• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of KARYA KOREOGRAFI KELOMPOK CHERLEADING DALAM PERSPEKTIF SENI PERTUNJUKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of KARYA KOREOGRAFI KELOMPOK CHERLEADING DALAM PERSPEKTIF SENI PERTUNJUKAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA KOREOGRAFI KELOMPOK CHERLEADING DALAM PERSPEKTIF SENI PERTUNJUKAN

Alisya Retnayu Karisma 12020134052 [email protected] Dr. Hj. Warih Handayaningrum M.Pd

Jurusan Sendratasik FBS UNESA Abstrak

Cheerleader dilahirkan sebagai pendukung atau penyemangat, tetapi tidak hanya berdiam diri saja dan berteriak-teriak. Cheerleader sebenarnya memiliki penampilan dan merupakan salah satu bidang olahraga yang dapat dibilang cukup ekstrim. Penampian cheerleading biasanya berkisar 2,5 - 3 menit yang menampilkan berbagai penampilan yang tidak biasa seperti pyramid, stunt, thumbling, dance, jumps, dan motion yang beraneka ragam.

Di indonesia, cheerleader mulai menampakkan eksistansinya semenjak tahun 2000- an. Tujuan penulisan untuk mengenalkan cheerleader kepada masyarakat, bahwa cheerleader saat ini yang diakui sebagai bentuk olahraga mulai menjadi suatu pertunjukkan koreografi yang menghibur berdirilah suatu komunitas pecinta cheerleading surabaya yakni Independent Cheerleaders Of West Surabaya (Incrows). komunitas cheerleaders di Surabaya yang berdiri pada tanggal 25 Juli 2010 dan berfungsi sebagai wadah komunikasi para cheerleaders khusunya di Surabaya. INCROWS sendiri tergabung didalam suatu induk organisasi cheerleading indonesia yakni The A Team Cheerleading Company yang berpusat di Jakarta sejak tahun 24 april 2011.

INCROWS adalah cheerleading yang berusaha untuk memadukan tekhnik olahraga cheerleader dengan koreografi tari yang mengandalkan ruang, tenaga, dan waktu. Sehingga dari perpaduan tersebut tercipta estetika baru dalam sajian koreograti tari yang ekstrim.

Membuat penonton akan merasakan kaget, takjub dan merinding saat menikmati pertunj ukan tersebut.

Kata Kunci : Cheerleader, Koreografi, Seni Pertunjukan Abstract

Cheerleader is born as a supporter or encouragement, but not just being silent and shouting. Cheerleader actually has an appearance and is one of the sports fields that can be considered quite extreme. Cheerleading shows usually range from 2.5 to 3 minutes which feature a variety of unusual performances such as pyramid, stunt, thumbling, dance, jumps, and a variety of motion.

In Indonesia, cheerleaders began to show their existence since the 2000s. The purpose of writing to introduce cheerleaders to the public, that cheerleaders are now recognized as a form of sport began to become a choreography show that entertained the stand of a cheerleading lovers community in Surabaya, namely Independent Cheerleaders Of West Surabaya (Incrows). the cheerleaders community in Surabaya, which was established on July 25, 2010 and serves as a communication forum for cheerleaders especially in Surabaya. INCROWS itself is incorporated in an Indonesian cheerleading organization parent, The A Team Cheerleading Company based in Jakarta since April 24, 2011.

INCROWS is cheerleading that seeks to combine cheerleader sports techniques with dance choreography that relies on space, energy and time. So that from this combination new aesthetics are created in extreme dance choreography. Make the audience feel shocked, amazed and goose bumps while enjoying the show.

Keywords: Cheerleader, Choreography, Performing Arts

(2)

I. Pendahuluan

Pemandu sorak atau lebih akrab disebut cherleading adalah julukan kerumunan orang yang melakukan aksinya untuk memberi dukungan dan penyemangat tim olah raga yang sedang berkompetisi. Para pemandu sorak bertugas mempimpin teriakan-teriakan untuk memberi semangat dan motivasi dikerumunan orang. Ketika kebanyakan orang mendengar kata pemandu sorak, mereka berpikir tentang gadis-gadis rok pendek yang cantik dan sexy.

Namun pada kenyataannya, pemandu sorak dimulai oleh kaum laki-laki, pada tahun 1903, University of Minnesota menciptakan yel-yel yang terdiri dari enam laki-laki, yang memimpin kerumunan orang di sepak bola dan basket.

