MANJALAMA, KEARIFAN LOKAL ORANG BANJAR DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Muhammad Qamaruzzaman1, Muhammad Iqbal Noor2, Irfan Noor3
1,2,3
PAI Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin
Corresponding Author: Muhammad Qamaruzzaman, E-mail: [email protected]
ARTICLE INFO Article history:
Received 29, Agustus, 2023
Revised 3, September, 2023
Accepted 26, September, 2023
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan eksistensi Manjalama yang merupakan salah satu kearifan lokal orang Banjar di Kalimantan Selatan, dalam implementasi pendidikan Islam di masyarakat, karena manjalama adalah proses seseorang minta diangkat sebagai anak angkat kepada orang yang lebih berpengaruh/ berilmu/ kaya/ mapan/ atau terpandang, sehingga ia mendapat pertolongan yang diinginkannya. Manjalama merupakan kegiatan saling bantu membantu, Desain penelitian ini adalah literature review ditambah dengan wawancara dengan orang yang mengetahui proses manjalama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, Manjalama proses minta pertolongan seseorang bayi atau anak kecil yang sering sakit-sakitan kepada orang berilmu, agar anak tersebut dijadikan anak angkat, dengan harapan anak tersebut bisa sembuh. Kedua, manjalama dilakukan oleh orang dewasa kepada tuang guru yang terkenal agar dijadikan anak angkat tuan guru tersebut, untuk mendapatkan tuntunan agama sehingga selamat dunia akhirat. ketiga, manjalama sarat dengan nilai pendidikan islam terutama dalam nilai akhlak, dan ibadah sehingga manjalama menjadi warisan budaya yang memadukan kebiasaan budaya dengan ajaran-ajaran Islam.
Kata Kunci: Pendidikan Islam, Manjalama, Kearifan Lokal
How to Cite : Muhammad Qamaruzzaman, Muhammad Iqbal Noor, Irfan Noor. Manjalama, Kearifan Lokal Orang Banjar dalam Pendidikan Islam. TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, 7 (2), 172-184
DOI : https://doi/org/10.52266/tadjid.v7i1.1618 Journal Homepage : https://ejournal.iainbima.as.id/index.php/tadjid This is an open acc ess article under the CC BY SA license
: https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
PENDAHULUAN
earifan lokal merupakan ciri khas budaya suatu daerah. Kearifan lokal memiliki berbagai bentuk bisa berupa gagasan, atau suatu kegiatan yang meliputi langkah-langkah berinteraksi dengan manusia lain, manusia dan lingkungannya dan manusia dengan sistem kepercayaannya. maka dari itu kearifan lokal
K
dapat dikatakan sebagai control sosial dalam masyarakat atas berbagai kegiatan manusia yang melibatkan kehidupan masyarakat 1
Kearifan lokal tidak lepas dari arus globalisasi, modernisasi dan ketatnya puritanisme, dihadapi oleh budaya lokal yang merupakan warisan leluhur dengan berupaya mempertahankan dirinya sendiri, atau menggabungkan arus globalisasi dan tradisi lokal menjadi satu bentuk baru atau globalikasitas. Dari pergulatan globalisasi dan lokalitas, dibutuhkan adanya generasi perantara yang sudah mampu melakukan pemahaman dari generasi tua dan mampu mengkomunikasikan ke dalam bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh generasi selanjutnya2
Hal ini lah yang berlaku pada komunitas orang Banjar, yakni penduduk yang mendiami pulau Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan, yang memiliki banyak adat istiadat dan traidisi sarat akan nilai-nilai kearifan lokal. Sehingga nilai-nilai kearifan lokal menjadi fundamental dari adat tradisi atau budaya Orang seperti pada kegiatan Manjalama yakni proses seseorang minta dijadikan anak angkat kepada orang yang berilmu, berpengaruh, atau memiliki kekuatan magis (daraman), karena anak tesebut sakit-sakit atau meminta perlindungan dan pertolongan dari orang yang mau meangkat sebagai anak. Menurut Fahmi Al Amruzi3 adat Manjalama mengandung nilai-nilai sosial dalam pelaksanaannya, karena ia bersifat sebagai penyelesaian masalah yang ada sekaligus meningkatkan hubungan kekeluargaan antara orang yang sebelumnya tidak memiliki hubungan keluarga.
