• Tidak ada hasil yang ditemukan

View/Open

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View/Open"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Naturalia adalah bagian yang ditetapkan dengan undang-undang sebagai ketentuan peraturan. Segala perjanjian yang dibuat menurut hukum berlaku sebagai hukum bagi mereka yang mengadakannya. Perjanjian ini tidak dapat ditarik kembali kecuali atas persetujuan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.

Dari kata-kata yang digunakan dalam Pasal 1339 KUH Perdata tentang adat istiadat dan bea cukai, serta yang digunakan dalam Pasal 1347 KUH Perdata, nampaknya terdapat sedikit pertentangan antara kedua pasal tersebut. Apabila akad memuat dua macam makna, maka perlu dipilih makna yang memungkinkan dilaksanakannya akad (Pasal 1344 KUHPerdata. Apabila dalam akad terdapat kata-kata yang memuat dua macam makna, maka perlu dipilih makna yang paling sesuai dengan sifat perjanjian (Pasal 1345 KUH Perdata.

Segala janji yang dibuat dalam suatu kontrak harus ditafsirkan secara timbal balik dan harus ditafsirkan dalam konteks keseluruhan kontrak (Pasal 1348 KUHPerdata).

Akibat Perjanjian

Dengan menggunakan cara-cara penafsiran tersebut, maka suatu perjanjian yang awalnya tidak lengkap dan tidak jelas akan ditafsirkan dengan jelas. Jadi, dalam suatu perjanjian bersama, dimana hak dan kewajiban salah satu pihak saling berhadapan, terdapat dua kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut merupakan akibat dari hubungan hukum, yaitu hubungan yang diatur dengan undang-undang.

Alinea pertama Pasal 1338 menyatakan bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah adalah sah menjadi undang-undang bagi yang mengadakannya. Oleh karena itu, para pihak yang mengadakan suatu perjanjian harus tunduk pada undang-undang yang bersifat memaksa, seperti Pasal 1320 KUH Perdata. Alinea ketiga Pasal 1338 KUH Perdata mengatur bahwa perjanjian harus dipenuhi dengan itikad baik.

Hal ini dapat dimaklumi karena itikad baik merupakan landasan terpenting dalam melaksanakan suatu perjanjian dengan sebaik-baiknya dan sebagaimana mestinya. Undang-undang tidak menjelaskan apa sebenarnya yang dimaksud dengan itikad baik, hanya saja Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata hanya mengatur bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Sebenarnya itikad baik yang dalam bahasa Belanda disebut dengan 'itikad baik' (sering diterjemahkan dengan kejujuran), dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu: a.

Ingkar Janji (Wanprestasi)

Seorang debitur yang wanprestasi dapat dituntut di hadapan hakim dan dia akan mengeluarkan putusan yang merugikan debitur itu sendiri.38. Non-pembayaran dapat berupa tiga bentuk, yaitu penguasa tidak menepati janjinya sama sekali, penguasa terlambat memenuhinya, penguasa melaksanakannya, namun tidak secara benar dan/atau tidak sebaik-baiknya.39. Jika debitur (debitur) tidak menepati janjinya, maka ia dikatakan telah melakukan “wanprestasi”.

Karena wanprestasi (kelalaian) mempunyai akibat yang sangat penting, maka harus ditentukan terlebih dahulu apakah debitur itu wanprestasi atau lalai, dan bila hal itu dibantah olehnya maka harus dibuktikan di hadapan hakim. Terkadang tidak mudah untuk mengatakan bahwa seseorang telah lalai atau lalai, karena sering kali tidak dijanjikan secara tepat kapan suatu pihak harus melaksanakan kinerja yang dijanjikan. Perbuatan ini dapat dipersalahkan kepada orang yang melakukannya, yaitu dia dapat meramalkan akibat-akibatnya.