Ketika kebnayakan orang mendengar kata pemandu sorak, mereka berfikir tentang gadis-gadis di rok pendek. Namun pada kenyataannya, pemandu sorak dimulai oleh laki-laki, pada tahun 1903, University of Minnesota menciptakan

“Yell Squad” yang terdiri dari enam laki-laki, yang memimpin kerumunan orang di sepak bola dan basket.

Perempuan akhirnya dapat bergabung dengan pemandu sorak pada tahun 1923 saat mulai mendominasi olahraga selama Perang Dunia II ketika sebagian besar orang yang tersisa untuk melawan adalah stunting

dan alat peraga seperti megaphone, dan orang-orang yang biasanya meremehkan perempuan ternyata sadar bahwa perempuan melakukan aksinya dengan lebih kreatif. Awalnya seragam perempuan jauh dari rok pendek yang dikenakan pada saat itu lenght skirt (rok panjang) dan sweater universitas.

Pada awalnya, pemandu sorak berlangsung hanya pada kampus- kampus. Mereka adalah tim non- perguruan tinggi pertama yang hadir.

Pada tahum 1967, pee wee liga sepak bola di seluruh Amerika Serikat mulai memasukkan Pop Warner pemandu sorak ke dalam program mereka. Pop Warker, sebuah organisasi pemuda non-profit AS, memungkinkan atlet muda tanpa afiliasi sekolah untu bergabung dengan timpemandu sorak.

Hari ini, lebih dari 80% dari sekolah umum di Amerika Serikat memiliki tim pemandu sorak dengan mayoritas anggota antara usia 12 dan 17. Ada lebih dari 3,4 juta pemandu sorak yang terdaftar di negara ini, dan olahraga cheerleader terus tumbuh. Pada pertengahan tahun 1970-an olahraga telah membuat transformasi lengkap dari apa yang dimulai sebagai pada tahun 1890 itu. Itu bukan lagi sekelompok orang hanya memimpin kerumunan, melainkan menjadi tim atlet dengan rutinitas yang terampil dengan baik. Kemudian pada tahun 1979 lemparan keranjang(basket toss)

(3)

diciptakan dan diajarkan oleh Universal Cheerleaders Association (UCA), memberikan tim bersorak di mana stunts menjadi . Sekarang tim profesional(all star) menggabungkan stunts rumit dan sulit jatuh(thumbling) ke dalam rutinitas dan sorak-sorai mereka. Keterampilan yang ditambahkan ke cheerleader telah membantu mendapatkan pengakuan dan penghargaan olahraga oleh atlet lain dan penonton sama.

Cheerleader dilahirkan sebagai pendukung atau penyemangat, tetapi tidak hanya berdiam diri saja dan berteriak-teriak. Cheerleader sebenarnya memiliki penampilan dan merupakan salah satu bidang olahraga yang dapat dibilang cukup ekstrim.

Penampian cheerleading biasanya berkisar 2,5 - 3 menit yang menampilkan berbagai penampilan yang tidak biasa seperti pyramid, stunt, thumbling, dance, jumps, dan motion yang beraneka ragam.

Olahraga cheerleader dibutuhkan keahlian dalam bidang-bidang ekstrim yang memerlukan kelenturan tubuh, tetapi pikiran yang sejalan dan fisik yang kuat. Cheerleader membutuhkan suatu kekompakan serta saling percaya dalam tim, namun posisi cheerleader tidak dapat digantikan jika pada suatu rangkaian telah tersusun. Sama halnya seperti menari, jika suatu kelompok sudah membuat tariannya maka sulit

jika seseorang yang berada dalam tariannya tersebut tidak datang dan harus digantikan sebagian orang berfikir bahwa tim cheer leading merupakan tim pemandu sorak yang buruk dan saling menj atuhkan tim lain, tetapi sebenarnya para cheerleader dibimbing dengan kebiasaan untuk saling mendukung tim satu sama lain bukan untuk menjatuhkan atau bermusuhan dengan antar tim. Maka dari itu, olahraga cheerleader terkenal memiliki jiwa patriotisme, disiplin dan berpegang pada komitmen di dalamnya.

Walaupun sebenarnya itu semua terasa sangat lelah, dan sering gagal dalam aksinya, mereka harus tetap selalu menjaga ekspresi agar terlihat ceria, sehingga penonton pun tetap ceria dan terhibur jika menyaksikan cheerleder beraksi.

Saat ini cheerleading telah berkembang dan menyebar di 79 negara dengan lebih dan' 4,5 juta pemandu sorak di seluruh dunia. 100 tahun setelah konsepsi, olahraga pemandu sorak terus berkembang, dari segala usia dan dari seluruh dunia berpartisipasi. Meskipun sebagian besar pemandu sorak masih 50% dari 97% anggota laki-laki. Pada tahun 1972, disahkan membuka olahraga kompetitif untuk atlet perempuan dan secara dramatis mengubah wajah pemandu sorak. Olahraga menjadi

(4)

lebih atletis dan lebih dimasukkan berguling dan stunts berkembang, tim pemandu sorak profesional pertama didirikan melalui NFL. Meskipun pemandu sorak berakar di Amerika Serikat, itu tidak berarti tetap menjadi olahraga satu-bangsa. Selama tahun 1980-an, Asosiasi Cheerleading British (BCA) dibentuk, Cheerleading Quarterly mulai beredar di seluruh dunia, dan pemandu sorak diperluas di seluruh Eropa dan Asia. Hal ini menjadi semakin sulit untuk menyangkal pemandu sorak olahraga patut dihormati dan status atletik.

Di indonesia, cheerleader mulai menampakkan eksistansinya semenjak tahun 2000-an. Cheerleader awalnya pendamping tim basket sebagai supporter saat berkompetisi, hingga mulai berubah ke dalam ranah pertunjukkan. Cheerleader sebagai olahraga yang extrim kini berkembang menjadi sebuah pertunjukkan yang memadukan koreografi dengan tekhnik stunts yang memiliki segi estetis serta warna yang berbeda dari sebuah koreografi pada umunya. Hal tersebut menjadi fenomena bahwa cheerleader yang identik dengan olahraga atlet, namun sekarang menjadi sebuah seni pertunjukan.

Penulis ingin menganalisa cheerleading dari segi perspektif sebagai olahraga yang mempunyai koreografi era baru dalam sebuah

pertunjukkan seni tari yang mengandalkan konsep ruang, tenaga , dan waktu. Cheerleading sebagai olahraga ekstrim dengan segala bentuk tekhnik yang rumit, dipadukan dengan koreografi tari akan menciptakan estetika tersendiri dalam pertunjukkannya.

Tujuan penulisan untuk mengenalkan cheerleader kepada masyarakat, bahwa cheerleader saat ini yang diakui sebagai bentuk olahraga mulai menjadi suatu pertunjukkan koreografi yang menghibur. Memperkenalkan istilah gerak cheerleadedbasket toss, pyramid, stunts, jumps, thumbling, arm motion) yang memberikan era baru dalam sajian koreografi yang mengandalkan konsep ruang, tenaga, waktu.

Manfaat dari penulisan ini agar dapat meningkatkan kepekaan, bersikap kritis terhahadap lingkungan sekitar, serta lebih berfikir kreatif tentang perkembangan seni pertunjukkan dalam era kekinian.

Memahami cheerleading sebagai ungkapan estetis dengan ciri khas-nya sendiri.

II. Pelaku Cheerleading di Indonesia (Surabaya)

Seiring dengan perkembangan Cheerleading di Indonesia khususnya di Surabaya, cheerleading pada saat ini

(5)

tidak hanya didominasi oleh kaum laki laki melainkan kaum perempuan juga mulai marak jumlahnya. Hal ini dikarenakan cheerleading merupakan salah satu bentuk olah raga yang dikemas secara entertaint sehingga banyak diminati dan semakin berkembang di kalangan remaja khususnya pelajar. Perkembangan ini dapat dilihat dari banyaknya ekstrakurikuler Cheerleaders di sekolah sekolah baik SMP, SMA maupun SMK di Surabaya. Didasari hal tersebut diatas maka berdirilah suatu komunitas pecinta cheerleading surabaya yakni Independent Cheerleaders Of West Surabaya (Incrows).

Incrows merupakan pusat pelatihan Cheerleaders baik dari pelaku maupun pelatih pelatih yang juga berupa sebuah komunitas cheerleaders di Surabaya yang berdiri pada tanggal 25 Juli 2010 dan berfungsi sebagai wadah komunikasi para cheerleaders khusunya di Surabaya. INCROWS sendiri tergabung didalam suatu induk organisasi cheerleading indonesia yakni The A Team Cheerleading Company yang berpusat di J akana sejak tahun 24 april 2011.

