Religion And Tourism Growth in Aceh:
A Conceptual Framework
Mohamad Handi Khalifah1, Iqlima Azhar2*, Muhammad Salman3, Mayang Murni4
1 Islamic Economics and Finance, Sakarya Universitas, Turkey
2,3,4 Fakultas Ekonomi, Universitas Samudra
2*Corresponding Author: [email protected]
ABSTRACT
This research aims to discover and assess the halal tourism potential in Aceh Province. This research is qualitative and uses the literature review method. The findings of this study indicate that Aceh has excellent potential as a halal tourist destination, with natural wealth comparable to other well-known tourist destinations in Indonesia; however, Aceh Province, as the only province in Indonesia that follows Islamic Sharia law, must identify market segments in order to promote things that will appeal to foreign tourists. Aceh has met all of these criteria as a norm for halal tourism zones, according to the Global Travel Market Index (GMTI).
Keywords: Religion, Tourism Growth, Aceh
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi pariwisata halal di Provinsi Aceh. Karakteristik penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode literature review. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Aceh memiliki potensi yang besar sebagai tempat wisata halal, yang memiliki kekayaan alam tidak kalah dibanding wilayah wisata terkenal lainnya yang ada di Indonesia, hanya saja Provinsi Aceh sebagai satu-satunya Provinsi di Indonesia yang menerapkan hukum syari’at islam harus menetapkan segmen pasar untuk dipromosikan hal-hal yang dapat menarik minat para wisatawan mancanegara. Berdasarkan aspek yang ditetapkan oleh Global Travel Market Indeks (GMTI), Aceh telah memenuhi semua aspek tersebut sebagai standar kawasan wisata halal.
Keyword: Agama, pertumbuhan pariwisata, Aceh
PENDAHULUAN
Aceh merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang diberi kewenangan otonomi khusus. Pada tahun 2016, Aceh berhasil mendapatkan penghargaan sebagai World’s Best Airport for Halal Travellers dan World’s Best Halal Cultural Destination dari World Halal Torism Award (Kemenparekraf/Baparekraf, 2021). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Uno melakukan kunjungan ke Desa Wisata Gampong Uee Lheue di Kota Banda Aceh yang masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik anugerah Desa Wisata Indonesia (AFWI) 2022 dengan kelengkapan potensi wisata dan ekonomi kreatif, beliau mengatakan bahwa Desa Wisata Gampong Ulee Lheue ini memiliki potensi pariwisata yang tinggi sehingga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung (Hendriyani, 2022).
Aceh juga merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang letaknya strategis dikawasan selat malaka yang merupakan jalur pelayaran internasional, serta didukung dengan kekayaan alam, pesona budaya daerah, keunikan sejarah dan peninggalan Tsunami
“Tsunami Heritage” yang terus dilakukan upaya pengembangan dan juga promosi pariwisata daerah sebagai salah satu tujuan wisata unggulan yang aman dan nyaman bagi wisatawan. Untuk mempromosikan Aceh sebagai salah satu daerah tujuan wisata, telah dilakukan berbagai strategi marketing yang bersifat terpadu dan profesional dengan melibatkan seluruh stakeholder melalui pendekatan: co-based marketing, society-based
marketing, dan IT-based marketing dengan mengutamakan karakteristik, kearifan lokal dan keunggulan Aceh berlatar belakang keindahan alam dan budaya Aceh yang islami (Aceh D. P., n.d.). Kepala Bidang Pengembangan Usaha Pariwisata Aceh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Amiruddin Cut Hasan mengatakan jika warisan pariwisata Aceh melebihi Bali (AdminPortal, 2016). Hanya saja pihak luar terlalu takut untuk berwisata di Aceh karena menganggap daerah Syariat Islam penuh dengan aturan.
Pada 23 Februari 2023 lalu, PJ Bupati Bireun, Aceh, Aulia Sofyan mengeluarkan Surat Edaran terkait larangan live musik di sejumlah kafe dan hotel (PramborsFM, 2023).