Dapat atau tidaknya suatu akibat diprediksi harus diukur secara obyektif dan subyektif. Secara obyektif yaitu bila akibat dapat diperkirakan menurut orang normal, dan secara subyektif bila akibat dapat diperkirakan menurut keahlian seseorang. Dan apabila ia lalai memenuhi kewajibannya karena keadaan memaksa, maka debitur dianggap ingkar janji.

Sehubungan dengan perbedaan ingkar janji tersebut di atas, timbul pertanyaan apakah debitur yang tidak memenuhi prestasinya tepat waktu harus dianggap terlambat atau tidak memenuhi prestasinya sama sekali. Sedangkan apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan untuk dipenuhi, maka tergolong dalam gagal bayar prestasi. Apabila debitur dalam memenuhi prestasinya kurang baik maka dianggap terlambat dalam memenuhi prestasinya, jika prestasinya masih dapat ditingkatkan, jika tidak maka dianggap tidak memenuhi prestasinya sama sekali.

Ganti Rugi

Debitur yang lalai atau lalai tetap dilindungi undang-undang dari kesewenang-wenangan kreditur.42. Dari pasal-pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa ganti rugi adalah sanksi yang dapat dikenakan kepada debitur yang tidak memenuhi kewajibannya dalam perjanjian pemberian ganti rugi atas biaya, kerugian, dan bunga. Kerugian yang dapat dituntut oleh debitur yang lalai adalah biaya-biaya yang sebenarnya telah dikeluarkan, kerugian yang benar-benar terjadi terhadap harta benda debitur, hilangnya keuntungan yang akan diperoleh.

Yang dapat dituntut dari debitur yang lalai atau wanprestasi adalah kreditur dapat meminta dilaksanakannya perjanjian itu, walaupun pelaksanaannya terlambat maka kreditur hanya dapat meminta ganti rugi atas kerugian yang dideritanya. dirugikan karena perjanjian itu tidak terlambat dilaksanakan, atau dilaksanakan tetapi sebagaimana mestinya, kreditur dapat menuntut pelaksanaan perjanjian itu disertai ganti rugi atas kerugian yang dideritanya akibat keterlambatan pelaksanaan perjanjian itu. Penguasa dalam suatu perjanjian, yang tidak menepati janji dan tidak mungkin dipaksakan untuk melakukan sesuatu yang dijanjikan, maka harus memberikan ganti rugi kepada pihak lawan. Meskipun kreditor yang wanprestasi dapat dituntut oleh kreditur untuk membayar ganti rugi, namun besarnya kerugian yang dapat digugat oleh kreditur tidak dapat dihitung sesuka hati, melainkan dibatasi oleh undang-undang.

Wirjono Prodjodikoro, S.H., dalam bukunya Pokok-pokok Hukum Kontrak menyebutkan apa yang dimaksud dengan akibat langsung dalam Pasal 1248 KUHPerdata. Debitur hanya wajib mengganti biaya-biaya, kerugian-kerugian dan bunga-bunga yang sebenarnya telah timbul atau dapat diduga pada waktu diadakannya perjanjian itu, kecuali ketidaksesuaian terhadap perjanjian itu disebabkan oleh penipuan yang dilakukannya. Pasal 1247 KUH Perdata dengan jelas membedakan antara debitur jujur ​​dan debitur tidak jujur.

Jika penghutang itu jujur, apa yang sepatutnya dibayar ganti rugi hanyalah kerugian yang boleh dijangka berlaku dari awal. Sedangkan jika penghutang tidak jujur, dia juga mesti membayar ganti rugi yang tidak dapat diramalkan orang akan berlaku. Selaras dengan prinsip kebebasan berkontrak, Perkara 1249 Kanun Sivil umumnya membenarkan pihak-pihak untuk menentukan secara individu pampasan ini dalam perjanjian.

Hapusnya Perjanjian

Objektivitas, artinya mencermati seberapa besar kerugian yang umumnya akan dirugikan oleh kreditur dalam keadaan yang sama dengan kreditur yang bersangkutan. Perjanjian sewa dapat diakhiri dengan pernyataan berakhirnya kontrak, namun kewajiban membayar sewa atas sewa yang digunakan tidak berakhir. Misalnya, sesuai dengan alinea ketiga Pasal 1066, para ahli waris dapat menyetujui untuk tidak membagi warisan untuk jangka waktu tertentu.

Namun, Ayat 4 Pasal 1066 perjanjian ini dibatasi jangka waktu lima tahun. Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa atas terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu perjanjian itu batal. Misalnya, bila salah satu pihak meninggal dunia, maka perjanjian itu menjadi tidak sah: perjanjian perusahaan pasal 1646 ayat 4, perjanjian pemberian kuasa pasal 1813, perjanjian kerja.

Penolakan hanya berlaku terhadap perjanjian-perjanjian yang bersifat sementara, misalnya : perjanjian kerja, perjanjian sewa-menyewa.

Perjanjian Bagi Hasil Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil

  • Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Bagi Hasil
  • Latar Belakang Perjanjian Bagi Hasil
  • Fungsi dan Manfaat Perjanjian Bagi Hasil
  • Objek Perjanjian Bagi Hasil
  • Bentuk Perjanjian Bagi Hasil
  • Jangka Waktu Perjanjian Bagi Hasil
  • Hak dan Kewajiban Perjanjian Bagi Hasil

Menurut Djaren Saragih, fungsi perjanjian bagi hasil ini adalah untuk menjaga produktifitas dari tanah tersebut tanpa mengerjakannya sendiri, sedangkan bagi deelbouwer fungsi perjanjian tersebut adalah untuk menghasilkan energinya tanpa memiliki tanah tersebut.54. 54http: bukan tanah, melainkan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanah atau ada hubungannya dengan tanah, misalnya tumbuh-tumbuhan, hak untuk menggarap, menggarap atau mengolah tanah, dan sebagainya.

56. kepada kepala desa atau daerah yang setingkat di mana tanah yang bersangkutan berada - yang selanjutnya disebut "kepala desa" dengan disaksikan oleh dua orang, masing-masing dari pemilik dan penggarap." Ayat 2 “Agar pengawasan preventif dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, perjanjian bagi hasil yang dibuat secara tertulis di hadapan kepala desa harus disahkan oleh bupati dan diumumkan pada tingkat desa yang bersangkutan.”

Pasal 13 undang-undang perjanjian bagi hasil menyebutkan ketentuan tidak dilaksanakannya perjanjian bagi hasil dalam bentuk tertulis, yaitu:. Apabila pemilik tidak bersedia mengadakan perjanjian bagi hasil sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini, dan tanahnya tidak digarap dengan cara lain, maka Bupati atas usul kepala desa berwenang mengadakan perjanjian bagi hasil. perjanjian bagi hasil atas nama pemilik mengenai tanah tersebut. Perjanjian bagi hasil diadakan untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun untuk lahan sawah dan 5 (lima) tahun untuk lahan kering.

Dalam kasus khusus, camat diperbolehkan untuk membuat perjanjian bagi hasil dalam jangka waktu kurang dari waktu yang ditentukan di atas. Apabila pada akhir perjanjian bagi hasil atas tanah yang bersangkutan masih terdapat tanaman yang tidak dapat dipanen, maka perjanjian tersebut tetap berlaku sampai berakhirnya masa panen tanaman tersebut, namun perpanjangan waktunya tidak boleh lebih dari satu kali. . tahun. Sebagaimana tercantum dalam kaitannya dengan kewajiban pemilik dan pekebun berdasarkan UU Perjanjian Bagi Hasil pada Pasal 8, bahwa:.

Referensi

Dokumen terkait

BPR Tata Dharma Artha tidak bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak, karena undang-undang perlindungan konsumen tidak melarang pelaku usaha atau bank untuk membuat perjanjian