MENTORING POLIGAMI BERBAYAR COACH HAFIDIN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Yuli Imawan1, Muchamad Kharis As'ad2, Alimudin3, Cecep Farhani4, Nada Nabilah Syafiqoh5
1,2,3,4,5
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Corresponding Author: Imawan, E-mail: [email protected]
ARTICLE INFO Article history:
Received 15, Agustus, 2023
Revised 21, Agustus, 2023
Accepted 7, September, 2023
ABSTRAK
Perbedaan pendapat terhadap praktik poligami didasarkan pada pendekatan yang berbeda dalam memahami nash-nash yang ada, argumen atas dampak positif dan dampak negative poligami menimbulkan permasalah dalam masyarakat, khususnya di lingkup keluarga antara suami dan istri yang perlu ditangani. Mereka yang percaya bahwa poligami merupakan anjuran bahkan kewajiban merujuk pada pemahaman secara tekstual nash atau ayat al-Qur’an dan hadist. Sementara yang kontra berpendapat bahwa memahami nash harus mempertimbangkan banyak faktor yang menyebabkan turunnya nash tersebut dan mendialogkan dengan nash-nash lainnya.
Sehingga perlunya pembacaan ulang terhadap nash-nash tersebut secara komperhensif dalam setiap ativitas penafsirannya. Kajian ini menggunakan metode kualitatif yang terdiri dari kajian pustaka dan observasi. Kajian pustaka digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Sedangkan observasi dilakukan untuk mendapatkan data empirik yang berupa konsep dasar dari kelas mentoring poligami berbayar yang dilakukan oleh coach Hafidin. Hasil penelitian ini menujukan bahwa praktik poligami yang selalu dikampanyekan lewat kelas mentoring berbayar secara kontekstual tidak selaras dengan nilai-nilai moral universal yang ditekankan oleh al-Qur’an, untuk diwujudkan dalam kehidupan manusia yaitu, kemaslahatan dan keadilan. Sehingga satu istri (monogami) itu akan lebih mungkin untuk mengantarkan kepada kehidupan yang baik, stabil, dan relasi yang adil. Karena itu pula poligami sudah saatnya dihindari. Sebaiknya memang tidak poligami.
Kata Kunci: Mentoring Poligami, Coach Hafidin, Perspektif Islam.
How to Cite : Yuli Imawan, Muchamad Kharis As'ad, Alimudin, Cecep Farhani, Nada Nabilah Syafiqoh. TAJDID: Mentoring Poligami Berbayar Coach Hafidin dalam Perspektif Islam Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, 7 (2), 28-40
DOI : https://doi.org/10.52266/tadjid.v7i1.1851 Journal Homepage : https://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/tajdid This is an open acc ess article under the CC BY SA license
: https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.
PENDAHULUAN
alah satu topik yang selalu hangat diperbincangkan dalam relasi antara pria dan wanita yaitu isu poligami atau kata lainnya disebut poligini. Meskipun pembahasan ini telah lama diperdebatkan antara yang pro yaitu menganggap poligami merupakan sunnah nabi dan kubu kontro yang menganggap poligami hanya akan menimbulkan kedzoliman, namun isu tersebut tetap akan selalu eksis diperbincangkan terutama di negara muslim.1 Dalam menghadapi kritik dan keresahan yang sudah berlangsung lama di kalangan perempuan, fenomena praktik poligami di Indonesia justru semakin berkembang dan nyata.2 Mungkin menarik untuk diungkapkan kembali pada moment pelantikan anggota dewan, seorang dewan dari daerah tertentu membawa tiga orang istrinya, setelah selesai pelantikan dia berdiri di depan orang banyak dengan ketiga istri di sisi kanan dan kirinya. dengan senyum yang sumringah mereka ingin menunjukkan kepada publik kegembiraan dan kebanggaan berpoligami.3
Peristiwa lain yang menarik adalah inisiatif beberapa tokoh masyarakat di Aceh untuk menciptakan qanun atau undang-undang, sebuah peraturan yang mengatur poligami. Meskipun poligami sudah diatur oleh undang-undang Perkawinan No. 1/1974 dan kumpulan Hukum Islam (HKI), yang penerapannya diatur oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1975. Menurut DPRD Aceh, undang- undang poligami sangat penting sebagai upaya untuk menghentikan pernikahan berantai dan melindungi hak-hak perempuan serta anak-anak.4 Jika dibandingkan dengan bagaimana poligami diizinkan berdasarkan peraturan (KHI) kumpulan Hukum Islam, di mana ada tiga prasyarat yang harus dipenuhi, sedangkan rancangan qanun (raqan) menyatakan poligami diizinkan jika salah satu dari tiga syarat terpenuhi (Pasal 48 ayat 2 dan Pasal 50 ayat 1). Selain itu, di bawah KHI, kasus ini dapat diajukan banding jika istri tidak setuju, tetapi dalam rancangan qanun (raqan), Pengadilan Syariah memiliki keputusan akhir jika wanita tidak setuju. Akibatnya, tesis rancangan qanun (raqan) tersebut lebih memudahkan pelaku yang ingin berpoligami daripada tindakan untuk melindungi perempuan dan hak anak-anak hasil pernikahan siri.5
Tidak kalah hebohnya, seminar dan ilmu teknik berpoligami diselenggarakan dan ditawarkan di sejumlah tempat. Seperti yang sedang viral akhir-akhir ini dengan kemunculan Kiai Hafidin atau biasa dipanggil Coach Hafidin di kanal Youtube-Narasi Newsroom. Ia adalah seorang mentor yang mengkampanyekan poligami dengan membuka kelas mentoring poligami berbayar. Tarif yang dipatoknya pun cukup
1 K.H Husein Muhammad, Poligami: Sebuah Kajian Kritis Kontemporer Seorang Kiai (Yogyakarta: IRCiSoD, 2020).
2 Siti Hikmah, “Fakta Poligami Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan,” Sawwa: Jurnal Studi Gender 7, no. 2 (2012): 1, https://doi.org/10.21580/sa.v7i2.646.