Menurut Anwar, Kepala Dinas Syariat Islam Kota Bireun, Aceh, akhir-akhir ini banyak keluhan dari masyarakat, rata-rata kafe ini di dekat rumah warga, jadi terganggu kenyamanan masyarakat, live musik sampai jam 1-2 malam (Acehkini, 2023). Surat Edaran Bupati Bireun Nomor 451/199/2023 tentang larangan pelaksanaan live musik dalam Kabupaten Bireun ditandatangani pada 24 Februari 2023, dimana isi larangan tersebut mengutip fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Nomor 12 Tahun 2013 tentang seni budaya hiburan lainnya dalam pandangan syariah Islam (infoAceh.Net, 2022). Ada 11 poin dalam Surat Edaran tersebut, yang salah satunya menyebutkan “syair dan nyanyian tidak disertai dengan alat-alat musik yang diharamkan, seperti bass, piano, biola, seruling, gitar, dan sejenisnya.
Pratama (2022) menyatakan bahwa kebijakan wisata halal terhadap kunjungan wisatawan masih belum maksimal, pembangunan dan promosi yang dilakukan dinas Pariwisata Kota Banda Aceh berdampak pada kunjungan wisatawan, tetapi sarana dan prasarana syariat serta sertifikasi halal masih belum maksimal di implementasikan pada jasa usaha pariwisata sehingga berdampak pada kunjungan wisatawan yang ragu akan produk halal pada jasa pariwisata di Kota Banda Aceh. (Ramadhani, 2021) menyebutkan bahwa regulasi terkait pariwisata halal di Indonesia masih belum jelas dan masih lemah, hal ini menjadi dilema karena Indonesia belum mempunyai pedoman khusus untuk pariwisata halal dan masih diatur secara umum di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Penelitian ini ingin melihat bagaimana dampak regulasi terkait kebijakan pariwisata di Propinsi Aceh yang sarat dengan syariah Islam. Apakah warga Aceh yang kuat pendirian akan hukum-hukum syariah islam menjadikan Aceh yang kaya akan tempat wisata menjadi tidak berkembang sepesat wilayah lainnya di Indonesia? Propinsi Aceh tidak termasuk dalam 5 Destinasi Super Prioritas Indonesia yang diyakini mampu mendongkrak industri pariwisata Indonesia dimasa yang akan datang, lima diantaranya adalah Bali, Nusa Tenggara Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di jawa Tengah, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, serta Likupang di Sulawesi (Kemenparekraf, 2021). Aceh yang merupakan satu-satunya Provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat Islam, sesuai Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Banyak elemen kehidupan masyarakat yang terkena dampak dari keputusan tersebut, dan sektor pariwisata adalah salah satunya.
Pariwisata di anggap tidak islami (Gani, Kayat, & Ahmad, 2012).
LITERATURE REVIEW Konsep Wisata Halal
Pariwisata halal merupakan konsep baru dalam industri pariwisata sebagai salah satu pemenuhan gaya hidup saat ini. Pariwisata halal mengintegrasikan antara motivasi agama dan konservatif yang mencoba untuk mengangkat gaya hidup islam dan menggarisbawahi ketidaksesuaiannya dengan praktik pariwisata barat. Wakil Presiden Indonesia, Ma’ruf Amin secara khusus meminta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) untuk mengembangkan potensi wisata halal di Indonesia, mengingat wisata halal di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Dalam kancah global, pariwisata halal menjadi pasar yang menjanjikan dilihat dari Laporan Mastercard Crescentrating Global Muslim Travel Indeks (GMTI) 2019, yang memprediksi akan ada 230 juta wisatawan muslim secara global pada tahun 2026 mendatang (Kemenparekraf/Baparekraf, 2021).
Pariwisata halal didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan muslim ketika bergerak dari suatu tempat ke tempat lain atau ketika berada di satu tempat diluar tempat tingga mereka yang normal untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan untuk terlibat dalam kegiatan dengan motivasi islam (syahrial, 2022).
