPU.
 RUU: Perolehan suara parpol untuk calon anggota DPR dan DPD ditetapkan oleh KPU.
 Perolehan suara parpol untuk calon anggota DPRD provinsi ditetapkan oleh KPU provinsi.
 Perolehan suara parpol untuk calon anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan oleh KPU kabupaten/kota.
 Konsekuensi perubahan: objek sengketa hasil pemilu berubah, tidak lagi hanya keputusan KPU, tetapi juga keputusan KPU provinsi dan KPU kabupten/kota.
SUARA SAH
UU 12/2003: suara sah bila mencoblos (1) tanda gambar parpol atau (2) tanda
gambar parpol dan calon sekaligus;
RUU: tanda coblos dalam kolom nama calon di atas tanda gambar parpol.
Prinsip ini sesuai dengan penentuan calon terpilih, yaitu mendapatkan suara
terbanyak.
PENGHITUNGAN SUARA
 UU 12/2003: Penghitungan suara dilakukan di TPS, PPS, PPK, KPU kabupaten/kota, KPU provinsi, dan KPU;
 RUU: penghitungan suara berhenti pada tingkat pemilihan. Untuk pemilihan DPRD provinsi di KPU provinsi, untuk DPRD kabupaten/kota di KPU
kabupaten/kota.
 RUU: penghitungan suara ditiadakan di PPS.
PPS hanya mengumumkan hasil penghitungan suara di tiap TPS.
PENETAPAN KURSI DPR
Perolehan kursi untuk anggota DPR
ditetapkan dengan cara membagi jumlah perolehan suara yang telah ditetapkan oleh KPU dengan angka BPP.
BPP ditetapkan dengan cara membagi jumlah perolehan suara parpol peserta
pemilu secara nasional untuk anggota DPR
dengan jumlah kursi anggota DPR.
PENETAPAN KURSI DPRD PROVINSI
Perolehan kursi parpol untuk anggota DPRD provinsi ditetapkan dengan cara membagi jumlah perolehan suara yang
telah ditetapkan oleh KPU provinsi dengan angka BPP.
BPP ditetapkan dengan cara membagi jumlah perolehan suara parpol untuk
pemilihan anggota DPRD provinsi dengan
jumlah kursi anggota DPRD provinsi.
PENETAPAN KURSI DPRD KABUPATEN/KOTA
 Perolehan kursi parpol untuk anggota DPRD
kabupaten/kota ditetapkan dengan cara membagi jumlah perolehan suara yang telah ditetapkan
oleh KPU kabupaten/kota dengan angka BPP.
 BPP ditetapkan dengan cara membagi Jumlah perolehan suara parpol untuk pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota dengan jumlah kursi
anggota DPRD kabupaten/kota.
MONEY POLITICS DALAM KAMPANYE
 Dalam hal ditemukan dugaan yang cukup bahwa pelaksana kampanye menjanjikan atau memberi uang atau materi lainnya kepada peserta
kampanye supaya tidak menggunakan hak
pilihnya, atau memilih peserta pemilu tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah, dikenakan sanksi hukum sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
MONEY POLITICS DALAM KAMPANYE
 Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap perkara politik uang sebagai dasar KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota untuk:
 membatalkan nama calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dari daftar calon tetap;
 membatalkan penetapan calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota sebagai calon terpilih.
PERKEMBANGAN TERAKHIR
Materi yang alot diperdebatkan:
Jumlah kursi di DPR;
Jumlah kursi di setiap DP;
ET atau PT;
Penentuan calon terpilih;
Tata cara (mekanisme) pemberian suara.
A. ISU-ISU CRUCIALS PEMILU
1. Jumlah kursi yg diperebutkan di setiap daerah pemilihan
2. Pembagian sisa suara
3. Electoral Treshold untuk ikut Pemilu yad
4. Parliamentary Treshold
5. Penetapan calon terpilih
6. Cara memilih
E. Implikasi putusan MK 05/PUU/thn 2007
1. Keberadaan calon KDH & Wkl. KDH dari perseorangan (Independent),
2. Persaingan calon perseorangan dgn calon Parpol,
3. Penerapan/implementasi syarat
dukungan bagi calon perseorangan,
4. Hub. Calon perseorangan dgn Parpol jika terpilih sbg KDH & kaitannya dlm penyelenggaraan pemerintahan.
F. Permasalahan Pilkada
a. Penduduk yg berhak memilih tdk terdaftar,
b. Penduduk yg belum berhak memilih terdaftar sebagai pemilih,
c. Penduduk yg sudah terdaftar tdk menerima kartu pemilih,
d. Penduduk yg bukan warga negara Indonesia di daftar sebagai pemilih,
e. KTP ganda atau daftar pemilih ganda.
