JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN ITB
E-ISSN: 27146715
JTL. Vol. 29 No. 1, 2023. Hal 76-85 - https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.8 https://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/index
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat Kota Bandung Terhadap Antibiotik Knowledge, Attitude, and Practice of the Bandung City Community on Antibiotic
Adeela Nur Fawziya1*, Herto Dwi Ariesyady2
1,2Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
*e-mail koresponden: [email protected]
Abstrak INFO ARTIKEL
COVID-19 merupakan penyakit yang pertama kali muncul pada Desember 2019 di Wuhan, China. Penyebaran penyakit yang cepat menyebabkan penyakit ini dikategorikan sebagai pandemi. Penyakit COVID- 19 mengubah fokus perawatan kesehatan yang ada di dunia. Studi melaporkan bahwa dengan terjadinya masa pandemi memberi kontribusi terhadap penggunaan antibiotik. Penelitian ini berfokus pada perubahan pola penggunaan antibiotik dan faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik selama masa pandemi COVID-19. Penelitian dilakukan di Kota Bandung yang terdiri dari 30 kecamatan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyebaran kuesioner ke 560 responden dengan teknik snowball sampling. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa dengan adanya pandemi COVID-19 menyebabkan adanya peningkatan frekuensi penggunaan antibiotik yang signifikan (p < 0,05). Adapun sumber informasi untuk mengonsumsi antibiotik tersebut mayoritas berasal dari resep dokter.
Terkait kebiasaan dalam penyediaan antibiotik, umumnya masyarakat Kota Bandung, Indonesia tidak menyimpan antibiotik sebagai persediaan baik sebelum pandemi COVID-19 maupun dengan adanya pandemi COVID-19.
Namun, pada masyarakat yang menyimpan antibiotik sebagai persediaan paling banyak memperoleh antibiotik tersebut dengan membeli langsung ke apotek. Berdasarkan uji statistik diketahui pula bahwa variabel pengetahuan dan sikap signifikan secara simultan terhadap tindakan penggunaan antibiotik baik sebelum pandemi COVID-19 maupun dengan adanya pandemi COVID-19. Terkait hubungannya, diperoleh hubungan lurus antara variabel pengetahuan terkait antibiotik, sikap dalam penggunaan antibiotik, dan tindakan dalam penggunaan antibiotik.
Kata Kunci: antibiotik; COVID-19; pengetahuan; penggunaan antibiotik; sikap; tindakan
Sitasi: Fawziya, A.N., Ariesyady, H.D. 2023. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat Kota Bandung Terhadap Antibiotik. Jurnal Teknik Lingkungan 29 (1), 76 – 85.
Article History:
Received 5 April 2023 Revised 15 April 2023 Accepted 18 April 2023 Available online 18 April 2023
Jurnal Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung is licensed under a Creative Commons Attribution- NoDerivatives 4.0 International License. Based on a work at www.itb.ac.id
Abstract
COVID-19 is a disease that initially appeared in December 2019 in Wuhan, China.
The rapid spread of the disease made this disease to be categorized as a pandemic. The disease of COVID-19 has changed the focus of healthcare worldwide. Several studies reported that the onset of the pandemic has contributed to the increase of antibiotics usage. This study aimed to explore the changes of patterns on antibiotic usage and the factors that influence antibiotic usage during the COVID-19 pandemic. This research was conducted in Bandung City, Indonesia which consists of 30 sub-districts. The data were collected by distributing a questionnaire to 560 respondents with a snowball sampling technique. The results showed that the COVID-19 pandemic caused a significant increase in the frequency of antibiotic usage (p < 0.05). The sources of information for consuming antibiotics were mostly from doctor's prescriptions.
Regarding the habit of providing antibiotics, in general, the respondents did not store antibiotics as supplies either before the COVID-19 pandemic or in the period of the COVID-19 pandemic. However, people who stored antibiotics as supplies obtained the most antibiotics by purchasing them directly from pharmacies. Based on the statistical analysis, it was known that the knowledge and attitude variables were simultaneously significant towards the use of antibiotics either before the COVID-19 pandemic or in the period of the COVID-19 pandemic. Besides, there was a positive relationship among the variables of knowledge on antibiotics, attitudes in antibiotics usage, and antibiotics consumption practices.
Keywords: antibiotics; attitudes; COVID-19; knowledge; practices; use of antibiotics
https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.8 hal. 77 dari 85
1. Pendahuluan
Penyakit pneumonia misterius yang belum diketahui penyebabnya ditemukan pada bulan Desember 2019 di Wuhan Hubei China (Jiang dkk., 2020). Pada tanggal 11 Februari 2020, WHO memberi nama penyakit ini sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Penyebarannya yang begitu cepat membuat WHO menyimpulkan penyakit ini sebagai darurat kesehatan global.
Di Indonesia, sebanyak dua kasus positif COVID-19 dikonfirmasi pada 2 Maret 2020 dan pada 17 November 2021 kasus ini terkonfirmasi telah mencapai 4.251.945 kasus. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki kasus COVID-19 terbanyak. Adapun jumlah kasus positif COVID-19 yang telah terkonfirmasi pada satu kecamatan di Kota Bandung per November 2021 berkisar pada 400 hingga 2200 kasus. Pada awal tahun 2022, ditemukan COVID-19 dengan varian baru yaitu omicron dengan penyebaran yang lebih cepat sehingga kasusnya meningkat secara drastis. Penyakit COVID-19 mengubah fokus perawatan kesehatan yang ada di dunia. Studi melaporkan bahwa dengan terjadinya masa pandemi memberi kontribusi terhadap penggunaan antibiotik (Rawson dkk., 2020). Penggunaan antibiotik yang irasional dapat menyebabkan timbulnya berbagai masalah dan ancaman khususnya bagi kesehatan dalam hal resistensi antibiotik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sadikin (2011) diperoleh hasil bahwa sebanyak 60% persepsi masyarakat terhadap antibiotik dianggap keliru dan ditemukan fakta bahwa antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan secara tidak rasional.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik yang tepat, diantaranya adalah pengetahuan dan sikap. Pengetahuan adalah aspek penting dalam pembentukan tindakan (Kondoj dkk., 2020). Sedangkan sikap dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bertindak (Sunaryo, 2006). Dengan memiliki pengetahuan yang baik dapat merubah sikap menjadi positif sehingga tindakan yang diambil menjadi lebih terarah (Haryanto dkk., 2016). Pengetahuan yang tidak tepat terkait antibiotik dapat menyebabkan timbulnya kesalahan dalam bertindak (Tamayanti dkk., 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Lampung Timur, diperoleh bahwa sebanyak 65% tingkat pengetahuan masyarakat terhadap antibiotik baik dan sebanyak 60% masyarakat menunjukkan sikap yang positif (Pratiwi, 2018). Namun, pada penelitian lain yang dilakukan di Kabupaten Aceh ditemukan tingkat pengetahuan masyarakat yang masih kurang dan sikap terhadap penggunaan antibiotik yang juga masih kurang (Rachmawati, 2017).
Dari latar belakang yang telah dijabarkan tersebut, penelitian terkait pengaruh masa pandemi COVID-19 terhadap penggunaan antibiotik diperlukan untuk menggambarkan pola konsumsi antibiotik. Fokus dari penelitian ini adalah pada tingkat pengetahuan masyarakat terkait antibiotik dan sikap terhadap penggunaan antibiotik pada saat sebelum pandemi COVID-19 dan dengan adanya pandemi COVID-19.
2. Metodologi Penelitian
2.1 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan berupa penelitian kuantitatif (dengan pendekatan statistik/angka) secara observasional sehingga tidak terdapat intervensi atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dari variabel terikat dengan variabel – variabel bebas melalui analisis statistik korelasi. Penelitian analitik dilakukan dengan desain cross sectional, dimana pengumpulan data dilakukan secara bersamaan antara variabel bebas dan variabel terikatnya.
2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2022 di Kota Bandung yang terdiri dari 30 kecamatan dengan 151 kelurahan. Lokasi penelitian tersebar pada seluruh kecamatan yang ada di Kota Bandung.
2.3 Ethical Clearance
Ethical Clearance (kelayakan etik) merupakan suatu instrumen tertulis untuk mengukur keberterimaan secara etik dari suatu rangkaian proses penelitian. Penelitian ini telah disetujui secara etik dengan dikeluarkannya surat persetujuan etik oleh Komisi Etik Penelitian Universitas Padjajaran dengan Nomor:
437/UN6/KEP/EC/2022.
2.4 Populasi dan Sampel
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berdomisili di Kota Bandung dengan usia lebih dari 18 tahun dan dalam kondisi yang sehat. Menurut Badan Pusat Statistik (2021), diketahui bahwa jumlah populasi masyarakat Kota Bandung yang berusia > 18 tahun adalah sebanyak 1.684.745 jiwa. Berdasarkan persamaan Yamane, dengan jumlah populasi tersebut dan taraf kesalahan sebesar
https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.8 hal. 78 dari 85 5% diperoleh sampel minimal yang diperlukan sebanyak 400 jiwa. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik snowball sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan survey secara online melalui penyebaran Google form. Kuesioner memiliki format tertutup terkait tiga variabel yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat. Selain itu, pada kuesioner ini juga berisi pertanyaan terkait data pribadi responden meliputi nama, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta jumlah pengeluaran dalam satu bulan. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner ini merupakan adaptasi dari beberapa penelitian terdahulu yang serupa (Karuniawati dkk., 2021; Ivoryanto dkk., 2017).
2.5 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS). Adapun analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan sebuah cara untuk mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2013).
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan statistik data berupa nilai total, nilai rata-rata, standar deviasi, kisaran, dan sebagainya. Dalam hal ini, pengujian dilakukan untuk menjelaskan secara rinci terkait pola penggunaan antibiotik yang dilakukan oleh masyarakat Kota Bandung.
b. Analisis Komparatif
Analisis komparatif dengan menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank yang merupakan uji non parametrik dengan tujuan untuk menganalisis data berpasangan akibat adanya dua perlakukan berbeda. Uji Wilcoxon Signed Rank dapat digunakan pada data dengan skala ordinal atau interval. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan frekuensi penggunaan antibiotik, pengetahuan, sikap, dan tindakan pada saat sebelum adanya pandemi COVID-19 dan dengan adanya pandemi COVID-19.
c. Analisis Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Analisis regresi linear digunakan untuk menguji apakah pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap tindakan masyarakat dalam penggunaan antibiotik.
d. Analisis Korelasi
Pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel X dan variabel Y. Dalam hal ini, rumus yang digunakan dalam perhitungan koefisien korelasi adalah rumus Pearson. Dasar pengambilan keputusan pada analisis ini adalah dengan melihat signikansi yang diperoleh, apabila nilai signifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji dan apabila nilai signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini menggunakan 560 responden yang berasal dari 30 kecamatan di Kota Bandung. Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan tingkat ekonomi. Data karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Karakteristik responden
Karakteristik Frekuensi (N = 560) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki – laki 236 42
Perempuan 324 58
Usia
20 – 29 333 60
30 – 39 107 19
40 – 49 58 10
50 – 59 52 9
≥ 60 10 2
https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.8 hal. 79 dari 85
Karakteristik Frekuensi (N = 560) Persentase (%)
Pendidikan Terakhir
SMP/sederajat 6 1
SMA/sederajat 236 54
Sarjana (S1) 169 42
Pascasarjana (S2) 15 3
Pekerjaan
Pegawai swasta 165 29
Pelajar 106 19
Ibu rumah tangga 71 13
Wiraswasta 68 12
Petani/buruh/tukang 36 6
Tidak bekerja 32 6
Pensiunan 27 5
Lainnya 55 10
Tingkat Ekonomi
Bawah 50 9
Rentan 92 16
Hampir menengah 165 30
Menengah 229 41
Atas 24 4
Total 560 100
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (58%) dengan rentang usia 20-29 tahun (60%). Menurut Lingga dkk. (2021), usia merupakan salah satu faktor yang memberi pengaruh terhadap pengetahuan dan perilaku seseorang. Adanya pertambahan usia dapat mengakibatkan adanya perubahan dalam diri seseorang baik pada aspek psikis ataupun psikologis (Budiman, 2013).
Pendidikan terakhir dari responden mayoritas adalah SMA/sederajat (54%). Seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi memiliki tingkat kesadaran yang lebih baik jika dibandingkan dengan seseorang yang hanya memiliki latar belakang tingkat pendidikan dasar (Ivoryanto, 2017). Adapun persentase pekerjaan yang paling banyak adalah sebagai pegawai swasta (29%) dan pelajar (19%). Hal ini bisa disebabkan karena banyaknya responden yang berusia 20 – 29 tahun. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengetahuan dan juga perilaku. Menurut Notoatmojo (2010), pekerjaan dapat mempengaruhi proses pencarian informasi, jika informasi mudah untuk diperoleh maka pengetahuan yang diperoleh menjadi meningkat sehingga akan mempengaruhi perilaku seseorang. Tingkat ekonomi dari responden mayoritas berada di tingkat menengah (41%). Adapun distribusi responden berdasarkan kecamatannya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Distribusi responden berdasarkan kecamatan
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa responden yang terlibat dalam penelitian ini berasal dari 30 kecamatan yang berbeda-beda. Dengan karakteristik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner
https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.8 hal. 80 dari 85 telah tersebar merata ke seluruh wilayah di Kota Bandung, sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi eksisting terkait penggunaan antibiotik yang dilakukan oleh masyarakat Kota Bandung.
3.2 Penggunaan Antibiotik
Menurut jawaban telah terkumpul, diperoleh gambaran mengenai frekuensi penggunaan antibiotik yang dilakukan oleh masyarakat Kota Bandung dalam setahun pada saat sebelum adanya pandemi COVID-19 dan dengan adanya pandemi COVID-19. Adapun gambaran terkait penggunaan antibiotik oleh masyarakat Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan analisis deskriptif dan komparatif yang dilakukan diperoleh bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada penggunaan antibiotik sebelum pandemi COVID-19 dan dengan adanya pandemi COVID- 19 (p = 0,024 < 0,05). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Dinas Kesehatan Kota Bandung (2021), dimana terjadi peningkatan pada antibiotik yang didistribusikan ke Puskesmas sesuai dengan kasus COVID- 19 yang sedang terjadi. Peningkatan penggunaan antibiotik ini dapat terjadi oleh beberapa faktor seperti gejala COVID-19 khususnya batuk dan demam yang dapat disalahartikan sebagai infeksi bakteri (Jampani, 2021). Adapun rata-rata frekuensi penggunaan antibiotik pada saat sebelum pandemi COVID-19 dalam setahun sebanyak 1,36 kali dengan standar deviasi sebesar 1,367. Sedangkan dengan adanya pandemi COVID-19 rata-rata frekuensi penggunaan antibiotik meningkat menjadi sebanyak 1,53 kali dengan standar deviasi sebesar 1,82. Besaran standar deviasi yang lebih besar dari nilai rata-rata dapat diartikan bahwa terdapat sebaran data yang besar. Adanya sebaran data yang besar dapat disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi tubuh setiap individu sehingga terdapat kelompok yang tidak mudah sakit dan adapula yang mudah sakit. Adapun gambaran terkait sumber informasi untuk mengonsumsi antibiotik yang diperoleh masyarakat Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Frekuensi penggunaan antibiotik
Deskripsi Frekuensi (kali/tahun) Nilai signifikansi
Sebelum pandemi COVID-19
0,024a
Nilai Minimum 0
Nilai Maksimum 6
Rata – rata 1,36
Standar Deviasi 1,367
Dengan pandemi COVID-19
Nilai Minimum 0
Nilai Maksimum 8
Rata – rata 1,53
Standar Deviasi 1,82
a. Uji Wilcoxon Signed Rank
Tabel 3. Sumber informasi untuk mengonsumsi antibiotik
Sumber Informasi Sebelum Pandemi COVID-19 Dengan Pandemi COVID-19
Resep Dokter 344 (61,4%) 336 (60%)
Rekomendasi Apoteker 39 (7%) 43 (7,7%)
Saran teman atau keluarga 124 (22,1%) 100 (17,9%)
Media elektronik 16 (2,9%) 19 (3,4%)
Media sosial 18 (3,2%) 31 (5,5%)
Media cetak 1 (0,2%) 0 (0%)
Mandiri 18 (3,2%) 31 (5,5%)
Total 560 (100%)
Sumber informasi yang diperoleh masyarakat untuk mengonsumsi antibiotik mayoritas berasal dari resep dokter. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat telah mengetahui antibiotik termasuk ke dalam obat yang penggunaannya harus berdasarkan pada resep dokter. Kemudian dengan adanya pandemi COVID-19 terjadi kenaikan jumlah responden yang memperoleh informasi mengenai antibiotik melalui media sosial dan media elektronik. Menurut Jampani (2021), potongan informasi yang beredar di berita maupun media sosial
https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.8 hal. 81 dari 85 dapat mengarah pada penggunaan antibiotik oleh masyarakat sehingga dapat berkontribusi terhadap peningkatan penggunaan antibiotik.
3.3 Kebiasaan Penyediaan Antibiotik
Dari jawaban yang diperoleh dari 560 responden, diketahui bahwa jumlah responden yang menyimpan antibiotik pada saat sebelum adanya pandemi COVID-19 sebanyak 160 responden (28,6%) dan dengan adanya pandemi COVID-19 jumlahnya meningkat menjadi 202 responden (36,1%). Hal tersebut merupakan perilaku yang tidak tepat, karena dapat memicu terjadinya kesalahan penggunaan antibiotik akibat penggunaan secara swamedikasi (Lingga dkk., 2021). Menurut Ihsan (2016), penyimpanan obat yang tidak tepat juga dapat menyebabkan terganggunya stabilitas dari obat. Adapun gambaran terkait sumber persediaan antibiotik yang dimiliki responden dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sumber persediaan antibiotik
Sumber Persediaan Antibiotik Sebelum Pandemi COVID-19 Dengan Pandemi COVID-19
Apotek 131 (81,9%) 142 (70,3%)
Sisa Antibiotik 18 (11,3%) 40 (19,8%)
Keluarga atau teman 11 (6,9%) 20 (9,9%)
Total 160 (100%) 202 (100%)
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa sumber persediaan antibiotik yang diperoleh masyarakat baik sebelum pandemi COVID-19 maupun dengan adanya pandemi COVID-19 mayoritas berasal dari apotek. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak apotek yang menjual antibiotik secara bebas tanpa resep dokter.
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2021), dimana lebih dari dua per tiga kunjungan ke apotek diketahui antibiotik diberikan tanpa adanya resep dokter. Dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa dengan adanya pandemi COVID-19 memberikan masalah terhadap penjualan antibiotik secara bebas.
3.4 Pengetahuan terkait Antibiotik
Pengetahuan terkait antibiotik pada masyarakat Kota Bandung diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri dari 10 pernyataan. Gambaran pengetahuan masyarakat terkait antibiotik dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Pengetahuan terkait antibiotik pada masyarakat Kota Bandung
No. Pernyataan Jawaban
Ideal Kondisi
Kategori Skor Skor Total
(%) Benar
(1)
Salah (0) 1.
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
penyakit akibat bakteri Ya Sebelum pandemi 481 79 85,9
Dengan pandemi 496 64 88,6 2. Penyakit akibat virus dapat diobati
dengan menggunakan antibiotik Tidak Sebelum pandemi 244 316 43,6 Dengan pandemi 303 257 54,1 3.
Antibiotik dapat digunakan untuk mengobati seluruh penyakit
demam dan nyeri badan Tidak Sebelum pandemi 173 387 30,9
Dengan pandemi 185 375 33,0 4.
Antibiotik dapat membunuh bakteri baik dan alamiah yang berada pada kulit dan
usus Ya Sebelum pandemi 234 326 41,8
Dengan pandemi 245 315 43,8 5.
Penggunaan antibiotik dapat
menyebabkan terjadinya reaksi alergi
pada sebagian orang Ya
Sebelum pandemi 449 111 80,2 Dengan pandemi 471 89 84,1 6. Penggunaan antibiotik tidak
memberi efek samping Tidak Sebelum pandemi 366 194 65,4
Dengan pandemi 373 187 66,6 7. Penggunaan antibiotik yang terlalu sering
dapat menurunkan efektivitas antibiotik untuk membunuh bakteri dalam jangka
panjang Ya Sebelum pandemi 395 165 70,5
Dengan pandemi 411 149 73,4
https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.8 hal. 82 dari 85
No. Pernyataan Jawaban
Ideal Kondisi
Kategori Skor Skor Total
(%) Benar
(1)
Salah (0) 8. Penggunaan antibiotik harus selalu
dihabiskan sesuai saran medis Ya
Sebelum pandemi 510 50 91,1 Dengan pandemi 518 42 92,5 9. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat
memberi potensi terjadinya resistensi
bakteri Ya Sebelum pandemi 367 193 65,5
Dengan pandemi 402 158 71,8 10. Penisilin merupakan salah satu
contoh antibiotik Ya
Sebelum pandemi 299 261 53,4 Dengan pandemi 323 237 57,7 Rata-rata sub variabel pengetahuan
Sebelum pandemi 62,8
Dengan pandemi 66,6
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dengan adanya pandemi COVID-19 nilai rata-rata variabel pengetahuan mengalami peningkatan dari 62,8% menjadi 66,6%. Kemudian dari hasil uji komparatif dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank diperoleh nilai signifikansi < 0,001 (p < 0,05) yang berarti bahwa peningkatan terjadi secara signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhtar dkk.
(2021) yang menyatakan bahwa selama pandemi COVID-19 terjadi peningkatan pengetahuan tentang antibiotik di tingkat masyarakat.
3.5 Sikap terhadap Penggunaan Antibiotik
Sikap terhadap penggunaan antibiotik pada masyarakat Kota Bandung diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri dari 5 pernyataan. Gambaran sikap masyarakat terhadap penggunaan antibiotik dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Sikap terhadap penggunaan antibiotik pada masyarakat Kota Bandung
No. Pernyataan Kondisi
Kategori Skor Skor
Total STS (%)
(5)
TS (4)
N (3)
S (2)
SS (1) 1. Saya percaya bahwa seluruh
penyakit dapat disembuhkan dengan antibiotik
Sebelum Pandemi 40 81 198 129 112 53,14 Dengan Pandemi 43 74 206 133 104 53,54 2. Saya percaya bahwa
antibiotik dapat menyembuhkan infeksi akibat virus
Sebelum Pandemi 41 76 145 175 123 50,61 Dengan Pandemi 52 73 188 134 113 53,46 3. Saya percaya penggunaan
antibiotik dapat mencegah seluruh penyakit sehingga tidak menjadi lebih buruk
Sebelum Pandemi 68 133 161 133 65 60,21 Dengan Pandemi 30 98 224 139 69 55,75 4. Saya percaya bahwa penggunaan
antibiotik tidak memberikan efek samping
Sebelum Pandemi 77 129 151 130 73 60,25 Dengan Pandemi 44 106 212 110 88 56,71 5. Saya percaya dengan seluruh
informasi yang terdapat di media sosial terkait penggunaan antibiotik
Sebelum Pandemi 44 159 233 87 37 63,07 Dengan Pandemi 42 129 259 82 48 61,25
Rata – rata sub variabel sikap
Sebelum Pandemi 57,46
Dengan Pandemi 56,14
Keterangan : STS = sangat tidak setuju, TS = tidak setuju, N = netral, S = setuju, SS = sangat setuju
https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.8 hal. 83 dari 85 Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa dengan adanya pandemi COVID-19 nilai rata-rata variabel sikap mengalami penurunan dari 57,46% menjadi 56,14%. Kemudian dari hasil uji komparatif dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank diperoleh nilai signifikansi 0,003 (p < 0,05) yang berarti bahwa penurunan terjadi secara signifikan. Penurunan skor sikap terhadap penggunaan antibiotik dengan adanya pandemi COVID-19 dapat diakibatkan karena banyaknya orang yang sakit sehingga masyarakat takut menjadi sakit (Jampani, 2021).
3.6 Tindakan terhadap Penggunaan Antibiotik
Tindakan terhadap penggunaan antibiotik pada masyarakat Kota Bandung diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri dari 7 pernyataan. Gambaran tindakan masyarakat dalam penggunaan antibiotik dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Tindakan terhadap penggunaan antibiotik pada masyarakat Kota Bandung
No. Pernyataan Kondisi
Kategori Skor Skor
Total STS (%)
(5) TS (4)
N (3)
S (2)
SS (1)
1. Saya akan segera
menggunakan antibiotik ketika saya merasa demam
Sebelum Pandemi 47 74 138 155 146 50,04 Dengan Pandemi 25 78 143 153 161 47,61 2. Saya akan memberikan antibiotik
milik saya ke keluarga atau teman ketika mereka sakit
Sebelum Pandemi 45 109 146 150 110 53,89 Dengan Pandemi 34 70 139 151 166 47,68 3. Saya biasa menyimpan
antibiotik sebagai persediaan Sebelum Pandemi 78 107 133 148 94 57,39 Dengan Pandemi 45 74 169 153 119 51,89 4. Saya biasa menghentikan
penggunaan antibiotik ketika merasa sembuh
Sebelum Pandemi 109 107 143 109 92 61,14 Dengan Pandemi 42 86 178 146 108 53,14 5. Saya biasa menggunakan sisa
antibiotik Sebelum Pandemi 67 99 143 128 123 54,96
Dengan Pandemi 36 60 155 151 158 48,04 6. Saya menggunakan antibiotik
karena informasi yang beredar di media sosial
Sebelum Pandemi 59 102 112 168 119 53,36 Dengan Pandemi 43 71 129 159 158 48,64 7. Saya menggunakan antibiotik
karena merasa khawatir karena infeksi penyakit yang sedang banyak terjadi
Sebelum Pandemi 40 89 142 167 122 51,36 Dengan Pandemi 37 65 148 152 158 48,25
Rata-rata Sub Variabel Tindakan
Sebelum Pandemi 54,59
Dengan Pandemi 49,32
Keterangan : STS = sangat tidak setuju, TS = tidak setuju, N = netral, S = setuju, SS = sangat setuju
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa dengan adanya pandemi COVID-19 nilai rata-rata variabel tindakan mengalami penurunan dari 54,59% menjadi 49,32%. Kemudian dari hasil uji komparatif dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank diperoleh nilai signifikansi < 0,001 (p < 0,05) yang berarti bahwa penurunan terjadi secara signifikan. Hal ini sejalan dengan adanya peningkatan penggunaan antibiotik.
Menurut Jampani (2021), dengan adanya pandemi COVID-19 masyarakat cenderung untuk mencari saran medis dan obat-obatan dimana pun.
3.7 Pengaruh Variabel Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan dalam Penggunaan Antibiotik
Dalam pengujian ini digunakan uji regresi linear berganda yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel pengetahuan dan sikap terhadap variabel tindakan dalam penggunaan antibiotik. Adapun hasil dari pengujian regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 8.
https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.8 hal. 84 dari 85 Tabel 8. Hasil uji regresi linear berganda dan koefisien determinasi
Prediktor Nilai B Nilai Signifikansi Koefisien Determinasi (%) Sebelum pandemi COVID-19
Konstanta 3,824
< 0,001a 32,6
Pengetahuan 0,567
Sikap 0,817
Dengan pandemi COVID-19
Konstanta 4,401
< 0,001a 28,5
Pengetahuan 0,331
Sikap 0,759
a. Uji Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa baik sebelum pandemi COVID-19 dan dengan adanya pandemi COVID-19 variabel pengetahuan terkait antibiotik dan sikap dalam penggunaan antibiotik memiliki pengaruh yang positif dengan tindakan dalam penggunaan antibiotik. Artinya apabila variabel pengetahuan terkait antibiotik dan sikap dalam penggunaan antibiotik ditingkatkan maka variabel tindakan dalam penggunaan antibiotik akan meningkat. Dalam uji ini juga didapatkan hasil bahwa pengetahuan terkait antibiotik dan sikap dalam penggunaan antibiotik secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tindakan dalam penggunaan antibiotik di Kota Bandung. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Karuniawati (2021) yang menyatakan bahwa semakin baik pengetahuan dan sikap seseorang terkait antibiotik maka tindakan dalam penggunaan antibiotiknya juga semakin baik. Dalam penelitiannya juga disebutkan bahwa pengetahuan itu sendiri tidak cukup untuk mengubah perilaku tetapi pengetahuan memainkan peran penting dalam membentuk keyakinan dan sikap terhadap perilaku tertentu.
Besarnya pengaruh pengetahuan terkait antibiotik dan sikap dalam penggunaan antibiotik terhadap tindakan dalam penggunaan antibiotik dapat dilihat dari perhitungan koefisien determinasi, dimana pada saat sebelum pandemi COVID-19 diperoleh nilai sebesar 32,6% dan sisanya sebesar 67,4% dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak diteliti pada penelitian ini. Sedangkan dengan adanya pandemi COVID-19 terjadi penurunan nilai koefisien determinasi menjadi 38,5% dan 61,5% sisanya dapat dipengaruhi oleh faktor–faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
3.8 Korelasi Variabel Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Dalam pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Adapun hasil analisis yang dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Hasil uji korelasi
Variabel Kondisi Koefisien korelasi Nilai Signifikansi
Pengetahuan – Sikap Sebelum pandemi 0,115 0,045a
Dengan pandemi 0,140 0,020a
Sikap – Tindakan Sebelum pandemi 0,534 < 0,001a
Dengan pandemi 0,520 < 0,001a
Pengetahuan – Tindakan Sebelum pandemi 0,269 < 0,001a
Dengan pandemi 0,193 < 0,001a
a. Uji Korelasi Pearson
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa hubungan antara variabel pengetahuan–sikap, sikap–tindakan, dan pengetahuan–tindakan memiliki koefisien korelasi yang positif dengan nilai signifikansi < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasangan variabel – variabel tersebut memiliki hubungan linear positif yang signifikan.
4. Kesimpulan
Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang signifikan dengan adanya pandemi COVID-19. Adapun sumber informasi untuk penggunaan antibiotik berasal dari resep dokter. Terkait kebiasaan dalam penyediaan antibiotik menunjukkan bahwa masyarakat umumnya tidak menyimpan antibiotik sebagai persediaan baik sebelum pandemi COVID-19 maupun dengan adanya pandemi COVID-19. Namun, pada masyarakat yang menyimpan antibiotik sebagai persediaan paling banyak memperoleh antibiotik tersebut
https://doi.org/10.5614/j.tl.2023.29.1.8 hal. 85 dari 85 dengan membeli langsung ke apotek. Selain itu, dengan adanya pandemi COVID-19 diperoleh peningkatan skor pengetahuan terkait antibiotik, namun pada skor sikap dan tindakan terhadap penggunaan antibiotik mengalami penurunan. Berdasarkan analisis regresi linear berganda diketahui bahwa variabel pengetahuan dan sikap memberi pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap tindakan penggunaan antibiotik baik sebelum pandemi COVID- 19 maupun dengan adanya pandemi COVID-19. Seluruh variabel tersebut memiliki hubungan yang lurus.
Daftar Pustaka
Akhtar, Z., Mah-E-Muneer, S., Rashid, M. M., Ahmed, M. S., Islam, M. A., Chowdhury, S., Khan, Z., Hassan, M.Z., Islam, K., & Parveen, S.F. (2021). Antibiotics use and its knowledge in the community: a mobile phone survey during the COVID-19 pandemic in Bangladesh. Antibiotics, 10(9), 1052.
Haryanto, A., Priambodo, A., & Lestari, E. S. (2016). Kuantitas penggunaan antibiotik pada pasien bedah ortopedi rsup dr. Kariadi semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal), 5(3), 188-198.
Ivoryanto, E., & Illahi, R. K. (2017). Hubungan tingkat pendidikan formal masyarakat terhadap pengetahuan dalam penggunaan antibiotika oral di Apotek Kecamatan Klojen. Pharmaceutical Journal of Indonesia, 2(2), 31-36.
Jampani, M., & Chandy, S. J. (2021). Increased antimicrobial use during COVID-19: The risk of advancing the threat of antimicrobial resistance. Health Science Reports, 4(4).
Jiang, F., Deng, L., Zhang, L., Cai, Y., Cheung, C. W., & Xia, Z. (2020). Review of the clinical characteristics of coronavirus disease 2019 (COVID-19). Journal of general internal medicine, 35, 1545-1549.
Karuniawati, H., Hassali, M. A. A., Suryawati, S., Ismail, W. I., Taufik, T., & Hossain, M. S. (2021). Assessment of knowledge, attitude, and practice of antibiotic use among the population of Boyolali, Indonesia: a cross-sectional study. International journal of environmental research and public health, 18(16), 8258.
Kondoj, I. V., Lolo, W. A., & Jayanto, I. (2020). Pengaruh tingkat pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan antibiotik di apotek Kimia Farma 396 Tuminting kota Manado. Pharmacon, 9(2), 294-301.
Lingga, H. N., Intannia, D., & Rizaldi, M. (2021). Perilaku Penggunaan Antibiotik Pada Masyarakat Di Wilayah Kabupaten Banjar. In Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah (Vol. 6, No. 3).
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: rineka cipta, 193.
Pratiwi, A. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Rasionalitas Perilaku Penggunaan Antibiotik Pada Masyarakat Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Rawson, T. M., Moore, L. S., Zhu, N., Ranganathan, N., Skolimowska, K., Gilchrist, M., & Holmes, A. (2020). Bacterial and fungal coinfection in individuals with coronavirus: a rapid review to support COVID-19 antimicrobial prescribing. Clinical infectious diseases, 71(9), 2459-2468.
Sadikin, Z. D. (2011). Penggunaan obat yang rasional. J Indon Med Assoc, 61(4), 145-8.
Sunaryo. 2006. Psikologi untuk Keperawatan. EGC : Buku Kedokteran.
Tamayanti, W. D., Sari, W. D., & Dewi, D. N. (2016). Penggunaan antibiotik di dua apotek di Surabaya: identifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien. Journal Pharmaciana, 6(2), 155-162.
Wulandari, L. P. L., Khan, M., Liverani, M., Ferdiana, A., Mashuri, Y. A., Probandari, A., & Wiseman, V. (2021). Prevalence and determinants of inappropriate antibiotic dispensing at private drug retail outlets in urban and rural areas of Indonesia: a mixed methods study. BMJ global health, 6(8), e004993.