Seorang muslim didorong untuk melakukan kegiatan bepergian seperti menjalankan kewajiban ibadah haji atau umrah di kota suci umat islam, Mekkah, serta ziarah ke makam nabi dan rasul. Istilah wisata halal mulai dikenal sejak tahun 2015 ketika sebuah event World Halal Tourism Summit (WHTS) digelar di Abu Dhabi, UEA. Dalam event ini WHTS berusaha menyadarkan bahwa pangsa pasar dari wisata halal amatlah besar dan perlu untuk terus dikembangkan. Pengertian secara umum wisata halal adalah bagian dari industri pariwisata yang ditujukan untuk wisatawan muslim. Pelayanan wisatawan dalam pariwisata halal merujuk pada aturan-aturan islam, seperti hotel yang tidak menyediakan makanan atau minuman yang mengandung alkohol dan memiliki kolam renang serta fasilitas spa yang terpisah untuk pria dan wanita. Berikut perbedaan pariwisata konvensional dan pariwisata halal.
Tabel 1. Perbedaan pariwisata konvensional dan pariwisata halal
No Item
Perbandingan
Konvensional Halal/Syariah
1 Objek alam, budaya, heritage, kuliner Semuanya
2 Tujuan Menghibur Meningkatkan spiritualitas
dengan cara menghibur 3 Target Menyentuh kepuasan dan
kesenangan yang berdimensi nafsu, semata-mata hanya untuk hiburan
Memenuhi keinginan dan kesenangan serta menumbuhkan kesadaran beragama
4 Guide Memahami dan menguasai informasi sehingga bisa menarik wisatawan terhadap objek wisata
Membuat turis tertarik pada objek sekaligus membangkitkan spirit religiusitas wisatawan.
Mampu menjelaskan fungsi dan peran syariah dalam bentuk kebahagiaan dan kepuasan batin dalam kehidupan manusia.
5 Fasilitas Ibadah Sekedar pelengkap Menjadi bagian yang menyatu dengan objek pariwisata, ritual ibadah menjadi bagian paket hiburan.
6 Kuliner Umum Spesifik dan halal
7 Relasi dengan Masyarakat dilingkungan objek wisata
Komplementer dan hanya untuk keuntungan materi
Integrated, integrasi berdasarkan pada prinsip syariah
8 Agenda Perjalanan
Setiap waktu Memperhatikan waktu
Sumber: (Andriani & dkk, 2015).
Jika dilihat dari segi konsep, maka pariwisata halal memiliki konsep pelayanan dan produk wisata berbasis syariat islam. Konsep pariwisata halal adalah terpenuhinya fasilitas ibadah, tersedianya makanan dan minuman halal, dan tidak ada atribut yang bertentangan dengan syariat. Ketika hal-hal tersebut diatas terpenuhi oleh suatu tempat wisata, maka dapat dipastikan tempat tersebut sebagai pariwisata halal. Konsep pariwisata halal dimaknai dengan kegiatan pariwisata yang berasaskan nilai ibadah dan dakwah pada wisatawan muslim (surur, 2020).
Global Muslim Travel Indeks (GMTI) adalah sebuah lembaga penyedia data atau informasi tentang destinasi wisata, jasa perjalanan dan investor untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan pasar pariwisata (surur, 2020). Setiap tahun GMTI merilis peringkat negara yang mengimplementasikan sistem wisata muslim atau pariwisata syariah. Lembaga ini juga menjadi rujukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam mempromosikan Indonesia sebagai destinasi wisata halal. Terdapat empat faktor utama yang menjadi dasar penentuan dalam mengukur indeks wisata halal dunia, yaitu:
1. Akses, yaitu faktor yang dapat menghubungkan antara supply dan demand, yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu persyaratan visa, konektivitas, dan infrastruktur transportasi.
2. Komunikasi, yaitu merujuk pada hubungan antara eksternal dan internal dalam suatu pariwisata syariah. Aspek ini terdiri dari 3 tolak ukur, yakni: jangkauan yang memudahkan wisatawan untuk mendapat seluruh informasi terkait tujuan wisata;
yang kedua adalah kemudahan komunikasi dengan adanya penggunaan bahasa universal yang memudahkan proses komunikasi baik secara internal maupun eksternal; ketiga adalah tersedianya jejak digital yang menunjang komunikasi dan informasi wisata halal.
3. Lingkungan didaerah tujuan wisata, yang terdiri dari; keamanan, kenyamanan beribadah, keramahtamahan, dan kondisi lingkungan.
