and Development
E- ISSN: 2988-5558
Volume: 2, Issue: 2, Desember 2023, Page: No. 423-430
423 | https://etdci.org/journal/ijesd/index
Pengaruh Budaya Westernisasi pada Generasi Z di Era Globalisasi
Yulfa Lumbaa1*, Martinihani 2, Sulvahrul Amin3
1,2,3Universitas Muhammadiyah Makassar
*Correspondent Email: [email protected] Abstrak
Pada era globalisasi, budaya westernisasi memainkan peran sentral dalam membentuk aspek- aspek kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Dalam konteks ini, studi kualitatif telah dilakukan untuk menyelidiki dampak budaya westernisasi pada media, hiburan, gaya hidup, konsumsi, bahasa, komunikasi, nilai, dan teknologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dominasi media Barat, perubahan tren global, dan adopsi teknologi dari budaya Barat telah menciptakan lingkungan di mana nilai-nilai dan citra Barat mendominasi preferensi dan perilaku masyarakat. Meskipun begitu, masyarakat lokal merespons dengan beragam cara, baik melalui resistensi terhadap hegemoni budaya Barat maupun melalui adaptasi yang kreatif. Upaya untuk mempertahankan identitas lokal melibatkan pendidikan dan kesadaran budaya, pemberdayaan komunitas, dan pengembangan media lokal.
Regulasi dan kebijakan juga menjadi faktor kunci dalam menjaga keberagaman budaya.
Kesimpulannya, pendekatan yang holistik dan adaptif diperlukan untuk menghadapi dampak budaya westernisasi, memungkinkan masyarakat untuk tetap terhubung dengan warisan budaya mereka sambil bersikap responsif terhadap perubahan global.
Kata Kunci: budaya westrenisasi, era globalisasi, generasi z Abstract
In the era of globalization, Westernization culture plays a central role in shaping various aspects of life across societies worldwide. In this context, a qualitative study has been conducted to investigate the impact of Westernization culture on media, entertainment, lifestyle, consumption, language, communication, values, and technology. The research findings indicate that the dominance of Western media, global shifts in trends, and the adoption of technology from Western culture have created an environment where Western values and images dominate the preferences and behaviors of societies. Nevertheless, local communities respond in diverse ways, both through resistance to Western cultural hegemony and creative adaptation. Efforts to preserve local identity involve cultural education and awareness, community empowerment, and the development of local media. Regulation and policies also play a key role in maintaining cultural diversity. In conclusion, a holistic and adaptive approach is necessary to address the impacts of Westernization culture, enabling societies to stay connected to their cultural heritage while being responsive to global changes.
Keywords: Westernization Culture, Globalization Era, Generation Z
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki nilai dan norma sosial yang cukup kuat dan ketat.
Budaya kekeluargaan, hormat pada orang tua, serta norma-norma agama sering menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Munculnya Generasi Z sebuah pertanda bahwa dunia pada saat ini sudah sangat bergantung pada era globalisasi, Isu budaya yang sering muncul terkait Generasi Z melibatkan pengaruh teknologi yang kuat dalam kehidupan sehari-hari, perubahan dalam gaya hidup digital, dan keterlibatan aktif dalam isu-isu sosial. Generasi Z juga sering diidentifikasi sebagai kelompok yang lebih inklusif dan peduli pada keberagaman serta
424 | https://etdci.org/journal/ijesd/index
memiliki dampak signifikan dalam dinamika budaya pop. Kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan kebudayaan lokal yang ada disetiap daerah di Indonesia, Kebudayaan Indonesia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan, perubahan ini terjadi karena faktor masyarakat yang memang menginginkan perubahan dan perubahan kebudayaan terjadi sangat pesat yaitu karena masuknya unsur-unsur globalisasi ke dalam kebudayaan Indonesia (Jantin et al., 2022).