Maksud dan tujuan : Maksud :

1. Sebagai suatu wacana positif bagi pemerintah Kota Madya Surabaya terhadap perkembangan cheerleading di kalangan remaja di Jawa Timur khususnya di Kota Surabaya.

2. Sebagai sarana mempromosikan

cheerleading sebagai suatu kegiatan olahraga kreasi di Jawa Timur khususnya di Surabaya.

Tujuan :

1. Mengembangkan

cheerleading sebagai kegiatan positif bagi remaja di Jawa Timur khususnya di Surabaya sehingga dapat menjadi wadah bakat dan kreasi para remaja dibidang olahraga rekreasi.

Visi dan misi : Visi :

1. Menjadi organisasi yang mampu memajukan dan mengembangkan dunia cheerleading di Jawa Timur khususnya di Surabaya, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi para

(6)

cheerleaders khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Misi :

1. Mempromosikan

Cheerleading sebagai suatu olah raga dan bentuk olah raga entertainment yang profesional untuk dikenal banyak masyarakat di Indonesia khususnya di Surabaya.

2. Menjadi wadah bagi bakat bakat dibidang cheerleading baik pelaku maupun pelatih pelatih khususnya di Surabaya.

INCROWS sendiri hingga saat ini beranggotakan 35 orang termasuk didalamnya 9 orang pelatih- utama dan 5 orang asisten pelatih dengan total keanggotaan team cheerleaders asuhan sejumlah 20 team yang terdiri dari SMP, SMA dan SMK yang tersebar di jawa timur meliputi surabaya, gresik dan kediri. Incrows selalu aktif dan berprestasi dalam berbagai kegiatan cheerleaders baik berperan serta maupun terlibat langsung dalam menyelenggarakan event -event Cheerleaders di surabaya, dengan agenda rutin tahunan yakni menyelenggarakan coaching clinic dan The A Team Cup Regional Jawa

Timur hingga The A Team Nasional Cheerleading Championship di Jakarta yang merupakan grand final dari The A Team Cup tiap-tiap daerah di Indonesia dengan tujuan sebagai tolak ukur kemampuan masing-masing team asuhan terutama team -team asuhan di bawah Incrows maupun Incrows Allstar sendiri.

Seiring dengan berjalannya waktu, Incrows Allstar berkembang menjadi team maupun organisasi cheereaders yang baik 'dan berprestasi dalam berbagai bidang didunia entenainment(hiburan). Berikut sebagian prestasi dan event event yang pernah disupport dan di selenggarakan oleh Incrows Allstar.

Daftar Kejuaraan :

1. Juara II “Wym Cycle Cheer Competition 2010”

di Lenmare Plasa Surabaya

2. Juara II Group Stunt Mixed “National Cheerleading

Championship 2011” di Grand City Plasa Surabaya.

3. Juara I Group Stunt

Mixed “CITO

Cheerleading

Championship 2012” di City Of Tomorrow Plasa Surabaya.

(7)

4. Juara II “DISPORA Cheerleading

Competition 2013” di Royal Plasa Surabaya.

5. Juara l “The A Team National Cheerleading Championship 2014” 30 Agustus 2015 di GOR Amongraga Surabaya.

6. Peringkat W

“International Cheer Challenge 2014” 25 Oktober 2014 di Seaqon

Square Bangkok

Thailand.

Daftar Event :

1. Guest Stars “Kejuaraan Bulu Tangkis TELKOM Cup V 201 1” Di Surabaya 2. Guest Stars “Aku Masih

Cinta Indonesia PT.

Semen Gresik(Persero) Tbk 2012” di Tugu Pahlawan Surabaya.

3. Guest Stars “Launching

PT. Semen

1ndonesia(Persero) Tbk 2013” di Exhibition Hall Grand City Surabaya.