4. Penyediaan layanan jasa selama berada di destinasi wisata yang ditentukan dengan 3 bentuk jasa berdasarkan standar syariah, yaitu; kebutuhan utama (makanan berstandarisasi halal dan fasilitas ibadah); jasa utama, yakni tersedianya hotel sesuai standar syariah dan bandara yang menjadi pintu utama kedatangan para wisatawan; pengalaman berharga, yaitu sebagai objek daya tarik wisata yang
sedapat mungkin menawarkan pengalaman unik dan berharga yang mereka tidak temukan di negara asal.
Berdasarkan parameter tersebut diatas, GMTI menetapkan skor yang akan diakumulasikan sesuai dengan pencapaian setiap objek wisata atau negara penyedia jasa wisata halal. Tahun 2022, Indonesia menempati peringkat kedua dalam daftar destinasi wisata halal versi GMTI yang menempatkan Indonesia bersama Arab Saudi dan Turki dalam peringkat yang sama dengan total skor 70 (Kompas.com, 2022).
Gambar 1. Peringkat GMTI 2022 Sumber: (Finaka, 2022)
Indonesia diperingkat kedua wisata halal dunia tahun 2022 dengan mengungguli 138 destinasi dari seluruh dunia.
Regulasi
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mengamanatkan bahwa setiap orang berhak memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan wisata.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya dan keunikan yang menjadi daya tarik wisata, sehingga pemerintah menempatkan sektor pariwisata menjadi sektor unggulan yang menopang sistem ekonomi nasional. Secara teknis, pariwisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 adalah “kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Namun dalam Undang-Undang tersebut tidak di atur secara spesifik mengenai wisata halal di Indonesia.
Propinsi Aceh juga memiliki Peraturan daerah mengenai pariwisata, yaitu tertuang dalam Qanun Aceh Nomor 8 tahun 2013 tentang kepariwisataan, namun dalam Qanun tersebut juga tidak ditemukan peraturan mengenai wisata halal secara spesifik. Disebutkan pada pasal 2, penyelenggaraan kepariwisataan Aceh berasakan: iman dan islam;
kenyamanan; keadilan; kerakyatan; kebersamaan; kelestarian; keterbukaan; dan adat, budaya dan kearifan lokal . Seharusnya Aceh dengan julukan serambi mekkah dan menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang menerapkan syariah islam memiliki ketentuan peraturan perundangan tersendiri mengenai wisata halal yang menjadi pedoman dan standar bagi pelaku usaha yang ingin menjalankan usaha wisata halal.
Dewan Syariah Indonesia Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa Nomor 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Syariah. Namun demikian jika fatwa yang dikeluarkan oleh MUI tersebut tidak dituangkan dalam bentuk aturan Undang-undang ataupun Peraturan Menteri oleh Kementerian Pariwisata, maka fatwa tersebut tidak akan berlaku secara efektif. Menurut (Johar, 2016) dalam sistem hukum ketata negaraan di Indonesia, posisi atau kedudukan fatwa MUI hanya merupakan sebagai hukum aspiratif yang mempunyai kekuatan konstruktif secara moral bagi komunitas yang mempunyai aspirasi untuk mengamalkannya, namun fatwa tersebut tidak dapat dijadikan alat paksa bagi kelompok lain yang berbeda pendapat dengan fatwa MUI. Pada dasarnya isi dan materi fatwa MUI hanya sebatas atau merupakan pendapat semata, yang tidak ada sifat mengikat secara hukum bahkan juga tidak mengikat bagi umat Islam itu sendiri, dan tidak dapat diterapkan secara memaksa, apalagi menjadi satu-satunya dasar untuk menjatuhkan sanksi dalam tindak pidana.
Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh mengeluarkan rumusan Fatwa terkait wisata halal yakni Fatwa MPU Aceh Nomor 2 Tahun 2022 tentang Wisata Halal dalam Perspektif Syari’ah islam. Pada poin ketiga fatwa tersebut memutuskan bahwa:
wisatawan non muslim wajib menghargai dan menghormati tatanan wisata yang berbasis nilai-nilai syariat islam dan kearifan lokal. (Yusmandin Idris Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Pj Bupati Larang Live Musik di Bireuen, 2023) Pada 24 Februari 2023, Pj Bupati Bireun mengeluarkan Surat Edaran larangan pelaksanaan live musik didalam Kabupaten Bireun. Surat Edaran Nomor: 451/199/2023 itu dikeluarkan pada Jumat, 24 Februari 2023, ditujukan untuk pemilik coffee, pemilik hotel, pemilik restoran dan pengelola tempat hiburan lainnya. Dalam surat edaran tersebut disebutkan, berdasarkan Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Seni Budaya Hiburan Lainnya Dalam Pandangan Syariat Islam, syair dan nyanyian tidak disertai dengan alat-alat musik yang diharamkan seperti bass, piano, biola, seruling, gitar dan sejenisnya. Hal tersebut dikarenakan laporan warga yang merasa terganggu dengan volume suara yang kencang dan live musik tersebut berlangsung hingga subuh.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan sifat penelitian eksploratif, yakni penelitian yang bertujuan menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu (Arikunto, 2006). Teknik penelitian yang digunakan adalah studi literatur, yaitu dengan cara meneliti dan memahami sumber literatur di antaranya adalah, jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku-buku yang relevan, hasil- hasil seminar, artikel ilmiah yang belum dipublikasi, surat-surat keputusan dan lainnya yang relevan dan mendukung penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Pariwisata (2023) menyatakan bahwa pada Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh didapat grafik kunjungan wisatawan Aceh dari tahun 2010 sampai dengan 2022 sebagai berikut.
Gambar 2. Statistik Jumlah Wisatawan Propinsi Aceh 2010-2022 Sumber: ppid.acehprov.go.id
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Aceh sangat sedikit. Padahal Aceh memiliki potensi wisata alam yang sangat indah, bahkan bisa dikatakan lebih cantik dibandingkan Bali, seperti yang dikatakan oleh Kepala Bidang Pengembangan Usaha Pariwisata Aceh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Amiruddin Cut Hasan yang menyatakan bahwa warisan pariwisata Aceh melebihi Bali (AdminPortal, 2016). Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya peraturan di Aceh dimana dalam fatwa MPU Aceh No. 2 Tahun 2022 tentang wisata halal dalam perspektif syariah islam menyebutkan bahwa “wisatawan non muslim wajib menghargai dan menghormati tatanan wisata yang berbasis nlai-nilai syari’at islam dan kearifan lokal”.
Dimana selanjutnya diatur dalam fatwa tersebut bahwa tidak diperkenankan terjadinya campur-baur antara laki-laki dan perempuan yang diharamkan. Para pelaku usaha juga diwajibkan untuk menghindari kegiatan-kegiatan maksiat seperti hiburan yang diharamkan dan penginapan yang melanggar prinsip syariah (Aceh M. P., 2022).
Mengingat Aceh sebagai satu-satunya provinsi yang menerapkan syariat islam, maka seindah apapun pesona alam yang dimilikinya di banding wilayah lain di Indonesia seperti Bali, lombok, dan tempat wisata lainnya, tidak bisa bersaing dengan segmen wisatawan yang sama dengan wilayah-wilayah lain tersebut. Aceh harus memiliki segmen pasar wisatawan tersendiri, dengan begitu Aceh akan mempunyai tempat tersendiri pada bagian wisata halal yang kini di gaungkan oleh kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu dengan menonjolkan situs-situs sejarah dan budaya syariah yang dimilikinya.
Pada tabel dibawah dapat dilihat bagaimana kondisi Aceh jika dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan oleh Global Muslim Travel Indeks (GMTI).
Tabel 2. Pemenuhan kriteria wisata halal GMTI di Aceh
Source: data Diolah (2023)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Aceh memenuhi semua kriteria yang ditetapkan GMTI sebagai daerah wisata halal. Dalam (DisbudparAceh, 2020) menyebutkan bahwa saat ini ada banyak hal yang sudah dilakukan oleh pemerintah Aceh untuk membangun dan mengembangkan sektor pariwisata di Aceh, seperti pengembangan destinasi dan mempermudah aksesibilitas serta konektivitas antar destinasi. Saat ini, semua destinasi wisata Aceh telah dapat dikunjungi melalui jalur darat, laut, dan udara. Aceh juga bisa diakses langsung oleh penerbangan internasional seperti dari Penang, Kuala Lumpur, dan juga Jeddah. Sekarang ini Pemerintah Aceh sedang membahas dan mematangkan rencana pembukaan jalur penerbangan baru dari Aceh ke India (Port Blair) serta rute Sabang – Phuket – Langkawi.
