• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK KOMPOS DI DESA SUMBERSARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK KOMPOS DI DESA SUMBERSARI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK KOMPOS DI DESA SUMBERSARI

Nabila Aulia Naufa1, Rinda Siaga Pangestuti2, Rusham3 Universitas Islam “45”Bekasi

nabilaaulianaufa4@gmail.com1, rindasiaga@gmail.com2, sangaji890@gmail.com3

Abstract

Garbage is something that is useless and unwanted. Garbage that is not managed properly can cause environmental and health problems. One way to overcome the negative impact of waste is to process community-based waste. Household organic waste needs to be addressed with waste management using simple methods, one of which is composting. The purpose of this service is to increase community knowledge and skills to manage household organic waste into compost. Community service activities were carried out in Hamlet III, Sumbersari Village, Pebayuran District, Bekasi Regency. The composting process was carried out in a 15L composter using EM-4 bioactivator. The results of this service are increasing public understanding of the procedures for making organic compost from household organic waste and increasing public awareness in waste management.

Keywords : Compost, Training, Organic waste

1. Pendahuluan

Dalam kegiatan pertanian, para petani tidak dapat lepas dari kebutuhan akan pupuk. Pupuk yang selama ini biasa digunakan oleh petani adalah pupuk kimia buatan pabrik, seperti urea, TSP, dan lain-lain, yang harganya cukup mahal terutama setelah pemerintah mencabut subsidi terhadap harga pupuk (Mulyani et al., 2021). Terkadang terjadi juga kelangkaan pupuk akibat keterlambatan pasokan dari distributor. Selain mahal, pupuk kimia juga berdampak negatif bagi lingkungan. Pemakaian yang tidak bijaksana dan overdosis dapat mengakibatkan tanah menjadi bantat dan terjadinya proses eutrofikasi di lingkungan perairan.

Proses eutrofikasi (pengkayaan zat hara di perairan) akan menyebabkan peledakan populasi gulma air dan pendangkalan sungai atau sistem perairan lainnya (Tandjung, 2010).

Sampah atau limbah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun- daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia (Artiningsih, 2008;

Ningrum et al., 2022). Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95 %) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari

(2)

pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75 % terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik (Sidabalok & Kasirang, 2014).

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengertian pupuk organik itu sendiri adalah pupuk yang berperan dalam meningkatkan aktivitas biologi, kimia dan fisika tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman (Indriani, 2014; Tama et al., 2023). Pupuk organik memiliki dua jenis, yaitu cair dan padat. Sampah organik merupakan jenis sampah yang dapat diolah untuk dimanfaatkan Kembali agar tidak langsung menjadi sampah. Misalnya bahan organik Limbah pertanian seperti jerami dimanfaatkan untuk kesuburan tanah. Selain itu, itu sampah Produk organik dari kehidupan sehari-hari, seperti kulit buah, sisa makanan, dan Sayuran dapat didaur ulang untuk memberi makan hewan atau diolah sebagai pupuk tanaman atau kompos (Fitrah & Amir, 2015).

Kompos terdiri dari materi hidup yang digunakan sebagai pupuk organik berasal dari pembusukan tumbuhan, hewan dan sisa-sisa manusia. Pupuk organik digunakan untuk Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yang dapat berupa padat atau cair (Putra & Ariesmayana, 2020). Pengolahan sampah organik menjadi kompos berguna untuk meningkatkan produksi di bidang pertanian, meningkatkan kualitas tanah dan mengurangi polusi. bahan pembuatan Kompos berasal dari sampah organik, seperti sampah rumah tangga, dedaunan, sisa makanan, Sayuran dan buah-buahan untuk konsumsi rumah tangga lainnya (Chairina, 2019).

Pengomposan atau pembuatan pupuk organik merupakan suatu metode untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang lebih sederhana dengan bantuan aktivitas mikroba.). Teknik pengomposan teknologi rendah masih menggunakan cara-cara tradisional untuk membantu proses fermentasi bahan organik menjadi kompos. Penggunaan mikroorganisme seperti Efektivitas Mikroorganisme (EM4) merupakan awal untuk mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan mikroorganisme pembusuk yang bermanfaat untuk kesuburan tanah (Marliani, 2015). Penggunaan EM4 memberikan banyak manfaat diantaranya yaitu memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, menghambat pertumbuhan hama dan penyakit di dalam tanah, membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman, meningkatkan kualitas bahan organik sebagai pupuk, serta meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generative tanaman. Proses pengomposan bahan organik juga tergolong memakan waktu yang cukup lama karena proses pengomposan bersifat alami. Oleh karena itu, adanya EM4 dapat juga berfungsi untuk mempercepat proses pengomposan dalam kondisi aerob. Mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 memberikan

(3)

Proses pembuatan kompos adalah dengan cara menguraikan sisa tanaman dan hewan melalui bantuan organisme hidup. Bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi pupuk Kompos adalah bahan organik dan organisme pengurai.

