• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impulse Buying Pada MR. DIY Palembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impulse Buying Pada MR. DIY Palembang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impulse Buying Pada MR. DIY Palembang

Clara Maria Wijaya1, Kardinal2

Jurusan Manajemen Universitas Multi Data Palembang e-mail : [email protected], [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Positive Emotion, Store Atmosphere dan Visual Merchandising terhadap Impulse Buying MR. DIY Palembang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan rumus slovin sehingga jumlah keseluruhan sampel sebanyak 240 yang ditujukkan kepada responden yang pernah melakukan pembelian di MR. DIY di Palembang. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan skala likert. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda dengan aplikasi SPSS Statistics 26. Hasil penelitian berdasarkan uji parsial (uji T) menunjukkan bahwa Positive Emotion berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying dengan nilai siginifikasi 0,000 < 0,05. Visual Merchandising berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying dengan nilai siginifikasi 0,003 < 0,05. Store Atmosphere berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Positive Emotion, Store Atmosphere dan Visual Merchandising dalam uji simultan (uji F) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying dengan nilai siginifikasi 0,000 < 0,05.

Kata kunci: Impulse Buying, Positive Emotion, Store Atmosphere, Visual Merchandising

Abstract: This study aims to determine the influence of Positive Emotion, Store Atmosphere and Visual Merchandis- ing on Impulse Buying at MR. DIY Palembang. The sampling technique in this study used a purposive sampling method with the slovin formula so the total samples was 240 of respondents who made a purchases at MR. DIY Palembang. Data collection was carried out using a questionnaire with a Likert scale. The analytical method used in this study is multiple regression analysis with the SPSS Statistics 26 application. The results based on the partial test show that Positive Emotion has a significant effect on Impulse Buying with a significance value of 0.000 < 0.05.

Store atmosphere has a significant effect on impulse buying with a significance value of 0.000 < 0.05. Visual Merchandising has a significant effect on Impulse Buying with a significance value of 0.003 < 0.05. Positive Emotion, Store Atmosphere and Visual Merchandising in the simultaneous test together it has a significant effect on Impulse Buying with a significance value of 0.000 < 0.05.

Keyword: Impulse Buying, Positive Emotion, Store Atmosphere, Visual Merchandising

1. PENDAHULUAN

Ritel merupakan bentuk usaha yang memberikan nilai tambah pada produk atau jasa yang dijual kepada konsumen. Ritel terbagi menjadi dua jenis yakni ritel tradisional dan ritel modern. Ritel tradisional merupakan usaha ritel yang mengarah pada pengelolaan usaha secara tradisional sedangkan ritel modern merupakan usaha ritel yang pengelolaanya dilakukan secara modern.

Perkembangan zaman dipengaruhi oleh teknologi,

kondisi perekonomian, dan gaya hidup masyarakat yang membuat kenyamanan lebih diutamakan dalam berbelanja. Beberapa tahun terakhir ini, ritel hadir dengan konsep supermarket dalam menjual berbagai produk secara lengkap, mulai dari peralatan rumah tangga, aksesoris dan lainnya. MR. DIY merupakan salah satu ritel yang menerapkan konsep penjualan dengan produk beragam jenis. MR. DIY hadir pertama kali pada September 2017 dengan gerai yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia. MR.

DIY menawarkan lebih dari 18.000 produk pilihan

(2)

yang terdiri dari 10 kategori utama mulai dari Perkakas, Alat Rumah Tangga, Listrik, Perabotan, Aksesori Mobil, Alat Tulis dan Olahraga, Mainan,

Awal berdirinya MR. DIY di Indonesia ditandai dengan pembukaan 10 gerai pada tahun 2017. MR.

