• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

TAHUN 1998-2014

JURNAL

Oleh:

ELVI SUHENDAH NPM : 11090251

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

TAHUN 1998-2014 Oleh

, , ,

1)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumbar

2). 3)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumbar

elvisuhendah36@yahoo.co.id,yossi_ekaputri@yahoo.com,rianpiliang@yahoo.com ABSTRAK

Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang kompleks dan multidimensional. Oleh karenanya perlu dicari solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2014

.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif asosiatif. Populasi penelitian ini adalah jumlah penduduk miskin di Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia, jumlah pengangguran di Indonesia, dan laju inflasi di indonesia . Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan analisis induktif, kemudian uji asumsi klasik dengan bantuan program SPSS versi 16.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia, pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia, dan inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia. Kemudian secara simultan pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia. Maka sebaiknya pemerintah selalu meningkatkan pertumbuhan ekonomi setiap tahun, menyediakan lapangan pekerjaan sehingga pengangguran berkurang dan menjaga laju inflasi agar berada pada tingkat yang rendah sehingga jumlah penduduk miskin di Indonesia berkurang.

Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Inflasi dan Kemiskinan

EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, UNEMPLOYMENT, AND INFLATION ON POVERTY IN INDONESIA

YEAR 1998-2014 ABSTRACT

Poverty is one of the problems in the economy are complex and multidimensional. Therefore necessary to find solutions to solve the poverty problem. The purpose of this study was to analyze the effect of economic growth, unemployment, and inflation on poverty in Indonesia in 1998-2014.

This type of research is descriptive research associative. The population of this study is the number of poor people in Indonesia, the pace of economic growth in Indonesia, the number of unemployed in Indonesia, and the inflation rate in Indonesia. Data analysis technique used is descriptive analysis techniques and inductive analysis, then the classical assumption test with SPSS version 16.0.

The results showed that in partial economic growth and a significant negative effect on poverty in Indonesia, unemployment positive and significant impact on poverty in Indonesia, and inflation is positive and significant impact on poverty in Indonesia. Then simultaneously economic growth, unemployment, and inflation significantly influence poverty in Indonesia. Then the government should always promote economic growth each year, providing jobs so the unemployment decreases and keeping the inflation rate that is at a low level so that the number of poor people in Indonesia reduced.

Keywords: Economic Growth, Unemployment, Inflation and Poverty

(4)

PENDAHULUAN

Kemiskinan adalah suatu fenomena sosial yang tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang tetapi juga terjadi di negara yang sudah mempunyai kemapanan di bidang ekonomi.

Fenomena ini menjadi perhatian, isu, dan gerakan global yang bersifat kemanusiaan. Masalah kemiskinan sendiri memang telah lama ada sejak dulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya materi.

Sama halnya permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah/negara Indonesia yaitu kemiskinan, dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan tersebut, padahal setiap mereka yang memimpin negara Indonesia selalu membawa kemiskinan sebagai misi utama disamping misi yang lain. Salah satu prasyarat keberhasilan pengentasan kemiskinan adalah dengan cara mengidentifikasi kelompok sasaran dan wilayah sasaran dengan tepat. Program pengentasan dan pemulihan nasib orang miskin tergantung pada langkah awal yaitu ketetapan mengidentifikasi siapa yang dikatakan miskin dan di mana dia berada.

Pada masa kepemimpinan SBY (Susilo Bambang Yudoyono) pemerintah Indonesia juga meluncurkan program penanggulangan kemiskinan seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), KUR (Kredit Usaha Rakyat), pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), wajib sekolah sembilan tahun dan masih banyak program-program lainnya.

Dengan adanya bantuan BLT tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, ataupun kebutuhan lainnya. Program KUR dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan usahanya sehingga dari usaha tadi mereka mampu memenuhi kebutuhannya, dan dari usaha yang dibuka dapat juga membuka lowongan pekerjaan sehingga pengangguran berkurang dan kemiskinan menurun.

Kemudian program pemerintah tentang wajib sekolah sembilan tahun, dengan pendidikan yang tinggi maka akan membuka peluang untuk seseorang mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga gaji yang diterimapun akan tinggi yang kuemudian akan mampu memenuhi segala kebutuhannya dan dapat keluar dari kemiskinan.

Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk mengentas kemiskinan akan tetapi belum mampu mengentaskan masyarakat Indonesia dari jurang kemiskinan yang semakin hari semakin menyiksa dan menganiaya. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek

kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

Dan keadaan ini seharusnya menjadi sebuah evaluasi diri bagi pemerintah untuk dapat terus merencanakan serta mengambil sebuah kebijakan yang dapat membawa Indonesia keluar dari jurang kemiskinan. Namun penulis tidak memungkiri bahwa usaha pemerintah dalam penanggulangan masalah kemiskinan sudah serius, bahkan merupakan salah satu program prioritas akan tetapi hasilnya belum cukup memuaskan.

Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara khususnya Indonesia memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan membuat banyak masyarakat Indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemiskinan di Indonesia merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi.

Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang di ukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan, garis kemiskinan sebagai nilai rupiah yang harus dikeluarkan seseorang dalam sebulan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar asupan kalori sebesar 2.100 kkal/hari per kapita (Badan Pusat Statistik/BPS,2015).

Tabel 1 berikut ini menyajikan data tentang kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2014.

Tabel 1. Data Kemiskinan di Indonesia Tahun 1998-2014

Tahun Kemiskinan (Juta Orang)

Pertumbuhan (%)

1998 49,50 -

1999 47,97 -3,09

2000 38,70 -19,32

2001 37,90 -2,07

2002 38,40 1,32

2003 37,30 -2,86

2004 36,10 -3,22

2005 35,10 -2,77

2006 39,30 11,97

2007 37,17 -5,42

2008 34,96 -5,95

2009 32,53 -6,95

2010 31,02 -4,64

(5)

2011 29,89 -3,64

2012 28,59 -4,35

2013 28,55 -0,14

2014 27,73 -2,87

Sumber : Badan Pusat Statistik, Indonesia Dalam Angka 1998-20114

Berdasarkan Tabel 1 kita dapat mengetahui bahwa jumlah penduduk miskin berfluktuasi, seperti pada tahun 1998 tejadi jumlah penduduk miskin yang sangat tinggi yaitu sebesar 49,50 juta orang. Jumlah penduduk miskin yang tinggi tersebut disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi. Dimana semua harga barang dan jasa melonjak tinggi sehingga berpengaruh terhadap masyarakat yang berpendapatan tetap. Sehingga dengan pendapatan yang rendah membuat mereka sulit untuk dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, yang pada akhirnya mereka tergolong dalam kategori miskin.

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan diantaranya menurut Tambunan (2001:99) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan baik secara langsung maupun tidak langsung adalah tingkat dan laju pertumbuhan output (atau produktivitas tenaga kerja), tingkat upah neto, distribusi pendapatan, kesempatan kerja (termasuk jenis pekerjaan yang tersedia), tingkat inflasi, pajak dan subsidi, investasi, alokasi serta kualitas sumber daya alam, ketersediaan fasilitas umum (seperti pendidikan dasar, kesehatan, informasi, transportasi, listrik, air, dan lokasi permukiman), penggunaan teknologi, jenis pendidikan, kondisi fisik dan alam suatu wilayah, etos kerja dan motivasi pekerja, kultural/budaya atau tradisi hingga politik dan bencana alam, peperangan dan pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan menurut Todaro (2000:67) salah satu akibat utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya (employment), termasuk sumber daya manusia. Adapun penyebab utamanya adalah dengan adanya pengangguran terselubung dan pengangguran terbuka.

Pasca krisis tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami ekspansi, pergerakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia fluktuatif.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor penting untuk lepas dari jerat kemiskinan, karena pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran adanya perkembangan ekonomi untuk mencapai tingkat kemakmuran yang lebih baik. Saat ini ekonomi Indonesia semakin ke depannya terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi

merupakan gambaran terhadap kesejahteraan faktor produksi yang turut serta menciptakan kesejahteraan tersebut, artinya semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan semakin tinggi pula upah yang diterima oleh para pekerja, dari upah yang tinggi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari.

Menurut Todaro (2006:263) kemiskinan akan menurun bahkan bisa hilang apabila pertumbuhan ekonomi berjalan secara berkesinambungan. Artinya terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan yaitu apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka kemiskinan akan menurun dan sebaliknya apabila pertumbuhan ekonomi menurun maka kemiskinan akan meningkat.

Selain pertumbuhan ekonomi, pengangguran akan berpengaruh terhadap kemiskinan, dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja.

Oleh karena itu maka mereka tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.