Harapan dari pembangunan pariwisata ini adalah munculnya peluang usaha ekonomi masyarakat, meningkatkan taraf ekonomi dan pendapatan masyarakat, terjaga dan terpeliharanya kehidupan sosial budaya masyarakat. Aceh harus menggunakan segala media untuk memperkenalkan dan mempublikasikan potensi wisata halal nya yang mampu menjangkau seluruh belahan bumi. Sebagai bentuk usaha mengembangkan wisata halal di Aceh juga perlu ditemukan permasalahan yang bisa menjadi penghambat, mulai dari yang bersifat fisik, nonfisik atau sosial, baik internal maupun eksternal desa.
Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran
Aceh memiliki potensi wisata yang sangat besar dan di dukung oleh lokasi yang strategis seharusnya dapat meningkatkan perekonomian daerahnya dari sisi pariwisata seperti wilayah wisata lainnya di Indonesia seperti Bali dan Lombok. Berdasarkan Global Muslim Travel Indeks (GMTI), kriteria yang ditetapkan sebagai kawasan wisata halal juga wilayah Aceh telah memenuhi semua kriteria, hanya saja Propinsi Aceh masih belum
Akses Persyaratan Visa
Konektivitas
Infrastruktur transportasi
Komunikasi Jangkauan wisatawan mendapatkan informasi
terkait tujuan wisata
Kemudahan komunikasi dengan adanya
penggunaan bahasa universal
Tersedia jejak digital yang menunjang
komunikasi dan informasi wisata halal
Lingkungan Keamanan
Kenyamanan Beribadah
Keramahtamahan
Kondisi Lingkungan
Penyediaan jasa layanan selama berada di destinasi wisata
Makanan dan minuman halal
Tersedia hotel sesuai standar syariah
Tersedianya bandara
Pengalaman yang berharga
mampu memaksimalkan pendapatan daerah nya dari pariwisata, hal tersebut dapat di atasi dengan cara memperkenalkan dan mempublikasikan potensi wisata halal di Aceh ke manca negara.
Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga menjadi satu keterbatasan hasil penelitian yang tidak mendapatkan opini langsung dari para wisatawan baik domestik maupun asing terkait persepsi mereka terhadap wisata di Aceh. Disarankan penelitian selanjutnya menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada para wisatawan yang berkunjung ke Propinsi Aceh, sehingga mendapatkan umpan balik yang dapat meningkatkan pariwisata di Aceh.
Daftar Pustaka
Aceh, D.P.(t.thn.). Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh. Diambil kembali dari https://disbudpar.acehprov.go.id/sambutan-kepala-dinas-kebudayaan-dan-pariwisata- aceh/
Aceh, M. P. (2022). Fatwa MPU Aceh Nomor 2 Tahun 2022 tentang Wisata Halal dalam Perspektif Islam.
Acehkini. (2023, 2 27). Pemkab Bireuen di Aceh Larang Live Musik: Dinilai Ganggu Kenyamanan Warga. Diambil kembali dari https://kumparan.com/acehkini/pemkab- bireuen-di-aceh-larang-live-musik-dinilai-ganggu-kenyamanan-warga-
1zut6U59HA3/1
AdminPortal. (2016, 3 3). Industri Wisata Aceh Berkembang Pesat Jika…. Diambil kembali dari Portalsatu (kabar Aceh untuk dunia): https://portalsatu.com/industri- wisata-aceh-berkembang-pesat-jika/
Andriani, D., & dkk. (2015). Pengembangan Wisata Syariah. jakarta: kemenpar.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
DisbudparAceh. (2020). Prosiding Dialog Pembangunan Paiwsata Aceh. Forum Silaturrahmi Aceh Meusapat. Jakarta.
Finaka, A. W. (2022). Indonesia Peringkat Kedua Wisata Halal Dunia 2022. Diambil kembali dari https://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-peringkat-kedua-wisata- halal-dunia-2022
Gani, A. A., Kayat, K., & Ahmad, S. A. (2012). RELIGION AND TOURISM DEVELOPMENT: A CONCEPTUAL FRAMEWORK IN THE STUDY OF PARTICIPATION IN WEH ISLAND ACEH PROVINCE, INDONESIA. Tourism and Hospitality International Conference (THIC).