3 Henny Rachma Sari, “Momen Anggota Dewan Boyong Istri-Istrinya Saat Dilantik Sebagai Wakil Rakyat,” Https://Www.Merdeka.Com/, October 2019.
4 AG Abdullah, Himpunan Perundang-Undangan Dan Peraturan Peradilan Agama (Jakarta:
Intermasa, 1991).
5 Raja Umar, “Ini Syarat Poligami Dalam Qanun Hukum Keluarga Di Aceh,” Kompas.Com, July 7, 2019.
S
fantastis, hingga jutaan rupiah. Bahkan ia memiliki keyakinan bahwasannya poligami ini akan terus menguat, terus viral, sampai kedepan.6
Melihat latar belakang tersebut, fenomena ini perlu kiranya dikaji melalui pandangan Agama secara normatif, mengingat poligami merupakan hal yang bersifat privat. Namun akhir-akhir ini di era digital saat ini, penggiat poligami semakin percaya diri dan menampakkan eksistensinya di tengah masyarakat. Melalui sosial media praktik poligami dijajakan menjadi konsumsi publik lewat kelas mentoring berbayar. Kajian ini menggunakan metode kualitatif yang terdiri dari kajian pustaka beserta observasi.
Kajian pustaka digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Sedangkan observasi dilakukan untuk mendapatkan data empirik yang berupa konseb dasar dari kelas mentoring poligami berbayar yang dilakukan oleh coach Hafidin.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kontekstual, pendekatan kontekstual digunakan untuk menafsirkan secara komperhensif nash-nash al-Qur’an dan hadist yang dijadikan sebagaia dasar legitimasi praktik poligami, dengan tujuan untuk mengetahui apakah Islam memandang praktik poligami sebagai upaya dalam mewujudkan sebuah sistem kehidupan yang menghargai martabat manusia dan berkeadilan, atau justru tanpa poligami sistem kehidupan yang bermartabat dan berkeadilan akan terwujud, hal tersebutlah yang menjadi tujuan dasar dari penelitian ini.7
PEMBAHASAN
Al-Qur’an dan Hadist Sebagai Alat Legitimasi Poligami
Perbedaan pendapat mengenai poligami terus berlangsung hingga saat ini, mereka yang percaya bahwa poligami merupakan anjuran bahkan kewajiban merujuk pada pemahaman secara tekstual ayat al-Qur’an dan hadist. Sementara kelompok yang menolak poligami berpendapat bahwa memahami nash harus mempertimbangkan banyak faktor yang menyebabkan turunnya nash tersebut dan mendialogkan dengan nash-nash lainnya. Sehingga perlunya pembacaan ulang terhadap nash-nash yang dijadikan alat legitimasi secara komperhensif dalam setiap ativitas penafsirannya.8
Mereka yang menganggap bahwa Islam memperbolehkan poligami sampai empat orang istri merujuk pada ayat Al-Qur'an Surah. An-Nisa '[4] ayat 3, yang berbunyi:
متتتَ اْىُ ِ َْمتتتَُ ِتتتفَفمَتمْتا ِْ اْىُ تتتِطْسُتُ ت َا ْ ُمتتْفِخ ْنِاَو ْنِمتتتَُ َ تتتف ُرَو َِتتتفُۚتعَو فَتتتْتلَ ِو متتت َطِِّتا َستتتِّ ْ تتُ َت َلمتتتَط
ۗاْىُتْىُعَتُ ت َا ىفنْٰدَا َكِتفذ ۗ ْ ُ َُمَْيَْا ْتَ ََۚ مَ ْوَا ًةَدِحاَىَتُ اْىُتِدْعَتُ ت َا ْ ُمْفِخ
Terjemahnya: “Dan, jika kamu khawatir tidak mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya),
6 Narasi Newsroom, Menguak Sisi Lain Mentoring Poligami Berbayar (Indonesia: Youtube, 2021).
7 Ahmad Sirfi Fatoni Ahmad Sahal Mubarok, Saekhoni, “PROBLEMATIKA GENDER DALAM ISLAM (Telaah Pendekatan Kontekstual),” Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman 8, no. 3 (2020).
8 Nurun Najwa, “Reinterpretasi Terhadap Nash-Nash Poligami,” Jurnal Esensia 9, no. 1 (2008): 1.
maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat. Tetapi. Jika kamu khawatir tidak mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat bagi kamu untuk tidak berbuat dzolim.”9
Guna memahami penggalan ayat di atas perlu kiranya melihat asbabul nuzul ayat sebelumnya, yaitu surat an-Nisa’ ayat 1, sebagaimana penjelasan dari banyak kitab- kitab tafsir latar belakang turunnya ayat tersebut yaitu seruan kepada manusia agar senantiasa bertaqwa kepada Allah dan memelihara tali silaturahim dengan selalu berpedoman pada nilai-nilai moral secara umum, penjelasan tersebut menunjukan kepada kita bahwa penciptaan manusia berasal dari nafs yang sama (nafs wahidah).10 Kemudian barulah dalam surat an-Nisa’ [4] ayat 2-3, konteks ayat ini membahas tentang pemeliharaan wali yang tidak berlaku adil terhadap anak yatim yang diasuhnya.