Menurut Tambunan (2011:155) terdapat hubungan positif antara jumlah pengangguran dengan kemiskinan yaitu semakin besar jumlah pengangguran maka semakin besar pula kemiskinan, tapi apabila jumlah pengangguran menurun maka jumlah kemiskinan juga ikut menurun.

Inflasi yang merupakan variabel makro ekonomi selain pertumbuhan dan pengangguran semestinya mendapatkan perhatian penuh dari Pemerintah dalam hal menjaga tingkat kestabilannya. Setelah dahsyatnya goncangan krisis finansial pada tahun 1998 yang merembet pada krisis kepercayaan, ekonomi Indonesia mulai bergerak dan bangkit kembali.

Menurut Sukirno (2002:17) akibat penting dari inflasi ialah cenderung menurunkan taraf kemakmuran segolongan besar masyarakat. Artinya, terdapat hubungan yang positif antara inflasi dengan kemiskinan karena apabila tingkat inflasi meningkat maka akan menyebabkan peningkatan terhadap kemiskinan dan apabila inflasi menurun, kemiskinan juga akan menurun.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tentang kemiskinan yang merupakan sebuah fenomena dan fakta yang terjadi di negara Indonesia,

7

(6)

sebuah masalah yang sejak dulu hingga sekarang masih juga belum bisa teratasi baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah. Masalah kemiskinan penting untuk di analisa karena ini akan menimbulkan gejolak sosial dan ekonomi bagi masyarakat suatu negara. Penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan inflasi terhadap kemiskinan telah banyak dilakukan namun penelitian ini tetap penting dilakukan karena kemiskinan perlu diperhatikan mengingat dampaknya yang sangat luas bagi masyarakat.

Berdasarkan fenomena dan tujuan yang akan diteliti maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih dalam tentang kemiskinan di Indonesia melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2014 “.

KAJIAN PUSTAKA Kemiskinan

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) (2014:120) kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang di ukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dengan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), (BPS,2015).

Menurut Lincolin (2004:237) kemiskinan itu bersifat multidimensional, artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinanpun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum maka kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin akan asset, organisasi sosial politik, dan pengetahuan serta keterampilan. Dan aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber- sumber keuangan dan informasi.

Pertumbuhan Ekonomi

Istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan terjadinya kemajuan atau perkembangan ekonomi dalam suatu negara. Suatu negara kadang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat dan kadang juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan, jika jumlah produk barang dan jasanya meningkat atau dengan kata lain terjadi peningkatan GNP pada suatu negara.

Menurut Murni (2013:171) pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi di mana terjadinya perkembangan GNP yang mencerminkan adanya

pertumbuhan output per kapita dan meningkatnya standar hidup masyarakat. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai GNP yang digunakan adalah GNP riil atau GNP harga konstan. Sebab dengan menggunakan GNP harga konstan pengaruh perubahan harga (inflasi) tidak ada lagi atau sudah dihilangkan. Perubahan GNP harga konstan benar- benar hanya menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa (GNP).

Menurut Sukirno (2002:11) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang.

Pengangguran

Menurut BPS (2014:75) pengangguran terdiri dari mereka yang sudah masuk dalam angkatan kerja yang tidak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan, mereka yang tidak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha, mereka tidak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatan pekerjaan, dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Menurut Murni (2013:198) pengangguran adalah orang-orang yang usianya berada dalam usia angkatan kerja dan sedang mencari pekerjaan.

Menurut Sukirno (2002:14) Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

Seseorang yang tidak bekerja tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran.

Inflasi

Menurut Sukirno (2002:15) inflasi adalah sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai dibawah 4-6 persen, tingkat inflasi yang moderet mencapai di antara 5-10 persen. Inflasi yang serius dapat mencapai tingkat beberapa ribu persen dalam setahun.

Inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Umum berarti kenaikan harga tidak hanya terjadi pada satu jenis barang saja, tetapi kenaikan harga itu meliputi kelompok barang yang dikonsumsi oleh masyarakat terlebih lagi kenaikan itu akan mempengaruhi harga barang lain di pasar. Terus menerus berarti bahwa kenaikan harga terjadi tidak sesaat saja (Suparmono, 2004).

(7)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara pertumbuhan ekonomi (X1) terhadap kemiskinan di Indonesia (Y).

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pengangguran (X2) terhadap kemiskinan di Indonesia (Y).

