• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Sebuah Studi Fenomenologi: Menelisik Informasi Akuntansi Usaha Kecil di Kota Palangka Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Sebuah Studi Fenomenologi: Menelisik Informasi Akuntansi Usaha Kecil di Kota Palangka Raya"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Sebuah Studi Fenomenologi: Menelisik Informasi Akuntansi Usaha Kecil di Kota Palangka Raya

Wukuf Dilvan Rafa1*,Putri Balqis Fahrianti Octaviony2, Shelly Laravida3

123Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tanjungpura

*Corresponding author: [email protected]

ABSTRACT

Large companies are synonymous with their accounting implementation. This gives rise to the perception that only large companies can apply accounting, so small businesses are deemed not to need to apply accounting because of the low level of materiality, even though accounting is a business instrument. This research aims to examine accounting information, especially for small businesses, namely street vendors. This research is a type of qualitative research with a phenomenology data analysis approach. Data collection was carried out by conducting observations and in-depth interviews with the application of data reduction consisting of noema, noesis, bracketing, and eideric reduction. The research results stated that there was a separate understanding regarding the meaning of accounting; this happened because the informants had different levels of education. The first informant said that accounting is the basics of finance, buying and selling activities, and credit debits.

The second informant defines accounting as expenditure and income activities until a final balance is obtained. The third, fourth, and fifth informants did not even know exactly what accounting was and only thought that accounting was for people who worked in a bank. The conclusion from this research is that all street vendors cannot understand the meaning of accounting and are unable to make business financial reports. The limitations of the research are related to the limited number of respondents, so it cannot be a basis for saying that all street vendors in Palangka Raya City do not understand accounting. Suggestions that can be given are to provide training for street vendors regarding financial reporting and the importance of making financial reports for businesses to provide opportunities for street vendors to obtain various funding and for future researchers to be able to review it from a quantitative aspect so that the amount of data obtained is more complete.

Keyword : Accounting Perspective, Fenomenology Transendental, Small business, Street Vendors.

ABSTRACT

Perusahaan besar identik dengan penerapan akuntansinya. Hal ini menimbulkan persespsi bahwa hanya perusahaan besar yang dapat menerapkan akuntansi sehingga usaha kecil dinilai tidak perlu menerapkan akuntansi karna tingkat materialitas yang rendah meskipun sebenarnya akuntansi adalah instrumen bisnis. Penelitian ini bertujuan untuk menelisik informasi akuntansi khususnya untuk usaha kecil yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL). Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan Fenomenology Data Analysis (FDA). Pengambilan data dilakukan dengan melakukan observasi serta wawancara mendalam dengan penerapatan reduksi data yang terdiri dari noema, noesis, bracketing dan eideric reduction. Hasil penelitian menyatakan terdapat pemahaman tersendiri terkait makna akuntansi, hal ini terjadi karena informan memiliki tingkat pendidikan yang berbeda. Informan pertama mengatakan bahwa akuntansi adalah dasar-dasar keuangan, kegiatan jual beli serta debit kredit. Informan kedua mengartikan akuntansi sebagai kegiatan pengeluaran dan pendapatan hingga menjadi saldo akhir. Informan ketiga, keempat dan kelima bahkan tidak mengetahui secara pasti apa itu akuntansi dan hanya menganggap akuntansi adalah orang-orang yang bekerja di sebuah bank. Kesimpulan dari penelitian ini seluruh pedagang kaki lima tidak dapat memahami makna dari akuntansi serta tidak mampu untuk membuat pelaporan keuangan usaha. Keterbatasan penelitian terkait dengan jumlah responden yang terbatas sehingga tidak dapat menjadi dasar untuk mengatakan seluruh pedagang kaki lima di Kota Palangka Raya tidak memahami akuntansi. Saran yang bisa diberikan adalah memberikan pelatihan bagi pedagang kaki lima terkait pelaporan keuangan dan pentingnya membuat laporan keuangan untuk usaha sehingga memberikan kesempatan bagi pedagang kaki lima untuk mendapatkan berbagai pendanaan serta bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meninjau dari aspek kuantitatif agar jumlah data yang diperoleh lebih banyak.

Keyword : Makna akuntansi, Transendental Fenomenologi, Usaha kecil, Pedagang kaki lima

(2)

PENDAHULUAN

Industri bermula berasal dari inggris pada abad ke-18. Seiring perkembangan waktu dan teknologi menyebabkan revolusi industri besar-besaran sehingga memiliki pengaruh yang kuat hingga bahkan melampaui suatu negara. Imbas dari perkembangan teknologi yang terjadi pada industri adalah kecepatan produksi barang-barang yang bermula menggunakan tenaga manusia kemudian beralih ke mesin-mesin. Hal ini menyebabkan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri semakin sedikit dan menyebabkan terdegradasinya lapangan kerja.