Artikel ini akan menjelaskan kearifan lokal Adat Manjalama dalam masyarakat banjar yang mengandung nilai religius, dan sosial. Serta langkah manjalama mencari bentuk baru karena desakan globalisasi, dan dikaitkan dengan pendidikan Islam. Artikel ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya tentang proses pengangkatan anak yang lebih cenderung memfokuskan penulisan pada akibat hukum atas tindakan tersebut. Artikel ini melengkapi artikel yang sejenis dengan pembahasan proses Manjalama yang dilakukan oleh orang dewasa, dan keluwesan manjalama dalam menghadapi globlisasi.
1 R. Ulfah, “Kearifan Lokal Dalam Adat Badamai Urang Banjar,” 2022, https://doi.org/10.31237/osf.io/rs4b8. halaman 1
2 Agus Susilo, “Pendidikan Dan Kearifan Lokal Era Persfektif Global,” Jurnal Sindang 1, no. 1 (2019). halaman 2-3
3 M Fami Al Amruzi, “Pengangkatan Anak Pada Masyarakat Kalimantan Selatan.,” in International Confeerence The 6th ICISS Dan Annual Postgraduate Conference on Moeslim Society.
(Banjarmasin: UIN ANTASARI BANJARMASIN, 2023).
METODE PENELITIAN
Metode yang dipakai untuk tulisan ini dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan studi literature, dengan cara mengambil data-data yang diperlukan dari literatur- literatur yang berkaitan dan ditambah wawancara secara langsung dan tidak langsung untuk menggali proses adaptasi manjalama dari masa ke masa.
PEMBAHASAN A. Kearifan Lokal
Taylor dan de Leo menjelaskan bahwa kearifan lokal adalah tatanan hidup yang diwarisi dari satu generasi ke generasi lain dalam bentuk agama, budaya, atau adat istiadat uang umum dalam sistem sosial masyarakat. Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa, terlebih dalam konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal bertransformasi secara lintas budaya yang pada akhirnya melahirkan nilai budaya nasional. Di Indonesia, kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai bidang kehidupan tata nilai sosial dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata lingkungan, dan sebagainya 4.
Kearifan lokal mengandung nilai tertentu, sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang memiliki nilai guna (memiliki keindahan), kebenaran atau kebaikan. Nilai juga memiliki arti lain yaitu kumpulan sikap atau perasaan atau anggapan tentang sesuatu hal mengenai baik atau buruk,benar atau salah, patut atau tidak patut, mulia atau hina, dan penting atau tidak penting. Nilai juga dianggap sebagai sesuatu yang selalu diinginkan, dicita-citakan, dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kearifan itu sendiri merujuk pada sebuah nilai universal tentang keadilan sosial, kesejahteraan masyarakat dan kelestraian sumberdaya penghidupan masyarakat yang melandasi pola hubungan antar warga maupun dengan komunitas yang lain. Tidak disebut kearifan bilamana yang terjadi adalah sebuah ketidakadilan, kemiskinan, kelaparan, kerusakan ekositem dan penindasan. Dengan demikian hal tersebut menjadi sangat penting untuk meninjau kembali keberadaan sistem lokal serta dinamika perubahannya untuk dapat dikatakan sebagai suatu kearifan 5
Kearifan lokal yang berasal dari unsur budaya daerah yang memiliki kemampuan untuk bertahan hidup, yaitu (1) mampu bertahan terhadap budaya luar, (2)
4 Nur Afif, “Pendidikan Islam Berbasis Kearifan Lokal Dan Implementasinya Terhadap Kurikulum Merdeka Belajar” 11, no. 3 (2022). halaman 1048-1049
5 Susilo, “Pendidikan Dan Kearifan Lokal Era Persfektif Global.” halaman 6
memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, (3) mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, (4) mempunyai kemampuan mengendalikan, dan (5) mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Kearifan lokal tersebut sama juga yang dilakukan oleh orang-orang daerah lain, yang mempunyai adat dan istiadat. Adat dan istiadat tersebut sebagai cermin tiap-tiap daerah yang ada di indonesia. Kearifan lokal sangat penting untuk di peliharan dan di kembangkan selama tidak bertentangan dengan Al-quran dan al-hadits.6
B. Adat Orang Banjar, Manjalama 1. Orang Banjar
Orang banjar adalah penduduk yang mendiami pulau Kalimantan yang memiliki banyak sekali adat istiadat dan traidisi karena orang banjar memiliki kegiatan di bidang sosial budaya yang ada di masyarakat, kegiatan tersebut sangat sarat akan nilai-nilai kearifan lokal. Sehingga nilai-nilai kearifan lokal menjadi fundamental dari adat tradisi atau budaya Orang Banjar dengan harapan mampu membangun pendidikan Karakter, seperti pada Adat Manjalama yang dimiliki Orang Banjar. Adat Manjalama banyak sekali mengandung nilai-nilai sosial dalam pelakanaannya, karena ia bersifat sebagai penyelesaian masalah.