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara inflasi (X3) terhadap kemiskinan di Indonesia (Y).

4. Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara pertumbuh ekonomi, pengangguran, dan inflasi terhadap kemiskinan di Indonesia.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah berupa deskriptif dan asosiatif. Menurut Iskandar (2009:19) penelitian deskriptif dan asosiatif ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Indonesia. Waktu penelitian ini dilakukan pada tahun 1998 sampai 2014 (terdapat 17 tahun ) dan dilakukan di Indonesia.

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel terikat dan variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi sebagai variabel bebas. Pertumbuhan ekonomi dinyatakan berdasarkan perubahan PDB atas dasar harga konstan. Pengangguran yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengangguran terbuka.

Sedangkan inflasi dinyatakan berdasarkan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK). Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa data sekunder time series tahunan.

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, dengan bentuk umum sebagai berikut:

Y1=α+ b1X1+ b2X2+ b3X3 + e Dimana :

Y1= Kemiskinan

X1= Pertumbuhan Ekonomi X2= Pengangguran

X3 = Inflasi

b1 = Koefisien regresi pertumbuhan ekonomi (X1)

b2 = Koefisien regresi pengangguran (X2) b3 = Koefisien regresi inflasi (X3) e = Kesalahan pengganda (error)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Hasil uji memenuhi asumsi normalitas karena nilai statistik Jeque-Bera (JB) (4,19)

≤ nilai X2tabel (22,362).

2. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi nilai VIFnya <

10, model bebas dari masalah multikolinearitas.

3. Tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model, karena nilai sig untuk masing- masing variabel˃ 0,05.

4. Hasil uji autokolerasi dapat menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 1,933 sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 17, serta k = 3 (k adalah jumlah variabel bebas) didapat dl = 0,8968 dan du = 1,7101. Oleh karena du = 1,7101 < dw = 1,933 < 4-du = 2,2899, maka H0 diterima dan tidak terjadi autokolerasi.

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh model regresi sebagai berikut:

Log Y= a + bı log X1+ b2 log X2+ b3 log X3+ e Log Y= 5,545-0,028 log X1+ 0,301 log X2+ 0,005

log X3+ 0,034

Dari model persamaan regresi linear berganda di atas dapat diketahui bahwa:

1. Nilai konstanta sebesar 5,545 berarti tanpa adanya pengaruh dari variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi maka nilai variabel kemiskinan hanya sebesar 5,545 satuan.

Hal ini berarti bahwa apabila variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi nilainya nol maka nilai variabel kemiskinan 5,545.

2. Koefisien regresi variabel pertumbuhan ekonomi (X1) sebesar -0,028 yang bertanda negatif. Hal ini berarti, apabila nilai variabel pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar satu satuan maka kemiskinan akan menurun sebesar 0,028 dalam setiap satuannya. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan.

3. Koefisien regresi variabel pengangguran (X2) sebesar 0,301yang bertanda positif.

Hal ini berarti, apabila nilai variabel

(8)

pengangguran meningkat sebesar satu satuan maka kemiskinan akan meningkat sebesar 0,301 dalam setiap satuannya.

Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan.

4. Koefisien regresi variabel inflasi (X3) sebesar 0,005 yang bertanda positif. Hal ini berarti, apabila nilai variabel inflasi meningkat sebesar satu satuan maka kemiskinan akan meningkat sebesar 0,005 dalam setiap satuannya. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan.

Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil nilai R square sebesar 0,808 yang artinya 80,80% perubahan pada variabel dependen (kemiskinan) dapat dijelaskan oleh variabel independen (pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi) sedangkan sisanya sebesar 19,20%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji t

Pengaruh masing-masing variabel bebas yang mempengaruhi kemiskinan adalah:

a. Hipotesis 1, terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara pertumbuhan ekonomi (X1) terhadap kemiskinan (Y).

Untuk variabel pertumbuhan ekonomi diperoleh nilai thitung sebesar 4,787 > ttabel sebesar 1,77093 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05, berarti Ha diterima dan H0ditolak karena nilai thitung> ttabel dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh negatif secara parsial antara pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Indonesia dengan nilai koefisien negatif sebesar - 0,028. Artinya apabila pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 1% maka akan menurunkan kemiskinan sebesar 0,028%.

b. Hipotesis 2, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pengangguran (X2) terhadap kemiskinan di Indonesia (Y).