Generasi Z adalah kelompok demografis yang lahir sekitar pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Mereka sering diidentifikasi sebagai generasi yang tumbuh dengan teknologi digital dan internet, cenderung berkolaborasi, serta memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial dan keberagaman, mereka tidak sempat merasakan kehidupan tanpa teknologi dan internet. Keberadaan teknologi dan internet menjadi elemen penting dari kehidupan dan keseharian mereka. Bagi Generasi Z teknologi dan internet merupakan sesuatu hal yang harus ada, bukan merupakan sebuah inovasi seperti pandangan generasi lainnya (Hastini et al., 2020).
Pengaruh budaya Barat atau yang dikenal dengan istilah “Westernisasi” telah terlihat jelas dewasa ini. Dimana pola kehidupan masyarakat semakin hari semakin hanyut dalam pola modernis dengan berkiblat kepada sistem budaya Barat (Westernisasi), yang dianggap sebagai kebudayaan modern atau sebagai alternatif budaya masa kini. Dan ini terjadi di kalangan remaja, yang begitu rapuh menerima peradaban-peradaban asing sebagai suatu kebanggaan(Suharni, 2015).
Kemajuan-kemajuan yang sangat pesat dalam bidang komunikasi menunjang timbulnya era informasi secara global, artinya tidak ada satu bangsapun di dunia ini menutup diri dari era informasi.
Kemudian daripada itu, tuntutan perkembangan zaman yang menghendaki pola kehidupan yang lebih maju dari segala segi kehidupan, mengakibatkan perubahan–perubahan di sektor ekonomi dan sistem sosial budaya masyarakat. Namun, yang sangat dipermasalahkan adalah perubahan sistem sosial budaya ini cenderung ke barat-baratan atau westernisasi, Tentunnya dinamika westernisasi memberikan dampak baik positif maupun negatif bagi orang-orang yang terkena arusnya yang tidak lain adalah generasi Z (Safira et al., 2023).
Dampak kemajuan dalam bidang komunikasi terhadap munculnya era informasi global sangat kompleks, dengan beragam efek positif dan negatif. Secara positif, akses mudah terhadap informasi global memungkinkan pertukaran pengetahuan dan kolaborasi internasional yang dapat memperkaya gagasan dan inovasi. Adopsi beberapa aspek budaya Barat juga dapat membawa perubahan positif dalam gaya hidup, termasuk peningkatan kesehatan dan pendidikan. Namun, sisi negatifnya mencakup potensi hilangnya identitas budaya lokal karena adopsi elemen-elemen Barat, serta ketidaksetaraan akses informasi yang dapat memperdalam kesenjangan antarnegara. Selain itu, nilai- nilai tradisional dapat terancam oleh nilai-nilai Barat yang mungkin bertentangan dengan norma budaya setempat. Oleh karena itu, tantangan utama adalah mencapai keseimbangan yang sehat antara globalisasi dan pelestarian identitas budaya lokal untuk memastikan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Generasi Z sering mengalami demoralisasi akibat pengaruh media sosial yang merugikan. Di media sosial, kejahatan seperti perjudian, pembuatan konten pornografi atau SARA, perundungan, penipuan, penyebaran berita bohong, dan bahkan radikalisme sering terjadi (Alfikri, 2023) Hal ini merupakan salah satu contoh bentuk beudayaan luar yang secara bebas dikonsumsi oleh Generasi Z.
METODE
Adapun jenis penelitihan yang digunakan dalam penelitihan ini adalah penelitihan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berfokus pada pemahaman mendalam tentang fenomena, proses, atau konteks tertentu. Pendekatan ini menggunakan data berupa kata-kata, gambar, atau suara untuk menjelaskan dan menganalisis aspek-aspek kompleks dari objek penelitian. Tujuan utamanya adalah menggali pemahaman kontekstual dan signifikansi makna di balik fenomena yang diteliti. Gaya penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas
425 | https://etdci.org/journal/ijesd/index
dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. Memang dalam penelitian kualitatif kehadiran nilai peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas, melibatkan subjek dengan jumlah relatif sedikit. Dengan demikian, hal yang umum dilakukan ia berkutat dengan analisa tematik. Peneliti kualitatif biasanya terlibat dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya (Somantri, 2005).