Orang Banjar merupakan suku yang berada di Kalimantan Selatan yang berasal dari etnik koloni Melayu yang pertama terdapat di daerah Tabalong, yang kemudia berkembang menjadi suku Banjar yang disebutnya sebagai Bandjar on the coast, Orang Banjar atau Orang Banjar atau Etnik Banjar adalah sebutan bagi penduduk yang bertempat tinggal menetap di sepanjang pesisir Kalimantan Selatan, tengah timur dan barat. Istilah banjar itu sendiri ditemukan dalam Hikayat Banjar dengan asal
“Banjarmasih”, yang umumnya dipakai untuk menyebut “Negeri Banjarmasih”.
Disebutkan nama Banjarmasih dikarenakan nama orang besar yang ada di Banjar yaitu Patih Masih. Banjar sendiri Mengandung makna berderet-deret sebagai letak perumahan kampung pendukuhan atau desa, yang terletak di atas air sepanjang pinggir sungai7
Nama Patih Masih adalah nama sebutan dari Patih Oloh Masih yang memiliki makna Patih Orang Melayu sebagai sebutan yang ditujukan kepada kepala suatu kelompok etnis di daerah Kalimantan Orang banjar Memiliki begitu banyak ada adat
6 Muhammad Aminullah and Nasaruddin Nasaruddin, “Wajah Islam Nusantara Pada Tradisi Peta Kapanca Dalam Perkawinan Adat Bima,” TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan 1, no.
1 (April 5, 2017): 1–24, https://doi.org/10.52266/tadjid.v1i1.1.
7 Ulfah, “Kearifan Lokal Dalam Adat Badamai Urang Banjar.” halaman 3-4
Istiadat yang memiliki manfaat bagi orang Banjar dalam hidup bermasyarat, Salah satu contoh adat orang Banjar yaitu Adat manjalama.
2. Manjalama
Adat orang Banjar Manjalama, adalah kegiatan seseorang minta diangkat sebagai anak angkat kepada orang yang lebih berpengaruh, kaya, mapan, berilmu atau terpandang di masyarakat setempat, dalam rangka agar ia mendapat bimbingan, bantuan, atau perlindungan dan kesembuhan dari penyakit yang diderita, atau bantuan terhadap masalah yang dihadapinya8
Humaini9 menyatakan kegiatan Manjalama dilakukan untuk proses penyembuhan anak tersebut dari penyakitnya, karena anak tersebut sering sakit-sakitan.
Sebagai contoh, orang tua tersebut kemudian menyerahkan anaknya yang baru berusia 5 bulan untuk dijadikan anak angkat kepada orang lain. Anak angkat tersebut mendapat perlakuan istimewa dari orang tuanya yang baru, mendapatkan fasilitas kesehatan, pendidikan karena sesuai perekonomian mereka yang tergolong keluarga mapan. Segala yang diinginkan anak selalu dituruti, karena mereka beranggapan untuk anaklah harta mereka. Kebahagiaan orangtua adalah ketika melihat anak mereka tumbuh dengan baik dan segela keperluannya dapat terpenuhi. Dalam hal ini anak angkat tersebut pindah rumah ke rumah orang tua angkatnya sampai dewasa.