DIY mampu memperluas cabangnya di Indonesia bahkan disaat pandemi hingga saat ini terus melakukan penambahan gerai dengan total sementara berjumlah 439 unit. Pertumbuhan ekonomi melambat diakibatkan adanya pandemi, namun perkembangan MR. DIY tetap berjalan stabil. Semua ini terjadi karena MR. DIY dapat diterima oleh masyarakat

Hadiah, Komputer, Aksesori HP, Perhiasan dan Kosmetik di setiap toko dengan beberapa harga termurah di pasaran.

luas. Semakin bertambahnya gerai, tingkat penjualan pun akan ikut meningkat. Dengan pembukaan 400 unit gerai, MR. DIY telah mencatatkan rekor MURI sebagai toko ritel peralatan rumah tangga dengan jumlah cabang terbesar di Indonesia. Pencapaian ini memperkuat posisi MR. DIY sebagai ritel dengan pertumbuhan yang pesat di industri ritel, sesuai visi nya yakni menjadi toko peralatan rumah tangga terbesar di Asia, bahkan dunia (Winarto, 2022).

Sumber: Data Diolah Peneliti, 2022

Gambar 1. Pertumbuhan Gerai MR. DIY Indonesia 2017-2022

Gambar 2. Pesaing MR. DIY di Palembang Sumber: Data Diolah Peneliti, 2022

(3)

MR. DIY memiliki cabang di berbagai kota besar, salah satunya adalah Palembang yang dijadikan penulis sebagai objek dalam penelitian ini.

Di Palembang, MR. DIY memiliki jumlah total 10 gerai hingga saat ini. MR. DIY memiliki pesaing

Tabel 1. menggambarkan jumlah pembelian pada MR. DIY di setiap gerai dengan jumlah pembelian per bulan yang berbeda. Jumlah pembelian terbanyak ada di gerai PTC Mall Lt. 1 dengan jumlah keseluruhan 600 pembelian per bulan.

MR. DIY PTC Mall berfokus pada ketersediaan produk-produk peralatan rumah tangga yang lengkap dan berkualitas untuk memenuhi need dan wants konsumen dari berbagai kalangan usia baik dari usia muda hingga tua. Harga produk di MR. DIY PTC Mall pun terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan motonya yaitu ‘Always Low Prices’.

Harga yang terjangkau mendorong konsumen untuk melakukan pembelian walaupun tidak direncanakan sebelumnya. Hal inilah yang memicu timbulnya fenomena Impulse Buying. Impulse Buying didefinisikan sebagai suatu keputusan tiba- tiba dan persuasif (Purwantinah, 2019, hal. 106).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Impulse Buying menurut (Nainggolan, 2020, hal. 167) adalah

seperti Miniso dan Ace Hardware yang masing- masing memiliki 4 gerai. Jumlah keseluruhan gerai yang unggul dibanding pesaing lainnya, membuat peneliti tertarik untuk menjadikan MR. DIY sebagai objek penelitian.

Positive Emotion, Store Atmosphere dan Visual Merchandising.

Perasaan positif yang dimiliki konsumen seperti merasa senang, gembira dan puas secara impulsive akan melakukan pembelian lebih banyak dalam perjalanan belanja mereka (Nainggolan, N. T., dkk., 2020, hal. 154).

Konsumen awalnya hanya berniat melihat beberapa produk yang ada di dalam toko MR. DIY PTC Mall namun timbul perasaan senang yang tidak dapat dikendalikan setelah melihat suasana toko yang baik dengan produk yang lengkap sehingga membuat konsumen tersebut memiliki keinginan untuk melakukan pembelian secara tiba-tiba dan tidak terduga.

Positive Emotion berpengaruh positif signifikan terhadap keinginan konsumen dalam melakukan pembelian tidak terencana menurut penelitian Hardiana & Khalisyah (2021) yang berjudul

“Pengaruh Konsumsi Hedonic dan Emosi Positif Tabel 1. Jumlah Pembelian pada MR. DIY Palembang

Sumber: Data Diolah Peneliti, 2022

(4)

terhadap Pembelian Impulsif Konsumen Miniso di Bekasi.” Jadi, semakin tinggi kesenangan yang dirasakan konsumen, maka dapat menimbulkan emosi positif yang akan memicu pembelian secara tidak terencana.

