Implementasi Hak dan Kewajiban Suami Istri terhadap Pernikahan Jarak Jauh (Studi Kasus terhadap Pasangan yang Masih Menempuh
Pendidikan)
Najla Aliyah Athifah, Arif Husnul Khuluq
Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah (STDI) Imam Syafi’i Jember Jl. MH. Thamrin Gg. Kepodang No.5, Gladak Pakem, Kranjingan, Kec.
Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur
Corresponding Author : Najla Aliyah Athifah, [email protected] ABSTRAK
Terjadinya akad nikah yang sah memiliki konsekuensi, di antaranya hak dan kewajiban sebagai suami dan istri. Pernikahan yang dilangsungkan saat menempuh masa studi menuntut pasangan untuk tetap dapat menjalankan hak dan kewajibannya sebagai pasangan suami dan istri sekaligus sebagai seorang pelajar. . Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan gabungan antara pendekatan lapangan (field research) dan pendekatan kepustakaan (library research). Hasil penelitian ini adalah Islam sangat memperhatikan hak dan kewajiban suami istri dan keharusan untuk saling berusaha untuk memenuhi hak dan kewajiban tersebut, kemudian banyak usaha yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang melakukan pernikahan jarak jauh untuk memenuhi hak dan kewajiban walaupun masih ada beberapa hak dan kewajiban yang tidak atau kurang terpenuhi disebabkan oleh terpisahnya jarak antara suami dan istri dan disibukkan oleh kegiatan masing-masing sebagai pelajar. Menurut hasil penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu, sejauh ini belum ada penulis yang meneliti mengenai implementasi hak dan kewajiban suami istri saat menempuh pendidikan terhadap pernikahan jarak jauh secara khusus.
Kata Kunci: Hak dan Kewajiban, Pernikahan Jarak Jauh, Pendidikan How to Cite : Athifah, N. A., Khuluq, A. H. (2023). Implementasi Hak dan Kewajiban
Suami Istri terhadap Pernikahan Jarak Jauh (Studi Kasus terhadap Pasangan yang Masih Menempuh Pendidikan). SANGAJI: Jurnal Ilmu Pemikiran Syariah dan Hukum, 7(2), 213-231
DOI : 10.52266/sangaji.v7i2.1830
Journal Homepage : https://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/sangaji/article/view/1830 This is an open access article under the CC BY SA license
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
PENDAHULUAN
ernikahan jarak jauh adalah bentuk pernikahan di mana suami dan istri tinggal di tempat yang berbeda dalam jangka waktu yang panjang.
Pernikahan ini biasanya terjadi ketika salah satu pasangan harus berada jauh dari pasangannya karena pekerjaan atau alasan lainnya. Akan tetapi dalam beberapa kasus, pernikahan jarak jauh terjadi karena satu atau kedua pasangan masih menempuh pendidikan di tempat yang berbeda.
Pasangan memiliki tantangan tersendiri yang harus dihadapi saat menjalankan pernikahan jarak jauh. Komitmen dan intimasi dalam menjalankan pernikahan jarak jauh harus tetap terjaga, diharapkan agar pernikahan jarak jauh tersebut dapat berjalan dengan baik. Meskipun teknologi telah memudahkan komunikasi jarak jauh, tetapi tidak dapat menggantikan kehadiran fisik pasangan dalam kehidupan sehari-hari. Rumah tangga yang bahagia sepatutnya dibangun dengan pondasi yang kuat dan persiapan yang matang, paham tentang hak dan kewajiban sebagai suami dan istri juga merupakan suatu jalan untuk mencapai keluarga yang sakinah.
Keharmonisan dalam sebuah rumah tangga tidak mungkin bisa terealisasikan tanpa adanya kepedulian dan kesadaran dalam menjalankan kewajiban untuk memberikan hak pasangannya (Haris, 2019). Sangat dibutuhkan kesamaan pemahaman pikiran tentang hak dan kewajiban antara suami dan istri (Masruchin & Nuraeni, 2021). Beberapa alasan mengapa menunaikan kewajiban dan hak sebagai suami istri merupakan perkara yang sangat penting yaitu untuk menjaga keadilan dalam hubungan suami istri, membangun kepercayaan dan saling menghormati, meningkatkan keintiman dalam hubungan, meningkatkan stabilitas dalam hubungan, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.
Beberapa dalil yang menguatkan hal ini antara lain firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 228 yang artinya,
"Dan mereka (para istri) memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi para suami memiliki kelebihan di atas mereka. Allah Maha perkasa, Maha bijaksana."
Ayat ini memberitahukan bahwa para istri memiliki hak dan kewajiban yang sama atas suami mereka, begitu pun para suami memiliki kewajiban serta hak atas para istrinya. Namun laki-laki memiliki derajat yang lebih atas wanita, maqam yang lebih, yaitu laki-laki bertanggung jawab untuk menafkahi wanita (Az-Zuhaili, 1997).
P
Dan dalam hadis riwayat ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
يِلْهَلأ ْمُك ُرْيَخ اَنَأ َو ِهِلْهَلأ ْمُكُرْيَخ ْمُكريخ
"Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik terhadap keluargaku." (Al-Tirmidhli, 1436).
Hadis ini menunjukkan pentingnya suami dan istri saling menjalankan kewajiban dan menunaikan hak dalam keluarga.
Dari dalil-dalil yang telah dipaparkan di atas, menjelaskan bahwa menunaikan kewajiban serta hak antara suami dan istri merupakan salah satu bagian dari ajaran syariat Islam yang harus dijalankan dengan baik untuk menciptakan keluarga yang harmonis dan bahagia.