Pada kasus lainnya Humaini10 menyebutkan ada sebuah keluarga yang mempunyai 4 orang anak. Saat ini anak bungsunya berusia 4 bulan anak itu ternyata sering sakit-sakitan. Berdasarkan kepercayaan orang Banjar atau budaya Banjar. Salah satu upaya menyembuhkan anak selain medis adalah proses manjalama yakni dengan diangkat oleh orang yang dianggap ”daraman” atau dalam arti lain apabila memelihara anak atau tumbuhan oleh orang „daraman‟ tersebut, maka akan tumbuh atau hidup dengan baik. Hanya orang tertentu saja yang memiliki sifat daraman ini.
Sejak anak mereka diangkat oleh orang yang daraman, anak mereka tidak sakit-sakitan lagi, dan tumbuh dengan sehat sampai sekarang, dan anak tersebut tetap tinggal di rumah orang tua kandungnya. Menurut orang Banjar pengangkatan anak yang ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk tidak sakit lagi, sedangkan kesembuhan semuanya tergantung dari kekuasaan Allah.
8 Fami Al Amruzi, “Pengangkatan Anak Pada Masyarakat Kalimantan Selatan.” halaman 125
9 Muhammad Humaini, “Pengangkatan Anak Karena Sakit Oleh Masyarakat Suku Banjar Di Desa Telaga (Dalam Perspektif Hukum Adat Dan Hukum Islam),” 2015. halaman 54
10 Humaini. halaman 56
Manjalama terjadi tidak hanya kepada anak-anak yang balita, atau anak-anak yang sakit-sakitan saja untuk minta dijadikan anak angkat oleh orang berpengaruh, berilmu, dan mapan. Namun proses manjalama saat ini mulai berkembang dengan mengakomodir kepada orang dewasa atau yang tidak anak-anak lagi, dan mereka tidak sakit, maupun kekorangan sandang pangan. Bahkan kadang kala orang yang melakukan manjalama sudah berumur, akhil baliq, mampu dan berpengaruh. Bahkan sekarang ini mulai marak di Kalimantan Selatan dilakukan oleh pejabat, atau publik figure yang minta diangkat sebagai anak angkat guru-guru yang terkenal. Hal ini bisa dilihat pada content berita media di media online 11 sebagai berikut :
Hasnur dan Laskar Antasari Minta Dijadikan Anak Angkat Guru Busu Manajemen Barito Putera dan sebagian pemain bersama KH Muhammad Qomaruddin berziarah ke kubah Habib Hamid Bahasyim, Jalan Keramat Basirih, Kecamatan Banjarmasin Barat, Jumat (11/6/2022) malam. Usai ziarah, CEO Barito Putera Hasnuryadi Sulaiman bersama pemain singgah ke majelis taklim Darul Maddah untuk meminta nasihat KH Muhammad Qomaruddin. Tokoh agama yang akrab disapa Guru Busu ini menyambut silaturahmi Barito Putera di majelis taklim yang dipimpinnya, Jalan Kelayan B, Gang Gembira, Kecamatan Banjarmasin Selatan.
Diantara belasan pemain yang berhadir yaitu sang kapten Rizky Pora, Aditya Harlan dan Bagus Kahfi.
Kepada Guru Busu sebagai dewan penasihat Barito Putera, Hasnur menyampaikan permohonan ia dan para pemain diangkat sebagai anak. Hasnur menyampaikan hal tersebut adalah amanah mendiang orang tua H Abdussamad Sulaiman HB (Haji Leman) dan Hj Nurhayati itu meminta bimbingan para alim ulama.
“Dulu Guru Sekumpul, begitu beliau meninggal dilanjutkan Abah Guru Zuhdi dan sekarang kami mohon diangkat menjadi anak pian, mohon bimbingan dunia dan akhirat, selamat dunia akhirat,” ucapnya.
Sementara itu, Guru Busu menyambut baik permohonan Hasnur dengan mengucapkan kalimat tayyibah „Masya Allah” yang artinya segala nya atas izin Allah subhanahu wa ta‟ala. Adapun amanahnya kepada Barito Putera yakni menjaga persatuan dan kesatuan.“Mari kita benar-benar bersatu daripada semua makhluk, khususnya orang islam adalah saudara kita,” tuturnya.