MR. DIY PTC Mall juga harus memperhatikan Store Atmosphere mulai dari desain toko untuk menarik pandangan, tampilan warna yang hidup, penerangan yang baik, musik yang membuat konsumen nyaman saat berbelanja, tata letak toko dan komunikasi visual agar memudahkan konsumen saat mencari produk yang diinginkan. Store Atmosphere sebaiknya dilakukan secara optimal karena memicu seseorang dalam melakukan pembelian impulsif (Nainggolan, N. T., dkk., 2020, hal. 167).

Store Atmosphere memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan Impulse Buying seperti yang ditunjukkan dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Store Atmosphere, Product Display, dan Price Discount terhadap Impulse Buying (Studi Kasus pada Indomaret di Kota Denpasar).” oleh (Artana et al., 2021). Jadi, semakin menarik Store Atmosphere maka akan membuat konsumen lebih nyaman menghabiskan waktu lama di dalam toko.

Visual Merchandising merupakan proses menyajikan atau menampilkan produk dengan cara membuatnya menarik dan diinginkan secara visual.

MR. DIY PTC Mall harus lebih memperhatikan tampilan display dengan memajang produk-produk yang sering dicari pada bagian depan sehingga ketika orang lewat akan langsung tertarik membeli produk tersebut. Visual Merchandising dapat meningkatkan potensi pembelian impulsif seseorang (Nainggolan, N. T., dkk., 2020, hal. 154).

Penelitian yang dilakukan (Anggraini, 2020) berjudul “Pengaruh Visual Merchandising dan Store Atmosphere terhadap Perilaku Impulse Buying (Studi Kasus pada Konsumen Miniso di Surabaya)”

menunjukkan bahwa Visual Merchandising berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

impulsif. Ini menunjukkan bahwa tampilan dan penataan yang provokatif dapat menarik minat konsumen untuk memasuki toko.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk memilih judul penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Impulse Buying MR. DIY Palembang

2. LANDASAN TEORI Impulse Buying

Menurut Perdana (2018) dalam (Nainggolan, N. T., dkk., 2020, hal. 143) pembelian impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen melakukan pembelian dengan segera tanpa adanya rencana terlebih dahulu.

Indikator Impulse Buying menurut (Sumampow et al., 2022) yaitu:

1. Sering berbelanja secara spontan 2. Sering berbelanja tanpa berpikir panjang

3. Terkadang memikirkan ingin berbelanja untuk beberapa saat

4. Saat melihat sesuatu yang diinginkan, maka akan membelinya

Positive Emotion

Perasaan positif yang dimiliki konsumen seperti merasa senang, gembira dan puas secara impulsive akan melakukan pembelian lebih banyak dalam perjalanan belanja mereka (Nainggolan, N. T., dkk., 2020, hal. 154). (Sopiyan, P., & Kusumadewi, N., 2020) juga berpendapat bahwa emosi positif adalah suatu emosi yang mampu menghadirkan sebuah perasaan positif terhadap seseorang yang mengalaminya.

Indikator Positive Emotion menurut Diah Pradiatiningtyas (2019) dalam (Sopiyan, P., &

Kusumadewi, N., 2020) adalah sebagai berikut:

(5)

1. Kesenangan (pleasure) mengacu pada tingkat individu merasa senang, penuh kegembiraan, dan bahagia yang berkaitan dengan situasi tersebut.

2. Antusias (araousal) mengacu pada perasaan individu saat tertarik, siaga, afektif dalam suatu situasi dimana ada rangsangan dari lingkungannya.

3. Pengendalian (dominance) mengacu pada perasaan pengendalian dan sejauh mana individu merasa dibatasi dalam perilakunya.

Store Atmosphere

Store Atmosphere dapat dijadikan teknik untuk menambah daya tarik fasilitas fisik toko. Store Atmosphere termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku pembelian tak berencana (Purwantinah, 2019, hal. 107). Menurut Levy dan Weitzt dalam (Purwantinah, 2019, hal. 107), pengaruh keadaan toko adalah kombinasi dari karakteristik fisik toko, seperti arsitektur, tata letak, pemajangan, warna, cahaya, temperatur, musik serta aroma, yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen.