1. Permasalahan dlm pendaftaran pemilih 1. Permasalahan dlm pendaftaran pemilih
a.
Ijazah palsu;
b.
Pengajuan dari Parpol yg bermasalah (pengurus ganda);
c.
Dugaan terlibat kasus pidana;
d.
KPUD tidak netral;
e.
Prosedur penetapan calon tidak sesuai dgn peraturan perundang-undangan.
2. 2. Permasalahan dlm pendaftaran dan Permasalahan dlm pendaftaran dan
penetapan calon KDH dan Wakil KDH
penetapan calon KDH dan Wakil KDH
a.
Kampanye dini,
b.
Money politik,
c.
Black campaign,
d.
Kampanye anarkhis,
e.
Pengerahan birokrasi,
f.
Penggunaan fasilitas negara.
3. 3. Permasalahan dalam kampanye Permasalahan dalam kampanye
a. Penggelebungan surat suara;
b. Pemilih WNA;
c. Penduduk tdk terdaftar memaksa ikut memilih dgn hanya menggunakan KTP;
d. Pasangan calon tdk menugaskan saksi pada sebagian TPS;
e. Aksi kerusuhan;
f. Bencana Alam.
4. 4. Permasalahan dalam pemungutan dan Permasalahan dalam pemungutan dan penghitungan suara.
penghitungan suara.
a. Penetapan calon terpilih tdk memenuhi quorum,
b. Adanya tuntutan dari pasangan calon yg kalah.
c. DPRD tdk mengajukan pasangan calon yg ditetapkan KPUD kpd Presiden,
d. Gubernur tdk mengajukan pasangan calon yg ditetapkan KPUD kpd Mendagri (KDH dan Wakil KDH Kab/Kota).
5. 5. Permasalahan dlm penetapan pasangan Permasalahan dlm penetapan pasangan calon dan pengesahan calon terpilih.
calon dan pengesahan calon terpilih.
G.Upaya mengantisipasi permasalahan Pilkada
a. Sosialisasi;
b. Berkordinasi dgn Dinas Kependudukan & Capil dgn melibatkan unsur Camat, Kepala Desa/Lurah, dan RT/RW;
c. Penertiban KTP ganda penduduk.
1. Dalam Pendaftaran Pemilih
a. KPUD harus teliti dan tegas;
b. KPUD berkoordinasi dgn
instansi/lembaga terkait dlm klarifikasi pasangan calon,
c. KPUD harus netral dan tdk berpihak;
2. Upaya mengantisipasi permasalahan dlm 2. Upaya mengantisipasi permasalahan dlm pendaftaran dan penetapan calon KDH pendaftaran dan penetapan calon KDH
dan Wakil KDH
dan Wakil KDH
a. Sosialisasi;
b. Sangsi tegas;
c. Deklarasi Kampanye damai;
d. Koordinasi dgn aparat terkait mengenai keamanan & ketertiban pelaksanaan kampanye;
e. Pemda melarang semua aparatur untuk kampanye & menggunakan fasilitas negara dlm kampanye pasangan calon.
3. 3. Upaya mengantisipasi permasalahan dlm Upaya mengantisipasi permasalahan dlm kampanye
kampanye
a.
Pelatihan anggota KPPS;
b.
Koordinasi dgn instansi terkait,
c.
Panwas harus tegas dlm menegakkan per-UU-an;
4. 4. Upaya mengantisipasi permasalahan Upaya mengantisipasi permasalahan dlm pemungutan dan penghitungan dlm pemungutan dan penghitungan
suara.
suara.
a. KPUD harus netral & tdk berpihak kepada salah satu pasangan tertentu;
b. KPUD harus transparan terhadap pasangan calon mengenai pelaksanaan & hasil pemungutan & penghitungan suara,
c. KPUD melakukan koordinasi & konsultasi dgn DPRD & Gubernur secara intensif ttg pelaksanaan & hasil pemilihan.
5. 5. Upaya mengantisipasi permasalahan dlm Upaya mengantisipasi permasalahan dlm penetapan pasangan calon dan
penetapan pasangan calon dan pengesahan calon terpilih.
pengesahan calon terpilih.
H. Mekanisme Penyelesaian Permasalahan Pilkada
1.
Konsistensi terhadap per-UU-an,
2.
Tdk memihak & tdk diskriminatif,
3.
Penyelesaian melalui mekanisme surat menyurat secara tertulis,
4.
Penjelasan melalui media massa,
5.
Persuasi kpd masyarakat,
6.
Penyelesaian hukum.
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami
Amiin.
Hatur Nuhun Hatur Nuhun
TERIMAKASIH TERIMAKASIH
Atas Perhatiannya Atas Perhatiannya
Mohon Maaf Kalau Mohon Maaf Kalau
Kurang Kurang
Memuaskan!!!!
Memuaskan!!!!