Proses penguraian bahan organik yang terjadi di alam menjadi dasar pengembangan teknik pengomposan. Teknologi pembuatan pupuk organik dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan alat pengomposan yang sederhana.

Alat pengolahan sampah organik dikenal dengan komposter. Salah satu komposter sederhana dapat dibuat dengan menggunakan ember atau tong plastik di dalamnya untuk memisahkan kotoran padat dan cair. Dengan pengomposan dengan komposter ini, sampah organik rumah tangga dapat diolah, yang selanjutnya dapat diolah menjadi pupuk dan memiliki nilai jual.

Mengingat pentingnya mengendalikan produksi sampah yang sangat banyak untuk menjamin kesehatan lingkungan dan masyarakat serta pentingnya pupuk kompos dalam memperbaiki struktur tanah, maka perlu ide kreatif untuk membuat pupuk kompos dengan cara yang sederhana dan dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Maka perlu dilakukan Pelatihan Pembuatan Kompos Organik Sebagai Solusi Penanganan Sampah di Lingkungan Dusun III Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi.

2. Metode Pelaksanaan

Sampah rumah tangga berupa bahan organik dan non-organik dapat dimanfaatkan menjadi bahan yang bernilai ekonomis. Bahan organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dengan menggunakan teknologi pengolahan sampah (komposter), pengolahan sampah yang dilakukan bentuknya praktis, bersih, dan tidak berbau sehingga sangat aman digunakan untuk skala rumah tangga. Dalam hal ini, penulis menerapkan metode penyuluhan dan pelatihan (Basri et al., 2022). Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Penyuluhan dan bimbingan tentang pengelolaan sampah, yang meliputi pengertian, jenis, dan model pengelolaan sampah, dan (2) Pelatihan pengelolaan sampah menjadi pupuk organik secara individu/kelompok. Dari kegiatan ini partisipasi sasaran diharapkan (1) berperan aktif sebagai peserta dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari dengan membuat alat pengolah sampah menjadi pupuk organik dengan berbagai bahan dan model, dan (2) berpartisipasi aktif dengan penyiapan alat dan bahan serta praktek langsung pembuatan pupuk organik.

Pendekatan sistem yang digunakan dalam pengolahan sampah adalah sebagai berikut: sampah organik setelah dipisahkan dari sampah lainnya, diolah dengan memasukkan sampah organik ke dalam tempat pengumpulan, sampah yang telah dikumpulkan diolah dengan cara perajangan, pada tahap ini sampah mulai dicampur dengan bakteri pendegradasi. Tahap selanjutnya adalah proses pendegradasian sampah menjadi pupuk organik yang memerlukan waktu sekitar 3 minggu, setelah itu dilakukan penyortiran dan penyeragaman partikel sampah dengan alat penyaring.

(4)

3. Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat

Waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dimulai pada tanggal 08 Februari 2023 sampai dengan 11 Maret 2023. Beberapa penjabaran tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sebagai berikut :

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan yang bertema “Pengelolaan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos Di Desa Sumbersari” dilaksanakan dalam beberapa tahap utama yang bisa dilihat dalam tabel 1 berikut :

Tabel 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

No Kegiatan Pelaksanaan Lokasi

1. Observasi 8-11 Februari 2023 Desa

Sumbersari 2. Perencanaan Program 28 Februari 2023 Desa

Sumbersari 3. Sosialisasi Pengelolaan Sampah Organik

Menjadi Pupuk Kompos

11 Maret 2023 Desa Sumbersari 4. Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos

Organik

11 Maret 2023 Desa Sumbersari 5. Evaluasi kepada para Petani 11 Maret 2023 Desa

Sumbersari

3.2 Hasil Pelaksanaan Program

Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan tema

”Pengelolaan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos Di Desa Sumbersari” ini diperoleh hasil yang cukup baik. Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat ini telah dilaksanakan sesuai dengan rencana jadwal yang ditetapkan dan disepakati secara bersama. Pelaksanaan kegiatan program pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan pada bulan 08 Februari 2023 s.d 18 Maret 2023.

Tahap perencanaan yang dilakukan terkait dengan beberapa kegiatan yaitu : Penetapan waktu dan tempat kegiatan, jumlah peserta, konsumsi peserta pelatihan, persiapan alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam pelatihan, materi, jumlah materi pelatihan, metode penyampaian materi, dan lain-lain.

Pelaksanaan pelatihan dilakukan baik secara teori maupun praktek pelatihan pengabdian kepada masyarakat. Materi yang diberikan adalah pelatihan teori dan praktek pembuatan pupuk organik padat. Metode pelatihan yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, diskusi dan latihan. Dari pelaksanaan diskusi terlihat bahwa para masyarakat petani sebagai sasaran sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini.

Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Maret 2023 pukul 10.00 WIB di Dusun III Desa Sumbersari. Kegiatan pengabdian masyarakat dimulai dari penyampaian dan dilanjutkan pemaparan materi oleh saya sendiri.

Mengenai sosialisasi penyuluhan penggunaan pupuk organik pada petani untuk

(5)

pembuatan pemanfataan pupuk organik padat dengan pemanfaatan limbah- limbah daun kering maupun limbah-limbah pertanian sebagai pupuk organik.

Dalam materi dalam pelatihan bagi kelompok tani akan dibekali keterampilan serta pengetahuan dalam mengolah memanfaatkan limbah pertanian sebagai pupuk organik. Selain dapat digunakan sendiri pupuk tersebut, kelompok tani ini dapat mengolah bahan organik yang ramah lingkungan ditempat tinggalnya.

Pemaparan materi yang disampaikan difokuskan pada pentingnya untuk menerapkan pertanian organik yang ramah lingkungan dalam pembuatan pupuk organik kompos berbahan limbah daun kering. Sebelum kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik masyarakat petani sebagai sasaran mahasiswa peserta KKN telah menyiapkan bahan-bahan utama yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk organik seperti limbah daun kering. Penjelasan dan diskusi tentang alat, bahan dan metode yang akan dilakukan. Dalam diskusi juga dibicarakan beberapa metode yang biasa diterapkan dalam pembuatan pupuk organik kompos. Masing- masing metode dibahas kelebihan dan kekurangannya sebuah pupuk tersebut.

Gambar 1. Penyampaian Materi Pertama

Sosialisasi Penggunaan Pupuk Organik

Persiapan pelatihan bahannya adalah pupuk organik padat (kompos) diawali dengan menyiapkan 1 Ember Sampah Daun Kering, Gula Pasir sebanyak 3 Sdm, 1,5 liter air cucian beras, 1 liter EM4. Siapkan bahan yang dibutuhkan yaitu: Daun kering, Gula pasir, Air cucian beras, dan EM4 dan Ember atau bahan lain untuk penutup. Perbandingan antara Air cucian beras, gula pasir maupun EM4 5:3 (5 ML EM4, dan 3 Sdm gula pasir. Prosedur pelatihan pembuatan yang dilakukan sebagai berikut :

a) Pencampuran bahan-bahan misalnya 3 Sdm gula pasir, 5 ML EM4 maupun air cucian beras dan diaduk sampai merata, kemudian dihamparkan campuran tersebut dan disiramkan secara merata di dalam ember yang diisi dengan limbah daun kering.

b) Pengomposan membutuhkan waktu 26-30 hari yang ditandai dengan suhu dipermukaan ember.

(6)

Gambar 2. Pembuatan Pupuk Organik

3.3 Evaluasi

Evaluasi materi pelatihan yang telah disampaikan kepada peserta melalui tanya jawab maupun diskusi sebagai langkah pemantapan teori sebelumnya.

Kegiatan ini membawa dampak positif pada kelompok tani, yang ditunjukkan dengan peran aktif hampir semua peserta kegiatan pelatihan antusias untuk mengikuti pembuatan pupuk organik padat memanfaatkan limbah daun kering milik warga yang ada disekitar rumah warga yang bisa diperoleh setiap harinya.

Pada tahap evaluasi ini terdapat 2 orang petani yang tertarik mencoba untuk membuat cara pembuatan pupuk kompos dari dedaunan kering.

Dengan adanya kegiatan ini, para peserta mengetahui tentang teknologi pengolahan limbah daun kering yang sebelumnya hanya dipandang sebagai limbah yang harus dibuang dan bahkan mengganggu lingkungan karena sampah daun kering yang menggunung justru sekarang bisa diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat untuk mendukung kegiatan pertanian mereka. Produk kompos yang mereka hasilkan selanjutnya dapat digunakan sebagai pupuk untuk kegiatan

(7)

4. Kesimpulan dan Saran

Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini dapat disimpulkan bahwa anggota masyarakat Dusun III Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi telah memperoleh hasil dari adanya kegiatan pengabdian ini, berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan sampah organik rumah tangga menjadi kompos, dapat emotivasi masyarakat sekitar dalam upaya mengurangi buangan sampah di lingkungan sekitar lokasi kegiatan, serta adanya konversi sampah organik menjadi kompos dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Pupuk kompos dibuat dalam komposter dengan bantuan bioaktivator EM-4. Pupuk kompos yang dihasilkan juga bermanfaat untuk tanaman dan tanah serta dapat meningkatkan nilai ekonomi.