Hendriyani, I. G. (2022, 8 5). Siaran Pers : Menparekraf: Desa Wisata Gampong Ulee Lheue Aceh Kaya Akan Wisata Sejarah. Diambil kembali dari KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF: https://kemenparekraf.go.id/hasil-pencarian/siaran-pers- menparekraf-desa-wisata-gampong-ulee-lheue-aceh-kaya-akan-wisata-sejarah
infoAceh.Net. (2022, 10 2). Jangan Sembarangan Minta MPU Aceh Tinjau Kembali Fatwa Seni Budaya dan Hiburan. Diambil kembali dari https://infoaceh.net/umum/jangan-sembarangan-minta-mpu-aceh-tinjau-kembali- fatwa-seni-budaya-dan-hiburan/
Johar, A. F. (2016, 4). KEKUATAN HUKUM FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) DARI PERSPEKTIF PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA. Diambil kembali dari Pengadilan Agama Kalimantan Selatan: http://pa- negarakalsel.go.id/images/images/PDF/Kekuatan_Hukum_Fatwa_Majelis_Ulama_Ind onesia.pdf
Kemenparekraf. (2021). Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Diambil kembali dari https://info5dsp.kemenparekraf.go.id
Kemenparekraf/Baparekraf, R. (2021). Potensi Pengembangan Wisata Halal di Indonesia.
Diambil kembali dari https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Potensi- Pengembangan-Wisata-Halal-di-Indonesia
Kompas.com. (2022, 7 18). Indonesia Peringkat Kedua Wisata Halal Dunia 2022 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia Peringkat Kedua Wisata
Halal Dunia 2022", Klik untuk baca:
https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/18/093100565/indonesia-peringkat- kedua-wisata-halal-dunia-2022?page=all. Penulis : Diva Lufiana Putri Editor : Rendika Ferri Kurniawan Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6 Download aplikasi: https://kmp.im/app6. Diambil kembali dari https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/18/093100565/indonesia-peringkat- kedua-wisata-halal-dunia-2022?page=all
Pariwisata, S. P. (2023). Informasi Publik SKPA PPID : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Diambil kembali dari https://disbudpar.acehprov.go.id/ppid/
PramborsFM. (2023, 3 13). Bupati Bireuen Aceh Edarkan Surat Larangan Terbaru untuk Acara Live Musik. Diambil kembali dari https://www.pramborsfm.com/news/bupati- bireuen-aceh-edarkan-surat-larangan-terbaru-untuk-acara-live-musik/all
Pratama, C. A. (2022). DAMPAK KEBIJAKAN WISATA HALAL TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN DI KOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH. Diambil
kembali dari
http://eprints.ipdn.ac.id/10856/1/REPOSITORY_CHENDA%281%29.pdf
Ramadhani, M. (2021, 5). DILEMA REGULASI PARIWISATA HALAL DI INDONESIA . Ar Rehla: Journal of Islamic Tourism, Halal Food, Islamic Traveling, and Creative Economy, 1(1), 89-105.
surur, F. (2020). Wisata Halal; Konsep dan Aplikasi . Gowa: Alauddin University Press.
syahrial, m. (2022). manajemen pariwisata halal model penta helix dalam pengembangan pariwisata halal di Sumatera Barat. (t. lestari, Penyunt.) Surabaya: CV. Jakad Media Publishing.
Yusmandin Idris Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Pj Bupati Larang Live Musik di Bireuen, M. D.-b.-l.-l.-m.-d.-b.-m.-d.-d.-b.-a. (2023, 3 6). Pj Bupati Larang Live Musik di Bireuen, MPU Dukung dan Beri Apresiasi Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Pj Bupati Larang Live Musik di
Bireuen, MPU Dukung dan Beri Apresiasi,
https://aceh.tribunnews.com/2023/03/06/pj-bupati-larang-live-musik-di-bireuen-mpu- dukung-dan-beri-apresiasi. Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Saifullah . Diambil kembali dari serambinews.com: https://aceh.tribunnews.com/2023/03/06/pj-bupati- larang-live-musik-di-bireuen-mpu-dukung-dan-beri-apresiasi