Indikator Store Atmosphere menurut Utami dalam (Anggraini, 2020) yaitu:

1) Komunikasi visual, berupa papan tanda dan efek panggung yang dapat menarik konsumen serta sebagai pemberi saran untuk membeli.

2) Pencahayaan, merupakan strategi penataan cahaya toko secara tepat, berupa cahaya utama toko yang dipasang di langit-langit serta cahaya yang menyoroti produk.

3) Warna, bisa mengubah suasana hati konsumen jika dapat diatur secara menarik.

4) Musik, merupakan elemen yang berfungsi memberi perasaan damai kepada pembeli saat melakukan pembelanjaan dalam sebuah toko yang nantinya akan kerasan di dalam toko

dalam jangka waktu yang lama kemudian melakukan sebuah pembelanjaan.

5) Aroma, merupakan wangi-wangian yang akan mempengaruhi emosi konsumen, sebagai penentu perasaan atau emosional sampai akhirnya melakukan pembelian.

Visual Merchandising

Sari dalam (Anggraini, 2020) menyatakan bahwa visual merchandising diartikan sebagai tampilan sebuah barang dagangan secara bagus serta memiliki daya tarik pada aspek sisi aksesoris, warna, serta aspek penunjang lainnya dengan pemajangan yang sesuai.

Indikator yang digunakan dalam mengukur Visual Merchandising menurut Mehta dan Chungan dalam (Anggraini, 2020) yaitu:

1. Window Display adalah tampilan bagian depan toko berupa tampilan pintu masuk serta tampilan logo dari sebuah toko yang membantu pelanggan memutuskan apakah akan memasuki toko atau tidak.

2. Mannequin Display berupa alat untuk presentasi suatu produk misalnya penempatan manekin, alat peraga ataupun alat bantu untuk menjelaskan fungsi produk yang lebih detail dan menarik perhatian konsumen.

3. Floor Merchandising untuk mempermudah konsumen dalam bergerak ketika berbelanja dan memudahkan konsumen ketika mencoba produk.

4. Promotional Signage berupa informasi fungsi dari produk untuk memudahkan konsumen mengetahui kegunaan dari produk berupa sebuah tulisan yang menjelaskan kegunaan produk, tanda promosi serta tanda yang menunjukkan diskon atau bonus tertentu

Kerangka Pemikiran yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

(6)

Sumber: Penulis, 2022

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan :

Parsial Simultan

H0-1: Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel Positive Emotion, Store Atmosphere, Visual Merchandising terhadap Impulse Buying.

Ha-1: Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel Positive Emotion, Store Atmosphere, Visual Merchandising terhadap Impulse Buying.

H0-2: Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel Positive Emotion, Store Atmosphere, Visual Merchandising terhadap Impulse Buying.

Ha-2: Terdapat pengaruh secara simultan antara variabel Positive Emotion, Store Atmosphere, Visual Merchandising terhadap Impulse Buying.

3. METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal dengan teknik kuantitatif menggunakan kuesioner. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono, 2018). Objek Penelitian yang diteliti berkaitan dengan Positive Emotion, Store Atmosphere dan Visual Merchandising terhadap Impulse Buying. Subjek penelitian adalah tempat variabel tersebut melekat (Sugiyono, 2018, hal. 20).

Subjek Penelitian adalah MR. DIY Palembang. Data primer yang terdapat dalam penelitian ini merupakan hasil dari penyebaran kuesioner pada sampel yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah buku teori, penelitian terdahulu, jurnal, makalah, artikel yang berkaitan dengan topik pembahasan dalam penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung MR. DIY Palembang. Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel adalah Purposive Sampling dengan menggunakan rumus Slovin dengan hitungan sebagai berikut.

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan

(7)

Sehingga didapatkan total sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 240. Untuk mengukur pendapat responden digunakan skala Likert lima angka. Teknik Analisis data yang digunakan adalah :

Uji validitas. Ketentuannya adalah sebagai berikut.

Apabila r hitung > r tabel pada taraf signifikan (α= 0,05) maka dianggap valid sebaliknya jika r hitung <

r tabel maka dianggap tidak valid.

Uji reliabilitas. Ketentuan nya adalah sebagai berikut.

Apabila nilai Cronbach’s Alpha menunjukkan angka lebih dari 0,7 maka dapat dikatakan bahwa data bersifat dapat dipercaya atau bersifat reliabel.

Uji analisis regresi linear berganda. Ketentuannya adalah sebagai berikut.

Y = ααααα + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Y = Impulse Buying

α= Konstanta

b = Koefisien Regresi X1 = Positive Emotion X2 = Store Atmosphere X3 = Visual Merchandising e = Error

Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokolerasi, dan uji heteroskedastisitas.

Uji nomalitas. Ketentuan nya adalah sebagai berikut.

1. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya >

0,05 maka data dapat dikatakan berdistribusi normal.

2. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal.

Uji multikolinearitas. Ketentuan nya adalah sebagai berikut.

1. Jika nilai VIF < 10 atau nilai Tolerance > 0,01, maka dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.

2. Jika nilai VIF > 10 atau nilai Tolerance < 0,01, maka dinyatakan terjadi multikolinearitas.

3. Jika koefisien korelasi masing-masing variabel bebas > 0,8 maka terjadi multikolinearitas. Tetapi jika koefisien korelasi masing-masing variabel bebas < 0,8 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Uji autokorelasi. Ketentuan nya adalah sebagai berikut.

1. Nilai D-W di bawah -2 artinya terdapat autokorelasi positif.

2. Nilai D-W di antara -2 sampai +2 artinya tidak ada autokorelasi.

3. Nilai D-W di atas +2 artinya terdapat autokorelasi negatif.

Atau dengan keterangan lain yaitu:

1) d < dL : Terjadi Autokorelasi positif 2) d > 4 – dL : Terjadi Autokorelasi negatif 3) dU < d < 4 – dU : Tidak terjadi Autokorelasi 4) dL < d < dU atau 4 – dU < d < d – dL : tidak

ada kesimpulan

Uji heteroskedastistas. Ketentuan nya adalah sebagai berikut.

Dasar pengambilan keputusan pada uji ini adalah jika nilai signifikansi > 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya jika nilai signifikansi

< 0,05, maka terjadi heteroskedastisitas.

Uji koefsien determinasi. Ketentuan nya adalah sebagai berikut.

Besarnya nilai koefisien determinasi berkisar antara 0-1 (0 < R2 < 1) yang berarti jika nilai adjusted R2 semakin mendekati 1 maka semakin baik kemampuan model tersebut dalam menjelaskan (Ghozali, 2018, hal. 286).

Uji hipotesis terdiri dari uji parsial t dan uji simultan f.

Uji Parsial T. Ketentuannya adalah sebagai berikut.

Jika nilai signifikansi uji t > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variaben dependen.

(8)

Jika nilai signifikansi uji t < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Uji F Simultan. Ketentuan nya adalah sebagai berikut.

Jika nilai signifikansi uji f < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti semua variabel independen/

bebas memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen/terikat.

Nilai yang digunakan pada uji koefisien determinasi adalah Adjusted R Square dikarenakan jumlah variabel yang diteliti dalam penelitian ini lebih dari dua variabel. Adjusted R Square bernilai 0,790 yang artinya variabel Positive Emotion (X1), Store Atmosphere (X2), Visual Merchandising (X3),

Pengujian dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada tabel Coefficients dengan taraf signifikannya sebesar 5% (α = 0,05). Perhitungan t- tabel dalam penelitian ini yaitu df = n – (k + 1) = 1,970110. Positive Emotion memiliki t hitung sebesar 9,052 > t tabel sebesar 1,970110 serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Positive

