• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Uji Organoleptik dan Umur Simpan Soyghurt dengan Berbagai Konsentrasi Gula dan Waktu Inkubasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Uji Organoleptik dan Umur Simpan Soyghurt dengan Berbagai Konsentrasi Gula dan Waktu Inkubasi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 2021. 06 (2): 63-69 ©Ekotonia2021 DOI: https://doi.org/10.33019/ekotonia.v6i2.2815 p-ISSN: 2443-2393; e-ISSN: 2722-4171 Diterima:6-10-2021; Disetujui: 30-12-2021

63

©2021-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung

Uji Organoleptik dan Umur Simpan Soyghurt dengan Berbagai Konsentrasi Gula dan Waktu Inkubasi

Soyghurt Organoleptic and Shelf Life Test with Various Sugar Concentration and Incubation Time

Firsty Vanezza Gabriela1), Frista Chairunnisa1), Nadhifah Raniah1), Rama Pratama1), Monica Kharisma Swandi1)* & Nur Azizah1)

1) Program Studi Biologi, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung, Indonesia

*Corresponding author: [email protected]

ABSTRAK

Salah satu produk olahan pangan dari kedelai (Glycine max L. Merr) yaitu susu kedelai, yang juga dikenal dengan nama Thew Fu Sui oleh masyarakat Bangka Belitung. Produk susu kedelai ini memiliki kelemahan berupa bau langu, sehingga produk ini perlu diolah menjadi produk lain seperti Yoghurt. Yoghurt susu kedelai disebut juga Soyghurt dibuat dengan memanfaatkan bakteri yang sama dengan pembuatan yoghurt dari susu hewani seperti susu sapi yaitu Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus. Konsentrasi gula dan waktu inkubasi adalah faktor yang dapat memengaruhi proses fermentasi dan rasa produk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat pada soyghurt dengan penilaian organoleptik terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur berdasarkan perbedaan konsentrasi gula dan waktu inkubasi soyghurt. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan hasil uji organoleptik secara kualitatif dengan pemberian gula pada konsentrasi dan waktu inkubasi yang berbeda. Konsentrasi gula yang lebih diminati adalah dengan konsentrasi 10%, 12,5%, dan 15%. Waktu inkubasi 8 jam, 12 jam, dan 16 jam sama-sama menunjukkan hasil fermentasi yang baik.

Produk Soyghurt ini memiliki rasa, tekstur, warna, dan aroma yang sama selama 1 hari apabila disimpan dalam lemari es, dan mulai menunjukkan perubahan setelah disimpan selama 2 hari.

Kata Kunci: Glycine max (L.) Merr, Soyghurt, Uji organoleptik, Umur simpan, Waktu inkubasi

ABSTRACT

One of fermented soybean (Glycine max L. Merr) products is soy milk, called as Thew Fu Sui by the community of Bangka Belitung. Soy milk product has unpleasant aroma or “langu” and need to be processed into alternative product such as yogurt. Soy milk yogurt (soyghurt) was made by utilizing the same bacteria in yogurt-making from animal milk including Streptococcus thermophillus and Lactobacillus bulgaricus. Sugar concentration and incubation time were the factors that influenced the fermentation process and product’s taste. This research was conducted to determine the level of people's preference for soyghurt by organoleptic assessment of color, taste, aroma and texture based on variation of sugar concentration and incubation time of soyghurt. Our study found that various additional sugar concentration and incubation time gave difference result in organoleptic test. Soyghurt with 10%, 12.5%, and 15% of sugar addition became more favorable among the participant. The incubation time of 8 hours, 12 hours, and 16 hours equally produced good fermentation results. Storage in refrigerator for 1 days could maintain its flavor, texture, colour and aroma, but changed after 2 days stored.

Keywords: Glycine max (L.) Merr, Incubation time, Soyghurt, Organoleptic test, Shelf life.

(2)

organoleptik dan umur simpan soyghurt dengan berbagai konsentrasi gula dan waktu inkubasi. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 06(2):63-69.

PENDAHULUAN

Kedelai banyak dikonsumsi dalam bentuk olahan maupun dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu produk pangan fungsional. Salah satu produk olahan dari kedelai adalah susu kedelai yang oleh masyarakat Bangka Belitung dinamai sebagai Thew Fu Sui. Produk olahan kedelai ini memiliki keunggulan yaitu mengandung protein yang tinggi dan tidak mengandung kolesterol, sehingga susu kedelai merupakan susu alternatif bagi vegetarian. Badan Ketahanan Pangan (2019) melaporkan bahwa tingkat konsumsi kedelai Provinsi Bangka Belitung mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2013-2018. Walaupun demikian, susu kedelai kurang diminati karena memiliki bau langu.

Mulyani et al. (2016) menyatakan bahwa bau langu yang ditimbulkan susu kedelai dapat dikurangi dengan mengolahnya menjadi yoghurt atau yang lebih dikenal dengan istilah soyghurt.

Soyghurt adalah produk fermentasi yang melibatkan Bakteri Asam Laktat (BAL) seperti bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus untuk menyediakan molekul-molekul yang lebih sederhana agar dapat dicerna oleh tubuh dengan baik (Fitriani et al. 2016; Lullung et al. 2012). Thew Fu Sui tidak mengandung laktosa sebagai substrat pertumbuhan BAL sehingga membutuhkan sumber gula tambahan seperti susu skim.

Walaupun demikian, kandungan nutrisi dan potensi soyghurt tidak kalah dengan yoghurt susu sapi.

Beberapa peneliti telah banyak mengungkapkan beberapa potensi soyghurt di antaranya sebagai antikanker, antimikroba, dan immunomodulator (Malik et al. 2018;

Nirmagustiana & Wirawati 2014; Vioretti et al.

2018). Soyghurt juga memiliki kandungan fenolik seperti isoflavonoid, flavonoid, saponin dan quinon yang mempunyai efek sitotoksik pada sel-sel kanker (Douglas et al. 2013).

Fauziah et al. (2015) melaporkan bahwa filtrat asam laktat dan bakteriosin L. bulgaricus KS1 mampu menghambat pertumbuhan K.

pneumoniae Strain ATCC 700603, CT1538, dan S941, sehingga berpotensi sebagai antibakteri.

Penambahan gula tambahan dalam pembuatan soyghurt menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembuatan soyghurt selain waktu inkubasi, kualitas starter, dan kebersihan. Hal ini diperkirakan bahwa soyghurt yang dihasilkan akan memiliki beberapa sifat fisik dan umur simpan yang berbeda. Berdasarkan penelitian Olugbuyiro &

Oseh (2011), hasil uji organoleptik yoghurt susu sapi di antaranya memiliki warna putih, tekstur lembut dan tebal, memiliki rasa manis dan asam, serta aroma yang khas. Hermawan &

Wikandari (2016) melaporkan bahwa soyghurt memiliki aroma seperti tahu, tekstur yang menggumpal, rasa manis dan asam, serta memiliki warna putih gading apabila soyghurt dibuat dengan perbandingan L. bulgaricus : S.

thermophilus (1:1) pada suhu 37°C selama 24 jam. Perbedaan karakteristik secara visual antara yoghurt susu sapi dan soyghurt dapat dipengaruhi oleh bahan dan komposisi yang digunakan, sehingga memengaruhi tingkat kesukaan masyarakat dan umur simpan produk tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap soyghurt dengan variasi konsentrasi gula dan waktu inkubasi serta menentukan umur simpan soyghurt secara kualitatif.

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gelas transparan, gelas ukur 250 mL (IWAKI), panci, sendok pengaduk, termometer, timbangan analitik (SHIMADZU UX3200G), dan wadah plastik transparan.

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah susu kedelai (Thew Fu

(3)

Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 06(2):63-69.

Sui). Bahan lainnya adalah air mineral, alumunium foil, gula pasir PSM (2.5%; 5%;

7.5%; 10%; 12.5%; & 15%), susu skim, dan yogurt plain (GREENFIELDS).

Prosedur Kerja

Sterilisasi Alat Secara Manual

Peralatan disterilisasi terlebih dahulu menggunakan air hangat selama ± 15 menit, kemudian didinginkan selama ±10 menit. Alat yang telah disterilisasi, dikeringkan hingga tidak menyisakan air.

Variasi Konsentrasi Gula

Variasi konsentrasi gula dilakukan untuk menentukan konsentrasi gula terbaik. Thew Fu Sui tanpa campuran gula yang diperoleh dari pedagang lokal disiapkan sebanyak 100 mL dimasukkan ke dalam panci steril untuk dilakukan proses pasteurisasi secara manual pada suhu ± 60-65°C selama 15 menit yang ditandai dengan adanya lapisan tipis di atas permukaan susu. Perlakuan variasi konsentrasi gula pasir dimulai dari 0%; 2.5%; 5%; 7.5%;

10%; 12.5%; & 15% per 100 mL Thew Fu Sui.

Masing-masing konsentrasi gula dimasukkan ke dalam 100 mL Thew Fu Sui yang telah dipasteurisasi, kemudian diaduk-aduk agar gula dapat larut lebih cepat. Thew Fu Sui didiamkan selama 10 menit agar suhu tidak terlalu tinggi saat dimasukkan starter atau mencapai suhu 25- 27°C. Penambahan Yoghurt plain mengacu pada Hakim (2013). Yoghurt plain dimasukkan sebanyak 10 mL per 100 mL Thew Fu Sui menggunakan sendok steril kemudian campuran diaduk hingga merata. Campuran dimasukkan ke dalam wadah gelas transparan yang ditutupi dengan alumunium foil dan karet untuk menciptakan suasana anaerobik dan diinkubasi pada suhu ruang di tempat yang gelap selama 12 jam.

Variasi Waktu Inkubasi

Berdasarkan hasil uji organoleptik pada variasi konsentrasi gula, soyghurt yang memiliki konsentrasi gula 10%, 12.5%, dan 15% masing-masing diinkubasi selama 8 jam,

12 jam, dan 16 jam pada suhu ruang. Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap karakteristik soyghurt dan menentukan waktu inkubasi terbaik.

Penentuan Umur Simpan Soyghurt

Soyghurt yang memiliki waktu inkubasi 16 jam merupakan waktu terakhir dalam percobaan taraf kesukaan para panelis.

Soyghurt disimpan pada suhu dingin di lemari es. Setiap 24 jam sekali dilakukan uji organoleptik terhadap karakteristik soyghurt baik dari cita rasa maupun visual, hingga soyghurt tidak layak untuk dicicipi.

Uji Organoleptik Soyghurt

Uji organoleptik menggunakan metode hedonik menurut Lullung et al. (2012) melalui penilaian panelis berdasarkan tingkat kesukaan.

Skor untuk tekstur, aroma, warna, dan rasa dituliskan dalam bentuk skala 1-5 (1 = sangat tidak suka; 2 = tidak suka; 3 = netral; 4 = suka;

dan 5 = sangat suka). Penilaian terhadap soyghurt dilakukan oleh 20 orang panelis yang berasal dari kalangan mahasiswa, tenaga pengajar, dan non-sivitas akademika di kampus Universitas Bangka Belitung.

Analisis Data

Analisis data dari kriteria variasi konsentrasi gula, waktu inkubasi, dan umur simpan soyghurt dideskripsikan secara kualitiatif berdasarkan hasil uji organoleptik yang dilakukan oleh panelis.

HASIL DAN PEMBAHASAN Variasi Konsentrasi Gula

Hasil uji organoleptik terhadap berbagai konsentrasi gula menunjukkan bahwa konsentrasi gula pada soyghurt yang disukai yaitu konsentrasi gula 10%, 12,5%, dan 15%

berdasarkan penilaian terhadap warna, rasa, aroma, dan tekstur. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi konsentrasi gula maka soyghurt makin disukai (Tabel 1).

(4)

Tabel 1. Hasil uji organoleptik soyghurt dengan konsentrasi gula 0% hingga 15%

Konsentrasi Gula

(%)

Penilaian (1-5)

Warna Rasa Aroma Tekstur

0% 3 1 4 2

2,5% 3 1 4 2

5% 3 2 4 2

7,5% 3 3 5 2

10% 3 4 5 3

12,5% 3 4 4 3

15% 3 4 4 3

Keterangan:

1 = Sangat tidak suka, 2 = Tidak suka, 3 = Netral, 4 = Suka, 5 = Sangat suka

Variasi Waktu Inkubasi

Konsentrasi gula 10%, 12.5%, dan 15%

yang telah diinkubasi selama 8 jam, 12 jam, dan 16 jam menunjukan tidak ada perbedaan signifikan dari karakteristik visual soyghurt.

