• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Blended Learning pada Masa Pandemi Covid-19: Efektivitas Pembelajaran PJOK di SMA Kota Palu

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of Blended Learning pada Masa Pandemi Covid-19: Efektivitas Pembelajaran PJOK di SMA Kota Palu"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

22

Blended Learning pada Masa Pandemi Covid-19: Efektivitas Pembelajaran PJOK di SMA Kota Palu

Blended Learning During the Covid-19 Pandemic: The Effectiveness of PJOK Learning at Palu High School

Kamarudin*, Ikhwan Abduh, Muhammad Agusman

Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia

Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan model blended learning di masa pandemi Covid-19 dan efektivitas pembelajaran PJOK di SMA Kota Palu. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi adalah seluruh SMA Negeri di kota Palu yang berjumlah 14 Sekolah. Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah angket, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan cross tabulation. Temuan hasil penelitian yaitu dari 60 responden yang diberikan angket, responden yang menjawab tidak pernah menggunakan model blended learning sebanyak 3,3%, cukup sering sebanyak 46,7%, menyatakan sering sebanyak 26,7%, dan sangat sering sebanyak 5%.

Secara umum dari total 60 responden, efektivitas model blended learning yang dilakukan bahwa yang menjawab cukup efektif adalah sebesar 45%, efektif sebesar 28,3% selebihnya terbagi pada kategori lain yang menyatakan bahwa model blended learning sangat efektif sebesar 5%, tidak efektif sebesar 15%, dan sangat tidak efektif sebesar 6,7%. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dari segi penggunaan model blended learning cukup sering digunakan dan dari segi efektivitas model blended learning cukup efektif.

Kata Kunci Blended Learning, Efektivitas Pembelajaran, Pandemi Covid-19

Abstract The problem in this research is how to use the blended learning model during the Covid-19 pandemic and the effectiveness of PJOK learning in SMA Kota Palu. This type of research is descriptive quantitative. The population is all public high schools in the city of Palu, totaling 14 schools. Research data collection techniques used are questionnaires, interviews, and documentation. The research results were analyzed using frequency distribution and cross tabulation. The findings of the research results were that of the 60 respondents who were given a questionnaire, the respondents who answered that they had never used the blended learning model were 3.3%, quite often as many as 46.7%, said often as much as 26.7%, and very often as many as 5%. In general, from a total of 60 respondents, the effectiveness of the blended learning model that was carried out was that those who answered quite effectively were 45%, effective 28.3%, the rest were divided into other categories which stated that the blended learning model was very effective by 5%, not effective by 15 %, and very ineffective at 6.7%.

From the results of this analysis, it can be concluded that in terms of the use of the blended learning model it is used quite often and in terms of the effectiveness of the blended learning model it is quite effective.

Keywords Blended Learning, Learning Effectiveness, Covid-19 Pandemic

Corresponding Author*

E-mail: kama050587@gmail.com

Received 11 November 2022; Accepted 17 January 2023; Available Online 31 March 2023

(2)

23 1. Pendahuluan

Perkembangan teknologi yang ada saat ini membawa perubahan yang besar serta memberikan manfaat dan bekal bagi masyarakat khususnya pendidikan untuk menuju ke perkembangan yang modern. Hal semacam ini harusnya dapat dimanfaatkan secara optimal, salah satunya adalah untuk perkembangan pendidikan (Fahrurrozi & Majid, 2017; Syamsuar & Reflianto, 2018). Teknologi pendidikan selalu digunakan untuk kesejahteraan dan kenyamanan manusia.

Inovasi pembelajaran yang dilakukan dengan perkembangan teknologi informasi digital adalah memanfaatkan sarana teknologi informasi yang berkembang pesat di era revolusi industri 4.0 serta memberikan inovasi dalam dunia pendidikan khususnya dalam hal penggunaan model pembelajaran, yang dapat memberikan daya tarik dalam kegiatan pembelajaran. Dalam rangka mengoptimalkan seluruh kemampuan siswa dalam belajar, diperlukan berbagai macam cara dan model pembelajaran, serta dapat menyenangkan bagi siswa sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Kemajuan teknologi di era industri 4.0, kegiatan pembelajaran diharapkan lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, mengoptimalkan kemampuan literasi dan numerasi, serta dapat memecahkan masalah yang diberikan (Chai & Kong, 2017).

Pendidikan merupakan sebuah cakupan yang meliputi kegiatan belajar mengajar, keterampilan, pemahaman, pengetahuan, dan tentunya sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Pendidikan yang efektif adalah suatu hal yang memungkinkan siswa belajar dengan mudah dan menyenangkan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai (Asyhari &

Silvia, 2016; Febi, 2021). Era pandemi Covid-19 yang menimpa seluruh negara di dunia tanpa terkecuali Indonesia memaksa untuk melakukan berbagai kegiatan dilakukan secara

daring atau online. Penggunaan media dalam dunia pendidikan secara online atau e-learning sudah relatif biasa dilakukan. Salah satu bentuk e-learning yaitu blended

learning.