11 “HASNUR DAN LASKAR ANTASARI MINTA DIJADIKAN ANAK ANGKAT GURU BUSU,” Https://Klikkalsel.Com/, 2023.
Guru Busu memaparkan, persatuan dan kesatuan akan terjadi kuat apabila terjalin dalam ikatan cinta. Dia mengungkapkan, cinta dan loyalitas akan diuji dari berbagai sisi. Misalnya pada klub sepakbola, kesetiaan akan diuji tawaran agar membela pihak lain. “Taat dan ikhlas lah. Ada tawaran tinggi dari lain, kita sabar, kita jaga hati kita,” ujarnya. (rizqon)
Dari berita yang dituliskan di media online tersebut terlihat ada 2 pihak yang ada dalam proses Manjalama, pertama anggota klub Barito Putera, tentunya mereka ini sudah berumur, dan memiliki kemapanan dalam hidup sehari-hari. Sedangkan pihak yang kedua adalah KH. Muhammad Qomaruddin atau dikenal dengan sebutan Guru Busu, pihak kedua ini dalam Manjalama haruslah orang berpengaruh, berilmu, atau mapan.
Dalam berita ini Guru Busu sebagai seorang alim ulama, tentunya yang diminta dari pihak pertama dari pihak kedua bukanlah perlindungan, keamanan ataupun bantuan sehari-hari seperti sandang dan pangan, namun sesuai dengan keahlian pihak kedua yakni dalam hal agama yakni bimbingan dunia akhirat, agar selamat dunia akhirat.
Dalam kasus-kasus manjalama lainnya, ada seorang anak yang meminta perlindungan kepada pejabat setempat, mungkin ia tidak mampu dalam hal ekonomi, maupun mendapat tekanan keselamatan dari pihak luarnya. Kemudia ia mencari orang yang berpengaruh di tempatnya seperti orang yang kaya, atau orang yang berpengaruh, dan proses manjalama dilakukan dengan acara resmi atau tidak, namun proses ini akan didengar oleh masyarakat sekitar. Dampaknya bagi anak tersebut permasalahan yang dihadapinya akan berkurang, karena pihak yang merestui untuk mengangkat anak ini akan memberikan perlindungan, apakah sandang pangan, ataupun hal lainnya.
3. Proses Manjalama
Syarat sah terjadinya manjalama adalah adanya 2 subjek, yang pertama anak yang minta diangkat sebagai anak angkat, dan kedua adanya orang tuga angkat yang bersedia mengangkat anak tersebut sebagai anak angkat Dalam kasus anak yang sakit-sakitan minta diangkat anak kepada orang tua lainnya, maka proses kegiatanyan adalah adanya 2 pihak yang disebutkan sebelumnya. Kemudian dilakukan acara selamatan kecil-kecilan di rumah orang tua kandung sebagai acara perpisahan dengan anak mereka. Menurut Humaini 12 .
Hal ini terjadi, apabila anak yang diminta jadi anak angkat tersebut berasal
12 Humaini, “Pengangkatan Anak Karena Sakit Oleh Masyarakat Suku Banjar Di Desa Telaga (Dalam Perspektif Hukum Adat Dan Hukum Islam).” halaman 59
dari keluarga yang tidak mampu dan orang tua angkatnya ingin anak tersebut tinggal di rumah orang tua baru tersebut. Acara perpisahan melalui kegiatan “batapung tawar”. Mereka beranggapan tapung tawar sebagai harapan untuk keselamatan.
dan keberkahan dalam hidup si anak nantinya. Sedangkan nantinya di rumah orang tua yang baru akan dilakukan kembali acara selamatan sekaligus menambah nama asal anak dengan nama yang diberikan mereka.
Kegiatan tepung tawar dalam proses kegiatan Manjalama dilaksanakan dengan memberikan minyak likat boboreh (minyak kental khas orang Banjar, dan jarang dijual di tempat warung umum), dan sedikit daun pisang untuk mengoles ke sebagian rambut si anak dan didoakan agar si anak tidak sakit-sakitan, dan berkah hidupnya dikemudian hari. Kadang kala orang tua angkat memberi sejumlah uang kepada orang tua kandung anak tersebut.