Nilai organoleptik yang diperoleh sama untuk setiap waktu inkubasi soyghurt pada konsentrasi yang sama (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil uji organoleptik soyghurt dengan perbedaan waktu inkubasi

Konsentrasi Gula

(%)

Waktu (jam)

Penilaian (1-5)

Warna Rasa Aroma Tekstur

10 8 3 4 4 3

12 3 4 4 3

16 3 4 4 3

12,5 8 3 3 4 3

12 3 3 4 3

16 3 3 4 3

15% 8 3 3 4 3

12 3 3 4 3

16 3 3 4 3

Keterangan:

1 = Sangat tidak suka, 2 = Tidak suka, 3 = Netral, 4 = Suka, 5 = Sangat suka

Umur Simpan Soyghurt

Uji lanjutan untuk mengetahui daya simpan soyghurt ini dilakukan selama 2 hari dan diperoleh hasil bahwa pada hari kedua

aroma dan tekstur soyghurt telah berubah. Nilai kesukaan menurun pada hari kedua (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil uji organoleptik soyghurt yang disimpan di dalam lemari es selama 2 hari

Konsentrasi Gula

(%)

Waktu (hari)

Penilaian (1-5)

Warna Rasa Aroma Tekstur

10 1 3 4 4 3

2 3 4 3 2

12,5 1 3 3 4 3

2 3 3 2 2

15% 1 3 3 4 3

2 3 3 2 2

Keterangan:

1 = Sangat tidak suka, 2 = Tidak suka, 3 = Netral, 4 = Suka, 5 = Sangat suka

Uji Organoleptik Warna

Hasil uji organoleptik yang telah dilakukan oleh para panelis menunjukkan bahwa warna soyghurt yang dihasilkan oleh masing-masing konsentrasi gula adalah sama yaitu warna putih kecokelatan. Warna yang ditunjukkan pada kriteria variasi waktu inkubasi juga menunjukkan warna yang sama pada variasi konsentrasi gula (Gambar 1).

Menurut para panelis, warna soyghurt tidak mengganggu kualitas soyghurt. Warna ini diduga dihasilkan dari hasil pasteurisasi Thew Fu Sui pada suhu 60-65°C. Penarigas &

Idiawati (2015) melaporkan bahwa selama proses pemanasan Thew Fu Sui, terjadi perubahan warna pigmen dari bahan baku akibat penggunaan suhu yang tinggi, sehingga terjadi proses degradasi warna dari bahan baku yang digunakan.

Gambar 1. Warna soyghurt pada tampak atas (a) dan tampak depan (b), di berbagai variasi gula dan waktu inkubasi (Dok. Pribadi 2020)

a b

(5)

Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 06(2):63-69.

Rasa

Rasa soyghurt yang dihasilkan pada setiap konsentrasi gula berbeda-beda. Soyghurt dengan konsentrasi gula 0% tidak memiliki rasa manis, tetapi didominasi oleh rasa asam, sedangkan soyghurt dengan konsentrasi gula 15% menghasilkan rasa manis yang paling tinggi dari konsentrasi gula yang lain dan rasa asam yang sudah berkurang (Tabel 1). Para panelis lebih menyukai rasa soyghurt dengan konsentrasi gula 10%-15% dibandingkan rasa soyghurt dengan konsentrasi gula 0%-7.5%.

Hasil kriteria variasi waktu inkubasi soyghurt tidak menunjukkan perubahan rasa yang signifikan walaupun soyghurt diinkubasi selama 8 jam, 12 jam, dan 16 jam pada masing- masing konsentrasi gula (Tabel 2). Akan tetapi, menurut Mulyani et al. (2016) menyatakan bahwa waktu inkubasi yang semakin lama akan menyebabkan bertambahnya jumlah bakteri fermentasi laktat, sehingga produksi asam laktat juga mengalami peningkatan. Hasil yang didapatkan ini diduga karena rentang waktu inkubasi yang terlalu singkat, sehingga produksi asam tidak menghasilkan variasi pada rasa soyghurt.

Hasil kriteria variasi waktu inkubasi, soyghurt dengan konsentrasi gula 12.5% dan 15% menghasilkan rasa yang lebih manis daripada konsentrasi gula 10% pada ketiga waktu inkubasi (Tabel 2). Temuan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Jayanti et al.

(2015) melaporkan bahwa waktu inkubasi yang lebih lama dan jumlah gula yang lebih banyak berbanding lurus dengan produksi asam laktat oleh bakteri fermentatif. Hal ini diduga karena jumlah starter yang digunakan terlalu sedikit untuk konsentrasi gula 12.5% dan 15%.

Hermawan & Wikandari (2016) menyatakan bahwa, starter bakteri fermentatif yang lebih banyak akan meningkatkan pertumbuhan BAL yang ditandai dengan tingginya kadar asam laktat, sehingga menyebabkan soyghurt memiliki rasa asam. Hal ini diduga menjadi penyebab bahwa soyghurt dengan konsentrasi gula 12.5% dan 15% memiliki rasa manis yang dominan.

Rasa soyghurt yang telah disimpan pada lemari es tidak mengalami perubahan setelah disimpan selama 2 hari pada masing-masing konsentrasi gula (Tabel 3).

Aroma

Aroma soyghurt yang dihasilkan pada masing-masing konsentrasi gula memiliki aroma khas kacang-kacangan, yaitu aroma langu. Handayani & Wulandari (2016) menyatakan bahwa aroma langu pada soyghurt dihasilkan dari aktivitas enzim lipoksigenase yang terdapat pada biji kedelai. Menurut para panelis, aroma yang dihasilkan oleh soyghurt masih dapat diterima. Aroma soyghurt pada kriteria variasi waktu inkubasi dengan konsentrasi gula 10%, 12.5%, dan 15%

menunjukkan hasil yang sama dari ketiga waktu inkubasi. Lamanya proses fermentasi dianggap cukup, sehingga soyghurt memiliki aroma yang khas.

Aroma soyghurt pada hari pertama penyimpanan masih seperti aroma tahu. Akan tetapi, pada hari penyimpanan kedua, aroma soyghurt pada semua konsentrasi gula mengalami perubahan, yaitu aroma tahu basi (Tabel 3).

Tekstur

Tekstur soyghurt yang dihasilkan oleh masing-masing konsentrasi gula berbeda-beda.

Soyghurt dengan konsentrasi gula 10%, 12.5%, dan 15% menghasilkan tekstur soyghurt yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi gula 0-7.5% (Tabel 1). Akan tetapi, kekentalan soyghurt tidak lebih kental daripada yoghurt susu sapi (Gambar 2). Menurut Dante et al.

(2016) melaporkan bahwa kekentalan yoghurt didapatkan dari penambahan sukrosa dan penggumpalan protein dalam susu sebagai bagian dari pembentukan asam laktat. Nofrianti et al. (2013) menambahkan bahwa saat proses fermentasi terjadi penggumpalan protein karena pembentukan asam laktat oleh S. thermophilus dan L. bulgaricus sehingga soyghurt terlihat lebih kental.

(6)

Tekstur soyghurt pada ketiga waktu inkubasi dan konsentrasi gula tidak menunjukkan perubahan tekstur (Tabel 2). Hal ini diduga bahwa waktu inkubasi yang dilakukan memiliki rentang yang terlalu singkat, sehingga perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Tekstur soyghurt pada umur simpan 1 hari belum mengalami perubahan.

Tekstur soyghurt mengalami perubahan pada hari kedua penyimpanan, yaitu terdapat cairan bening di atas lapisan soyghurt dan terlihat lebih encer (Gambar 2).

Gambar 2. Tekstur soygurt (Dok. Pribadi 2020)

KESIMPULAN

Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa soyghurt dengan konsentrasi gula 10%

adalah soyghurt yang paling disukai oleh para panelis dengan score 4 (suka) berdasarkan karakteristik visual dari warna, rasa, aroma, dan tekstur soyghurt. Hasil penentuan umur simpan soyghurt menunjukkan bahwa kualitas soyghurt dapat bertahan selama 1 hari masa penyimpanan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Laboratorium Biologi, Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi di Universitas Bangka Belitung.

DAFTAR PUSTAKA

Dante, L.J.C., Suter, I.K., & Darmayanti, L.P.T.

(2016). Pengaruh Konsentrasi Sukrosa terhadap Karakteristik Yoghurt dari Susu Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica) dan Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 5(2), 74-84.

Douglas, C.C., Johnson, S.A., & Arjmandi, B.H. (2013). Soy and its Isoflavones:

The Truth Behind The Science in Breast Cancer. Anticancer Agents Med Chem, 13(8), 1178–87.

Fauziah, P.N., Nurhajati, J., & Chrysanti.

(2015). Daya Antibakteri Filtrat Asam Laktat dan Bakteriosin Lactobacillus bulgaricus KS1 dalam Menghambat Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae Strain ATCC 700603, CT1538, dan S941.

MKB, 47(1), 35-41.

Fitriani, I., Kusharyati, D.F., & Hendrati, P.M.