Saran untuk masyarakat agar selalu menerapkan pelatihan terkait pembuatan sampah organic menjadi pupuk kompos dan untuk pengabdian selanjutnya agar dapat mengadakan kegiatan terkait pengelolaan sampah organic menjadi budidaya maggot, yang mana pengabdian ini dapat memberikan manfaat baik sisi lingkungan maupun ekonomi.

Daftar Pustaka

Artiningsih, N. K. A. (2008). Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga (Studi kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang).

Basri, H., Putra, P., Supratno, S., Irham, I., Rofieq, A., Rusham, R., Maysaroh Chairunnisa, N., & Amin Ash Shabah, M. (2022). Buku Panduan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Era Covid-19 Periode Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022.

Chairina. (2019). Proposal Pengabdian Kepada Masyarakat ( Ppm ). 2020, 8.

Fitrah, A., & Amir, N. (2015). Effect Of Solid And Liquid Organic Fertilizer On The Growth And Production Plant. KLOROFIL, 6.

Indriani. (2014). Membuat Kompos Secara Kilat (Jakarta). Penebar Swadaya.

Marliani, N. (2015). Pemanfaatan limbah rumah tangga (sampah anorganik) sebagai bentuk implementasi dari pendidikan lingkungan hidup. Formatif:

Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 4(2).

Mulyani, R., Anwar, D. I., & Nurbaeti, N. (2021). Pemanfaatan Sampah Organik untuk Pupuk Kompos dan Budidaya Maggot Sebagai Pakan Ternak. JPM (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat), 6(1), 568–573.

https://doi.org/10.21067/jpm.v6i1.4911

Ningrum, W. A., Khatimah, H., & Putra, P. (2022). PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK KOMPOS. An-Nizam, 1(2), 20–28.

Nurkhasanah, E. (2021). Pembuatan Pupuk Kompos dari Daun Kering (Semarang).

3(2), 9.

Putra, Y., & Ariesmayana, A. (2020). Efektifitas penguraian sampah organik menggunakan Maggot (BSF) di pasar Rau Trade Center. Jurnal Lingkungan Dan Sumberdaya Alam (JURNALIS), 3(1), 11–24.

Sidabalok, I., & Kasirang, A. (2014). PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK MENJADI KOMPOS (Makassar). 5(2), 10.

Tama, C. R., Khatimah, H., & Putra, P. (2023). Pelatihan dan Penyuluhan Tentang Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Berbasis Zero Waste.

PROGRESIF: Jurnal Pengabdian Komunitas Pendidikan, 3(1), 31–40.

(8)

Tandjung. (2010). Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Pada Petani (Yogyakarta).

Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada.

Referensi

Dokumen terkait

Proyek akhir yang berjudul “PROSES PEMBUATAN RANGKA PADA MESIN PERAJANG SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN DASAR PUPUK KOMPOS” ini telah dipertahankan didepan dewan

Terlaksananya kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik dari limbah kulit buah kolang kaling sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta

Gambar 2 Diagram alir organik cair Untuk menunjang proses pembuatan pupuk agar lebih efisien maka dibuat dua alat yaitu mesin pencacah dan pengayak guna mengolah sampah organik,

Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dalam mengolah limbah cair usaha peternakan serta pelatihan pembuatan pupuk organik cair dari urine sapi di Desa

4.2 Hasil Pelatihan Pembuatan Kompos Kompos adalah jenis pupuk yang berasal dari hasil akhir penguraian sisa sisa hewan maupun tumbuhan yang berfungsi sebagai penyuplai unsur hara

Membumi dan Mendunia uts.ac.id OPTIMALISASI PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SISA SAMPAH RUMAH TANGGA HIBAH PENGABDIAN INTERNAL DOSEN

Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari bahan untuk pembuatan pupuk organik berupa limbah dapur limbah sayuran dan buah, kulit telur, sampah daun dari halaman, sekam

Praktek Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair dan Pembuatan Sampel Pupuk Organik Cair SIMPULAN Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat Program Kemitraan Masyarakat PKM