Model blended learning saat ini telah menjadi hal yang sangat pouler dalam dunia pendidikan, khususnya saat pandemi Covid-19. Model blended learning merupakan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi (Fahrurrozi & Majid, 2017; Ningsih et al., 2017).

Dalam proses pelaksanaannya, dengan keterlibatan dan partisipasi dalam proses pembelajaran, model blended learning dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.

Perkembangan model blended learning saat ini sangat diharapkan oleh dunia pendidikan, khususnya di kota Palu seperti saat ini. Mengingat perkembangan Covid-19 di kota Palu belum juga menampakan perkembangan kapan berakhir penularannya. Oleh karena itu, pihak satuan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) se-kota Palu masih memberikan pembatasan dalam aktivitas proses belajar-mengajar. Oleh sebab itu, sistem pembelajaran yang dilakukan saat ini masih menggunakan model blended learning.

Model blended learning memiliki empat karakteristik, yaitu pembelajaran menggabungkan teknologi; kombinasi tatap muka belajar, mandiri, dan online; kombinasi

(3)

24 pembelajaran yang efektif, serta guru dan orang tua sebagai fasilitator dan pendukung (Irawan et al., 2017).

Kondisi kegiatan belajar mengajar yang tidak hanya terpusat pada kegiatan pembelajaran langsung di kelas, tetapi model blended learning juga dapat menambahkan aktivitas pada dunia maya sehingga memudahkan siswa untuk berkomunikasi dengan guru dengan durasi yang cukup cepat dan non-stop pada saat kegiatan proses belajar mengajar mengajar dari kejauhan tanpa harus bertatap muka secara langsung di kelas.

Model blended learning juga dapat menjadikan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani menjadi menyenangkan dengan memberikan suatu materi yang mengedepankan kognitif serta praktik yang mengedepankan psikomotorik (Widiyanto & Kamarudin, 2020).

Pembelajaran dengan menggunakan model blended learning sangat membantu guru di SMA Kota Palu karena selain belum pernah diterapkan di sekolah tersebut, model blended learning juga dapat mempermudah anak dalam belajar, serta memahami mata pelajaran yang diberikan. Model blended learning juga telah mengikuti perkembangan zaman yang mana siswa SMA di kota Palu saat ini sudah populer dengan perkembangan teknologi.

Melalui perkembangan teknologi saat ini, maka seluruh jenjang pendidikan harus mendukung penuh kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, dengan memanfaatkan model blended learning dalam aktivitas pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan mengetahui penggunaan model blended learning di masa pandemi Covid-19 dan efektivitas pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) di SMA Kota Palu.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif (Arifin, 2020). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan siswa dan guru PJOK di SMA se-kota Palu. Populasi penelitian ini adalah seluruh SMA Negeri di kota Palu yang berjumlah 14 Sekolah. Sedangkan sampel yang digunakan adalah SMA 5 Palu. Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Waktu penelitian dari bulan Mei sampai Juni 2022.

Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah angket, wawancara, dan dokumentasi. Angket menggunakan skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengetahui, sikap, persepsi dan pendapat individu atau kelompok tentang suatu fenomena yang dihadapi (Sugiyono, 2009). Data yang telah terkumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis data distribusi frekuensi persentase dan cross tabulation dengan berbantuan software SPSS.

(4)

25 3. Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

Analisis deskriptif hasil penelitian dilakukan untuk memberi gambaran secara umum terhadap hasil penelitian berupa nilai rata-rata, range, standar deviasi, nilai maksimal, dan nilai minimal sehingga dapat dilihat sebaran data secara umum. Hasil analisis deskriptif data hasil penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

Indikator N Range Min Max Sum Mean Standard

Deviation Variance Penggunaan

model blended learning

60 36 70 106 5321 88,6833 7,11525 50,627 Efektifitas model

blended learning 60 47 61 108 5410 90,1667 8,17430 66,819 Dari hasil analisis yang telah dilakukan ditemukan bahwa dari 60 responden yang diberi angket, nilai rata-rata jawaban responden pada aspek pengunaan model blended learning sebesar 88,6833, nilai maksimal sebesar 106, dan terendah 70 sedangkan nilai total jawaban responden sebesar 5321. Pada aspek efektivitas model blended learning jawaban 60 responden rata-rata 90,1667, nilai maksimal sebesar 108, dan nilai minimal 61 sedangkan nilai total 5410.

Analisis Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian

Analisis distibusi frekuensi dilakukan untuk melihat seberapa banyak responden yang menjawab pada kategori tertentu begitupun dengan presentase jawaban respoden sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai penggunaan dan efektivitas model blended learning pada masa pandemi Covid-19. Adapun analisis distribusi frekuensi penggunaan model blended learning disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Distribusi Frekuensi Penggunaan Model Blended Learning

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Tidak Pernah 2 3.3

Jarang 11 18.3

Cukup Sering 28 46.7

Sering 16 26.7

Sangat Sering 3 5.0

Total 60 100.0

(5)

26 Dari hasil analisis pada Tabel 2 ditemukan dari 60 responden yang diberikan angket menjawab tidak pernah menggunakan model blended learning sebanyak 2 orang atau 3.3%, 28 orang yang menyatakan cukup sering menggunakan model blended learning atau 46,7% responden dan pada kategori ini responden paling banyak menjawab selebihnya menyatakan sering dan sangat sering yang masing-masing 16 dan 3 orang responden. Perbedaan sebaran jawaban responden dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Persentase Jawaban Responden pada Penggunaan Model Blended Learning Tabel 3. Analisis Distribusi Frekuensi Efektifitas Model Pembelajaran Blended Learning

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Sangat Tidak Efektif 4 6.7

Tidak Efektif 9 15.0

Cukup Efektif 27 45.0

Efektif 17 28.3

Sangat Efektif 3 5.0

Total 60 100.0

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa dari 60 responden yang diberikan angket menjawab bahwa secara umum efektivitas model blended learning yang dilakukan cukup efektif yaitu 27 orang responden atau 45%, selain itu responden juga banyak menjawab efektif yakni 17 orang atau 28.3% selebihnya terbagi pada kategori lain yang menyatakan bahwa model blended learning sangat efektif, tidak efektif, dan sangat tidak efektif.

Secara umum grafik sebaran kategori yang telah dianalisis dapat dilhat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Persentase Jawaban Responden pada Efektivitas Model Blended Learning

3,3

18,3

46,7

26,7

5 0

10 20 30 40 50

Tidak Pernah Jarang Cukup Sering Sering Sangat Sering

Persentase

Kategori

6,7

15

45

28,3

5 0

10 20 30 40 50

Sangat Tidak Efektif

Tidak Efektif Cukup Efektif

Efektif Sangat Efektif

Persentase

Kategori

(6)

27 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 repsonden yang diberikan angket menjawab tidak pernah menggunakan model blended learning sebanyak 2 orang atau 3.3%, 28 orang yang menyatakan cukup sering menggunakan model blended learning atau 46,7% dan pada kategori ini responden paling banyak menjawab selebihnya menyatakan sering dan sangat sering yang masing-masing 16 dan 3 orang responden.

Selain itu, secara umum efektivitas model blended learning yang dilakukan cukup efektif yaitu 27 orang responden atau 45%. Selain itu, responden juga banyak menjawab efektif yakni 17 orang atau 28.3% selebihnya terbagi pada kategori lain yang menyatakan bahwa model blended learning sangat efektif, tidak efektif, dan sangat tidak efektif.

Perkembangan teknologi dalam pembelajaran dengan mengkombinasi antara pembelajaran tatap muka dan online maka dapat menghasilkan suatu pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Pembelajaran online yaitu dengan menggunakan multimedia seperti handphone, komputer, media tekonologi, dan konfeksi video yang lainnya yang menyebabkan pembelajaran ini seimbang dengan kegiatan pembelajaran tatap muka (Abdullah, 2018). Perbedaan jarak dan tempat dapat memudahkan antara guru dan siswa dapat melakukan komunikasi, sehingga dapat mengatasi masalah dalam pembelajaran khususnya pada masa pandemi Covid-19.

Model blended learning saat ini dianggap baik dan efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran pada kondisi seperti ini karena dapat mengkombinasikan antara proses online dan offline sehingga lebih memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran.

Keefektifan model blended learning dalam proses pembelajaran yaitu dengan model pembelajaran mencampurkan teori, metode, dan teknologi (Cronje, 2020; Putra &

Fitrayati, 2021). Pembelajaran efektif meningkatkan hasil belajar dari siswa dengan cara memahami konsep dan materi pelajaran.

Efektivitas pembelajaran merupakan gambaran keberhasilan dari kegiatan proses pembelajaran dan interaksi antar guru dan siswa pada saat kegiatan pembelajaran, untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Tolak ukur dari efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari kegiatan siswa dan guru serta penguasaan siswa terhadap pembelajaran dan pemahaman konsep dari siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pembelajaran efektif adalah kombinasi antara manusiawi, fasilitas, material, perlengkapan dan prosedur, dalam rangka mengubah sifat dan perilaku dari diri siswa itu sendiri menuju ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran (Rohmawati, 2015; Supardi, 2013).