(2016). Pengaruh Lama Inkubasi Soyghurt Menggunakan Inokulan dengan Penambahan Bifidobacterium sp.

terhadap Daya Hambat Bacillus cereus.

Biosfera, 33(1), 5-12.

Hakim, N.F.L. (2013). Pembuatan Yogurt dari Susu Kedelai (Glycine max L. Merril).

[Skripsi]. Universitas Sebelas Maret.

Handayani, M.N., & Wulandari, P. (2016).

Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Susu terhadap Karakteristik Soyghurt.

Jurnal AGROINTEK, 10(2), 62-70.

Hermawan, A.W., & Wikandari, P.R. (2016).

Pengaruh Jenis Kultur Starter Bakteri Asam Laktat terhadap Karakteristik Soyghurt. UNESA Journal of Chemistry, 5(1), 13-19.

Jayanti, S., Bintari, S.H., & Iswari, R.S. (2015).

Pengaruh Penambahan Konsentrasi Susu Sapi dan Waktu Fermentasi terhadap Kualitas Soyghurt. UNNES Journal of Life Science, 4(2), 79-84.

Lullung, A., Yumas, M., & Abriana, A. (2012).

Mutu Soyghurt Ditinjau dari Jenis Gula dan Persentase Gelatin. Jurnal Hasil Penelitian Industri, 25(2), 76-84.

Malik, S.S., Saeed, A., Baig, M., Asif, N., Masood, N., & Yasmin, A. (2018).

Anticarcinogenecity of Microbiota and Probiotics in Breast Cancer. Int J Food Prop, 21(1), 655–66.

Mulyani, S., Fajariyah, N., & Pratiwi, W.

(2016). Profil Kadar Protein, Kadar Lemak, Keasaman, dan Organoleptik

(7)

Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 06(2):63-69.

Soyghurt Kulit Buah Pisang Raja (Musa textillia) pada Variasi Suhu dan Waktu Inkubasi. Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia, 1(2), 48-57.

Nirmagustiana, D.E., & Wirawati, C.U. (2014).

Potensi Soyghurt Kaya Bioaktif Peptida Sebagai Antimikroba. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 14(3), 158-166.

Nofrianti, R., Azima, F., & Eliyasmi, R.

(2013). Pengaruh Penambahan Madu terhadap Mutu Yoghurt Jagung. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 2(2),60-67.

Olugbuyiro, J.A.O. & Oseh, J.E. (2011).

Physico-chemical and Sensory Evaluation

of Market Yoghurt in Nigeria. Pakistan Journal of Nutrition, 10(10), 914-918.

Penarigas, N., & Idiawati, N. (2015). Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami dari Buah Lakum (Cayratia tryfolia (L.) Domin). JKK, 3(2),30-37.

Vioretii, R., Khairani, A.F., Fauziah, P.N., &

Hilmanto, D. (2018). An Evaluation of Soyghurt Potential on Tumor Necrosis Factor-α and Soluble Endoglin Levels in Preclampsia Maternal Serum-Induced Placental Trophoblast Cell In Vitro.

International Food Research Journal, 25 (4), 1397-1402.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji kadar total asam, pH, vitamin C dan organoleptik minuman serbuk instan belimbing wuluh paling baik dan disukai panelis adalah perlakuan konsentrasi

Kombinasi konsentrasi puree buah dan gula dari hasil persiapan penelitian, yang secara organoleptik menghasilkan mutu produk yang paling disukai, digunakan pada

Berdasarkan hasil uji organoleptik dapat disimpulkan bahwa perlakuan konsentrasi gula 50% merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan anggur buah tomi-tomi dengan

14 Hasil penilaian organoleptik dapat diketahui bahwa panelis lebih menyukai warna yoghurt dengan pencampuran konsentrasi sari lidah buaya 0% (kontrol), 5%, dan

Sedangkan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula cair, lama waktu inkubasi serta kombinasi antara konsentrasi gula cair dan lama waktu inkubasi terhadap nilai aktivitas

14 Hasil penilaian organoleptik dapat diketahui bahwa panelis lebih menyukai warna yoghurt dengan pencampuran konsentrasi sari lidah buaya 0% (kontrol), 5%, dan

pengaruh konsentrasi gula (faktor A) Terhadap daya oles selai timun suri menunjukan bahwa semakin tinggi Konsentrasi gula yang ditambahkan akan semakin

Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa dilihat bahwa pengaruh konsentrasi gula memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik rasa