Sedangkan pada proses manjalama yang dilakukan oleh orang dewasa, pejabat pemerintah, pulik figure pelaksanaannya hampir sama dengan manjalama pada anak-anak, namun bisa dilakukan dengan acara sedikit lebih besar, bahkan tidak jarang mengundang berbagai media cetak dan elektronik, agar moment tersebut ditayangkan oleh media tersebut. Selain ingin dikenal luas kegiatan manjalama tersebut, maka diharapkan kegiatan manjalama ini dapat mengangkat citra anak angkat tersebut. Misalnya, ada pejabat yang minta dijadikan anak angkat guru yang terkenal, tentunya akan menambah kharisma pejabat tersebut, karena penambahan kharisma itu mengiringi kharisma tuan guru yang dijadikan ayah angkatnya.
4. Urgensi Manjalama
Urgensi dari kegaitan manjalama dalam masyarakat Banjar tidak hanya ditujukan kepada anak yang minta diangkat sebagai anak angkat kepada orang tua angkat yang berpengaruh, namun akan berpengaruh juga dengan system kekerabatan dan sifat gotong royong atau saling bantu meembantu antara keluarga dan masyarakat Banjar.
Bagi anak yang menjalani proses manjalama, maka secara tidak langsung ia memiliki 2 orang tua. Pertama orang tua kandung yang telah melahirkannya, dan orang tua angkat. Kedua orang tua ini, bukanlah termasuk dalam satu kekerabatan mereka sehingga secara tidakn langsung proses manjalama akan menjadi kekerabatan yang berbeda ini akan bergabung, dan ini bisa dilihat ketika ada musibah atau kegiatan hajatan di salah satu orang tua tersebut, apakah orang tua kandung atau orang tua angkat
akan saling batu membatu, atau bergontong royong sesuai dengan kemampuannya, seakan-akan orang mendapatkan musibah tersebut atau melakukan hajatan tersebut keluarga mereka sendiri.
Urgensi manjalama bagi anak itu sendiri, bagi anak yang sering sakit diharapkan akan segera menjadi sembuh. Dan bagi anak yang kurang secara ekonomi, akan mendapatkan fasilitas dari orang tua angkatnya sehingga mendapatkan fasilitas kesehaatan ataupun fasilitas pendidikan sesuai dengan kebutuhan dari anak tersebut.
C. Manjalama dalam Pendidikan Islam
Dalam pengertian umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan dan budaya ada bersama dan saling memajukan pengetahuan13. Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang membuat seseorang bisa mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideology Islam, sehingga ia bisa membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.
Pendidikan Islam berlangsung seumur hidup, dinamis, universal sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus terlaksana sesuai dengan apa yang dibutuhkan manusia di segala aspek kehidupannya. Salah satu tugas dari pendidikan Islam adalah pewarisan budaya yang bernilai Islam sehingga dapat mentransferkan atau mewariskan pengalaman dan tradisi dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya. Pengalaman dan tradisi yang diwariskan itu bisa berupa konsep keagamaan yang terdapat dalam nilai kearifan lokal atau pengetahuan lokal, termasuk proses manjalama.
Sementara itu, Al-Qur‟an berkali-kali menjelaskan pentingnya pengetahuan.