Pendekatan deskriptif dalam penelitian adalah upaya untuk memberikan gambaran atau menjelaskan karakteristik suatu fenomena tanpa melakukan manipulasi variabel. Fokusnya adalah menggambarkan situasi atau kejadian dengan detail untuk memahami dan mendokumentasikan apa yang terjadi. Pendekatan ini memberikan penjelasan yang rinci tentang objek penelitian tanpa mencoba mengidentifikasi atau menjelaskan hubungan sebab-akibat. Dengan mengumpulkan berbagai macam data yang kemudian diolah guna memperoleh suatu penyelesaian agar kasus yang diungkap dapat diamati dan dianalisis untuk memperoleh solusi penanganan yang tepat. Peneliti turun dilapangan mengamati dan melakukan wawancara terhadap 2 orang informan Yakni Mis X Dan Mr.
X secara purposive sampling , teknik pengambilan purposive sampling adalah pilihan yang disengaja dari seorang peserta karena kualitasnya dimiliki peserta (Etikan, 2016).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dikalangan anak muda saat ini kehadiran teknologi dijadikan sebagai hal yang populer dalam kehidupan mereka mulai mengakses berbagai media dari teknologi yang semakin berkembang untuk memperoleh informasi. Namun kemudahan yang dimiliki ternyata menjadikannya sebagai salah satu faktor lunturnya nilai budaya dan moral dikalangan anak muda. Mudahnya mengakses informasi dari berbagai negara ternyata menimbulkan peniruan terhadap hal yang baru baginya cara hidup yang lebih mementingkan gengsi tanpa memikirkan dampak yang diperolehnya (Agama & Negeri, 2024).
Westernisasi memiliki arti “membaratkan” yang berawal dari kata westernize. Keadaan mencontoh kehidupan yang ada dalam dunia Barat. dengan kata lain westernisasi menjadikan kita sebagai orang Barat yang berkebudayaan Barat (Melayu et al., 2023). Menurut pendapat ahli Koentjaraninggrat, westernisasi merupakan Upaya mencontoh style hidup orang Barat secara kelewatan, mencontoh diseluruh aspek kehidupan baik dari aspek mode tingkah laku, budaya dan sebagainya. di samping itu, perilaku peniru yang mencemarkan adat, budaya, dan bahasa nasional.
Westernisasi juga dapat diartikan sebagai proses peniruan oleh sesuatu warga ataupun negeri terhadap kebudayaan dari negara-negara Barat yang dikira lebih baik dari budaya daerahnya.
Pengaruh budaya westernisasi pada generasi Z di era globalisasi dapat mencakup berbagai aspek.
Globalisasi membawa arus informasi dan media yang merentang lintas batas, mempercepat pertukaran budaya. Generasi Z, yang tumbuh di era teknologi dan konektivitas global, Media sosial inilah yang menjadi konsumsi bagi para pengguna Internet di Indonesia tidak kecuali orangorang di Indonesia, hampir semua orang mempunyai media sosial (Na & Hipertensiva, n.d.). Media sosial dapat mengalami dampak yang sangat serius, berdasarkan hasil penelitihan, peneliti merangkum dampak-dampak yang muncul sebagai berikut:
1. Media dan Hiburan
Paparan terhadap media Barat, seperti film, musik, dan acara televisi, dapat membentuk preferensi hiburan dan gaya hidup generasi Z Dalam era globalisasi, budaya westernisasi berperan besar dalam membentuk landscape media dan hiburan. Hollywood dan musik pop Barat mendominasi panggung global, menciptakan homogenisasi dalam citra budaya dan preferensi konsumsi media.
Perubahan tren mode, gaya musik, dan gaya hidup global menjadi kenyataan seiring dengan pengaruh westernisasi yang meresap melalui media sosial dan platform digital, khususnya di kalangan generasi Z yang tumbuh di era teknologi. Hal ini membuat seakan-akan sudah tidak ada batasan-batasan dalam berbagi informasi diantara sesama manusia (Lugones Botell 1997).
426 | https://etdci.org/journal/ijesd/index
Meskipun memberikan akses ke variasi budaya, budaya westernisasi dalam media juga dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam representasi budaya lokal, merendahkan keunikan setempat.
Konvergensi media, dengan batas yang semakin samar antara media tradisional dan digital, menciptakan pengalaman media yang seragam di berbagai belahan dunia. Pengaruh pemikiran dan nilai dari media Barat dapat membentuk pandangan masyarakat terhadap isu-isu sosial dan budaya, menciptakan dinamika perubahan dalam persepsi dunia. Sementara generasi Z dan masyarakat global secara umum dapat merespon dengan pertentangan atau adaptasi terhadap hegemoni budaya Barat.
Akibat dari tontonan tersebut Generasi Z telah mengkonsumsi semua tayangan yang sangat merusak nilai dan citra sebagai anak bangsa, dimana mereka telah meniru gaya berpakaian, mengunjungi club malam dan minum minuman beralkohol.
2. Gaya Hidup dan Konsumsi
Pengaruh westernisasi dapat tercermin dalam gaya hidup, tren fashion, dan preferensi konsumsi, mempengaruhi cara generasi Z berpakaian, makan, dan berbelanja. Dalam konteks globalisasi, budaya westernisasi memainkan peran penting dalam membentuk gaya hidup dan pola konsumsi di seluruh dunia. Pengaruh budaya Barat, terutama melalui media dan hiburan, dapat menciptakan perubahan signifikan dalam cara orang hidup dan mengonsumsi. Tren mode, musik, dan gaya hidup yang berasal dari Barat sering menjadi pusat perhatian, mempengaruhi citra diri dan preferensi konsumen di berbagai belahan dunia. Platform media sosial dan teknologi mempercepat penyebaran tren ini, memungkinkan generasi Z dan masyarakat global untuk dengan cepat mengadopsi gaya hidup yang dipopulerkan oleh budaya Barat. Gaya hidup juga merupakan ciri sebuah dunia modern atau yang biasa juga disebut modernitas (Yugantara et al., 2021). Maksudnya adalah siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain.
Perubahan dalam pola konsumsi juga dapat tercermin dalam kebiasaan makanan, gaya belanja, dan preferensi merek. Masyarakat cenderung mengadopsi produk dan gaya hidup yang dihubungkan dengan citra Barat, menciptakan kesamaan dalam pilihan konsumsi. Ini dapat mencakup kecenderungan untuk mengonsumsi makanan cepat saji, mengadopsi mode pakaian yang berasal dari Barat, atau memilih merek global yang populer.
Namun, sementara budaya westernisasi dapat menciptakan homogenisasi dalam gaya hidup dan konsumsi, ada juga resistensi dan adaptasi lokal terhadap tren-tren ini. Beberapa komunitas mungkin mempertahankan keunikan budaya mereka sendiri atau mengadopsi elemen-elemen Barat dengan cara yang menggabungkannya dengan identitas lokal. Oleh karena itu, studi kualitatif yang mendalam dapat membantu memahami dinamika kompleks di balik bagaimana budaya westernisasi membentuk gaya hidup dan pola konsumsi di tengah era globalisasi.
3. Bahasa dan Komunikasi
Globalisasi memfasilitasi pertukaran bahasa dan istilah budaya. Generasi Z mungkin mengadopsi frasa dan ungkapan yang berasal dari budaya Barat melalui penggunaan media sosial dan interaksi online. Dalam era globalisasi, pengaruh budaya westernisasi juga dapat ditemukan dalam bahasa dan komunikasi. Globalisasi telah memfasilitasi pertukaran bahasa dan istilah budaya melalui media, teknologi, dan interaksi lintas batas. Bahasa Inggris, sebagai bahasa dominan dalam media dan bisnis global, sering kali diadopsi sebagai bahasa komunikasi internasional.
Penggunaan frasa dan istilah yang berasal dari budaya Barat dapat menjadi bagian integral dari bahasa sehari-hari, terutama melalui pengaruh media sosial dan platform digital. Ekspresi-ekspresi ini sering kali mencerminkan tren dan gaya hidup yang dipopulerkan oleh budaya Barat. Pengaruh ini juga dapat mencakup penggunaan istilah dari industri hiburan, mode, dan teknologi yang berasal dari Barat. Dalam konteks komunikasi, budaya westernisasi dapat memengaruhi norma-norma komunikasi, terutama di dunia digital. Gaya komunikasi yang diilhami oleh budaya Barat, seperti
427 | https://etdci.org/journal/ijesd/index
ekspresi diri melalui emotikon, meme, atau gaya bahasa yang terinspirasi dari media Barat, dapat menjadi bagian dari interaksi sehari-hari. Westernisasi` sudah terlihat jelas saat ini. Dimana model kehidupan manusia semakin melayang ke arah model modernis dengan penekanan pada sistem budaya Barat (Alfadhil et al., 2021). Meskipun budaya westernisasi dapat memberikan akses ke bahasa dan komunikasi global, penting untuk diingat bahwa setiap komunitas mempertahankan kekhasan bahasa dan komunikasi mereka sendiri. Studi kualitatif dalam bidang ini dapat membantu mendalami bagaimana pengaruh budaya westernisasi membentuk bahasa dan komunikasi, serta bagaimana masyarakat lokal merespons, mengadaptasi, atau menolak perubahan tersebut.
Pada aspek sosial budaya, westernisasi berpengaruh juga pada identitas lokal, contohnya adalah bahasa. Digunakannya unsur bahasa asing pada percakapan sehari-hari dapat menyebabkan pergeseran bahasa jika kita tidak membentenginya dengan terus mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (Sahadewa Gentur & Najicha Fatma Ulfatun, 2022).
4. Nilai-nilai dan Norma Sosial
Budaya westernisasi dapat membawa perubahan dalam nilai-nilai sosial dan norma, seperti pandangan terhadap hubungan, individualisme, dan konsep kecantikan. Dalam konteks globalisasi, budaya westernisasi berpengaruh pada perubahan nilai dan norma sosial di berbagai masyarakat.
Nilai-nilai yang berasal dari budaya Barat, seperti individualisme, kebebasan berekspresi, dan pemahaman tentang kesetaraan gender, sering kali terpapar secara luas melalui media dan interaksi lintas batas. Ini dapat memengaruhi cara masyarakat mengartikan dan mengadopsi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Westernisasi mempengaruhi hampir seluruh elemen kebudayaan. Mulai dari cara berpakaian, kebiasaan, makanan, tarian, musik, film, tokoh, bacaan, bahkan bahasa. Hampir semua budaya yang masuk dan dianggab keren, selalu digunakan tanpa berpikir sesuai atau tidak dengan norma dan aturan yang berlaku. Hampir sama seperti pengertian modernisasi yang merupakan sebuah perubahan karena perkembangan zaman. Namun, westernisasi terkadang mempunyai konotasi yang cenderung negative (Ikhsanus Shobach et al., 2022).
Perubahan dalam norma sosial juga dapat terjadi sebagai hasil dari budaya westernisasi.
Pandangan terhadap hubungan interpersonal, gaya hidup, dan pendekatan terhadap isu-isu sosial mungkin menjadi lebih seragam dengan norma-norma yang diperkenalkan oleh budaya Barat.
Misalnya, pandangan baru terhadap bentuk keluarga, pernikahan, atau kebebasan individu dapat tercermin dalam pergeseran norma-norma sosial. Namun, reaksi terhadap perubahan ini dapat bervariasi di antara masyarakat. Sebagian masyarakat mungkin merespon dengan cepat dan mengadopsi nilai dan norma yang diimpor, sementara yang lain mungkin mengalami resistensi terhadap pengaruh asing dan mempertahankan nilai-nilai tradisional mereka. Hal ini menciptakan keragaman dalam bagaimana budaya westernisasi memengaruhi nilai dan norma sosial di tingkat lokal. Penelitian kualitatif dapat membantu merinci perubahan-perubahan ini dengan mewawancarai individu dan kelompok di dalam masyarakat, menggali bagaimana nilai-nilai dan norma sosial berkembang, dipertahankan, atau berubah dalam konteks globalisasi dan pengaruh budaya westernisasi.
5. Teknologi dan Inovasi
Generasi Z dapat lebih terbuka terhadap teknologi dan inovasi yang berasal dari negara-negara Barat, mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia dan memahami perubahan sosial. Dalam era globalisasi, budaya westernisasi memiliki dampak besar pada penerimaan dan adopsi teknologi dan inovasi di berbagai belahan dunia. Produk teknologi dari Barat, seperti perangkat elektronik, perangkat lunak, dan platform online, sering kali menjadi simbol modernitas dan gaya hidup yang diinginkan. Generasi Z, yang tumbuh di era ini, cenderung merespons dengan cepat terhadap tren teknologi yang berasal dari budaya Barat. Pengaruh ini mencakup cara masyarakat menggunakan dan berinteraksi dengan teknologi. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter, yang
428 | https://etdci.org/journal/ijesd/index
berasal dari Barat, telah mempercepat konektivitas global dan mempengaruhi bagaimana orang berkomunikasi, berbagi informasi, dan membangun identitas daring. Adopsi teknologi ini juga menciptakan budaya konsumsi digital, di mana pembelian dan interaksi bisnis semakin terkait dengan platform online. Di bidang inovasi, budaya westernisasi sering kali dikaitkan dengan dorongan untuk kreativitas dan pengembangan teknologi baru. Nilai-nilai seperti rasa ingin tahu, pengejaran inovasi, dan keberanian dalam menghadapi risiko dapat tercermin dalam budaya kerja dan lingkungan start-up yang sering kali berasal dari Barat. Meskipun demikian, perubahan ini tidak terjadi tanpa pertentangan. Beberapa masyarakat mungkin mengalami resistensi terhadap perubahan yang cepat, sementara yang lain mungkin melihat adopsi teknologi sebagai sarana untuk mempertahankan nilai- nilai tradisional. Studi kualitatif dapat membantu memahami nuansa kompleks bagaimana teknologi dan inovasi dari budaya Barat membentuk pola perilaku dan pandangan masyarakat lokal.
Upaya untuk mengatasi dampak budaya westernisasi melibatkan serangkaian langkah yang dapat diambil oleh masyarakat dan pemerintah. Pertama, diperlukan pendidikan dan kesadaran budaya yang meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai budaya lokal. Ini bisa melibatkan program pendidikan formal, pelatihan, atau kampanye kesadaran budaya. Selanjutnya, penting untuk memperkuat identitas lokal dengan mendukung seni, tradisi, dan ekspresi budaya khas daerah.
Pemberdayaan komunitas lokal melalui dukungan untuk seniman, pelestarian bahasa, dan promosi produk lokal juga menjadi langkah yang relevan. Pengembangan media lokal yang dapat menjadi platform untuk menyuarakan narasi alternatif dan menceritakan cerita tentang kekayaan budaya setempat juga menjadi elemen kunci. Ini dapat dilakukan melalui dukungan terhadap media lokal dan produksi konten budaya yang mencerminkan nilai-nilai lokal.
Regulasi dan kebijakan yang mendukung pelestarian budaya lokal serta membatasi dominasi media asing juga diperlukan. Hal ini bisa melibatkan pembatasan pada konten media asing atau insentif untuk produksi dan distribusi konten lokal. Pendekatan yang adaptif terhadap perubahan, di mana masyarakat dapat mengadopsi elemen dari budaya Barat dengan cara yang menghormati identitas dan nilai-nilai mereka sendiri, juga menjadi strategi penting. Ini melibatkan pengembangan budaya yang dinamis dan responsif terhadap keberagaman. Kolaborasi budaya dan pertukaran antara budaya Barat dan lokal dapat menjadi jembatan untuk pemahaman bersama. Melalui kolaborasi ini, masyarakat dapat membangun kesempatan untuk pertukaran yang saling menguntungkan dan penghargaan terhadap keberagaman budaya. Pendidikan teknologi juga penting untuk memastikan bahwa masyarakat lokal memiliki pengetahuan dan akses yang memadai terhadap teknologi. Ini memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam tren teknologi global dan berkontribusi pada inovasi. Akhirnya, penting untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait dengan budaya dan nilai-nilai mereka. Dengan melibatkan komunitas lokal, dapat dibangun solidaritas dan pemahaman bersama, sehingga upaya-upaya ini dapat menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.
KESIMPULAN
Budaya westernisasi dalam era globalisasi memiliki dampak yang luas dan mendalam pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk media, hiburan, gaya hidup, konsumsi, bahasa, komunikasi, nilai, dan teknologi. Dominasi media Barat, perubahan tren dan gaya hidup global, serta konvergensi media menciptakan lingkungan di mana preferensi dan citra Barat mendominasi, memengaruhi identitas individu dan pandangan dunia. Pengaruh ini juga tercermin dalam perubahan pola konsumsi, pergeseran nilai dan norma sosial, serta adopsi teknologi dan inovasi yang sering berasal dari Barat. Meskipun budaya westernisasi memberikan akses ke variasi budaya dan teknologi yang kaya, pengaruh ini tidak selalu diadopsi dengan homogen. Masyarakat lokal dapat merespon dengan pertentangan atau adaptasi, menjaga keunikan budaya mereka sendiri atau memilih cara tertentu untuk menggabungkannya dengan elemen-elemen Barat. Penelitian kualitatif dapat
429 | https://etdci.org/journal/ijesd/index
memberikan wawasan yang mendalam tentang kompleksitas dinamika ini, memungkinkan pemahaman lebih baik tentang bagaimana budaya westernisasi membentuk pengalaman dan identitas individu serta komunitas dalam menghadapi era globalisasi ini.
Secara keseluruhan, upaya untuk merespons dampak budaya westernisasi melibatkan serangkaian langkah strategis. Pendidikan dan kesadaran budaya diperlukan untuk memperkuat pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai lokal. Pemberdayaan identitas lokal melalui dukungan terhadap seni, tradisi, dan produk khas daerah menjadi kunci untuk mempertahankan keunikan budaya. Pengembangan media lokal sebagai platform narasi alternatif dan pemberlakuan regulasi dan kebijakan yang mendukung konten lokal adalah langkah-langkah penting. Pendekatan adaptif terhadap perubahan, kolaborasi budaya, dan partisipasi aktif masyarakat juga menjadi bagian integral dari respons terhadap budaya westernisasi. Demikian pula, pendidikan teknologi dan pengembangan inovasi lokal memainkan peran vital dalam memastikan bahwa masyarakat dapat berkontribusi pada tren teknologi global. Semua upaya ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara nilai-nilai lokal dan pengaruh budaya Barat, memungkinkan masyarakat untuk tetap terhubung dengan identitas budaya mereka sendiri. Dengan pendekatan holistik ini, dapat diharapkan bahwa komunitas dapat menghadapi dampak budaya westernisasi dengan mempertahankan kekayaan budaya lokal dan merajutnya dalam kerangka global yang terus berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Agama, I., & Negeri, K. (2024). Perubahan Budaya : Dampak Westernisasi Melalui Media Sosial pada Anak Muda Ncihur Fronika Solin. 2(1).
Alfadhil, D. M., Anugrah, A., & Alfidhin Hasbar, M. H. (2021). Budaya Westernisasi Terhadap Masyarakat. Jurnal Sosial-Politika, 2(2), 99–108. https://doi.org/10.54144/jsp.v2i2.37
Alfikri, A. W. (2023). Peran Pendidikan Karakter Generasi Z dalam Menghadapi Tantangan Di Era Society 5 . 0. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, 22.
Etikan, I. (2016). Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling. American Journal of Theoretical and Applied Statistics, 5(1), 1. https://doi.org/10.11648/j.ajtas.20160501.11 Hastini, L. Y., Fahmi, R., & Lukito, H. (2020). Apakah Pembelajaran Menggunakan Teknologi dapat
Meningkatkan Literasi Manusia pada Generasi Z di Indonesia? Jurnal Manajemen Informatika (JAMIKA), 10(1), 12–28. https://doi.org/10.34010/jamika.v10i1.2678
Ikhsanus Shobach, M., Moh Ilham, S., Oktaviona, C., Fariduddin Attar, M., Ilmu Komunikasi, P., &
Negeri Surabaya, U. (2022). Ancaman Westernisasi Terhadap Budaya Lokal Indonesia Dari Perspektif Komunikasi Massa. Universitas Negeri Surabaya 2022 |, 652, 652–662.
Jantin, N. W., Priyanti, N. M. M., & Juniari, N. K. D. (2022). Upaya Melestarikan Budaya Globalisasi Generasi Z Tradisional Dalam Transisi Di Era Society 5.0. Prosiding Webinar Nasional Pekan Ilmiah Pelajar (PILAR), 443–454.
Lugones Botell, M., Quintana Riverón, T. Y., & Cruz Oviedo, Y. (1997). Amor, sexo, cultura y sociedad. Revista Cubana de Medicina General Integral, 13(5), 512–517.
Melayu, B., Nusantara, D. I., Alfarizi, M. R., Wulandari, C. A., & Maharani, N. (2023). Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. 2(4), 217–226.
Na, D. E. C., & Hipertensiva, C. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title. 5(April 2016), 28–37.
Safira, fatya D., Budiyanti, N., Darmawan, I. D., Salsabil, Ni. S., & Alfiatunnisa, N. (2023). Dampak Westernisasi Budaya Asing Terhadap Gaya Hidup Generasi Z Berdasarkan Perspektif Islam.
NAZHARAT: Jurnal Kebudayaan, 29(01), 34–54.
430 | https://etdci.org/journal/ijesd/index
Sahadewa Gentur, & Najicha Fatma Ulfatun. (2022). Kontribusi Mahasiswa dalam Menghadapi Westernisasi sebagai Bentuk Menjaga Persatuan dan Kesatuan. Jurnal Kewarganergaraan, 6(1), 560–566.
Somantri, G. R. (2005). Memahami Metode Kualitatif. Makara Human Behavior Studies in Asia, 9(2), 57. https://doi.org/10.7454/mssh.v9i2.122
Suharni, S. (2015). Westernisasi Sebagai Problema Pendidikan Era Modern. Jurnal Al-Ijtimaiyyah, 1(1), 73–88. https://doi.org/10.22373/al-ijtimaiyyah.v1i1.255
Yugantara, P., Dwi Susilo, R. K., & Sulismadi, S. (2021). Gaya Hidup Ngopi Sebagai Perilaku Konsumsi. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya, 4(1), 126–137.
https://doi.org/10.31538/almada.v4i1.1096