4. Celebration Nite 2014 PT.

Semen Indonesia , 24 September 2014

5. Week1y Final Dance Icon lndonesia INBOX SCTV, 07 Februari 2015 di Pasar Modern Kota Harapan

Indah (lolos ke babak selanjutnya)

6. Perform at So SEMPRUL SCTV episode Minggu , 08 Februari 2015.

III. Cheerleading sebagai seni pertunjukkan dengan konsep koreografi tari (ruang, tenaga, waktu)

Dari kegiatan dan prestasi yang ada diatas, terbukti bahwa cheerleading semakin populer di masyarakat surabaya, khususnya dikenal sebagai pertunjukkan entertaint(hiburan). Living Folklore (2005) menyatakan bahwa

”pertunjukkan adalah sebuah aktivitas pengungkapan yang meminta keterlibatan, kenikmatan pengalaman yang ditingkatkan, serta mengungkap respon”. Hal ini terlihat disaat setiap pertunjukkan cheerleader, penonton selalu berteriak senang dan bertepuk tangan karena di dalam pertunjukan tersebut terdapat bentuk-bentuk gerak serta atraksi yang mengejutkan, dengan memadukan koreografer tari yang mengandalkan ruang, tenaga, dan waktu. Sehingga dari pertunj ukkan tersebut tercipta estetika baru dalam sajian koreografi tari yang ekstrim.

Membuat penonton akan merasakan kaget, takjub dan merinding saat menikmati pertunjukkan tersebut.

(8)

Tari Hiburan

Tari hiburan adalah tarian untuk mengaitkan keakraban atau meriahkan pertemuan sebagai ungkapan rasa gembira bagi mereka yang gemar akan menari. Tarian ini pada umumnya dilakukan berpasangan wanita dengan laki-laki. Bentuk tariannya semula berkelompok dengan menggunakan gerak spontan, tanpa diiringi musik. Ciri-ciri tari hiburan ini adalah :

1. Sifat tariannya gembira, cheerleading bersifat gembira karena terlihat dari ekspresi setiap pemain selalu tersenyum dan berteriak gembira.

Kata dasar cheerleading adalah cheer yang berarti ceria.

2. Gerak tariannya sederhana dan mudah ditirukan, gerakan dasar didalam cheerleading sangat mudah karena identik dengan gerak tangan atau arm motion.

3. Ritme musik mudah diikuti, masih dengan ketukan satu sampai delapan.

4. Pelakunya berpasangan pria dan wanita atau berkelompok, karena didalam pertunjukan

cheerleading minimal untuk melakukan atraksi 2 orang.

5. Gampang melibatkan peserta atau penonton.

6. Pakaian tari bebas, bahkan sering dipergunakan pakaiaan sehari-hari.

Karena jika kostum terlalu berlebihan akan berdampak pada gerak dan tekhnik.

7. Tari ini mudah mengikuti perkembangan zaman.

8. Tata panggung jarang mendapatkan perhatian khusus, diselenggrakan dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja asal ada ruangan yang cukup.

Maksudnya agar atraksi di dalam cheerleading.

Cheerleading saat ini lebih sering menggunakan koreograh tari agar tiak terkesan monoton . Menurut Murgiyanto, dalam bukunya yang berjudul Koreograji Pengetahuan Dasar Komposisi Tari,

“koreografi merupakan proses pemilihan dan pengaturan gerakangerakan menjadi sebuah tarian dan di dalamnya terdapat pelaku kreatif. Pelaku kreatif itulah yang disebut koreografer atau penata tari

“.(1983:23)

(9)

Koreografi sangat bergantung pada tenaga ruang dan waktu dalam keberadaanya. Sehingga ada beberapa unsur pendukung yang berperan penting dalam menciptakan suatu bentuk tari yang minimal harus dicapai pada proses penggarapan tari.

Tenaga, Ruang, dan Waktu

Kita harus mengenal kemampuan, kelebihan, dan kekurangan tubuh kita untuk kemudian melatihnya agarjangkuan geraknya dapat lebih luas. Setiap gerakan tubuh itu harus kita latih didalam sebuah ruangan kemudian berhenti setelah beberapa saat lamanya dilakukan. Latihan dilakukan dengan menggunakan tingkatan tenaga tertentu. Dengan kata lain, setiap gerakan tubuh kita mengandung tiga buah aspek ; yaitu ruang, waktu, tenaga. Dibawah ini merupakan definisi dari tiga elemen gerak tcnga, ruang, dan waktu :

1. Tenaga

Di dalam cheerleader, tenaga sangat dibutuhkan sebagai modal utama untuk melakukan tekhnik yang berat.