Melalui ayat ini, Allah SWT, menyerukan agar para wali yang mengasuh anak yatim memperlakukan mereka dengan cara-cara yang baik dan adil. Dan juga larangan bagi mereka mengambil harta memilik anak yatim. Ibnu katsir mengatakan: “Jangan anda berikan kepadanya (anak yatim) yang kurus, sementara anda mengambil yang gemuk”.11
Pada saat itu para wali mengasuh anak-anak yatim dengan tidak adil. Hak-hak ekonomi dan sosial mereka tidak diberikan secara proposional oleh wali yang mengasuhnya. Disamping itu, para wali juga ingin menikahi anak-anak yatim perempuan yang diasuhnya dengan membayar maskawin sesuka hari mereka, atau bahkan tidak membayarkan sama sekali. Ketika keadaan tersebut terjadi, al-Qur’an memberikan solusi atau jalan keluar bagi para wali untuk menikahi perempuan lain secara sah sebanyak, dua, tiga atau empat selain dari pada anak-anak yatim yang diasuhnya.12
Adapun Hadis yang dianggap menjadi dasar diperbolehkannya menikahi sampai empat orang istri terdapat pada Hadis Nabi Muhammad Saw. Diantaranya Hadis dari Ibnu Umar Ra:
تْسَمَُ ِةتتمِِۚهمَلجا ِفِ ٍةَىْطَِ ُةَرْشَع ُهَت ِِفَسَتلتا ْةََََۚس ِسْ ن َلَْمِغ تنَأ ُهَِْع ُالله َِِضَر ْرََُع ِسْ ِا ْسَع ُهتَعَ َسََْۚ
)ىذ ترتا هاور( تسُهْتِِ مًعَت ْرَا َرتتمَخَمَتي ْنَا َ تَۚسَو ِهْمََۚع الله ََِۚص ِبَِِتا ُهَرَ َمَُ
Terjemahnya: "Dari Ibnu Umar Ra., yang mengatakan bahwa Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi ketika masuk Islam memiliki sepuluh orang istri, mereka semua masuk Islam bersamanya. Nabi Muhammad Saw. Kemudian memerintahkan kepadanya untuk hanya mengambil empat orang istri saja” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah).
9 Al-Qur’an Dan Terjemahan (Departemen Agama RI: Kerajaan Saudi Arabia, n.d.).
10 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur‟an (Jakarta:
Lentera Hat, 2000).
11 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-’Azhim Juz 1 (Tanpa Kota: Tanpa Penerbit, n.d.).
12 K.H Husein Muhammad, Poligami: Sebuah Kajian Kritis Kontemporer Seorang Kiai.
Qais bin Harits Ra. Juga mengalami hal yang sama. Ia mengatakan:
تسُهْتِِ ْرَتمْخِإ :َلمَسَتُ ُهَت َكَتَذ ُتِْۚبَسَتُ صلى الله عليه وسلم بىِتا ُتْمَتَُأَُ ٍةَىْطَِ ُنمََثَ يِدِِْعَو ُتََْْۚسَأ مًعَت ْرَأ
.
Terjemahnya: "Aku masuk Islam dan aku mempunyai delapan orang istri. Aku kemudian mendatangi Nabi dan menceritakannya hal itu. Nabi Muhammad Saw. Kemudian mengatakan, pilih empat diantara mereka” (HR. Abu Daud, dan Ibnu Majah).
Secara tekstual, kedua riwayat hadis di atas membahas tentang seorang sahabat yang memiliki banyak istri, delapan sampai sepuluh bahkan lebih banyak lagi pada masa jahilliyah, karena memang pada saat itu belum ada jumlah batasan dalam memiliki istri. Sehingga Ketika Rasulullah Saw. datang membawa ajaran Islam, para sahabat tersebut beserta para istri-istri mereka masuk Islam. Namun kemudian, mereka diperintahkan untuk mempertahankan hanya empat orang istri saja. artinya secara kontekstual Nabi Muhammad. Saw memperbolehkan berpoligami dengan maksimal empat orang istri saja, memingat sebelum datangnya agama Islam para lelaki bebas memiliki banyak istri tanpa dibatasi jumlahnya.13
Mentoring Poligami Berbayar Coach Hafidin
Dikalangan umat muslim pandangan terhadap praktik poligami dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, kelompok yang memperbolehkan praktik poligami secara longgar karena mereka menganggap poligami sebagai kebutuhan yang diperbolehkan oleh Islam untuk dipenuhi. Sebagian kelompok ini bahkan beranggapan bahwa praktik poligami sebagai “sunnah”, yaitu dengan mentauladani kehidupan Nabi Muhammad Saw yang memiliki banyak istri. Kedua, kelompok yang memperbolehkan praktik poligami secata ketat, yakni kelompok yang memperbolehkan poligami dengan menetapkan sejumlah syarat, antara lain; keadilan lahir dan batin bagi istri-istrinya, yaitu seorang suami dapat memenuhi hak ekonomi secara adil bagi istri-istrinya, hak seksual para istri secara (relatif) sama dan adil, serta sebelum berpoligami terlebih dahulu harus mendapatkan izin istri sebelumnya dan beberapa syarat lainnya. Ketiga, yaitu kelompok yang secara tegas dan mutlak melarang praktik poligami.14 Keberagaman pandangan umat muslim terhadap praktik poligami, menunjukkan bahwa umat muslim tengah dihadapkan pada perubahan-perubahan sosial, budaya dan politik yang terus berjalan sekaligus menantang.
Di Indonesia sebagai negara yang mayoritas umat mulim, praktik poligami yang awalnya dianggap sebagai hal tabu dan bersifat privasi di era digital seperti sekarang ini justru dijajakan dan menjadi konsumsi publik melalui kelas-kelas mentoring poligami berbayar. Menyeruaknya isu poligami pun mulai terjadi, dalam dua tiga tahun terakhir sering dijumpai flayer atau poster seminar poligami berbayar dengan tarif jutaan rupiah di media sosial. diluar anggapan konyol bagi kebanyakan orang, ternyata acara tersebut
13 Masiyan M Syam Muhammad Syachrofi, “HADIS-HADIS POLIGAMI (Aplikasi Metode Pemahaman Hadis Muhammad al-Ghazali) 1 & 2,” Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, no. September (2019):
95.
14 K.H Husein Muhammad, Poligami: Sebuah Kajian Kritis Kontemporer Seorang Kiai.
banyak juga peminatnya. Salah satu mentor poligami yang akhir-akhir ini sedang viral melalui wawancaranya di kanal Youtube-Narasi Newroom yaitu Coach Hafidin.
Coach Hafidin selain sebagai praktisi poligami Ia juga merupakan Kiyai atau Pengasuh Pesantren Tahfidz Qur’an Ma’had Yashma, Yayasan Ashabul Maimanah, Serang Banten. Ia telah melakukan praktik poligami selama 21 tahun dengan empat Istrinya dan memiliki 25 anak. Walaupun sebenarnya Ia telah menikah sebanyak 6 kali, namun 2 istrinya telah diceraikan karena sudah monopause sedangkan Ia masih ingin memiliki banyak anak. sedangkan istri satunya sudah tidak layak diteruskan. Akan tetapi Ia tetap mengklaim bahwa dirinya telah sukses menjalankan poligami dalam rumah tangganya. sehingga menganggap perlu untuk mengajarkan bagaimana bisa sukses menikahi banyak istri. Ia memiliki keyakinan bahwa poligami akan terus menguat, terus viral, sampai kedepan. bahkan, optimis di 2025 semarak poligami akan semakin kuat. Sehingga perlunya ia mengadakan kelas poligami.
Ada beberapa event yang Ia inisiasi untuk mengkampanyekan poligami diantaranya, Talkshow Poligami di kanal youtube-Robbanian Family, Webinar Poligami Akbar dengan tarif ratusan ribu, Workshop Mindset Sukses Poligami dengan tarif jutaan rupiah, Private Session The Happy Wife bagi istri dan Private Session The Relevant Husband bagi suami dengan tarif 10 Juta dengan fokus materi antara lain;
mudah mengamalkan syariat poligami, istri bahagia dan tidak menolak dipoligami, menjadi suami relevan untuk poligami dan management keluarga poligami. Serta event yang terbaru yaitu seminar bertajuk One Day Training Session The Happy Wife dengan tarif 4,5 juta, pesertanya para perempuan (istri-istri) yang ingin mencari tahu dan belajar bagaimana cara hidup bahagia bersama suaminya yang berpoligami.
Beberapa materi yang berulang-ulang disampaikan kepada peserta seminar bahwa seorang istri harus taat pada suami. Taat sebagai syarat mutlak. “Apapun yang diperbuat oleh suami, istri harus tetap happy. Fokus seorang istri memberikan yang terbaik kepada suami. Sekalipun reaksi suami terhadap istri kurang baik, tidak perlu marah karena istri berbakti kepada suami hanya mengharap pahala dari Allah Swt, bukan dari suami.” Ia melanjutkan; jika suami ingin berpoligami tidak perlu terlebih dahulu meminta dan mendapatkan izin kepada istri karena pertama; istri bukan kepala dinas sehingga istri tidak perlu ikut campur urusan suami dengan calon istri yang baru.
kedua, istri adalah hamba Allah yang pasti suka jika suaminya menambah area ketaatan kepada Allah. Istri yang taat dan patuh serta mendukung suaminya poligami adalah tolak ukur istri solehah.15
Ia pun melegitimasi praktik tersebut dengan mengatakan bahwa “poligami adalah syariat yang dianjurkan agama dan sudah dicontohkan pula oleh Nabi Muhammad Saw”. Lebih jauh, dikatakan bahwa orang yang menolak poligami, berarti menolak ayat al-Qur’an dan menentang hukum Allah Swt. Sehingga penolakan tersebut dapat menggugurkan syahadat seseorang sebagai muslim. Ia-pun meyakini bahwa iman kepada syariat poligami harus sampai setara dengan iman kepada syariat Sholat. maka,
15 Narasi Newsroom, Menguak Sisi Lain Mentoring Poligami Berbayar.
dalam mengamalkan poligami akan mudah dan mendapatkan dukungan dari seluruh anggota keluarga seperti kita mengamalkan sholat.
Salah satu alasan client yang dalam hal ini suami, ingin melakukan poligami yaitu karena libido atau hasrat seksual mereka tinggi, sehingga hasrat seksual mereka tidak bisa tercukupi oleh hanya satu orang istri. Dan ketika ingin selingkuh atau “jajan”
mereka takut dosa. Lebih jauh, coach Hafidin mengatakan “dari pada zina atau selingkuh, tentu lebih baik poligami, karena zina jelas-jelas dilarang dalam Agama Islam, sedangkang poligami dalam agama Islam diizinkan/diperbolehkan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa poligami dibolehkan dalam rangka menghindari perzinahan dan perselingkuhan.
Selain melalui beberapa event sebagaimana disebutkan di atas, coach Hafidin dengan masif mengkampanyekan paraktik poligami melalui akun Instagram pribadinya
@idingjoss, dalam satu tahun terakhir sudah ada lebih dari 1000 postingan. Dalam beberapa postingan menyebut bahwa “poligami bukan hanya untuk orang kaya dan pejabat yang dianggap mampu memberikan nafkah secara merata, karena kenyataannya banyak orang kaya yang tidak bisa dan takut untuk poligami”. Sehingga menurutnya poligami tidak harus kaya, untuk dapat berbuat adil secara materil. Lebih lanjut, “Adil itu bukan dimata istri, adil itu hanya dapat dipraktekkan apabila seorang suami telah mempunyai istri dua, sehingga bagi yang masih mempunyai satu istri tidak berhak berbicara keadilan dalam rumah tangga”.16
Adapun beberapa pendapat beliau dalam rangka mengkampanyekan isu poligami diantaranya:
1. Poligami adalah syari’at agama dan hukum Allah Swt sehingga tidak boleh di tentang.
2. Poligami adalah sunnah Nabi Muhammad, dan dicontohkan langsung oleh Nabi.
3. Secara biologis laki-laki memiliki libido/ hasrat seksual yang tinggi sehingga tidak cukup hanya satu istri. Idealnya laki-laki memiliki empat orang istri.
4. Dari pada berzina dan selingkuh lebih baik poligami.
5. Poligami tidak perlu menunggu izin istri, atau bahkan meminta izin pun tidak wajib.
6. Seorang suami yang berpoligami lebih mulia, lebih diutamakan, lebih tinggi derajatnya di mata Allah.
7. Poligami dengan perempuan yang disukai, seharusnya lebih muda dan cantik.
Flayer Mentoring Poligami
16 Hafidin S.Ag, @idingjoss-Mentor Poligami (2021).
Analisis Intergrasi-Interkoneksi (Kontekstualisai Nilai Islam Terhadap Praktik Poligami)
1. Membaca Ulang Ayat Poligami.
Al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 3 merupakan satu-satunya ayat al-Qur’an yang dijadikan dasar legitimasi atau diperbolehkannya praktik poligami hingga empat orang istri. Mengenai asbabu nuzul ayat ini, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Urwan bin Zubair Ra. Bertanya kepada Aisyah Ra. Mengenai ayat tersebut. Aisyah Ra. Menjawab: “ Hai anak saudara perempuanku, perempuan yatim ini diasuh oleh seseorang (wali). Ia menggabungkan harta miliknya (wali) dengan harta perempuan (yatim) yang diasuhnya. Seorang wali menginginkan kecantikan dan harta peremupan yatik yang diasuhnya. Dan lebih lagi, ia ingin menikahinya tanpa memberikan mas kawin yang layak. Maka, ia (wali) dilarang menikahinya, kecuali bisa berlaku adil dan memberikan mas kawin yang pantas untuknya (anak yatim yang diasuhnya). (ketika ini tidak dapat dilakukannya), ia dianjurkan menikahi perempuan-perempuan lain.”17
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sebab diturunkannya ayat ini, yaitu ingin menyeru kepada para wali pengasuh anak-anak yatim untuk melindungi mereka serta memberikan hak-hak mereka secara adil, sehingga dapat diketahui dengan jelas bahwa hal tersebutlah yang menjadi tujuan dan misi utama dari turunnya ayat ini. Secara spesifik, praktik poligami bukanlah tujuan dari turunnya ayat ini dan bukan pula inisiatif dari al-Qur’an. Mengingat pada masa jahiliyyah sebelum datangnya Islam perkawinan poligami sudah eksis dan telah berlangsung lama dalam tradisi orang Arab jahiliyah. Praktik Poligami sebelum hadirnya Islam dilakukan dengan sesuka hati tanpa ada batasan jumlahnya, laki-laki dianggap wajar dan sah-sah saja mengambil istri sebanyak yang ia kehendaki, dan bebas memperlakukan perempuan sesuka hatinya.
Umar bin Khatab pernah mengungkap kenyataan ini dengan mengatakan:18
ِ تسَُلَ مَِْتيَأَر ،ُالله تسُهَرَكَذَو ُم َلَْس ِلِا َومَج متَََۚتُ ،مًئْتمَش َومَطِِتا ُّدُعَتَ َ ِةتمِِۚهمَلجا ِفِ متُِك َكِتَذ
مًسَح مَِْتمََۚع
.
Terjemahnya: "Dalam dunia kelam (jahiliyah), kami tidak menganggap perempuan sebagai makhluk yang perlu diperhitungkan. Tetapi, begitu datang agama Islam dan perempuan disebutkan oleh Tuhan, kami baru mengetahui bahwa mereka (perempun) mempunyai hak-hak secara otonom.”
Sehingga sejatinya alasan diturunkannya ayat al-Qur’an tersebut yaitu untuk mengkritik dan memprotes keadaan pada masa jahiliyyah sebelum datangnya Islam.
Lebih lanjut bahwa kaum laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam
17 Ibnu Jarir Ath-Thabari, Jami’ al-Bayan ’an Ta’wil Ayi al-Qur’an Juz VIII (Beirut: Tanpa Penerbit, 1988).
18 Ibnu Hajar al-Asqallani, Fath Al-Bari Juz XI (Tanpa Kota: Tanpa Penerbit, n.d.).
Islam, sehingga perempuan tidak boleh diperlakukan semena-mena dan sesuka hati oleh kaum laki-laki. Sehingga sebelum datangnya Islam praktik poligami tidak memiliki batasan, dengan datangnya Islam meminimalisasi jumlah yang tak terbatas tersebut, sehingga dibatasi hanya boleh empat orang istri saja dan lebih lanjut lagi harus memperlakukan para istir-istrinya secara adil baik lahir maupun batinnya.
2. Nabi Muhammad Saw Menolak Poligami
Menolak poligami juga mengikuti sunnah Nabi, penolakan Nabi Muhammad Saw, terhadap praktik poligami sangat memiliki dasar argumentasi yang cukup valid dan otoritatif (shahih). Ketika suatu hari Nabi Muhammad Saw, diberitahu bahwa putri beliau, yang bernama Fatimah Ra, akan dimadu oleh suaminya; Ali bin Abi Thalib. Nabi Muhammad Saw, bergegas naik ke atas mimbar dan berpidato di hadapan para sahabat:19
“Seseungguhnya Bani Hisyam bin Mughirah meminta izin kepadaku untuk menikahkan putrinya dengan Ali bin Abi Talib. Aku tidak memberi izin kepada mereka. Aku tidak memberikan izin kepada mereka. Aku tidak memberikan izin kepada mereka. Kecuali jika Ali bin Abi Talib menceraikan putriku dan menikah dengan putri mereka. Sesungguhnya Fatimah adalah buah hatiku, jika dia merasa sedih aku pun turut bersedih, jika dia merasa tersakiti aku pun tersakiti. Aku takut jika agamanya terkena fitnah (dunia).”
Pernyataan tegas dari Nabi Muhammad Saw, tersebut menunjukkan dengan sangat jelas bahwa praktik poligami merupakan tindakan yang sangat menyakitkan, baik bagi perempuan yang dipoligami maupun anggota keluarganya, terutama orang tuanya. Dan juga sangat dapat kita simpulkan bahwa nabi Muhammad Saw, tidak menghendaki praktik poligami. Sehingga menolak poligami tidak dapat dipandang sebagai penolakanya terhadap ayat al-Qur’an.
3. Mendapatkan Kerelaan Istri
Al-Qurthubi, alhi tafsir terkemuka memiliki pandangan sendiri terhadap kalimat “maa thaaba lakum minan nisaa”. Ia tidak menafsirkannya “perempuan- perempuan yang kamu sukai” seperti kebanyakan tafsir mainstream, melainkan
“perempuan-perempuan yang menyukaimu”. Beliau ingin menegaskan Ketika seorang suami berkeinginan atau hendak berpoligami, ia harus izin terlebih dahulu kepada istrinya dan mendengarkan suara hati istri sekaligus kerelaannya. Sehingga dalam hal ini suara perempuan sangat dibutuhkan dan harus dipertimbangkan oleh kaum laki-laki. Hal ini sangat dapat dimengerti. Mengingat bahwa pernikahan merupakan sebuah transaksi yang memerlukan kesepakatan dan kerelaan dua pihak yang saling bertransaksi antara suami dan istri.20
19 Ibnu Hajar al-Asqallani.
20 Faqihuddin Abdul Kodir, Sunnah Monogami: Pembacaan Atas al-Quran Dan Hadis Nabi (Yogyakarta: LKiS, 2005).
Penafsiran ini sangat dapat diterima, mengingat ayat al-Qur’an yang menjadi dasar legitimasi atau satu-satunya acuan untuk melakukan praktik poligami sebenarnya memiliki tujuan utama untuk mewujudkan kemaslahatan dan keadilan dalam praktik poligami, sehingga dalam praktik poligami tidak diperbolehkan hanya ditentukan oleh salah satu pihak (laki-laki) saja akan tetapi juga harus dari pihak lainnya (perempuan). Mempertimbangkan kerelaan perempuan tidak hanya berlaku bagi calon istri berikutnya, tetapi jauh lebih penting lagi adalah kerelaan dari istri sebelumnya.
Sebagaimana telah diatur dalan undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974: memperbolehkan poligami dengan menetapkan sejumlah syarat, antara lain:
adanya persetujuan dari istri pertama dan adanya kepastian bahwa seorang suami mampu menjamin kehidup istri-istri dan anak-anak mereka secara layak dan berkecukupan. Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 56, dinyatakan: suami yang hendak berpoligami atau beristri lebih dari satu orang harus mendapat izin terlebih dahulu dari pengadilan Agama. Pada KHI pasal 57, dinyatakan: pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari satu apabila: 1) istri pertama tidak dapat lagi menjalankan kewajiban sebagai seorang istri. 2) istri mengalami cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 3) istri tidak dapat melahirkan keturunan atau menopause.21
4. Alasan Menghindari Zina
Sebagaimana dikatakan oleh coach hafidin, bahwa praktik poligami diperbolehkan sebagai solusi untuk menghindari perzinahan dan perselingkuhan.
Dengan kata lain, argumen tersebut hendak menegaskan bahwa poligami dimaksudkan sebagai wahana untuk menyalurkan libido atau hasrat seksual laki- laki yang tidak tercukupi oleh hanya satu istri. Jika itu alasannya, maka tidak pantaslah ia menghubungkan dengan atau menisbatkan kepada poligami Nabi Muhammad Saw, dengan dalih mengikuti sunnah dan meneladani Nabi. Karena hal itu sangat tidak tepat dan sungguh tidak pantas bahkah merendahkan Nabi Muhammad. Saw, dan anggapan tersebut juga perlu diluruskan karena sangat merusak cinta Islam yang sesungguhnya. Karena pada kenyataannya Nabi Saw, lebih memilih monogami lebih lama yaitu selama 28 tahun dari pada poligami, hanya sekitar 7 tahun. Keputusan berpoligami Nabi, Saw didasarkan pada upaya untuk melindungi hak-hak perempuan dan anak-anak yang ditinggal suaminya syuhada’ (gugur di medan perang) agar tidak terdzolimi.
Pada sisi lain, memahami alasan menghindari zina atau perselingkuhan juga sulit dimengerti. Hal ini karena apa yang menjadi kehendak atau tuntutan mereka sebenarnya sudah tersedia di rumah, yaitu Istri mereka sendiri. Maka, apabila
21 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berkaitan Dengan Kompilasi Hukum Islam Dengan Pengertian Dalam Pembahasannya. (Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2011).
seorang suami tertarik secara seksual kepada perempuan lain, maka sebaiknya segera pulang dan temui istrinya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw.:22
تتا ُلْلِ مَهَعَ َو ٌدِحاَو َ ْضُبتا تنِإَُ ُهَْۚهَأ ِتْأَمَْۚتُ ُهْمَتبَجْعَأَُ ًةََِطَح ًةَأَرْ ِا ْ ُكُدَحَا ىَأَر اَذِإَُ
ىِذ
مَهَعَ
Nabi Muhammad Saw juga pernah menyatakan kepada pemuda yang sudah ingin kawin, tetapi belum siap berumah tangga, hendaklah ia berpuasa. Ini cara yang dapat digunakan untuk menjaga atau mengendalikan hasrat seksual yang menggebu-gebu.
Dengan begitu, persoalannya kembali pada sejauh mana kemauan dan kemampuan suami untuk mengendalikan diri atas dorongan libido seksualnya. Dan pada sisi lain, sejauh mana pula kemampuan ia untuk mempertimbangkan kepentingan dan perasaan istri, ini memang sangat subjektif. Tetapi, ini bukan hal yang mustahil dilakukan. Fakta sosial menunjukkan bahwa betapa banyak laki-laki yang dapat mengendalikan gejolak syahwatnya, dan dalam waktu yang sama tidak melakukan perselingkuhan.
5. Langkah Legislasi
Praktik poligami masih menimbulkan banyak sekali permasalah yaitu masalah ketidakadilan, kedzoliman dan penderitaan banyak pihak. Mulai dari kekerasan terhadap istri dan anak-anak mereka. Antara lain tekanan psikis, penganiayaan fisik, penelantaran istri dan anak, ancaman dan teror, serta pengabaian hak seksual istri. Dan banyak kasus poligami dilakukan tanpa alasan yang jelas.
Keadaan buruk akibat poligami sangat merugikan, keadaan ini harus segera dibatasi oleh semua pihak, baik masyarakat maupun negara. Melalui perbaikan atas peraturan atau undang-undang secara gradual/bertahap. Salah satu langkah perbaikan yang dapat ditempuh dalam hal ini adalah kebijakan publik. Isu poligami dapat kita analogikan dengan isu perbudakan. Meski al-Qur’an masih menyebutnya, tetapi keputusan politik seluruh negara modern, termasuk negara Islam, telah melarang perbudakan dengan kata lain semua negara di dunia ini sepakat bahwa perbudakan di atas dunia harus dihapuskan. Hal tersebut merupakan komitment bersama warga dunia melalui deklarasi universal hal-hak asasi manusia.
Praktik poligami yang dilakukan orang banyak menimbulkan dampak yang buruk dan kerusakan yang nyata, baik secara personal maupun sosial. Tidak seperti apa yang disampaikan coach Hafidin dalam kelas mentoringnya, bahwa poligami adalah sumber kebahagiaan keluarga sejati. Terdapat sejumlah kaidah fiqh yang menyebutkan bahwa mencegah kerusakan sosial harus lebih diprioritaskan dari pada mengambil kemaslahatan personal, antara lain:
22 Jalaludin Jalaludin, “Pendidikan Islam Tradisional Dan Modern Di Indonesia: Upaya Mencari Titik Temu,” An-Nahdhah 13, no. 1 (2019): 102–11.
ْراَرِض َ َو َرَرِض َ
Terjemahnya: "Tidak merugikan/menyakiti diri sendiri dan tidak pula merugikan/menyakiti orang lain”
ُلاَزُتي ُرَرتضتا
Terjemahnya: “Kerusakan harus dihilangkan”
ِحِتمَصََتتا ِبَْۚج ََِۚع ٌمتدَسُ ِدِسمَفََتتا ُوْرَد
Terjemahnya: “Mengatasi/menolak terjadinya kerusakan harus lebih diutamakan dari pada mengambil atau mempertimbangkan kemaslahatannya”
Jika demikian hal, maka tidak ada salahnya pihak yang berwenang dalam hal ini stakeholder yang memiliki wewenang bersama-sama para anggota parlemen untuk mengambil langkah-langkah legislasi untuk merevisi undang-undang perkawinan sedemikian rupa sehingga praktik poligami dibatasi secara ketat, dengan tujuan dan harapan akhir, poligami tidak lagi eksis dan monogami atau satu istri saja menjadi pilihan satu-satunya bagi masyarakat. Langkah legislasi seperti ini sebenarnya telah dilakukan oleh sejumlah negara Islam. Sejumlah negara Islam memang telah melarang dan memperketat praktik poligami bahkan memberi sanksi bagi yang melanggarnya diantaranya adalah negara Turki dan Tunisia.”23
PENUTUP
Praktik poligami yang selalu dikampanyekan bahkan lewat kelas mentoring berbayar secara kontekstual tidak selaras dengan nilai-nilai moral universal yang ditekankan oleh al-Qur’an untuk diwujudkan dalam kehidupan manusia yaitu, kemaslahatan dan keadilan manusia.
“Dzaalika adna al laa ta’ulu (Hal itu (monogami/satu istri) lebih dekat bagi kamu untuk tidak berlaku dzholim.” Ini merupakan pernyataan paling arif dari al- Qur’an. Kalimat ini sebenarnya tengah menyinggung nurani dan menyentuh kesadaran siapa saja. Kalimat itu mengandung makna anjuran, nasihat yang baik, yakni satu istri (monogami) itu akan lebih mungkin untuk mengantarkan kepada kehidupan yang baik, stabil, dan relasi yang adil. Karena itu pula poligami sudah saatnya dihindari. Sebaiknya memang tidak poligami.
DAFTAR PUSTAKA
AG Abdullah. Himpunan Perundang-Undangan Dan Peraturan Peradilan Agama.
Jakarta: Intermasa, 1991.
Ahmad Sahal Mubarok, Saekhoni, Ahmad Sirfi Fatoni. “PROBLEMATIKA GENDER DALAM ISLAM (Telaah Pendekatan Kontekstual).” Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman 8, no. 3 (2020).
23 John L Esposito, Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern (Bandung: mizan, 2001).
Al-Qur’an Dan Terjemahan. Departemen Agama RI: Kerajaan Saudi Arabia, n.d.
Ath-Thabari, Ibnu Jarir. Jami’ al-Bayan ’an Ta’wil Ayi al-Qur’an Juz VIII. Beirut:
Tanpa Penerbit, 1988.
Faqihuddin Abdul Kodir. Sunnah Monogami: Pembacaan Atas al-Quran Dan Hadis Nabi. Yogyakarta: LKiS, 2005.
Hafidin S.Ag. @idingjoss-Mentor Poligami (2021).
Hikmah, Siti. “Fakta Poligami Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan.”
Sawwa: Jurnal Studi Gender 7, no. 2 (2012): 1.
https://doi.org/10.21580/sa.v7i2.646.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berkaitan Dengan Kompilasi Hukum Islam Dengan Pengertian Dalam Pembahasannya. Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2011.
Ibnu Hajar al-Asqallani. Fath Al-Bari Juz XI. Tanpa Kota: Tanpa Penerbit, n.d.
Jalaludin, Jalaludin. “Pendidikan Islam Tradisional Dan Modern Di Indonesia: Upaya Mencari Titik Temu.” An-Nahdhah 13, no. 1 (2019): 102–11.
John L Esposito. Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern. Bandung: mizan, 2001.
Katsir, Ibnu. Tafsir Al-Qur’an al-’Azhim Juz 1. Tanpa Kota: Tanpa Penerbit, n.d.
K.H Husein Muhammad. Poligami: Sebuah Kajian Kritis Kontemporer Seorang Kiai.
Yogyakarta: IRCiSoD, 2020.
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur‟an.
Jakarta: Lentera Hat, 2000.
Muhammad Syachrofi, Masiyan M Syam. “HADIS-HADIS POLIGAMI (Aplikasi Metode Pemahaman Hadis Muhammad al-Ghazali) 1 & 2.” Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, no. September (2019): 95.
Najwa, Nurun. “Reinterpretasi Terhadap Nash-Nash Poligami.” Jurnal Esensia 9, no. 1 (2008): 1.
Narasi Newsroom. Menguak Sisi Lain Mentoring Poligami Berbayar. Indonesia:
Youtube, 2021.
Raja Umar. “Ini Syarat Poligami Dalam Qanun Hukum Keluarga Di Aceh.”
Kompas.Com, July 7, 2019.
Sari, Henny Rachma. “Momen Anggota Dewan Boyong Istri-Istrinya Saat Dilantik Sebagai Wakil Rakyat.” Https://Www.Merdeka.Com/, October 2019.