Tanpa pengetahuan, niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Al-Qur‟an memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah dalam QS at-Taubah (9): 122
۟اوُهَّقَفَ تَ يِّل ٌةَفِئٓاَط ْمُهْ نِّم ٍةَقْرِف ِّلُك نِم َرَفَ ن َلَْوَلَ ف ۚ ًةَّفٓاَك ۟اوُرِفنَيِل َنوُنِمْؤُمْلٱ َناَك اَمَو نوُرَذَْيَ ْمُهَّلَعَل ْمِهْيَلِإ ۟آوُعَجَر اَذِإ ْمُهَمْوَ ق ۟اوُرِذنُيِلَو ِنيِّدلٱ ِفِ
Terjemahnya:
13 Muhammad Karimulla, “ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL (Studi Pada Masyarakat Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara Dan Relevansinya Dengan Pendidikan)” (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2020). halaman 4-5
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan pengetahuan, manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa madarat. Tidak hanya itu, bahkan al-Qur‟an memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur‟an surat al-Mujadalah ayat 11:
اَذ ِاَو ۚ
ْمُكَل ُّٓللّا ِحَسْفَ ي اْوُحَسْفاَف ِسِلٓجَمْلا ِفِ اْوُحَّسَفَ ت ْمُكَل َلْيِق اَذ ِا آْوُ نَمٓا َنْيِذَّلا اَهُّ يَٓٓيٰ
اَِم ُّٓللّاَو ٍٍۗتٓجَرَد َمْلِعْلا اوُتْوُا َنْيِذَّلاَو ْۙ
ْمُكْنِم اْوُ نَمٓا َنْيِذَّلا ُّٓللّا ِعَفْرَ ي اْوُزُشْناَف اْوُزُشْنا َلْيِق ٌرْ يِبَخ َنْوُلَمْعَ ت
Terjemahnya
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan diangkat derajatnya oleh Allah swt. beberapa derajat. Derajat yang dimaksudkan dapat bermakna kedudukan, kelebihan atau keutamaan dari makhluk lainnya, dan hanya Allah S.W.T yang lebih mengetahuinya tentang bentuk dan jenisnya serta kepada siapa yang akan ditinggikan derajatnya.14
Nilai-nilai pendidikan Islam pada intinya dapat dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu nilai-nilai aqidah, ibadah, dan akhlak. Pertama, Nilai-nilai aqidah mengajarkan peserta didik untuk beriman kepada Allah Subhanahu wata‟ala, menumbuhkan sikap berserah diri dan berusaha untuk selalu menjalankan perintahnya serta merasakan bahwa Allah senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala perbuatan mereka.
kedua, Nilai-nilai ibadah mengajarkan pada peserta didik agar dalam setiap
14 Abd Rahman, “Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan Dan Unsur-Unsur Pendidikan,” Jurnal Al Urwatul Wutsqa: Kajian Pendidikan Islam 2, no. 1 (2022). halaman 3-4
perbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas untuk mencapai rida Allah SWT.
Pengamalan nilai-nilai ibadah akan mencetak generasi yang memiliki sikap- sikap mulia dihadapan manusia seperti adil, jujur, dan suka menolong sesama. Hal tersebut sebagai imlementasi dari nilai-nilai kemanusian dalam kehidupan modern15
Aspek nilai pendidikan Islam yang ketiga adalah nilai-nilai akhlak. Nilai-nilai akhlak mengajarkan kepada peserta didik untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma atau adab yang benar dan baik, sehingga akan membawanya kepada kehidupan yang tentram, harmonis, damai, dan seimbang. Dengan demikian, jelas bahwa nilai-nilai pendidikan Islam merupakan nilai-nilai yang akan mampu membawa manusia pada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Nilai-nilai pendidikan Islam berbasis kearifan lokal antara lain meliputi aturan yang mengatur tentang hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan hubungan manusia dengan alam sekiatarnya dengan tetap memelihara tradisi dan budaya lokal setempat16
Manjalama merupakan salah satu budaya daerah atau pengetahuan lokal, menanamkan nilai akhlak kepada pelakunya yakni sikap untuk saling bantu membantu dalam kebaikan, sikap saling menolong, antara yang kaya dengan yang miskin, antara yang lemah dengan yang kuat. Proses manjalama menanamkan pelakukanya untuk mencintai tuan guru-tuan guru yang menjadi orang tua angkat mereka, dan mereka akan melaksanakan apa-apa yang diajarkan dan dilakukan oleh guru-guru mereka. Sehingga akhlak dan ibadah mereka bisa meniru tuan guru tersebut.
Manjalama merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari orang Banjar, dan mengandung nilai-nilai murni dan shahih dari Al- Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW, hal ini sejalan dengan kepribadian orang Banjar yang religius, sehingga Manjalama tidak menyimpang dari ajaran Islam, karena dalam manjalama merupakan kegiatan tolong menolong satu sama lain, dan ini sangat didukung dalam Islam.
PENUTUP
Kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai bidang kehidupan tata nilai sosial dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata
15 Moh. Safrudin, Nasaruddin Nasaruddin, and Ihwan Ihwan, “”Tafsir Ayat-Ayat Kemasyarakatan” Implementasi Nilai-Nilai Kemanusiaan dalam Kehidupan Modern,” TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan 7, no. 1 (April 20, 2023): 135–48, https://doi.org/10.52266/tadjid.v7i1.1851.
16 Afif, “Pendidikan Islam Berbasis Kearifan Lokal Dan Implementasinya Terhadap Kurikulum Merdeka Belajar.” halaman 1049
lingkungan, dan sebagainya. Kearifan itu sendiri merujuk pada sebuah nilai universal tentang keadilan sosial, kesejahteraan masyarakat dan kelestraian sumberdaya penghidupan masyarakat yang melandasi pola hubungan antar warga maupun dengan komunitas yang lain.
Kearifan orang Banjar Manjalama adalah kegiatan seseorang minta diangkat anak oleh orang yang lebih berpengaruh, kaya, mapan, atau terpandang di masyarakat setempat, dalam rangka agar ia mendapat bimbingan, bantuan, atau perlindungan tergantung masalah yang dihadapinya. Dalam proses Manjalama dari masa ke masa, asalnya untuk anak yang sakit agar bisa sembuh dari penyakitnya, sekarang berkembang dilakukan oleh orang dewasa yang sehat dengan tujuan tertentu ada 2 pihak yang terlibat yakni pihak pertama orang yang minta diangkat jadi anak, dan yang kedua adalah pihak yang dianggap sebagai orang tua angkat.
Manjalama merupakan salah satu budaya daerah, berdasarkan budaya Islam.
Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin sangat menjaga hubungan baik sesama manusia (hablum minannas). Manjalama merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari orang Banjar, dan mengandung nilai-nilai murni dan shahih dari Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Nur. “Pendidikan Islam Berbasis Kearifan Lokal Dan Implementasinya Terhadap Kurikulum Merdeka Belajar” 11, no. 3 (2022).
Aminullah, Muhammad, and Nasaruddin Nasaruddin. “Wajah Islam Nusantara Pada Tradisi Peta Kapanca Dalam Perkawinan Adat Bima.” TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan 1, no. 1 (April 5, 2017): 1–24.
https://doi.org/10.52266/tadjid.v1i1.1.
Fami Al Amruzi, M. “Pengangkatan Anak Pada Masyarakat Kalimantan Selatan.” In International Confeerence The 6th ICISS Dan Annual Postgraduate Conference on Moeslim Society. Banjarmasin: UIN ANTASARI BANJARMASIN, 2023.
https://klikkalsel.com/. “HASNUR DAN LASKAR ANTASARI MINTA DIJADIKAN ANAK ANGKAT GURU BUSU.” 2023.
Humaini, Muhammad. “Pengangkatan Anak Karena Sakit Oleh Masyarakat Suku Banjar Di Desa Telaga (Dalam Perspektif Hukum Adat Dan Hukum Islam),”
2015.
Karimulla, Muhammad. “ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL (Studi Pada Masyarakat Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara Dan Relevansinya Dengan Pendidikan).” UIN Sunan Ampel Surabaya, 2020.
Rahman, Abd. “Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan Dan Unsur-Unsur Pendidikan.” Jurnal Al Urwatul Wutsqa: Kajian Pendidikan Islam 2, no. 1 (2022).
Safrudin, Moh., Nasaruddin Nasaruddin, and Ihwan Ihwan. “”Tafsir Ayat-Ayat Kemasyarakatan” Implementasi Nilai-Nilai Kemanusiaan dalam Kehidupan Modern.” TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan 7, no. 1 (April 20, 2023): 135–48. https://doi.org/10.52266/tadjid.v7i1.1851.
Susilo, Agus. “Pendidikan Dan Kearifan Lokal Era Persfektif Global.” Jurnal Sindang 1, no. 1 (2019).
Ulfah, R. “Kearifan Lokal Dalam Adat Badamai Urang Banjar,” 2022.
https://doi.org/10.31237/osf.io/rs4b8.