Karena cheerleading identik dengan gerak mengangkat beban, yang membutuhkan ekstra kekuatan tubuh dan

tenaga. Beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan tenaga adalah : a. lntensitas

Intensitas ialah banyak sedikitnya tenaga yang digunakan di dalam sebuah gerak. Dalam bergerak dapat menggunkan tenaga yang jumlahnya sedikit atau banyak. Ada ber_macam- macam tingkatan penggunaan tenaga ini, yaitu mulai dari ketegangan yang tidak terlihat sampai pada luapan tenaga yang maksimum.

b. Tekanan

Tekanan atau aksen teij adi jika ada penggunaan tenaga yang tidak rata, artinya ada yang sedikit dan ada pula yang banyak.

c. Kualitas

Berdasarkan cara bagaimana tenaga disalurkan atau dikeluarkan, kita mengenal berbagai macam kualitas gerak. Tenaga dapat dikeluarkan dengan cara bergetar, melawan gaya tarik bumi agar tidak jauh, atau terus-menerus bergerak dengan tenaga yang tetap.

2. Ruang

Kesadaran dan kepekaan rasa ruang ini harus kita manfaatkan

(10)

didalam menyusun sebuah tarian, sama hal nya dengan cheerleading.

Cheerleader harus peka terhadap rekan sekitar, karena saat kita melakukan atraksi kemungkinan bertabrakan jika melakukan tekhniknya kurang peka dengan jarak satu sama lain, sebab pada waktu bergerak kita selalu menggunakan ruang. Hal itu juga harus menjadi pertimbanagn ketika dalam menggunakan ruang pentas.

Bergerak memciptakan desain didalam ruang dan hubungan timbal balik antara gerak dan ruang akan membangkitkan corak dan makna tertentu. Beberapa jenis ruang yang ada, yiatu :

a. Garis

Dalam bergerak tubuh kita dapat diatur sedemikian rupa sehingga memberikan kesan berbagai macam garis. Garis- gan's ini menimbulkan kesan yang menarik, karena bukan hanya sekedar gan's seni rupa, namun gan's imajiner yang mampu memancing imajinasi penonton.

b. Volume

Gerak tubuh kita mempunyai ukuran besar kecil atau volume. Sebuah posisi atau gerakan yang kecil bisa dikembangkan, sementara gerakan yang besar dapat dikecilkan volumenya. Di

dalam cheerleading volume gerak dapat berkembang lagi, misalnya gerak yang melempar penari di udara, atau mengangkat penari diatas penari yang lain.

c. Arah

Gerak juga memiliki arah.

Hal lain yang masih berhubungan dengan arah hadap adalah arah hadap penari. Arah hadap tubuh seorang penari banyak dapat berbicara untuk mengenali tingkah laku seseorang.

d. Level atau tinggi rendah Unsur kewangan gerak yang lain adalah level atau tinggi-rendahnya gerak. Posisi ini dapat dilakukan sambil duduk, berjongkok, berdiri biasa, mengangkat kedua tumit, dan bahkan sambil meloncat ke udara.

Cheerleading dapat melakukan lebih dari itu dengan cara naik diatas bahu penari, sehingga tetjadi level tinggi.

e. Fokus pandangan

Merupakan jangkauan terhadap jarak pandang penari dengan penonton. Bisa juga penari satu dengan penari lain.

3. Waktu

Waktu adalah elemen lain yang menyangkut kehidupan kita setiap hari. secara sadar kita harus merasakan

(11)

adanya aspek cepat-lambat, kontms, berkesinambungan, dan rasa berlalunya waktu sehingga dapat dipergunakan secara efektif. Di dalam cheerleading, waktu juga berperan dalam melakukan tekhnik dengan benar agar tidak tetjadi kesalahan teknis atau cidera. Dalam hubungan itu ada tiga macam elemen waktu :

a. Tempo

Cepatan dari gerak tubuh kita. Jika kecepatan suatu gerak tubuh kesannya pun akan berubah. Gerakan yang cepat biasanya lebih aktif dan menggairahkan, sedangkan gerakan yang lambat berkesan tegang, atau sebaliknya membosankan.

b. Meter

Meter dapat berarti bentuk pengaturan waktu paling sederhana dalam sebuah tarian. Hitungan atau ketukan adalah unit waktu terkecil bagi seorang penari untuk bergerak. Dalam cheerleading juga menggunakan ketukan agar dapat bergerak dengan kompak.

c. Ritme

Ritme dapat didefinisikan sebagai perulangan yang teratur dari kumpulan- kumpulan bagian gerak atau suara yang berbeda kecepatannya.

Selain elemen estetik diatas, dalam proses koreografi, kita tidak dapat pula melepas kesadarannya terhaap persoalan yang sangat melekat dengan karya itu sendiri berdasarkan : Berdasarkan Temanya

Berdasarkan temanya, artinya mengklasifikan tari atas dasar motivasi isi(tema) yang terdapat dalam tarian tersebut. Berdasarkan tema dapat di bedakan menjadi : tema kepahlawanan, percintaan, erotis, keagungan, perselisihan, pertaubatan, kebimbangan, dan sebagainya.

Biasanya didalam cheerleading isi (tema). identik dengan kegembiraan.

Berdasarkan Gayanya

Gaya merupakan suatu ciri khas dari sebuah pertunjukan , atau suatu kelompok sebagai identitas juga bagi pelaku seni itu sendiri. Gaya di dalam cheerleading sangat khas dan mudah untuk diikuti, biasanya didalam cheerleader gaya claps (tepuk tangan) selalu digunakan pada awal atraksi serta beberapa arm motion (gerak- tangan). Kemudian pada kostum, cheerleader selalu tampil dengan gaya kostum simpel menggunakan rok pendek untuk wanita dan memakai pita pada kunciran rambut nya, dan pada konsep gaya cheerleader selalu ceria sesuai dengan arti kata cheer itu sendiri.

(12)

Berdasarkan Tekhniknya

Merupakan cara-cara yang diperlukan untuk membangun hadirnya bentuk yang ekspresif sesuai dengan keinginan seorang koreografer.

Di dalam tekhnik cheerleader, terdapat dasar tekhnik sebagai kunci utama untuk membuat suatu atraksi, yaitu : 1. Basket toss

2. Thumbling 3. Pyramid 4. Jumps 5. Stunting 6. Arm Motion

Berdasarkan Bentuknya

Organisasi dari seluruh kekuatan sebagai hasil dari struktur internal dari tari. Ciri khas dari bentuk ini biasanya terwujud :

1. Kesatuan yang utuh ( Unity) Prinsip bentuk seni yang paling mendasar adalah bahwa sebuah karya seni harus mempunyai kesatuan.

Walaupun terdiri dari berbagai macam elemen penyusun, di dalam sebuah karya seni hubungan antara elemen- elemen itu harus padukan sehingga tidak dapat mengurangi atau menambahkan elemen baru tanpa merusak kesatuan yang telah dicapai.Kesatuan elemen diciptakan penata dengan merumuskan topik.

Dengan mengedepankan persoalan

sebagai bahan utama maka penata mencari kesatuan elemen agar elemen lain yang tidak bersangkutan tidak memasuki area ini.

2. Keragaman (Variasi)

Kesatuan yang hanya tersusun oleh bagian-bagian yang serupa niscaya akan mudah membuahkan monotoni yang menjemukan.

Sebaliknya, variasi yang dilakukan untuk sekedar mendapatkan efek yang berbeda akan mudah menghadirkan hal-hal yang tidak berkaitan di dalam komposisi. Seorang penata tari yang berpengalaman akan mengulangi ragam atau pola gerakan yang dianggapnya berbobot dengan berbagai variasi berdasarkan kebutuhan komposisinya. Variasi ini bertugas untuk menjaga agar kesatuan yang diciptakan penata tidak monoton dan juga tidak menyimpang.Variasi ini hanya dimiliki penata tari yang memiliki selera tinggi dalam mengembangkan karya seninya karena tidak mudah.Variasi yang ingin diciptakan harus memiliki kesan mendalam yang tidak kalah dengan pesan intinya.

3. Transisi

Agar sebuah karya seni memiliki kesatuan, bagianbagian yang saling berlawanan atau berbeda harus saling dihubungkan.Bagian yang menghubungkan ini disebut transisi.

(13)

Transisi adalah cara bagaimana suatu gerakan tumbuh dari gerakan yang mendahuluinya atau bagaimana bagian-bagian dapat digabungkan menjadi bagian yang lebih besar secara harmonis. Dengan demikian, transisi disamping hubungan structural, harus memberikan kondisi kelajuan pertumbuhan artistik yang tidak tersendat-sendat.

4. Urutan (Sequence)

Transisi erat hubungannya dengan hubungan fungsional antar bagian, maka sequence memasalahkan penempatan logis dari bagian-bagian secara kronologis sehingga tiap-tiap bagian teijalin membentuk urutan maknawi. Dalam sebuah komposisi, penyusunan urutan gerakan ini harus sedemikian rupa sehingga setiap gerakan merupakan perkembangan wajar dari gerak yang mendahuluinya.