Untuk variabel pengangguran diperoleh nilai thitung sebesar 2,517 > ttabel sebesar 1,77093 dengan nilai signifikan 0,026 < 0,05, berarti Ha diterima dan H0ditolak dengan demikian dapat

dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara pengangguran terhadap kemiskinan di Indonesia dengan nilai koefisiennya positif sebesar 0,301. Artinya apabila pengangguran meningkat sebesar satu satuan maka jumlah kemiskinan akan meningkat sebesar 0,301. Semakin tinggi pengangguran maka kemiskinan akan meningkat, dan apabila pengangguran menurun maka kemiskinanpun juga ikut menurun.

c. Hipotesis 3, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara inflasi (X3) terhadap kemiskinan (Y).

Untuk variabel inflasi diperoleh nilai thitung sebesar 5,719 > ttabel sebesar 1,77093 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 berarti Ha diterima dan H0ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara inflasi terhadap kemiskinan di Indonesia dengan nilai koefisien positif sebesar 0,005. Artinya apabila inflasi meningkat sebesar satu satuan maka kemiskinan akan meningkat sebesar 0,005. Semakin tinggi tingkat inflasi yang terjadi maka kemiskinanpun ikut meningkat, begitu juga sebaliknya.

Hasil Uji F

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 16.0, menunjukkan bahwa nilai Fhitung18,233 > Ftabel3,41 dan nilai signifikan 0,000 <

0,05.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel bebas pertumbuhan ekonomi (X1), pengangguran (X2), dan inflasi (X3), secara bersama-sama memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel kemiskinan (Y) di Indonesia.

PEMBAHASAN

Pengaruh Petumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 1998-2014

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2014 . Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien bertanda negatif sebesar -0,028. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 4,787 > ttabel sebesar 1,77093 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 < 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan kemiskinan menurun sebesar 0,028%. Artinya apabila

(9)

pertumbuhan ekonomi meningkat maka kemiskinan akan menurun begitu sebaliknya apabila pertumbuhan ekonomi menurun maka kemiskinan akan meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Todaro (2006:263) yaitu kemiskinan akan menurun bahkan bisa hilang apabila pertumbuhan ekonomi berjalan secara berkesinambungan. Artinya terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan yaitu apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka kemiskinan akan menurun dan sebaliknya apabila pertumbuhan ekonomi menurun maka kemiskinan akan meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) dengan judul beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di provinsi Bali. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di provinsi Bali.

Pengaruh Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 1998-2014

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil, bahwa pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia Tahun 1998-2014.

Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien bertanda positif sebesar 0,301. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung2,517 > ttabel1,77093 dengan taraf signifikan sebesar 0,026 < 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa apabila pengangguran meningkat sebesar satu satuan maka kemiskinan juga akan ikut meningkat sebesar 0,301%

artinya, artinya semakin tinggi pengangguran maka kemiskinan akan meningkat dan apabila pengangguran menurun maka akan mengurangi jumlah masyarakat miskin di Indonesia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tambunan (2011:155) yaitu terdapat hubungan positif antara jumlah pengangguran dengan kemiskinan yaitu semakin besar jumlah pengangguran maka semakin besar pula kemiskinan, tapi apabila jumlah pengangguran menurun maka kemiskinan juga ikut menurun.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Barika (2013) yang berjudul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah, Pengangguran dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Se Sumatera. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pengangguran terhadap kemiskinan se Sumatera.

Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 1998-2014

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2014. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien bertanda positif sebesar 0,005. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung, 5,719 >

ttabel sebesar 1,77093 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Artinya apabila inflasi meningkat sebesar satu satuan maka kemiskinan akan meningkat sebesar 0,005.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sukirno (2002:17) yaitu akibat penting dari inflasi adalah cenderung menurunkan taraf kemakmuran segolongan besar masyarakat.

Artinya, terdapat hubungan yang positif antara inflasi dengan kemiskinan karena apabila tingkat inflasi meningkat maka akan menyebabkan peningkatan terhadap kemiskinan dan apabila inflasi menurun, kemiskinan juga akan menurun. Karena kemiskinan dapat diukur dari taraf kemakmuran/kesejahteraan hidup seseorang.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2012) dengan judul pengaruh pendidikan, pengangguran, dan inflasi terhadap tingkat kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hasil penelitiannya menujukkan terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara inflasi terhadap kemiskinan di KTI.