Tabel 2. Uji Koefisien Determinasi

Jika nilai signifikansi uji f > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti semua variabel independen/bebas tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen/terikat.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Koefisien Determinasi

mempengaruhi Impulse Buying (Y) sebesar 79%

sedangkan 21% sisanya disebabkan oleh faktor lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

Uji t

Emotion berpengaruh positif dan signifikan terhadap Impulse Buying. Store Atmosphere memiliki t hitung sebesar 9,343 > t tabel sebesar 1,970110 serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Store Atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap Impulse Buying. Visual Merchandising memiliki t hitung sebesar 4,316 > t tabel sebesar Sumber: Data Diolah Peneliti, 2022

Tabel 3. Uji t

Sumber: Data Diolah Peneliti, 2022

(9)

1,970110 serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05.

Pengujian dilakukan dengan melihat nilai f yang terdapat pada tabel ANOVA, tingkat signifikansi yang digunakan yaitu sebesar á = 0,05. Perhitungan f-tabel dalam penelitian ini yaitu f tabel = f (k;n-k) = 2.409895.

Dapat dilihat nilai signifikansi bernilai 0,000

< 0,05 sedangkan f hitung 984,077 > f tabel 2,409895 sehingga dapat disimpulkan bahwa Positive Emo- tion (X1), Store Atmosphere (X2), Visual Merchan- dising (X3) sangat berpengaruh signifikan terhadap Impulse Buying.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa Positive Emotion, Store Atmosphere dan Visual Merchandising berpengaruh positif terhadap Impulse Buying konsumen di MR.

DIY PTC Mall Kota Palembang seperti hasil analisis berikut ini.

1. Konsumen yang mempunyai Positive Emotion lebih terdorong untuk melakukan perilaku pembelian impulsif, dalam hal ini konsumen sering melakukan pembelian tanpa berfikir panjang untuk apa kegunaan barang yang mereka beli, karena hal yang penting adalah mereka terpuaskan dan suasana hati nya menjadi lebih senang.

Tabel 4. Uji F Uji F

2. Semakin menarik Store Atmosphere suatu toko akan mendorong konsumen untuk tinggal lebih lama didalam toko dan akan menarik konsumen untuk mengetahui segala sesuatu yang terdapat pada toko sehingga pada akhirnya konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian impulsif.

3. Ketika kualitas indera penglihatan konsumen dipuaskan oleh visual display pada produk yang ditampilkan maka akan memunculkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian. Semakin baik perusahaan dalam mendesain visual merchandising secara rapi, maka akan besar pula tingkat pembelian impulsif yang akan terjadi.

6. SARAN

Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka terdapat beberapa pokok saran yang dapat dipertimbangkan seperti:

1. Bagi MR. DIY

Diharapkan untuk terus memberikan penawaran yang menarik dengan produk yang bervariasi agar dapat menciptakan suasana hati yang membuat konsumen memiliki keinginan melakukan Impulse Buying.

Diharapkan agar dapat mempertahankan suasana toko dengan memberikan kemudahan bagi Sumber: Data Diolah Peneliti, 2022

(10)

konsumen untuk menentukan pilihan produk melalui iklan, memberikan penerangan yang nyaman, mendesign ruangan toko sebaik mungkin dan memperdengarkan musik agar konsumen tidak jenuh saat berbelanja sehingga konsumen yang merasa nyaman akan memiliki keinginan untuk melakukan Impulse Buying.

Diharapkan agar dapat mempertahankan penataan toko yang tersusun rapi sesuai jenis dengan memperhatikan tata letak toko sehingga konsumen dapat bebas bergerak dan mempermudah konsumen dengan memberi penawaran promosional pada tanda-tanda dalam toko sehingga konsumen dapat memiliki keinginan untuk melakukan Impulse Buying.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan penelitian yang sama disarankan untuk mengembangkan penelitian tentang Impulse Buying lebih luas dengan menambahkan variabel- variabel yang belum dimasukkan dalam penelitian ini ataupun mencari faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi pembelian impulsif.