Studi kasus terhadap pasangan yang masih menempuh pendidikan menjadi relevan dalam konteks pernikahan jarak jauh. Pasangan yang masih menempuh pendidikan menghadapi tantangan tambahan seperti jadwal kuliah yang padat dan tuntutan tugas kuliah yang tinggi. Namun, dengan adanya dukungan dan pemahaman yang baik antara suami istri, pernikahan jarak jauh diharapkan dapat tetap berjalan dengan baik dan dapat memperkuat hubungan antara suami istri.
Dalam konteks tersebut, implementasi hak dan kewajiban suami istri dalam pernikahan jarak jauh saat masa pendidikan perlu dipahami dan diterapkan dengan baik. Hal ini diharapkan dapat membantu pasangan untuk menjaga keharmonisan dan kebahagiaan dalam pernikahan mereka, meskipun berada dalam kondisi jarak jauh dan saat masa studi yang tidak mudah.
Penelitian ini didasari oleh keunikan pasangan suami dan istri yang normalnya hidup dalam tempat tinggal yang satu secara bersama, tetapi dalam kondisi ini pasangan suami dan istri harus tinggal terpisah jarak. Hubungan jarak jauh dapat dikategorikan dengan tiga kategori, kategori pertama dilihat dari waktu, kedua dilihat dari intensitas pertemuan, dan yang ketiga dilihat dari jarak, dan tidak ada ketentuan khusus terkait ketiga kategori tersebut. Jika ada salah satu dari yang telah disebutkan di atas, maka pasangan tersebut sudah dikategorikan menjalani hubungan jarak jauh (Reza & Eneng, 2020).
Selain itu, maraknya juga pernikahan yang dijalankan ketika masih menempuh pendidikan, yang mana banyaknya dinamika-dinamika yang akan dilalui oleh pasangan suami istri tersebut, tidak semua suami istri mampu menjalankan pernikahan jarak jauh saat sedang menempuh pendidikan. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam mengenai hak serta kewajiban suami istri, apa saja usaha-usaha untuk memenuhi hak serta kewajiban suami istri terhadap pernikahan jarak jauh saat masa pendidikan, apa saja hak dan kewajiban yang dapat dipenuhi dan yang tidak dapat dipenuhi serta bagaimana mereka dapat menjalankan pernikahan dan pendidikan secara bersamaan.
Seperti tema yang akan penulis teliti, penulis akan melakukan penelitian pada para pelajar yang menjalankan pernikahan saat masa studi dan dalam kondisi hubungan jarak jauh, yang mana pernikahan jarak jauh saat sedang menempuh pendidikan itu memiliki keunikan tersendiri, beberapa di antaranya yaitu tantangan jarak jauh yang harus dihadapi oleh kedua pasangan, pasangan harus dapat mengatasi kesulitan dalam menjaga komunikasi dan membangun keintiman meskipun berada di tempat yang jauh satu sama lain, dan perlu adanya kesadaran diri untuk memenuhi dan melaksanakan hak dan kewajiban tersebut (Muhammad Fuad, 2023). Keunikan lainnya yaitu keterbatasan waktu yang dimiliki oleh kedua pasangan, kedua pasangan harus bisa membagi waktu antara kuliah, tugas, dan hubungan yang sedang dijalani. Pada penelitian ini, sampel tidak diambil hanya dari satu lokasi, agar data yang diperoleh lebih variatif, menghindari kesalahan penarikan sampel yang mengurangi validitas hasil penelitian, dan penulis dapat memastikan bahwa sampel yang penulis ambil akan lebih representatif terhadap populasi yang lebih luas.
Hasil observasi yang penulis dapat, banyak pelajar yang menjalankan pernikahan jarak jauh saat masa studi. Salah satu permasalahan yang ada, apakah mahasiswa yang menjalankan pernikahan jarak jauh saat masa studi tetap dapat menjalankan hak dan kewajibannya sebagai pasangan dan apakah hak dan kewajiban tersebut terpenuhi secara keseluruhan atau ada yang tidak terpenuhi? Hal tersebut menarik penulis untuk meneliti lebih dalam tentang implementasi hak dan kewajiban suami istri terhadap pernikahan jarak jauh saat masa pendidikan.
Menurut hasil penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang sudah ada terdahulu, sejauh ini belum ditemukan adanya penelitian yang meneliti mengenai implementasi hak serta kewajiban suami istri yang sedang menempuh pendidikan terhadap pernikahan jarak jauh secara khusus. Berikut data penelitian-penelitian yang memiliki keterkaitan erat dengan penelitian yang akan penulis lakukan:
Pertama, Saudah Binti Mat Razali yang meneliti tentang ‚Pemenuhan Hak dan Kewajiban Hubungan Suami Istri Jarak Jauh (Studi Kasus di Kuala Terengganu, Terengganu, Malaysia)‛ yang diteliti pada tahun 2023. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitiannya adalah di antara faktor suami istri menjalankan pernikahan jarak jauh adalah yang pertama karena jauhnya jarak tempat bekerja, kedua karena untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, dan yang ketiga karena menjadi pengajar di sekolah yang telah ditetapkan oleh negara bagi pihak guru. Sisi persamaannya adalah pada sisi pembahasan tentang implementasi hak serta kewajiban suami istri terhadap pernikahan dari jarak jauh. Sisi perbedaannya adalah bahwa penelitian ini membahas tentang; penjelasan tinjauan Islam tentang hak serta kewajiban suami istri, usaha yang dilakukan untuk memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami istri dalam pernikahan jarak jauh saat menempuh pendidikan dan apa saja hak dan kewajiban yang dapat dipenuhi oleh kedua pasangan dan yang tidak dapat dipenuhi.
Kedua, Nabilah Falah meneliti tentang ‚Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri Pada Pasangan Long Distance Marriage‛ yang dilakukan pada tahun 2022. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa usaha untuk memenuhi hak serta kewajiban pada pasangan (LDM) long distance marriage sudah terpenuhi meskipun tidak seutuhnya dipenuhi dengan baik. Sisi persamaannya adalah pada sisi pembahasan tentang implementasi hak dan kewajiban suami istri terhadap pernikahan jarak jauh. Sisi perbedaannya adalah bahwa penelitian ini membahas tentang; Sisi perbedaannya adalah bahwa penelitian ini membahas tentang; penjelasan tinjauan Islam tentang hak serta kewajiban suami istri, usaha yang dilakukan untuk memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami istri dalam pernikahan jarak jauh saat menempuh pendidikan dan apa saja hak dan kewajiban yang dapat dipenuhi oleh kedua pasangan dan yang tidak dapat dipenuhi.
Ketiga, Azizah Rahmawati meneliti tentang ‚Implementasi Hak dan Kewajiban Suami Istri Long Distance Relationship dalam Persfektif Maqasid Asy- Syariah (Studi Kasus Desa Jatirejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang)‛
yang diteliti pada tahun 2021. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh adalah pengimplementasian hak dan kewajiban yang dilakukan oleh tiga pasangan suami istri yaitu saling percaya, terbuka, saling setia, menepati janji, menjaga komunikasi, dan mempunyai
sikap humoris. Sisi persamaannya adalah pada sisi pembahasan tentang implementasi hak dan kewajiban suami istri terhadap pernikahan jarak jauh.
Sisi perbedaannya adalah bahwa penelitian ini membahas tentang; penjelasan tinjauan Islam tentang hak serta kewajiban suami istri, usaha yang dilakukan untuk memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami istri dalam pernikahan jarak jauh saat menempuh pendidikan dan apa saja hak dan kewajiban yang dapat dipenuhi oleh kedua pasangan dan yang tidak dapat dipenuhi.
Keempat, Aldilla Suwita Putra dan Zahrotul Uyun meneliti tentang ‚Pola Komunikasi pada Istri Pasangan Pernikahan Jarak Jauh‛ yang diteliti pada tahun 2017. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa pola komunikasi yang sering dilakukan setiap harinya oleh suami dan istri yaitu menggunakan telepon dan media komunikasi lainnya seperti media sosial. Sisi persamaannya adalah pada pembahasan tentang pernikahan jarak jauh. Sisi perbedaannya adalah bahwa penelitian ini membahas tentang; penjelasan tinjauan Islam tentang hak serta kewajiban suami istri, usaha yang dilakukan untuk memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami istri dalam pernikahan jarak jauh saat menempuh pendidikan dan apa saja hak dan kewajiban yang dapat dipenuhi oleh kedua pasangan dan yang tidak dapat dipenuhi.
Kelima, Meidi Heri Pratama meneliti tentang ‚Tinjauan Hukum Keluarga Islam terhadap Pemenuhan Hak dan Kewajiban Pasangan Suami Istri yang Masih Berstatus Pelajar Sekolah (Studi Kasus di Dusun Srimulyo Desa Pemanggilan, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan)‛ yang diteliti pada tahun 2022. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian ini menjelaskan besarnya usaha pasangan suami istri yang sedang berstatus sebagai pelajar untuk memenuhi hak dan kewajibannya sebagai pasangan walaupun kurang maksimal. Sisi persamaannya adalah pada sisi pembahasan mengenai hak serta kewajiban suami istri terhadap pernikahan saat masa studi. Sisi perbedaannya adalah bahwa penelitian ini membahas tentang; penjelasan tinjauan Islam tentang hak serta kewajiban suami istri, usaha yang dilakukan untuk memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami istri dalam pernikahan jarak jauh saat menempuh pendidikan dan apa saja hak dan kewajiban yang dapat dipenuhi oleh kedua pasangan dan yang tidak dapat dipenuhi.
Keenam, Dosi Juliawati yang meneliti tentang ‚Studi Kasus terhadap Mahasiswa yang Menikah saat Menempuh Masa Kuliah‛ yang diteliti pada
tahun 2017. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa salah satu motivasi pasangan RN dan AG melangsungkan pernikahan karena takut terjerumus ke dalam perbuatan yang menimbulkan dosa, adanya cinta dan kasih sayang di antara mereka, untuk membukakan pintu rezeki dan adanya dorongan dan motivasi dari orang tua mereka. Sisi persamaannya adalah pada sisi pembahasan tentang pernikahan saat sedang menempuh pendidikan. Sisi perbedaannya adalah bahwa penelitian ini membahas tentang; penjelasan tinjauan Islam mengenai hak serta kewajiban suami istri, usaha yang dilakukan untuk memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami istri dalam pernikahan jarak jauh saat menempuh pendidikan dan apa saja hak dan kewajiban yang dapat dipenuhi oleh kedua pasangan dan yang tidak dapat dipenuhi.
Ketujuh, Didik meneliti tentang ‚Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Suami-Isteri pada Masa Studi Perspektif Hukum Islam: Studi Kasus di Kampus IAIN Jember Mahasiswa Angkatan 2011‛ yang diteliti pada tahun 2015.
Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa salah satu faktor mahasiswa-mahasiswa IAIN Jember angkatan tahun 2011 menikah saat menempuh masa pendidikan yaitu:
dikhawatirkan terjadinya hal-hal yang tidak diperbolehkan bahkan dilarang oleh agama, dan adanya dukungan dari orang tua. Sisi persamaannya adalah pada sisi pembahasan mengenai hak serta kewajiban suami istri. Sisi perbedaannya adalah bahwa penelitian ini membahas tentang; penjelasan tinjauan Islam mengenai hak serta kewajiban suami istri, usaha yang dilakukan untuk memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami istri dalam pernikahan jarak jauh saat menempuh pendidikan dan apa saja hak dan kewajiban yang dapat dipenuhi oleh kedua pasangan dan yang tidak dapat dipenuhi.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang penulis teliti menggunakan metode kualitatif dengan memadukan antara pendekatan lapangan (field research) dan pendekatan kepustakaan (library research). Metode kualitatif ini memakai jenis penelitian studi kasus. Teknik dalam pengumpulan data yang dipilih adalah komunikasi pribadi atau wawancara, analisis dokumen serta observasi. Hal ini digunakan agar dapat menghasilkan data yang komprehensif mengenai jawaban-jawaban dari rumusan masalah. Informan yang dipilih dalam penelitian kali ini yaitu
suami atau istri yang menjalankan hubungan atau pernikahan dari jarak yang jauh saat menempuh pendidikan yang memiliki informasi dan data valid.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Usaha Suami Istri untuk Memenuhi Hak dan Kewajiban dalam Pernikahan Jarak Jauh saat Masa Studi
Pernikahan jarak jauh saat sedang menempuh pendidikan menjadi semakin umum terjadi di masa sekarang. Terutama karena banyak pasangan yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tetapi tidak ingin mengorbankan pernikahan mereka. Pernikahan jarak jauh saat masa studi memiliki tantangan tersendiri, pasangan suami istri harus berusaha tetap memenuhi hak serta kewajiban mereka sebagai suami istri dan mempertahankan hubungan mereka dari jarak jauh sambil fokus pada pendidikan mereka. Upaya yang pasangan kerjakan untuk saling bahu membahu dalam melaksanakan kewajiban serta hak suami istri merupakan usaha yang menghasilkan buah kebaikan bagi diri mereka sendiri ataupun bagi rumah tangganya (Uswatun, 2022).
Di antara usaha suami dan istri untuk memenuhi hak serta kewajiban dalam pernikahan jarak jauh saat masa studi adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi yang terbuka dan saling bertukar kabar
Usaha untuk terus berkomunikasi dan saling memberikan kabar sangat penting untuk menjaga kepercayaan, menguatkan hubungan, serta memperkuat keterampilan komunikasi.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rindu Edtresya, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia mengatakan ‚Usaha yang saya lakukan tetap komunikasi walau sibuk, tanya pendapat suami, berusaha melibatkan suami, tujuannya agar suami merasa dibutuhkan walaupun jarak jauh.‛
(Rindu Edtresya, Wawancara, 1 Mei 2023).
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh NF, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia mengatakan ‚Usaha yang saya lakukan saat menjalani pernikahan jarak jauh yaitu tetap berkomunikasi dengan baik agar tidak terjadi perselisihan.‛ (NF, Wawancara, 1 Mei 2023).
b. Saling memberikan motivasi dan dukungan
Saat menjalankan pernikahan jarak jauh pasangan suami istri harus menghadapi tantangan-tantangan yang berbeda dan dengan keadaan masing-masing. Maka dari itu, saling memberikan motivasi dan dukungan sangatlah penting dalam menjaga pernikahan jarak jauh.
Pernikahan di saat masa studi adalah perasaan menyenangkan dan dapat memberikan motivasi dan dukungan saat sedang masa studi.
(Tumiur, 2019).
Hal ini sebagaimana yang telah dikatakan oleh Siti Khoiriyati, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia menyampaikan ‚Usaha yang saya lakukan di antaranya berusaha memberi perhatian, memberi motivasi dalam belajarnya, karena suami juga sedang menempuh pendidikan, dan saling menguatkan satu sama lain.‛ (Siti Khoiriyati, Wawancara, 26 April 2023).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Rindu Edtresya, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia mengatakan ‚Untuk saling memberi motivasi dan dukungan karena masih sama-sama pendidikan harus belajar juga jadi sering saling mendukung, kadang minta ajarin juga.‛ (Rindu Edtresya, Wawancara, 1 Mei 2023).
c. Menjaga kesetiaan dan komitmen
Menjaga kesetiaan dan komitmen adalah faktor kunci dalam setiap hubungan, termasuk saat pernikahan jarak jauh, hal ini diharapkan berguna untuk mempertahankan hubungan dan membangun kepercayaan.
Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Isni Aprilianti, salah satu pasangan yang melakukan pernikahan dari jarak jauh untuk menempuh masa studi. Ia menyampaikan ‚Yang pasti saling menguatkan iman dan harus saling percaya satu sama lain.‛ (Isni Aprilianti, Wawancara, 2 Mei 2023).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Nurul Puspita Sari, salah satu mahasiswi yang melakukan pernikahan dari jarak jauh sejak tahun 2022. Ia mengatakan ‚Usaha yang saya lakukan untuk menjaga komitmen yaitu berdoa sama Allah aja, semoga dijagakan hatinya dan
sering-sering komunikasi.‛ (Nurul Puspita Sari, Wawancara, 2 Mei 2023).
d. Istri meminta izin kepada suami
Sebagai prinsip umum dalam hubungan suami isri, pasangan sebaiknya selalu berkomunikasi dan meminta persetujuan satu sama lain dalam berbagai hal, terlebih ketika melakukan hubungan dari jarak jauh yang mengharuskan suami dan istri tidak dapat tinggal bersama, istri harus meminta izin dan ridho suami.
Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rindu Edtresya, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia menyampaikan ‚Saya tetap meminta izin suami terhadap hal-hal tertentu seperti ingin pergi belanja keluar dan sebagainya.‛ (Rindu Edtresya, Wawancara, 1 Mei 2023).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Ashilah, salah satu mahasiswi yang melakukan pernikahan dari jarak jauh untuk menempuh masa studi. Ia mengatakan ‚Usaha yang saya lakukan dalam memenuhi hak dan kewajiban sebagai seorang istri yang menjalani hubungan dari jarak jauh dengan suami yaitu meminta izin suami ketika meninggalkan rumah.‛ (Ashilah, Wawancara, 2 Mei 2023).
e. Menyelesaikan konflik dengan bijak
Konflik yang tidak terselesaikan dapat meningkatkan stres dan kecemasan dalam hubungan jarak jauh, sangat diperlukan penyelesaian masalah dengan bijak dan baik agar dapat memperbaiki kualitas hubungan yang sehat.
Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Nurul Puspita Sari, salah satu mahasiswi yang melakukan pernikahan dari jarak jauh sejak tahun 2022. Ia mengatakan ‚Untuk komunikasi mengenai hal-hal dalam keluarga, kami melakukan via telepon atau video call.‛ (Nurul Puspita Sari, Wawancara, 2 Mei 2023).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Rindu Edtresya, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia mengatakan ‚Konflik biasanya disebabkan karena kurangnya komunikasi, karena perbedaan waktu dan punya kesibukan masing-masing, jadi harus saling mengerti, cara menyelesaikan konflik
diberitahu apa masalahnya, dibicarakan.‛ (Rindu Edtresya, Wawancara, 1 Mei 2023).
Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui usaha suami istri untuk memenuhi hak dan kewajiban dalam pernikahan dari jarak jauh saat masa pendidikan adalah: (a) Komunikasi yang terbuka dan saling bertukar kabar, (b) Saling memberikan motivasi dan dukungan, (c) Menjaga kesetiaan dan komitmen, (d) Istri meminta izin kepada suami, (e) Menyelesaikan konflik dengan bijak.
2. Hak dan Kewajiban Suami Istri yang Terpenuhi dan yang Tidak Terpenuhi dalam Pernikahan Jarak Jauh untuk Menempuh Studi
Dikarenakan terkendala jarak dan pasangan tidak berada dalam satu tempat secara fisik, pastinya tidak semua hak dan kewajiban dapat terlaksana dengan maksimal. Pelaksanaan kewajiban juga harus dilandasi dengan rasa penuh tanggung jawab dan ketulusan hati (Wiwin &
Masruchin, 2021).
Berikut adalah kewajiban serta hak suami istri yang terpenuhi dan yang tidak terpenuhi dalam pernikahan jarak jauh untuk menempuh studi:
a. Hak dan kewajiban yang terpenuhi 1) Saling menasihati dalam kebaikan
Saling menasihati dalam kebaikan adalah salah satu hal penting untuk menciptakan hubungan yang sehat dan baik dalam pernikahan jarak jauh, terlebih jika menasihati perkara agama, bukan hanya memperkuat hubungan dengan pasangan tetapi juga memperkuat hubungan dengan sang pencipta.
Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Siti Khoiriyati, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia menyampaikan ‚Ana menyampaikan kebaikan-kebaikan yang ana ketahui dan mengirim video kajian-kajian asatidzah.‛ (Siti Khoiriyati, Wawancara, 26 April 2023).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Rindu Edtresya, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia mengatakan ‚Saling memotivasi dalam kebaikan juga.‛ (Rindu Edtresya, Wawancara, 1 Mei 2023).
2) Tetap berkomunikasi dengan baik
Suami istri perlu memenuhi hak dan kewajiban komunikasi dengan jujur dan terbuka, menjadi pendengar yang baik, dan menunjukkan keterikatan dengan pasangan. Selain itu, pasangan juga perlu memberi waktu yang cukup untuk berkomunikasi agar tidak menimbulkan berbagai sangkaan.
Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Inayah Annasihah, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia menyampaikan ‚Usaha yang saya lakukan di antaranya berusaha selalu menjalin komunikasi yang baik tiap hari.‛ (Inayah Annasihah, Wawancara, 30 April 2023).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Rindu Edtresya, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia mengatakan ‚Dalam komunikasi harus saling mengerti, ditambah juga adanya perbedaan waktu, harus saling mengerti dan mengesampingkan ego.‛ (Rindu Edtresya, Wawancara, 1 Mei 2023).
3) Saling memberikan motivasi dan dukungan
Saat menjalankan pernikahan jarak jauh pasangan suami istri harus menghadapi tantangan-tantangan yang berbeda dan dengan keadaan masing-masing. Maka dari itu, saling memberikan motivasi dan dukungan sangatlah penting dalam menjaga pernikahan jarak jauh.
Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Siti Khoiriyati, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia menyampaikan ‚Usaha yang saya lakukan di antaranya berusaha memberi perhatian, memberi motivasi dalam belajarnya, karena suami juga sedang menempuh pendidikan, dan saling menguatkan satu sama lain.‛ (Siti Khoiriyati, Wawancara, 26 April 2023).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Andira, salah satu pasangan suami dan istri yang menjalankan pernikahan dari jarak jauh untuk menempuh masa studi. Ia mengatakan ‚Saling mengingatkan dan harapan kami ini tidak berjalan lama, insya Allah kemudian hari kami bisa berkumpul kembali dengan keadaan yang lebih baik lagi.‛ (Andira, Wawancara, 28 April 2023).
b. Hak dan kewajiban yang tidak terpenuhi 1) Tidak memenuhi kebutuhan suami
Ketika suami dan istri menjalani pernikahan jarak jauh, mungkin saja ada beberapa kebutuhan suami yang tidak dapat terpenuhi dengan baik, baik untuk kebutuhan fisik, kebutuhan emosional, maupun kebutuhan sosial.
Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Siti Khoiriyati, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia menyampaikan ‚Kewajiban yang tidak terpenuhi yaitu tidak melayani suami dan tidak memenuhi kebutuhan suami.‛ (Siti Khoiriyati, Wawancara, 26 April 2023).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Rindu Edtresya, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia menyampaikan ‚Tidak bisa memenuhi kebutuhan suami seperti memasak, karena masih sama-sama kuliah, tidak bisa di rumah bareng, paling kalau libur.‛ (Rindu Edtresya, Wawancara, 1 Mei 2023).
2) Kurangnya nafkah secara materi
Dalam undang-undang dan kompilasi hukum Islam sudah diatur masalah mengenai pemberian nafkah dari suami kepada istri (Halmi, 2021). Memberi nafkah secara materi merupakan salah satu bentuk kewajiban suami terhadap istri, akan tetapi karena menjalani pernikahan jarak jauh mungkin adanya beberapa kendala dan faktor yang menjadi sebab kurangnya pemberian nafkah secara materi.
Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Siti Khoiriyati, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia menyampaikan ‚Hak yang tidak terpenuhi saat pernikahan jarak jauh yaitu tidak memperoleh nafkah secara batin, pun kurangnya nafkah secara materi.‛ (Siti Khoiriyati, Wawancara, 26 April 2023).
Pernyataan sebaliknya disampaikan oleh Nurul Puspita Sari, salah satu mahasiswi yang melakukan pernikahan dari jarak jauh sejak tahun 2022. Ia mengatakan ‚Nafkah secara materi alhamdulillah tercukupi karena kebetulan saya mendapat tunjangan beasiswa sehingga masih bisa digunakan untuk kebutuhan materi,
suami tinggal mencukupkan atau menambahkan.‛ (Nurul Puspita Sari, Wawancar, 2 Mei 2023).
Pernyataan sebaliknya juga dikuatkan oleh penyataan Inayah Annasihah, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh. Ia mengatakan ‚Untuk nafkah materi tercukupi dan jumlahnya dilebihkan dari pada saat tidak LDR.‛ (Inayah Annasihah, Wawancara, 30 April 2023).
3) Tidak memperoleh atau kurangnya memperoleh nafkah batin
Dalam hubungan jarak jauh, pasangan mungkin tidak bisa memenuhi atau memperoleh kebutuhan emosional satu sama lain karena jarak yang terpisah, bisa jadi tidak terpenuhi sama sekali atau mungkin kurang terpenuhi.
Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Siti Khoiriyati, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia menyampaikan ‚Hak yang tidak terpenuhi yaitu tidak memperoleh nafkah secara batin.‛ (Siti Khoiriyati, Wawancara, 26 April 2023).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Nurul Puspita Sari, salah satu mahasiswi yang melakukan pernikahan dari jarak jauh sejak tahun 2022. Ia mengatakan ‚Untuk memenuhi kewajiban sebagai istri dalam hal yang berhubungan dengan kebutuhan seksual, saya berusaha menyempatkan selalu pulang ke rumah pada waktu libur kuliah atau suami saya melakukan kunjungan ke tempat kuliah saya.‛ (Nurul Puspita Sari, Wawancara, 2 Mei 2023).
4) Istri tidak bisa mengurus rumah tangga
Dalam konteks pernikahan modern, Kewajiban seorang istri mengurus rumah tangga tidak hanya mencakup pekerjaan rumah tangga berupa memasak dan beres-beres, tetapi juga dalam mengelola keuangan keluarga, menjaga harta suami dan mendidik anak-anak. Akan tetapi, kewajiban istri untuk mengurus rumah tangga terkendala karena ada juga istri yang sedang menempuh pendidikan.
Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Nurul Puspita Sari, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh sejak tahun 2022. Ia mengatakan ‚Untuk urusan rumah tangga seperti memasak dan menyiapkan makanan saya meminta
bantuan kepada kerabat dekat untuk menggantikan posisi saya.‛
(Nurul Puspita Sari, Wawancara, 2 Mei 2023).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Rindu Edtresya, salah satu mahasiswa yang melakukan pernikahan jarak jauh saat menempuh masa studi. Ia menyampaikan ‚Untuk kewajiban mengurus rumah tangga tidak terlaksana seperti memasak dan sebagainya.‛ (Rindu Edtresya, Wawancara, 1 Mei 2023).
Pernyataan senada juga dikuatkan oleh Ashilah, salah satu mahasiswi yang melakukan pernikahan dari jarak jauh untuk menempuh masa studi. Ia mengatakan ‚Usaha yang saya lakukan dalam memenuhi hak serta kewajiban sebagai seorang istri yang menjalani hubungan dari jarak jauh dengan suami yaitu menjaga harta suami.‛ (Ashilah, Wawancara, 2 Mei 2023).
Berdasarkan dari yang paparan di atas dapat diketahui kewajiban serta hak suami istri yang terpenuhi dan yang tidak terpenuhi dalam pernikahan jarak jauh untuk menempuh studi adalah: (a) Hak dan kewajiban yang terpenuhi, yaitu: (1) Saling menasihati dalam kebaikan, (2) Tetap berkomunikasi dengan baik, (3) Saling memberikan motivasi dan dukungan, (b) Hak dan kewajiban yang tidak terpenuhi, yaitu: (1) Tidak memenuhi kebutuhan suami, (2) Kurangnya nafkah secara materi, (3) Tidak memperoleh atau kurangnya memperoleh nafkah secara batin, (4) Istri tidak bisa mengurus rumah tangga.
SIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Tinjauan Islam tentang kewajiban serta hak suami istri adalah: (a) Kewajiban istri terhadap suami serta hak suami terhadap istri, yaitu: (1) Kewajiban taat kepada suami selama bukan maksiat serta hak suami untuk ditaati dan dihormati, (2) Kewajiban memenuhi ajakan bermu’asyarah serta hak suami untuk dipenuhi ajakannya, (3) Kewajiban meminta izin kepada suami dan meminta kerelaannya serta hak suami untuk dihormati, (4) Kewajiban untuk menjaga amanah suami serta hak suami untuk dijaga amanahnya. (b) Kewajiban suami kepada istri dan hak istri terhadap suami, yaitu: (1) Kewajiban untuk memberi maskawin dan nafkah serta hak istri untuk mendapatkan maskawin dan nafkah, (2) Menggauli istri dengan adil dan baik serta hak istri untuk digauli
dengan adil dan baik, (3) Melindungi dan menjaga istri dari perbuatan dosa serta hak istri untuk mendapatkan penjagaan, (4) Memberikan kasih sayang, rasa cinta dan rasa tenang serta hak istri untuk mendapatkannya.
Usaha dari suami istri untuk memenuhi hak dan kewajiban dalam pernikahan dari jarak jauh saat masa studi adalah: (a) Komunikasi yang terbuka dan saling bertukar kabar, (b) Saling memberikan motivasi dan dukungan, (c) Menjaga kesetiaan dan komitmen, (d) Istri meminta izin kepada suami, (e) Menyelesaikan konflik dengan bijak.
Kewajiban serta hak suami istri yang dapat terpenuhi dan yang tidak dapat terpenuhi dalam pernikahan jarak jauh untuk menempuh studi adalah:
(a) Hak dan kewajiban yang terpenuhi, yaitu: (1) Saling menasihati dalam kebaikan, (2) Tetap berkomunikasi dengan baik, (3) Saling memberikan motivasi dan dukungan, (b) Hak dan kewajiban yang tidak terpenuhi, yaitu: (1) Tidak memenuhi kebutuhan suami, (2) Kurangnya nafkah secara materi, (3) Tidak memperoleh atau kurangnya memperoleh nafkah secara batin, (4) Istri tidak bisa mengurus pekerjaan rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Al-Karim.
Al-Bukhari, M. (1422H). Shahihal-Bukhari. Dar Tawq al-najah.
Aidh al-Qorni. (2016). Tafsir Muyassar. Jakarta: Darul Haq.
Al-Qurthubiy. (2007). Tafsir al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Armansyah, A. (2020). BATASAN NAFKAH YANG WAJIB DISERAHKAN SEORANG SUAMI KEPADA ISTRI. SANGAJI: Jurnal Pemikiran Syariah Dan Hukum, 2(2). https://doi.org/10.52266/sangaji.v2i2.397 At-Tirmidhi, M. bin Isa. (1436H). Sunan Al-Tirmidhi (Cet. II). Dar AL-Hadarah.
Andira. (2023, April 28). Wawancara Ashilah (2023, Mei 02). Wawancara
Az-Zuhaili Wahbah. (1417). At- Tafsir Al-Wajiz Wa Mu'jam Ma'ani Al-Qur'an
Al-Aziz. Beirut: Dar Al-Fikr.
Bastiar. (2018). Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri Mewujudkan Ruman Tangga Sakinah: Analisis Disharmonisasi Pasangan Suami Istri di Kota Lhokseumawe. Jurisprudensi: Jurnal Ilmu Syari’ah, Perundang-Undangan Dan Ekonomi Islam, 10(1).https://doi.org/10.32505/jurisprudensi.v10i1.872
Binti Mat Razali, Saudah. (2023). Pemenuhan Hak dan Kewajiban Hubungan Suami Istri Jarak Jauh (Studi Kasus di Kuala Terengganu,
Terengganu, Malaysia). (Thesis, Universitas Islam Negri Ar-Raniry Banda Aceh).
Didik, Mr. (2015). Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Suami-Isteri pada masa Studi Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Di Kampus IAIN Jember Mahasiswa angkatan 2011). (Thesis, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember).