Dengan demikian akan terasa adanya kesinambungan yang membentuk kesatuan yang utuh.

5. Keseimbangan ( Balance ) Prinsip keseimbangan menyangkut masalah penyusunan bagian-bagian secara preporsional sehingga dicapai kondisi yang mantap.Keseimbangan berkaitan dengan penyusunan bagian-bagian dalam perwujudannya yang serentak.Seorang penata tari harus mempertimbangkan kekuatan relative

ruang pentas (pentas muka kuat, pentas belakan g lemah, dan seterusnya), serta intensitas relatif dari rangkaian gerak yang saling berlawanan dalam usahanya untuk mencapai keseimbangan koreografls.

6. Klimaks

Agar sebuah karya dapat memberikan sebuah kepuasan, karya itu harus meberikan kesan akan adanya konklusi atau penyelesaian.

Klimaks adalah bagian dari sebuah komposisi yang menampilkan puncak kekuatan emosional atau keefektifan structural. Dalam menentukan klimaks, seorang penata tari harus mempertimbangkan sebuah bagian dari komposisinya yang maknanya harus lebih ditonjolkan. Klimaks dapat dicapai dengan mempercepat tempo, memperluas jangkauan gerak, menambah jumlah penari, menambah dinamika gerakan atau dapat pula dengan menahan gerakan-gerakan secara serentak sehingga sesaat timbul ketegangan yang maksimal.

IV. Kesimpulan

Kegiatan cheerleader pertamakali di amerika serikat sekitar akhir tahun 1880-an, pada waktu itu cheerleader di tampilkan untuk penyemangat atlet-atlet (sepak bola, baseball, basket, hoky) di sekolah atau universitas masing-masing. universitas minnesota membentuk satu tim yang

(14)

terdiri 6 orang laki-laki, tim cheerleader pertama di dunia. Di awali oleh laki-laki karena cheerleader merupakan aktivitas yang penuh dengan olahraga, maka dari itu perempuan masih minim dengan kegiatan cheerleader. Tahun 1903, perkumpulan cheerleader sedunia terbentuk, bemama Sigma Gamma, dan pada tahun 1923 perempuan mulai masuk ke dalam tim cheerleader dan menurut data yang ada saat ini hampir 97% partisipan cheerleader adalah perempuan,

Cheerleading di lndonesia khususnya di Surabaya, pada saat ini tidak hanya didominasi oleh kaum laki -laki melainkan kaum perempuan juga mulai marak jumlahnya. Salah satu komunitas Cheerleader di Surabaya adalah Independent Cheerleader Of West Surabaya ( Incrows ) merupakan pusat pelatihan cheerleaders baik dari pelaku maupun pelatih pelatih yang juga berupa sebuah komunitas Cheerleaders di Surabaya yang berdiri pada tanggal 25 Juli 2010 dan berfungsi sebagai wadah komunikasi para cheerleaders. Setelah mengamati berbagai kegiatan dari prestasi dan event yang telah ada, INCROWS adalah cheerleading yang berusaha untuk memadukan tekhnik olahraga cheerleader dengan koreografi tari yang mengandalkan ruang, tenaga, dan waktu. Sehingga

dari perpaduan tersebut tercipta estetika baru dalam sajian koreograti tari yang ekstrim. Membuat penonton akan merasakan kaget, takjub dan merinding saat menikmati pertunjukan tersebut.

(15)

Daftar Pustaka

M. Hawkins, Alma. 1990. Creating Trough Dance. Yogyakarta:

Institut Seni Indonesia

Meri, La. 1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Lagaligo:

Yogyakarta

Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi.

Depdikbud: Yogyakarta

Smith, Jacoulline. 1985. Komposisi Tari. lkalasti: Yogyakarta

Adams, Natalie & Pamela Bcttis.

2003. Commanding the Room in Short Skins: Cheering as the Embodiment of Ideal Girlhood.

Gender and Society 17, 1: 73-91 .

Davis, Laurel. 1994. A Postmodem Paradox? Cheerleadefs at Women’s Sporting Events. In Women, Sport, and Culture, edited by Susan Birrell and Cheryl Cole. Human Kinetics.

McElroy, James. 1999. We ’ve Got Spirit: The Life and Times of America 's Greatest Cheerleading Team New York:

Simon & Schuster.

https://www.google.oom/webhp?hl=en

#hl=en&q=history+of+cheetlea ding

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan struktur modal terhadap kebijakan dividen perusahaan