3. Bagi Pihak Akademisi

Bagi pihak akademisi diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan acuan terhadap mata kuliah manajemen pemasaran khususnya dalam analisis Impulse Buying.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anggraini, I. D. 2020. Pengaruh Visual Merchandising dan Store Atmosphere Terhadap Perilaku Impulse Buying (Studi Kasus pada Konsumen Miniso di Surabaya).

Jurnal Pendidikan Tata Niaga, 8(1), 660–666.

[2] Artana, I. P. W., Wisesa, I. G. B. S., Setiawan, I. K., Utami, N. L. P. M. P., Yasa, N. N. K.,

& Meda Jatra. 2019. Pengaruh Store Atmosphere, Display Product, dan Price

Discount Terhadap Impulse Buying (Studi Kasus pada Indomaret di Kota Denpasar). E- Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 369–394. https://doi.org/10.24843/

EEB.2019.v08.i04.p03

[3] Ghozali., 2018, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25.

[4] Hardiana, C. D., & Khalisyah, H. 2021.

Pengaruh Konsumsi Hedonik dan Emosi Positif Terhadap Pembelian Impulsif Konsumen Miniso di Bekasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 1(1), 31–47. https://

doi.org/10.56145/ekonomibisnis.v1i1.28

[5] Nainggolan, N. T., dkk., 2020, Perilaku Konsumen di Era Digital.

[6] Pipih Sopiyan, & Neny Kusumadewi. (2020).

Pengaruh Shopping Lifestyle dan Positive Emotion Terhadap Impulse Buying.

Coopetition/: Jurnal Ilmiah Manajemen, 11(3), 207–216. https://doi.org/10.32670/

coopetition.v11i3.115

[7] Purwantinah, Aris. 2019. Pengolahan Bisnis Retail SMK/ MAK kelas XI.

[8] Sumampow, K. Z., Soepeno, D., Ch Raintung, M., & Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, J. (2022). Pengaruh Fashion Involvement, Sales Promotion dan Positive Emotion Terhadap Impulse Buying pada Matahari Departement Store Megamall Manado the Influence of Fashion Involment, Sales Promotion and Posotive Emotion on Impulse Buying At Matahari Departement Store Megamall Manado. Z. Sumampow., D.

Soepeno., M. Ch. Raintung. 809 Jurnal EMBA, 10(2), 809–819.

[9] Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Evaluasi.

[10] Winarto, Y. (2022). Tambah Gerai di Labuan Bajo, MR DIY Kini Punya 400 Gerai di

(11)

Indonesia. Diakses 17 September, dari https://

industri.kontan.co.id/news/tambah-gerai-di- labuan-bajo-mr-diy-kini-punya-400-gerai-di- indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak sales promotion, store atmosphere terhadap impulse buying pada konsumen Starbucks Coffee, Solo Paragon Mall,

Skripsi yang berjudul “ANALISIS PROMOSI, STORE LAYOUT , DAN SELF SERVICE YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM MELAKUKAN IMPULSE BUYING (Studi pada konsumen supermarket

Dari penelitian yang saat ini dilakukan yaitu terkait place (tempat), terbukti bahwa ada empat faktor dari store atmosphere yang mempengaruhi impulse buying yaitu

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan, diketahui bahwa secara parsial, sumbangan yang diberikan Store Atmosphere terhadap Perilaku Impulse Buying pada konsumen

Dari penelitian yang saat ini dilakukan yaitu terkait place (tempat), terbukti bahwa ada empat faktor dari store atmosphere yang mempengaruhi impulse buying yaitu

Sehingga, penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul tentang &#34; PENGARUH VISUAL MERCHANDISING DAN STORE ATMOSPHERE TERHADAP IMPULSIVE BUYING (STUDI KASUS

variabel store atmosphere memiliki pengaruh yang kuat terhadap impulse buying dan hasil koefisien determinasi yaitu sebesar 59,8% yang berarti bahwa 59,8% impulse

PENGARUH VISUAL MERCHANDISING DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING MELALUI POSITIVE EMOTION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Studi Kasus Pada Toko Pakaian Wanita Griya Hijab