Dosi Juliawati. (2017). Studi Kasus terhadap Mahasiswa yang Menikah saat Menempuh Masa Kuliah. Jurnal Ilmu Pendidikan. 13(2).
https://ejournal.iainkerinci.ac.id/index.php/tarbawi/article/view/192 Fuad Mubarok, Muhammad dkk. (2023). Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam
Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Maqasid Syariah. The Indonesian Journal of Islamic Law and Civic Law, 4(1).
https://ejournal.iainutuban.ac.id/index.php/jaksya/article/view/298/30 8
Halim, H. A. (2021). TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN GANTI RUGI MATERIIL NAFKAH BATIN SUAMI ISTRI YANG TIDAK TERPENUHI. Al- Ahkam, 17(1).
https://doi.org/10.37035/ajh.v17i1.4284
Heiri Pratama, Meidi. (2021). TINJAUAN HUKUM KELUARGA ISLAM
TERHADAP PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN
PASANGAN SUAMI ISTRI YANG MASIH BERSTATUS PELAJAR SEKOLAH (Studi Kasus di Dusun Srimulyo Desa Srimulyo, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan).
(Skripsi Sarjana, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung) Hermanto, Agus dkk. (2020). Nikah Misyar dan Terpenuhnya Hak dan
Kewajiban Suami Istri. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan
Masyarakat Islam, 13(2).
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijtimaiyya/index
Iim Fahimah, Rara Aditya. (2019). Hak dan Kewajiban Istri Terhadap Suami Versi Kitab ‘Uqud Al- Lujjain. Jurnal Ilmiah Mizani: Wacana Hukum,
Ekonomi, dan Keagamaan, 6(2).
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/mizani/article/view/223 9/2 192
Ikram, Mohamad. (2015). Hak dan Kewajiban Suami Istri Perspektif Al-Quran.
Qolamuna: Jurnal Studi Islam, 1(1).
http://ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.php/qolamuna/article/view/2/2 Inayah A. (2023, April 30). Wawancara
Isni A. (2023, Mei 02). Wawancara
Khasanah, U. (2022). Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri Penyandang Disabilitas. Al-Hukkam: Journal of Islamic Family Law, 2(2).
https://doi.org/10.28918/al- hukkam.v2i2.6409
Masruchin, M., & Nuraeni, W. (2021). Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Perspektif Tafsir Klasik Dan Kontemporer. Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al-
Qur’an Dan Tafsir, 15(2).
https://doi.org/10.21043/hermeneutik.v15i2.11596
Mufti, Zaenal. (2021). Konsep Hak Dan Kewajiban Suami Istri Menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani Dan Penerapanya Oleh Alumni Ponpes Darul Quran Batu. Sakina: Journal of Family Studies, 5(1). http://urj.uin- malang.ac.id/index.php/jfs/article/view/760/595
Mulya Nurani, Sifa. (2021). Relasi Hak Dan Kewajiban Suami Istri Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analitis Relevansi Hak Dan Kewajiban Suami Istri Berdasarkan Tafsir Ahkam Dan Hadits Ahkam). Al Syakhsiyyah: Journal of Law and Family Studies, 3(1).
https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/syakhsiyyah/article/view/
2719/1776
Muslim (1955). Shahih Muslim. Matbaʻat Isa al-Babial Halabiwa Shurakah.
Nabilah Falah. (2022). Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri Pada Pasangan Long Distance Marriage. Al-Ashlah: Jurnal Hukum
Keluarga dan Hukum Islam, 1(2).
https://ejournal.iaiibrahimy.ac.id/index.php/al_ashlah/article/view/144 3/ 883
Nurul P. (2023, Mei 02). Wawancara NF. (2023, Mei 01). Wawancara
Putra, Aldilla Suwita dan Zahrotul Uyun (2017). Pola Komunikasi Pada Istri Pasangan Pernikahan Jarak Jauh. (Skripsi Sarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Rahmawati, Azizah. (2021). IMPLEMENTASI HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI LONG DISTANCE RELATIONSHIP DALAM PERSPEKTIF MAQASID ASY-SYARIAH (Studi Kasus Desa Jatirejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang). (Skripsi Sarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga).
Rindu E. (2023, Mei 01). Wawancara Siti K. (2023, April 26). Wawancara
Suhartawan, B. (2022). Hak Dan Kewajiban Suami Istri Dalam Perspektif Al- Qur’an:(Kajian Tematik). TAFAKKUR: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan
Tafsir, 2(2). http://e-
jurnal.stiqarrahman.ac.id/index.php/tafakkur/article/view/65
Suratno, Dwi. (2015). Hak dan Kewajiban Suami Istri pada Keluarga TKI di Desa Tresnorejo, Kebumen, Jawa Tengah: Antara Yuridis dan
Realita. al-ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 8(1).
https://ejournal.uin-
suka.ac.id/syariah/Ahwal/article/view/1098/996
Tumiur dkk. (2019). Persepsi Mahasiswa FKIP Universitas Riau terhadap Pernikahan dalam Masa Studi. Jurnal Online Mahasiswa: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 6(1).
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/24229/23459 Zakiyah, Reza Umami dkk. (2020). Pola Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami
Istri Long Distance Relationship (LDR) di Desa Batujaya, Karawang. Al- Ahwal Al-Syakhsiyyah: Jurnal Hukum dan
Peradilan Islam, 1(2).
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/alsyakhsiyyah/article/view/9913 /4 823
Kemenkeu. (2019, Maret 6). Memahami Metode Penelitian Kualitatif.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12773/Memahami- Metode-Penelitian-Kualitatif.html.