Keefektifan kegiatan pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila mengandung syarat, yaitu waktu belajar siswa yang tinggi terhadap kegiatan belajar mengajar, siswa mengerjakan tugas, orientasi keberhasilan siswa yaitu mengutamakan ketepatan kandungan materi dengan kemampuan siswa, membangun atmosfir belajar yang akrab dan positif (Al-Tabany, 2017). Dimensi efektivitas pembelajaran terbagi ke dalam 2 hal yaitu karakter dari guru yang efektif meliputi cara pendidik mengorganisasian materi, memilih metode yang sesuai, kreatif dalam penggunaan teknologi pembelajaran dan

(7)

28 karakteristik siswa yang efektif yaitu dapat bekerja sama, aktif dalam proses pembelajaran, belajar tanggung jawab, serta dapat belajar dari yang telah dipelajari.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dari total 60 repsonden yang diberikan angket, menjawab tidak pernah menggunakan model blended learning sebanyak 3,3% responden, menyatakan jarang sebesar 18,3%, cukup sering 46,7%, sering 26,7%, dan sangat sering sebesar 5%. Secara umum dari total 60 reponden efektivitas model blended learning yang dilakukan yang menjawab cukup efektif adalah sebesar 45%, efektif sebesar 28.3%

selebihnya terbagi pada kategori lain yang menyatakan bahwa model blended learning sangat efektif sebesar 5%, tidak efektif sebesar 15%, dan sangat tidak efektif sebesar 6,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari segi penggunaan model blended learning cukup sering digunakan dan dari segi efektivitas model blended learning cukup efektif.

Saran untuk penelitian selanjutnya terkait dengan penggunaan model blended learning dalam kegiatan pembelajaran adalah dapat menambahkan jumlah pada variabel dan dalam bentuk yang lain serta melakukan penelitian pada tingkatan sekolah yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, W. (2018). Model Blended Learning dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran. Fikrotuna, 7(1), 855–866. https://doi.org/10.32806/jf.v7i1.3169 Al-Tabany, T., I, B. (2017). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan

Kontekstual. Jakarta, Indonesia: Kencana.

Arifin, Z. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jurnal Al-Hikmah Bumi Agung Way Kanan, 1(1), 1–5.

Asyhari, A., & Silvia, H. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Berupa Buletin dalam Bentuk Buku Saku untuk Pembelajaran IPA Terpadu. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5(1), 1–13.

https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v5i1.100

Chai, C. S., & Kong, S. C. (2017). Professional Learning for 21st Century Education.

Journal of Computers in Education, 4(1), 1–4. https://doi.org/10.1007/s40692-016- 0069-y

Cronje, J. (2020). Towards a New Definition of Blended Learning. Electronic Journal of E-Learning, 18(2). https://doi.org/10.34190/EJEL.20.18.2.001

Fahrurrozi, M., & Majid, M. A. (2017). Pengembanggan Model Pembelajaran Blended Learning Berbasis Edmodo dalam Membentuk Kemandirian Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMAN 1 Selong Tahun Pelajaran 2017/2018. JPEK: Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Kewirausahaan, 1(1), 57.

https://doi.org/10.29408/jpek.v1i1.459

Febi, Y. S. (2021). Efektivitas Model Pembelajaran Blended Learning Berbantuan Schoology dan Google Classroom terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Generik Sains Siswa. Bandar Lampung, Indonesia: UIN Raden Intan Lampung.

(8)

29 Irawan, V. T., Sutadji, E., & Widiyanti. (2017). Blended learning Based on Schoology:

Effort of Improvement Learning Outcome and Practicum Chance in Vocational

High School. Cogent Education, 4(1), 1282031.

https://doi.org/10.1080/2331186X.2017.1282031

Ningsih, Y. L., Misdalina, M., & Marhamah, M. (2017). Peningkatan Hasil Belajar dan Kemandirian Belajar Metode Statistika Melalui Pembelajaran Blended Learning.

Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2), 155.

https://doi.org/10.24042/ajpm.v8i2.1633

Putra, H. A. D., & Fitrayati, D. (2021). Efektivitas Model Pembelajaran Blended Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Pelajaran Ekonomi. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4), 1765–1774.

https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i4.676

Rohmawati, A. (2015). Efektivitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 9(1), 15–32.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian. Jakarta, Indonesia: Pusat Bahasa Depdiknas.

Supardi. (2013). Sekolah Efektif, Konsep Dasar, dan Praktiknya. Depok, Indonesia:

Rajawali Pers.

Syamsuar, & Reflianto. (2018). Pendidikan dan Tantangan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan 6.

Widiyanto, W., E., & Kamarudin. (2020). Optimalisasi Kemampuan Psikomotorik Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Tadulako Journal Sport Science and Physical Education, 8(2).

Referensi

Dokumen terkait

2.3 Identification of Problems The problems that exist in society experience its own dynamics, this must be balanced with Civics material so that it is more contextual and focus to