• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of KEMISKINAN DI INDONESIA: PENGARUH PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of KEMISKINAN DI INDONESIA: PENGARUH PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

Sektor usaha manakah yang paling berkontribusi terhadap tingginya angka kemiskinan di Indonesia? (2) Bagaimana pertumbuhan ekonomi sektoral Indonesia? Bagaimana perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi sektoral dapat menjelaskan fenomena tingginya angka kemiskinan di Indonesia? (3) Bagaimana perubahan yang terjadi pada struktur perekonomian Indonesia? Kedua, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian lain mengenai pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Indonesia.

Dinamika sektoral-regional, pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan Tingkat kemiskinan suatu negara juga erat kaitannya dengan dinamika perekonomiannya, baik karena perubahan struktur perekonomiannya maupun perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi sektoral dan regional. Osmani (2004) menyatakan bahwa kebijakan untuk mengurangi kemiskinan harus mengutamakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan lebih tinggi. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang memodelkan dan menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan, penelitian ini juga memperhitungkan dampak perubahan struktur ekonomi.

Perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi antar sektor usaha menyebabkan terjadinya perubahan struktur perekonomian, antara lain disebabkan oleh perbedaan insentif pada masing-masing sektor usaha. Perubahan struktur perekonomian juga terjadi sesuai dengan perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi antar sektor usaha. Sebelum melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Indonesia, perlu ditentukan terlebih dahulu ukuran kemiskinan yang akan digunakan.

Hanya melalui dekomposisi pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan, hubungan keduanya tidak dapat diidentifikasi.

Gambar IV.1
Gambar IV.1

METODOLOGI 1. Data

Metode

Dalam hal ini, selain regresi dengan menggunakan koefisien umum, juga dilakukan regresi cross-sectional dengan koefisien spesifik guna mendapatkan gambaran mengenai perbedaan respon sektor terhadap kemiskinan terhadap arah pertumbuhan ekonomi. dan perubahan struktural. Mengingat data terdiri dari 13 periode observasi dengan 9 cross-section, sedangkan koefisien spesifik cross-sectionalnya 9 x 2, maka perlu kehati-hatian dalam membaca hasil regresi koefisien spesifik cross-sectional. Sedangkan pengujian dengan uji F dan uji Hausman akan dilakukan untuk mengetahui metode data panel mana yang paling tepat, baik pooled less squares, fixed effect model, atau random effect model.

Langkah pertama adalah melakukan regresi kemiskinan sektoral yang diukur dengan Population Headcount Ratio (HCR) terhadap pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktural. Melalui langkah ini diharapkan dapat diketahui gambaran keseluruhan mengenai dampak keduanya terhadap tingkat kemiskinan, termasuk perbedaan respon sektoral yang dilakukan HCR. Dalam hal ini dilakukan regresi terhadap besaran HCR pada lingkup sektor usaha yang bersangkutan (HCR sektoral) untuk melihat dampak pertumbuhan dan perubahan struktur perekonomian pada masing-masing sektor usaha.

Regresi juga dilakukan terhadap MFQ yang dibobotkan dengan pangsa lapangan kerja sektoral dari keseluruhan sampel (weighted MFQ), yang dapat dirumuskan sebagai berikut: .. dimana HKI adalah jumlah penduduk atau penduduk miskin pada sektor i, ni adalah jumlah penduduk miskin pada sektor i. jumlah penduduk pada sektor i, N adalah jumlah penduduk Indonesia, adalah pangsa lapangan kerja pada sektor i. Dengan pendekatan ini kita dapat melihat sejauh mana pengaruh pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktural terhadap kemiskinan di suatu sektor serta dampaknya terhadap kemiskinan di tingkat nasional. misalnya R i. Melalui regresi IGR terhadap pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktural, dapat diketahui pengaruh keduanya terhadap intensitas kemiskinan di Indonesia, termasuk pada tingkat sektoral.

Seperti pada model sebelumnya, dilakukan juga regresi terhadap besaran IGR yang terjangkau oleh masing-masing sektor (IGR sektoral) untuk melihat dampak sektoralnya, dan regresi terhadap IGR dibobotkan berdasarkan porsi penduduk miskin pada suatu sektor usaha. terhadap penduduk miskin Indonesia (weighted IGR) untuk melihat dampaknya terhadap kemiskinan di sektor ini dan terhadap kemiskinan di tingkat nasional.

ANALISIS

Gambaran Variabel dan Perkembangannya

Sedangkan besaran variabel IGR dan pertumbuhan serta perubahan struktur ekonomi masing-masing sektor usaha seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Dari kedua gambar di atas terlihat bahwa tingkat kemiskinan yang terjadi pada sektor usaha yang bersangkutan (dalam hal ini diukur dengan HCR dan IGR sektor tertentu) secara umum relatif tinggi, namun jika ditimbang berdasarkan masing-masing sektor usaha (diukur dengan HCR dan IGR tertimbang) menunjukkan bahwa kemiskinan pada sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan merupakan yang tertinggi.

Gambar IV.2
Gambar IV.2

Hasil Regresi

Hasil regresi di atas menunjukkan sejauh mana pengaruh pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi terhadap tingkat kemiskinan pada lingkup sektor usaha terkait. Terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan, sektor listrik, gas dan air minum, serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemiskinan pada sektor-sektor usaha tersebut. Dari hasil regresi terlihat bahwa elastisitas kemiskinan terhadap pertumbuhan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan sangat tinggi yaitu mencapai -2,97.

Dengan demikian, setiap pertumbuhan sektor usaha sebesar 1% akan berdampak pada penurunan angka kemiskinan nasional hanya sebesar 0,11%. Sektor usaha yang elastisitas kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonominya paling kecil adalah sektor keuangan, real estate, persewaan, dan jasa korporasi yaitu hanya sebesar -0,003. Sementara itu, sektor usaha yang elastisitas kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonominya cukup besar antara lain sektor konstruksi (-0,44) dan sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan (-0,46).

Hal ini tentu saja sejalan dengan logika, semakin besar produksi dan pendapatan suatu sektor usaha, maka semakin besar pula pembagiannya kepada pelaku ekonomi di sektor usaha tersebut. Beberapa sektor usaha yang koefisien variabel sektoralnya terhadap PDB riil bernilai negatif antara lain sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan serta sektor industri pengolahan. Meskipun kedua koefisien tersebut bertanda negatif, namun dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa arah perubahan pangsa PDB riil kedua sektor usaha tersebut berbeda.

Dari hasil pengolahan data dan regresi dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan tidak hanya menjadi sektor usaha dengan tingkat kemiskinan tertinggi, namun juga memiliki elastisitas kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi tertinggi. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan regresi terhadap variabel sektoral IGR untuk melihat dampak pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi terhadap kemiskinan pada sektor usaha yang bersangkutan. Dari hasil regresi terlihat bahwa sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan serta sektor listrik, gas, dan air minum merupakan dua sektor usaha yang paling terkena dampak pertumbuhan ekonomi pada masing-masing sektor usaha.

Sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan merupakan sektor usaha yang mempunyai elastisitas kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi paling tinggi yaitu -1,01. Sektor usaha lain yang elastisitasnya cukup tinggi dibandingkan sektor usaha lainnya adalah sektor listrik, gas, dan air minum dengan koefisien -0,17. Seperti dalam model HCR, sebagian besar koefisien untuk variabel pangsa PDB riil sektoral tampaknya tidak signifikan, dan dampaknya bervariasi antar sektor usaha.

Tabel IV.1
Tabel IV.1

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan

Rekomendasi

Dari hasil pengolahan data dan regresi diketahui bahwa sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan tidak hanya menjadi sektor usaha dengan tingkat kemiskinan tertinggi, namun juga memiliki ketahanan kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, langkah pengentasan kemiskinan yang paling tepat adalah dengan memberikan perhatian lebih pada sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian lain mengenai pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Indonesia.

Poverty and Change in the Macroeconomy: A Dynamic Macroeconometric Model.∆ Review of Economics and Statistics, February. Growth elasticity of poverty reduction: Explaining heterogeneity across countries and time periods.∆ DELTA Working Paper, No. Poverty and structural adjustment: Some observations on the trade-offs between equity and growth.∆ ILO Employment Paper, No.

Struktur Sektoral Kemiskinan Pada Masa Penyesuaian: Bukti bagi Indonesia pada Pertengahan 1980an.∆ ​​Makalah Kerja Bank Dunia, No. Ketimpangan dan Pertumbuhan Ekonomi: Hubungan Empiris Ditinjau Kembali Berdasarkan Data Pembanding.∆ Makalah Diskusi Lebih Luas, No. Naskah harus merupakan karya asli penulis (individu, kelompok, atau lembaga) yang tidak melanggar hak cipta.

Naskah yang dikirimkan belum pernah diterbitkan dan tidak sekaligus dikirimkan ke penerbit lain. Untuk naskah yang ditulis dalam bahasa Indonesia, abstraknya ditulis dalam bahasa Inggris, begitu pula sebaliknya. Naskah harus disertai kata kunci dan nomor klasifikasi Jurnal Sastra Ekonomi (JEL) dua digit.

JUDUL BAB JUDUL BAB JUDUL BAB

Gambar

Gambar IV.1
Gambar IV.2
Gambar IV.2
Gambar IV.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, “Pajak Karbon di Indonesia Upaya Mitigasi Perubahan Iklim dan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan”, disampaikan pada Webinar