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 1998-2014

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2014. Hal ini dapat dilihat pada Tabel F yang menyatakan bahwa Fhitung18,233 > Ftabel3,41 dengan taraf signifikan 0,000 < 0,05. Selain itu, berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi diperoleh nilai R square sebesar 0,808 yang artinya 80,80% perubahan pada variabel dependen (kemiskinan) dapat dijelaskan oleh variabel independen (pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi) sedangkan sisanya sebesar 19,20% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka kemiskinan akan berkurang, apabila pengangguran berkurang maka kemiskinan juga akan menurun dan apabila tingkat inflasi meningkat maka kemiskinan juga akan meningkat.

(10)

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Variabel pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2014. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien sebesar -0,028. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 4,787 > ttabel sebesar 1,77093 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Artinya apabila pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar satu satuan maka akan menurunkan kemiskinan sebesar 0,028%.

2. Variabel pengangguran mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2014.

Hal ini dibuktikan dengan nilai hasil koefisien sebesar 0,301. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung2,517 > ttabel 1,77093 dengan taraf signifikan sebesar 0,026 < 0,05. Artinya apabila pengangguran meningkat sebesar satu satuan maka jumlah kemiskinan akan meningkat sebesar 0,301. Semakin tinggi pengangguran maka kemiskinan akan meningkat, dan apabila pengangguran menurun maka kemiskinanpun juga ikut menurun.

3. Variabel inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2014. Hal ini dibuktikan dengan nilai hasil koefisien sebesar 0,005. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung, 5,719 > ttabel sebesar 1,77093 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Artinya apabila inflasi meningkat sebesar satu satuan maka kemiskinan akan meningkat sebesar 0,005. Semakin tinggi tingkat inflasi yang terjadi maka kemiskinanpun ikut meningkat, begitu juga sebaliknya.

4. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 1998-2014.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel F yang menyatakan bahwa Fhitung 18,233 > Ftabel

3,41 dengan nilai sig 0,000 < 0,05. Hal ini berarti Ha diterima dan H0ditolak, artinya terdapat pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Saran

1. Karena pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan maka pemerintah (BUMN) sebaiknya melakukan pembangunan insfrastruktur. Dengan adanya kerjasama yang baik dengan swasta, diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi dan juga sebagai sumber pertumbuhan bagi Indonesia. Karena apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka kemiskinan akan berkurang sehingga dengan adanya pembangunan infrastruktur tersebut dapat memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi sehingga kemiskinan berkurang.

2. Pemerintah seharusnya memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang kurang mampu dalam hal pencarian atau kesempatan kerja di daerahnya masing- masing agar terjadi penurunan tingkat kemiskinan misalnya dengan memberikan pinjaman lunak tanpa agunan untuk modal kerja usaha kecil.

3. Untuk mengatasi inflasi dalam jangka panjang sebaiknya menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah misalnya hanya mencapai sekitar dua atau empat persen setahun. Kemudian pemerintah perlu melakukan kebijakan menurunkan tingkat inflasi ke tingkat yang rendah apabila inflasi yang terjadi sangat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Barika. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah, Pengangguran dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Se Sumatera. Ekonomi Dan Perencanaan Pembangunan, 05 nomor 1, 27–

36.

Fitri, A.(2012). Pengaruh Pendidikan, Pengangguran Dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kawasan Timur Indonesia (KTI) Periode 2001- 2010. Ekonosain, x no 2, 158–169.

(11)

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Gaung Pers). Jakarta.

Lincolin, A. (2004). Ekonomi Pembangunan (STIE YKPN). Yogyakarta.

Micheal, T. (2006). Pembangunan Ekonomi (Erlangga). Jakarta.

Murni, A. (2013). Ekonomika Makro (PT. Refika).

Bandung.

Putri, I. A. S. M. (2013). Beberepa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Bali, 2 nomor 10, 441–448.

Sukirno, S. (2002). Makro Ekonomi Teori Pengantar (PT. Raja G). Jakarta.

Tambunan, T. (2001). Perekonomian Indonesia (Ghalia Ind). Jakarta.

Tambunan, T. (2011). Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting (Ghalia Ind).

Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk variabel internal locus of control diperoleh nilai thitung sebesar 5,007 > ttabel sebesar 1,98 dengan nilai signifikan 0,000 < = 0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak