• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Konservatisme Akuntansi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Konservatisme Akuntansi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Konservatisme Akuntansi

Dyah Novitasari1, Suwarno2

Universitas Muhammadiyah Gresik, Jl. Sumatra 101, Gresik, Indonesia

ABSTRACT

This study aims to empirically examine the effect of Good Corporate Governance on accounting conservatism. The population of this study is a publicly listed company on the Indonesia Stock Exchange(IDX) which is in the property and real estate sector in the period 2017-2019. The research sample was determined using the purposive sampling method which resulted in a research sample of 90 observations. The data analysis technique used in this research is multiple linear regression analysis. The test results show that the independent board of directors and commissioners have no effect on accounting conservatism. While the audit committee has a significant effect on accounting conservatism.

Type of Paper: Empirical

Keywords: Accounting Conservatism; Board of Directors; Board of Independent Commissioners; Audit Committee; Good Corporate Governance.

__________________________________________________________________________________

1. Pengantar

Salah satu komponen yang paling penting dalam mendukung kinerja perusahaan yaitu laporan keuangan. Laporan keuangan menguraikan gambaran kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya dan kondisi keuangan perusahaan. Informasi yang dimuat dalam laporan keuangan akan digunakan pihak internal maupun pihak eksternal. Salah satu prinsip yang dianut dalam proses pelaporan keuangan adalah prinsip konservatisme. Prinsip konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian terhadap suatu keadaan yang tidak pasti untuk menghindari optimisme berlebihan dari manajemen dan pemilik perusahaan (Indrayati, 2010).

1* Info Artikel: Direvisi: 28 November 2022 Diterima: 21 Desember 2022

1* Penulis yang sesuai:

E-mail:[email protected]1, [email protected]2 Afiliasi: Universitas Muhammadiyah Gresik

JCAA Vol 1 (2) 166 - 178 (2022)

(2)

Konsekuensinya, apabila terdapat kondisi yang memiliki kemungkinan menimbulkan kerugian, biaya atau hutang, maka kerugian tersebut harus segera diakui. Sebaliknya, apabila terdapat kondisi yang menghasilkan laba, pendapatan, atau aset, maka laba pendapatan atau aset tersebut tidak boleh langsung diakui, sampai kondisi tersebut betul-betul telah terealisasi.

Salah satu faktor yang sangat menentukan tingkatan konservatisme adalah komitmen manajemen dan pihak internal perusahaan dalam memberikan informasi yang transparan, akurat, dan tidak menyesatkan bagi investornya. Selain komitmen manajemen, ada pula struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan dari institusi lain juga menentukan metode pencatatan akuntansi. Adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan sehingga kepentingan para pemegang saham dapat terlindungi. Karakteristik dewan komisaris terkait dengan proporsi komisaris independen perlu diperhatikan agar terdapat independensi dalam melakukan proses pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Faktor lain dalam mekanisme corpotare governance yang juga mempengaruhi konservatisme akuntansi adalah ukuran komite audit. Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Manfaat dari penerapan prinsip konservatisme yaitu seperti yang diungkapkan oleh LaFond & Watts, (2008) bahwa penerapan konservatisme dapat mengurangi kemungkinan manajer melakukan manipulasi laporan keuangan. Kurangnya penerapan konservatisme akuntansi ini dapat menimbulkan laporan keuangan yang menyesatkan dan merugikan bagi para penggunanya serta dapat memberikan peluang kepada manajer untuk melakukan manipulasi laporan keuangan.

Beberapa peneliti terdahulu telah meneliti mengenai Good Corporate Governance terhadap konservatisme. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sari, et al. (2014) menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi tidak berpengaruh pada konservatisme akuntansi, Penelitian yang dilakukan oleh Limantauw (2010) menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi, sedangkan penelitian yang dilalakukan oleh Yunos (2014) menunjukkan bahwa independent directors (komisaris independen) berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Putra, et al. (2014), Muhammed (2016), Wardhani (2017) menunjukkan bahwa variabel komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Namun, hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian oleh Noviantari & Ratnadi, (2013) dan Ongki (2018) dimana dalam penelitian tersebut variabel komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Good Corporate Governance terhadap konservatisme akuntansi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi perusahaan untuk memahami penerapan prinsip konservatisme akuntansi.

2. Landasan Teori dan Hipotesis 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori agensi merupakan teori yang digunakan perusahaan dalam mendasari praktik bisnisnya.

Menurut Oktomegah, (2012) teori keagenan disebut sebagai teori kontraktual yang memandang suatu perusahaan sebagai suatu perikatan kontrak antara anggota-anggota perusahaan. Teori keagenan ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan dengan manajer. Pemilik perusahaan atau investor menginginkan laba seolah tampak tidak besar untuk menghindari pajak yang terlalu besar. Sedangkan manajer perusahaan menginginkan agar laba terlihat besar sehingga kinerja manajer sendiri terlihat baik. Tentu hal ini menjadi masalah karena kedua belah pihak memiliki kepentingan masing- masing. Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer dan pemegang saham dengan kreditor, yang akan menimbulkan biaya agensi (Mardiyati, 2012).

(3)

2.1.2 Konservatisme Akuntansi

Konservatisme didefinisi sebagai upaya untuk memilih metode-metode akuntansi “berterima umum” yang mengakibatkan pengakuan pendapatan yang lebih lambat, pengakuan biaya yang lebih cepat, penilaian aset yang lebih rendah, penilaian kewajiban yang lebih tinggi, dari yang sebenarnya. Jika demikian income yang lebih rendah akan terlebih dahulu dipertimbangkan daripada penilaian aset yang lebih tinggi dalam menentukan apakah suatu metode atau pendekatan bersifat konservatif atau tidak. Menurut Limantauw (2010), konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian terhadap suatu keadaan yang tidak pasti untuk menghindari optimisme berlebihan dari manajemen dan pemilik perusahaan. Konservatisme memiliki kaidah pokok yaitu tidak boleh mengantisipasi laba sebelum terjadi, tetapi harus mengakui kerugian yang sangat mungkin terjadi. Apabila dihadapkan pada dua hal atau lebih pilihan metode akuntansi, maka akuntan harus memilih metode yang paling tidak menguntungkan bagi perusahaan.

2.1.3 Dewan Direksi

Dewan direksi/dewan direktur merupakan seseorang yang ditunjuk untuk memimpin Perseroan Terbatas (PT), dapat berasal dari seseorang yang memiliki perusahaan tersebut ataupun orang professional yang ditunjuk oleh pemilik usaha. Dewan direksi bertindak sebagai aspek sistem pengendalian dalam suatu perusahaan, memiliki peran ganda yaitu sebagai monitoring dan pengambil keputusan (Raharjo, 2014).

2.1.4 Dewan Komisaris Independen

Menurut UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris adalah organ perorangan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberikan nasihat kepada dewan direksi. Dewan komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi, dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Salah satu fungsi dari komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi pengawasan yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan.

2.1.5 Komite Audit

Pramana, (2010) menyatakan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian.

Keberadaan komite audit bermanfaat untuk menjamin transparansi, keterbukaan laporan keuangan, keadilan untuk semua pemegang saham dan pengungkapan semua informasi yang dialkukan oleh manajemen. Komite audit dalam perusahaan dapat menjadi salah satu upaya dalam mengurangi menipulasi dalam penyajian informasi akuntansi sehingga keintegritasan laporan keuangan dapat meningkat (Nicolin & Sabeni, 2013).

2.2 Hipotesis

2.2.1. Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Konservatisme Akuntansi

Teori keagenan menjelaskan bahwa adanya konflik kepentingan anatara manajemen (agent) dan pemilik (principal). Pemilik ingin mengetahui semua informasi yang ada di perusahaan termasuk aktivitas manajemen dan sesuatu yang terkait investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan agar manajer bekerja sesuai dengan strategi yang telah ditentukan sebelumnya oleh perusahaan. Setiap perusahaan pasti memiliki dewan direksi yang bertugas untuk melakukan pengurusan perusahaan sesuai maksud dan tujuan perusahaan yang telah diatur dalam anggaran dasar perusahaan. Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan secara jangka pendek

(4)

maupun jangka panjang. (Ahmed and Duellman 2007) berpendapat bahwa dewan adalah puncak umum dari sistem kontrol keputusan dari orang dimana pada agen pembuat keputusan tidak membiarkan bagian terbesar dari kekayaan perusahaan mempengaruhi keputusan mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Hani, (2012) menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah dewan direktur akan menurunkan tingkat pemilihan metode akuntansi yang konservatif.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Dewan Direksi Berpengaruh Terhadap Konservatisme Akuntansi

2.2.2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Konservatisme Akuntansi

Menurut konsep teori keagenan menjelaskan bahwa adanya konflik kepentingan anatara pemegang saham (principal) dan manajemen (agent). Manajemen (agent) cenderung memiliki sifat yang mementingkan dirinya sendiri dibandingkan dengan kepentingan para pemegang saham, sehingga diperlukan komisaris independen dalam perusahaan untuk memastikan bahwa manajemen telah mematuhi prinsip-prinsip yang ada. penelitian yang dilakukan oleh (Nasr and Ntim 2018) yang menunjukkan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen memiliki hubungan positif terhadap konservatisme akuntansi. Berdasarkan pemaparan tersebut maka dalam penelitian ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Dewan Komisaris Independen Berpengaruh Terhadap Konservatisme Akuntansi.

2.2.3. Pengaruh Komite Audit Terhadap Konservatisme Akuntansi

Komite audit di dalam perusahaan sangat diperlukan agar meninimalisir kesalahan yang dilakukan oleh manajemen. Dengan adanya komite audit, maka proses pelaporan keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik. Komite audit ini akan memastikan bahwa perusahaan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan yang akurat dan berkualitas. Oleh karena itu keberadaan komite audit ini akan mendorong penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi dalam proses pelaporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wardhani (2008) menyimpulkan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat konservatisme dengan menggunakan ukuran akrual. Berdasarkan pemaparan tersebut maka dalam penelitian ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Komite Audit Berpengaruh Terhadap Konservatisme Akuntansi 2.3 Kerangka Pikir

Dalam Penelitian ini peneliti berusaha menganalisis hubungan antara Good Corporate Governance yang diukur dengan dewan direksi, dewan komisaris independen, dan komite audit terhadap konservatisme akuntansi. Maka dari itu berikut kerangka pemikiran yang menggambarkan mode penelitian dan hubungan antar variabel-variabel tersebut:

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Konservatisme Akuntansi Dewan Direksi (X1)

Dewan Komisaris Independen (X2)

Komite Audit (X3)

(5)

3. Metodologi Penelitian 3.1 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam rentang periode tahun 2017-2019.

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sampelnya.

Teknik ini digunakan dengan pertimbangan bahwa penelitian harus memenuhi kriteria tertentu.

Berikut kriteria sampel, yaitu:

1. Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI tahun periode 2017-2019.

2. Perusahaan mempublikasikan laporan tahunan secara berturut-turut selama periode pengamatan (2017-2019).

3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk periode yang berakhir 31 Desember dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode 2017-2019.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah dokumenter, yaitu berupa laporan keuangan perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017 sampai tahun 2019. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder, data yang diperoleh dari perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2017-2019. Variabel yang diteliti tersedia dengan lengkap dalam pelaporan keuangan tahun 2017-2019. Sumber data diperoleh dari www.idx.co.id atau di situs resmi dari masing-masing perusahaan.

3.3 Teknik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik dokumentasi. Data laporan keuangan perusahaan emiten yang dijadikan sampel, yaitu perusahaan Property dan Real Estate yang di listing di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.4.1 Dewan Direksi (X1)

Ukuran dewan direksi merupakan proporsi jumlah susunan direktur dalam jajaran dewan dari suatu perusahaan. Dewan direksi memilki tanggung jawab untuk memantau kedisiplinan dan menghapus tim manajemen efektif, untuk memastikan bahwa manajer mengutamakan kepentingan pemegang saham (Muchtar & Darari, 2013). Sari, et al. (2014) merumuskan pengukuran ukuran dewan direksi sebagai berikut:

Dewan Direksi = ∑ 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐷𝑖𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖

3.4.2 Proporsi Dewan Komisaris Independen (X2)

Menurut Limantauw, (2010) komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengndali, anggota direksi, dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Berdasarkan penelitian Limantauw, (2010) proporsi dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan dapat dihitung dari jumlah komisaris independen dibagi dengan total komisaris secara keseluruhan.

𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 = Ʃ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 Ʃ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠

(6)

3.4.3 Komite Audit (X3)

Jumlah anggota dari komite audit yang bertugas melakukan pengawasan perusahaan dapat mempengaruhi kualitas keseluruhan dari proses pelaporan keuangan perusahaan dengan penggunaan prinsip konservatisme. Berdasarkan penelitian Fitriani, (2014) ukuran komite audit diukur dengan jumlah anggota komite audit.

Komite Audit = ∑ 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝐴𝑢𝑑𝑖𝑡

3.4.4 Konservatisme Akuntansi (Y)

Konservatisme akuntansi adalah prinsip asimetri dalam persyaratan verifikasi untuk laba rugi, dimana tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui laba sebagai good news dari pada rugi sebagai bad news. Prinsip konservatisme beranggapan ketika memilih dua atau lebih opsi yang berlaku umum, diharapkan untuk opsi yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap pemegang saham. Berikut adalah model untuk mengukur konservatisme akuntansi yang dikembangkan oleh (Hayn, 2002) dan (Zhang, 2008) :

4. Hasil

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran data dari masing-masing variabel berdasarkan nilai yang meliputi ukuran perumusan data (mean) dan ukuran penyebaran data seperti (standar deviasi, minimum, dan maksimum). Hasil analisis statistik deskriptif masing masing variabel dalam penelitian setelah dilakukan outlier data dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DD 90 2,0000 12,0000 4,733333 2,1609403

DKI 90 ,0000 1,0000 ,396889 ,1343369

KA 90 ,0000 5,0000 2,855556 ,5720280

CONNAC 90 -,1303 ,0804 -,024544 ,0388248

Valid N (listwise) 90

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi mengenai deskrpsi umum untuk konservatisme akuntansi (CONNAC) sebagai variabel dependen selama 3 tahun memiliki nilai terendah -0,1303 dan nilai tertinggi sebesar 0,0804. Rata rata konservatisme akuntansi adalah -0,024544 dengan standar deviasi 0,0388248. Sedangkan variabel independen dewan direksi (DD), dewan komisaris independen (DKI) dan komite audit (KA). Untuk dewan direksi memiliki nilai terendah 2,00, nilai tertinggi sebesar 12,00 dan nilai rata-rata adalah 4,73 dengan standar deviasi 2,1609403. Dewan komisaris independen memiliki nilai terendah 0,00, nilai tertinggi sebesar 1,00 dan nilai rata-ratanya adalah 0,396889 dengan standar deviasi 0,1343369.

Selanjutnya komite audit memiliki nilai terendah 0,00, nilai tertinggi sebesar 5,00 dan nilai rata-rata adalah 2,86 dengan standar deviasi 0,5720280.

CONACC = (NIO+DEP-CFO)x(-1)/TA

(7)

4.2 Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Simrnov (K-S).

Apabila hasil uji Kolmogorov Simrnov (K-S) menunjukkan asymp. Sig > 0,05, maka data tersebut terdistribusi normal. Hasil dari uji Kolmogorov Simrnov (K-S) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Terdistribusi Normal One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 90

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,03768273

Most Extreme Differences Absolute ,085

Positive ,055

Negative -,085

Test Statistic ,085

Asymp. Sig. (2-tailed) ,118c

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi normalitas sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut berada di bawah nilai signifikansi minimal sebesar 0,05 sehingga menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini tidak terdistribusi secara normal. Setelah dilakukan outlier pada data sebelumnya, hasil tabel 2 menunjukkan bahwa nilai signifikansi normalitas sebesar 0,118. Sehingga menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.

4.3 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Model yang bebas dari gangguan multikolinearitas jika mempunyai nilai tolerance >

0,10 dan variance inflation factor (VIF) < 10. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas dalam penelitian ini :

Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance

>0,10

VIF <

10

Kesimpulan

DD 0,941 1,062 Tidak terjadi Multikolinearitas

DKI 0,805 1,243 Tidak terjadi Multikolinearitas

KA 0,770 1,299 Tidak terjadi Multikolinearitas

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai Tolerance seluruh variabel menunjukkan > 0,10 dan nilai VIF menunjukkan < 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel independen dalam model regresi.

4.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Penelitian ini juga dapat menggunakan uji Scatterplot untuk menguji heteroskedastisitas.

(8)

Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik scatterplot yang tersaji pada gambar 2 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi, dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

4.5 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan nilai statistik Durbin- Watson.

Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 ,241a ,058 ,025 ,0383344 1,741

a. Predictors: (Constant), KA, DD, DKI b. Dependent Variable: CONNAC Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Dari tabel di atas tidak memiliki autokorelasi dengan kriteria pengambilan keputusan jika dU

< d < 4- dU, maka tidak terjadi autokorelasi baik positif atau negatif. Nilai DW 1,741 dengan jumlah sampel 90 dan jumlah variabel Independen sebanyak 3 variabel, dL =1,5889 dan dU=1,7264. Nilai DW 1,741 lebih besar dari batas atas dU 1,7264 dan kurang dari (4-dU) 4- 1,7264=2,2736 atau 1,7264 < 1,741 < 4 - 1,7264 = 2,2736, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

4.6 Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 5. Uji Analisis Regresi Linier

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error

α Kesimpula n

1 (Constant) -,064 ,021 -3,012 ,003 ,05

DD -,001 ,002 -,713 ,478 ,05 Ditolak

DKI -,011 ,034 -,326 ,745 ,05 Ditolak

KA ,018 ,008 2,192 ,031 ,05 Diterima

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

(9)

Berdasarkan nilai koefisien yang terdapat pada tabel 5 dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -0,064 – 0,001 DD – 0,011 DKI + 0,018 KA + e

Dari hasil persamaan regresi berganda tersebut, masing-masing variabel independen dapat dinterpretasikan pengaruhnya terhadap Kualitas laba yaitu :

a. Nilai konstanta sebesar -0,064 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel dewan direksi, dewan komisaris independen dan komite audit (X = 0), maka nilai variabel konservatisme akuntansi adalah sebesar -0,064. Koefisien konstanta bernilai negatif menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel independen, maka konservatime akuntansi cenderung mengalami penurunan.

b. Nilai koefisien regresi variabel Dewan Direksi (X1) sebesar -0,001 dengan nilai negatif.

Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan dewan direksi sebesar 1 kali maka konservatisme akuntansi akan menurun sebesar 0,001 dengan asumsi variabel yang lain konstan.

c. Nilai koefisien regresi variabel Dewan Komisaris Independen (X2) sebesar -0,011 dengan nilai negatif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan dewan komisaris independen sebesar 1 kali maka konservatisme akuntansi akan menurun sebesar 0,011 dengan asumsi variabel yang lain konstan.

d. Nilai koefisien regresi variabel Komite Audit (X3) sebesar 0,018 dengan nilai positif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan komite audit sebesar 1 kali maka konservatisme akuntansi akan meningkat sebesar 0,018 dengan asumsi variabel yan lain konstan.

4.7 Pengujian Hipotesis

4.7.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji T)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen serta untuk mengetahui pengaruh interaksi antara variabel pemoderasi dan variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

Pengujian hipotesis diterima apabila nilai sig t < 0,05. Hasil pengujian hipotesisi analisis parsial (Uji T) disajikan dalam tabel 5 sebagai berikut :

a. Hasil uji Hipotesis pertama (H1) Variabel Dewan Direksi (DD) memiliki koefisien regresi sebesar -0,001 dengan p-value (sig) sebesar 0,478 > α (0,05), maka dapat diartikan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hipotesis pertama (H1) ditolak.

b. Hasil uji Hipotesis kedua (H2) Variabel Dewan Komisaris Independen (DKI) memiliki koefisien regresi sebesar -0,011 dengan p-value (sig) sebesar 0,745 > α (0,05), maka dapat diartikan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hipotesis kedua (H2) ditolak.

c. Hasil uji Hipotesis ketiga (H3) Variabel Komite Audit (KA) memiliki koefisien regresi sebesar 0,018 dengan p-value (sig) sebesar 0,031 < α (0,05), maka dapat diartikan bahwa komite audit berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hipotesis ketiga (H3) diterima.

4.7.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dan variabel pemoderasi dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Berikut hasil dari analisi koefisien determinasi yang disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 ,241a ,058 ,025 ,0383344 1,741

a. Predictors: (Constant), KA, DD, DKI b. Dependent Variable: CONNAC Sumber : Data sekunder diolah, 2021

(10)

Berdasarkan hasil uji pada tabel diatas dapat dilihat nilai adjusted R square sebesar 0,025 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 2,5%. Hal ini berarti bahwa sebesar 2,5% konservatisme dipengaruhi oleh variabel dewan direksi, dewan komisaris independen dan komite audit.

Sedangkan sisanya sebesar 97,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standar error of the estimate (SEE) sebesar 0,0383344. Sementara itu, nilai R square sebesar 0,058 menunjukkan hubungan antara variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi dengan variabel independen, yaitu dewan direksi, dewan komisaris independen dan komite audit sedikit kuat

5. Diskusi

5.1 Pengaruh Dewan Direksi terhadap Konservatisme Akuntansi

Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t tidak berhasil membuktikan dewan direksi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Pengambilan keputusan yang dilakukan dewan direksi dalam suatu perusahaan kurang efektif sehingga pelaksanaan tugas direksi dalam suatu perusahaan menjadi kurang terarah yang mengakibatkan pengelolaan dalam suatu perusahaan kurang baik. Dewan direksi yang didominasi oleh pihak internal atau dewan direksi yang memiliki insentif monitoring yang lemah akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi manajer untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih agresif (kurang konservatif).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunos et al.

(2014), dan Sari et al. (2016) menyatakan bahwa ukuran dewan direksi tidak berpengaruh pada konservatisme akuntansi. Namun Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hani (2012) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh ukuran dewan direksi terhadap konservatisme akuntansi

5.2 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Konservatisme Akuntansi

Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t tidak berhasil membuktikan dewan komisaris independen berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Monitoring yang dijalankan dewan komisaris independen kurang optimal atau belum efektif sebagai alat untuk memonitor manajemen. Karena semakin banyaknya dewan komisaris maka akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir pekerjaan dewan komisaris, serta sulit dalam mengawasi tindakan manajemen, sehingga berdampak pada laporan keuangan dan kinerja perusahaan yang makin menurun. Agar dewan komisaris dapat berfungsi dengan baik, maka komposisi dewan komisaris harus diperhatikan yaitu harus terdiri dari komisaris independen.

Menurut Peraturan Pencatatan Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa, Keputusan Direksi PT BEJ No. 315/BEJ/06/2000, perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya proporsional dan sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Selain itu karakteristik dewan komisaris harus memiliki pengetahuan, skill dan pengalaman dalam mengelola sumber daya perusahaan serta memiliki wawasan yang luas dan berorientasi bisnis untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki juga sangat menentukan pencapaian tujuan perusahaan (Xie et al, 2001).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandini dan Zulaikha (2012), Liyanto dan Anam (2019), serta Limantauw (2012) yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Hal ini disebabkan karena pengawasan dari dewan komisaris independen yang kurang optimal sebagai alat pengawasan manajemen, selain itu keberadaan komisaris independen hanya untuk memenuhi ketentuan formal atau regulasi saja tetapi tidak untuk menegakkan good corporate governance.

5.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Konservatisme Akuntansi

Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t berhasil membuktikan komite audit berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini disebabkan karena keberadaan komite audit dalam

(11)

perusahaan yang telah diatur oleh Peraturan Bapepam Kep 29/PM/2004 tentang peraturan Nomor IX.1.5 membuat perusahaan hanya sebatas menjalankan formalitas dalam menaati peraturan tentang jumlah minimal anggota komite audit dalam perusahaan yaitu tiga orang (satu anggota komisaris independen dan dua anggota lainnya) terbukti dengan rata-rata jumlah anggota komite audit perusahaan sampel adalah tahun 2017 sebesar 2,71, di tahun 2018 sebesar 2,91 dan pada tahun 2019 yaitu 2,97. Hasil data penelitian tersebut menunjukkan formalitas dalam menaati peraturan tentang jumlah komite audit ini menyebabkan efektivitas komite audit dalam menjalankan mekanisme pengawasan akan menjadi lebih baik sehingga dapat mencegah pihak manajemen melakukan tindakan yang dapat merugikan perusahaan serta meningkatkan tingkat konservatisme akuntansi dalam perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung pada penelitian yang dilakukan oleh wulandini dan zulaikha (2012) menyimpulkan bahwa komite audit berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya komite audit dalam suatu perusahaan, maka proses pelaporan keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik. Komite audit ini akan memastikan bahwa perusahaan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan perusahaan yang akurat dan berkualitas.

6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah dilakukan, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji analisis regresi linier, dewan direksi menunjukkan nilai sig. 0,478.

Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansinya sebesar 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini berdampak pada pengambilan keputusan yang dilakukan dewan direksi dalam suatu perusahaan kurang efektif sehingga pelaksanaan tugas direksi dalam suatu perusahaan menjadi kurang terarah yang mengakibatkan pengelolaan dalam suatu perusahaan kurang baik;

2. Berdasarkan hasil uji analisis regresi linier, dewan komisaris independen menunjukkan nilai sig. 0,745. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansinya sebesar 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Karena keberadaan komisaris independen hanya untuk memenuhi ketentuan formal atau regulasi, sehingga berdampak pada laporan keuangan dan kinerja perusahaan yang semakin menurun;

3. Berdasarkan hasil uji analisis regresi linier, komite audit menunjukkan nilai sig. 0,031. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai signifikansinya sebesar 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Karena dengan adanya komite audit dalam suatu perusahaan, maka proses pelaporan keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik dan dapat mencegah pihak manajemen melakukan tindakan yang dapat merugikan perusahaan.

Referensi

Akbar, R. F. (2018). Studi Perilaku Guru (Analisis Faktor-faktor Komitmen Organisasional dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Guru Madrasah Swasta di Jawa Tengah. 02, 121.

Alvino, K., & Sebrina, N. (2020). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Konservatisme Akuntansi Dengan Intensitas Fair Value Sebagai Pemoderasi. Wahana Riset Akuntansi, 8(1), 65. https://doi.org/10.24036/wra.v8i1.109028

Ammy, F. A. M. (2016). Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan Leberage terhadap Manajemen Laba. 0–1.

Andreas, H. H., Ardeni, A., & Nugroho, P. I. (2017). Konservatisme Akuntansi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 20(1), 1. https://doi.org/10.24914/jeb.v20i1.457

Basu. (1997). The Conservatisme Principle and Asymetric Timeliness of Earning. Journal of Accounting and Economics Vol. 24.

Fitranita, V. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan. Accounting Analysis Journal, 1(2), 323–334. https://doi.org/10.15294/aaj.v1i2.655

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23. Badan Peneribit

(12)

UNDIP.

Gujarati, D. (2004). Basic Econometrics (Ekonometrika Dasar). Erlangga.

Hani, S. (2012). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Corporate Governance Terhadap Pemilihan Akuntansi Konservatif. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, 12(1), 1–16.

Hayn, G. dan C. (2002). Rising Conservatism: Implications for Financial Analysis. AIMR.

Indonesia, I. A. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.

Indrayati, M. R. (2010). Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi. Skripsi, 1–66.

LaFond, R. dan Watts, R. L. (2008). The information role of conservatism. The Accounting Review, Vol. 83, N, hal.447–478.

Limantauw, S. (2010). Corporate Govenance Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi. 1(1), 48–

52.

Mardiyati, U. (2012). Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 8(4), 1–17.

https://doi.org/10.35794/emba.v8i4.30859

Mayangsari, S., & Wilopo. (2002). Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary Accruals: Implikasi Model Feltham-Ohlson (1996). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.

Muchtar, S., & Darari, E. (2013). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Pemasaran Jasa, 6, 109–132.

Muhammed., et. al. (2016). The Impact Of External Auditor Size On The Relationship Between Audit Committee Effectiveness And Earnings Management. Investment Management and Financial Innovations, Vol. 15, I.

Nicolin, O., & Sabeni, A. (2013). Pengaruh Struktur Corporate Governance, Audit Tenure, Dan Spesialisasi Industri Auditor Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Diponegoro Journal of Accounting, 0(0), 655–666.

Noviantari, N. W., & Ratnadi, N. M. D. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Konservatisme Akuntansi Perusahaan. Accounting Analysis Journal, 2(3), 268–275.

https://doi.org/10.15294/aaj.v2i3.2500

Noviantari, N. W., & Ratnadi, N. M. D. (2015). Pengaruh Financial Distress, Ukuran Perusahaan, Dan Leverage Pada Konservatisme Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi, 11(3), 646–660.

Nugroho, A. (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian Dengan SPSS. Andi Yogyakarta.

Nurin Ari Fitriani, Z. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Voluntary Auditor Switching Di Perusahaan Manufaktur Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2012). Diponegoro Journal of Accounting, 3(2), 875–887.

Oktomegah, C. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan konservatisme pada perusahaan manufaktur di bei. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(1), 36–42.

Pramana, A. . (2010). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Profitabilitas dan Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi di Indonesia.

Putra, P. A., Sinarwati, N. K., Ari, N., & Darmawan, S. (2014). Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1).

Raharja, B. &. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI 2010-2013). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau, 2(1), 1–12.

Raharjo. (2014). Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Direksi, Komisaris Independen, Struktur Kepemilikan, Dan Indeks Corporate Governance Terhadap Asimetri Informasi. Diponegoro Journal of Accounting, 0(0), 132–144.

Rajaguguk, R. (2020). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Transparansi. Current:

Jurnal Kajian Akuntansi Dan Bisnis Terkini, 1(1), 52–67. https://doi.org/10.31258/jc.1.1.52-67 Risdiyani, F., & Kusmuriyanto. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan

Konservatisme Akuntansi. Accounting Analysis Journal, 4(3), 1–10.

https://doi.org/10.15294/aaj.v4i3.8305

Sari, Dewi Arum, Edyanus H. Halim, dan A. F. F. (2014). Pengaruh Mekanismen Good Corporate Governance dan Financial Distress terhadap Earning Management (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Economic Faculty, Universita.

Stephanie Ongki, S. P. (2018). Determinan dan konsekuensi konservatisme akuntansi: mekanisme

(13)

corporate governance dan manajemen laba. BALANCE: Jurnal Akuntansi, Auditing Dan Keuangan.

Sudarmanto. (2005). Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. (G. Ilmu (ed.); 1st ed.).

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Tristianto, A. (2014). Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Budgetary Slack Dengan Asimetri Informasi Dan Tekanan Anggaran Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, Vol.3, No.

Ujianto, M. A., & Pramuka. (2007). Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X.

Wardhani, R. (2017). Pengaruh efektivitas dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional terhadap efisiensi investasi. Jurnal Akuntansi Dan Auditing Indonesia, 21(1), 24–36.

Wardhani, R. (2008). Tingkat Konservatisme Akuntansi Di Indonesia Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance.

Wulandini dan Zulaikha. (2012). Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Dan Komite Audit Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010). Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1,.

Yunos, R. M. S. A. A. N. S. (2014). The Influence of Internal Governance Mechanisms on Accounting Conservatism. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 164, 501–507.

Zhang, R. (2008). Coherent surface‐subsurface fingerprint of the Atlantic meridional overturning circulation. Geophyscal Research Letter.

Ahmed, A. S. and S. Duellman (2007). "Accounting conservatism and board of director characteristics: An empirical analysis." Journal of accounting and economics 43(2-3): 411-437.

Bahaudin, A. A. and P. Wijayanti (2011). "Mekanisme corporate governance terhadap konservatisme akuntansi di Indonesia." Dinamika Sosial Ekonomi 7(1): 86-101.

Effendi, M. A. (2009). "The power of good corporate governance: teori dan implementasi." Jakarta:

Salemba Empat.

Lukviarman, N. (2016). "Corporate governance: Menuju penguatan konseptual dan implementasi di Indonesia." Solo: PT Era Adicitra Intermedia.

Nasr, M. A. and C. G. Ntim (2018). "Corporate governance mechanisms and accounting conservatism:

evidence from Egypt." Corporate Governance: The International Journal of Business in Society.

Padmawati, I. R. and F. Fachrurrozie (2015). "Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Dan Kualitas Audit Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi." Accounting Analysis Journal 4(1).

Utama, I. Y. (2015). "Pengaruh struktur kepemilikan manajerial, leverage, growth opportunities dan ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi: Studi pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014."

Zehnder, E. (2000). "Corporate Governance and the Role of the Board of Directors." Strategic Management Journal 15(6).

Referensi

Dokumen terkait

Indikator yang digunakan untuk menjelaskan good corporate governance dalam penelitian ini terdiri dari ukuran dewan direksi, proporsi komisaris independen, dan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa (1) Mekanisme corporate governance (kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, dan proporsi dewan komisaris independen) berpengaruh

Hasil penelitian membuktikan bahwa Secara simultan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, kualitas audit, ukuran dewan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan perusahaan, sedangkan ukuran dewan

Hasil uji statistik menunjukkan jumlah Dewan Komisaris merupakan pemoderasi atau variabel yang dapat menginteraksi hubungan konservatisme akuntansi dengan penilaian

&#34;Penganguh Karakteristik Dewan Komisaris sebagai Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance yang meliputi komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap konservatisme akuntansi,

Ukuran dewan komisaris, dewan direksi, proporsi dewan komisaris, komite audit, kepemilikan institusional dan ukuran peru- sahaan secara simultan berpengaruh tidak