Realita yang terjadi adalah banyak tenaga kerja yang tidak memiliki syarat dan kemampuan dari latar belakang pendidikan formal sehingga opsi yang mereka lakukan hanyalah mengandalkan sektor informal. Sektor informal menjadi pilihan bagi masyarakat yang tidak memenuhi persyaratan pekerjaan formal dalam menggantungkan kehidupannya (Sastrawan, 2015:2; Aisyah et al., 2017:1), ini sejalan dengan data yang diperoleh peneliti dari Badan Pusat Statistik (BPS 2022) mengenai proporsi tenaga kerja informal yang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah yakni sebesar 51,5% untuk sektor informal dan 48,5% untuk sektor formal.

Sektor informal lebih khususnya Pedagang Kaki Lima (PKL) seringkali dijadikan kambing hitam dari kehilangan potensi pajak yang diterima oleh negara. Ini terjadi salah satunya akibat dari cara pandang terhadap akuntansi yang berbeda daripada perusahaan yang sudah besar, ketidakpahaman akan akuntansi menjadi kesalahan elementer yang dimiliki oleh PKL sehingga mereka sulit untuk naik kelas. Menurut Kieso et al., (2019) akuntansi adalah tahapan penyusunan dan pelaporan keuangan untuk dipergunakan oleh pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini pihak yang berkepentingan bisa berasal dari sektor perusahaan ataupun pribadi sehingga akuntansi dapat digunakan pada seluruh lapisan ekonomi. Pengertian tersebut dapat dipahami bahwa usaha kecil (termasuk pedagang kaki lima) juga dapat menggunakan akuntansi meskipun proses penyajian yang dilakukan berbeda dari yang diartikan oleh praktisi/ akuntan saat ini. (Sakri et al., 2018).

Beberapa penelitian terdahulu telah mengungkapkan bahwa pemanfaatan akuntansi sudah dijalankan oleh usaha kecil informal. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Suwanto Suwanto et al., (2016) yaitu pemahaman akuntansi oleh tukang bakso dimaknai menjadi sebuah informasi, termasuk didalamnya sebagai pertanggungjawaban dan juga perhitungan dalam pengambilan keputusan. Namun hasil penelitian berbeda yang dilakukan oleh (Sakri et al., (2018) yang menyatakan bahwa akuntansi bahkan hanya dipandang sebagai kwitansi oleh PKL yang merupakan lulusan sekolah dasar. Dari hasil kedua penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi perbedaan pemahaman terhadap akuntansi diantara PKL.

Berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan terkait dengan pemahaman akuntansi terhadap usaha kecil, namun masih banyak objek penelitian yang bisa dilakukan analisis lebih dalam seperti halnya dengan melakukan penelitian pada daerah yang berbeda, mengingat kultur budaya dan permasalahan ekonomi setiap daerah berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk menelisik dan membuktikan secara lebih mendalam mengenai pemahaman PKL terhadap akuntansi di Kota Palangka Raya.

Penelitian ini dilakukan dengan menelaah jawaban informan secara mendalam dan memahami pentingnya peristiwa yang terkait dengan informan, serta konsep menggunakan metode kualitatif. Pendekatan kualitatif dianggap lebih tepat dalam penelitian ini, karena

(3)

statistik. Statistik tidak digunakan dalam pengumpulan data, namun hasil yang baik dan detail dapat diperoleh dengan membuat gambaran yang jelas dan detail dengan menggunakan metode fenomenologis. Tujuan dari penelitian fenomenologis adalah untuk mereduksi pengalaman individu dari fenomena menjadi deskripsi yang menjelaskan sifat universal dari fenomena tersebut. Fenomenolog berusaha untuk memahami sifat dari sebuah fenomena (Suyanto, 2019).

KERANGKA TEORITIS

Pentingnya pelaporan keuangan pada suatu entitas menjadi bukti bahwa pengelolaan keuangan dilakukan secara transparan. Tidak hanya perusahaan besar, namun juga usaha kecil. Penelitian ini berusaha untuk menelisik apakah usaha kecil yang dijalankan oleh masyarakat telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

Informasi Akuntansi

Akuntansi didefinisikan sebagai yang memberikan informasi kuantitatif, terutama tentang posisi keuangan dan entitas ekonomi yang akan membantu dalam membuat keputusan ekonomi (Hery, 2013:3). Informasi akuntansi yang dimaksud adalah informasi keuangan dan non-keuangan yang digunakan dalam pencatatan, pelaporan, analisis, dan proses pengambilan keputusan dalam bisnis dan organisasi. Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang akurat dan rinci tentang aktivitas keuangan dan operasi suatu entitas.

Informasi dalam akuntansi terdapat tiga jenis diantaranya informasi operasi, informasi akuntansi manajemen, dan informasi akuntansi keuangan. Informasi operasi digunakan untuk memantau operasi bisnis, dan informasi operasi yang disajikan berfungsi sebagai sumber data untuk informasi akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Informasi akuntansi keuangan diberikan kepada manajer dan pihak eksternal perusahaan, dan berisi informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan perubahan perusahaan. Informasi akuntansi manajemen ditujukan kepada pihak internal perusahaan, dan berisi informasi tentang informasi saat ini dan masa depan. Informasi ini digunakan oleh pengguna untuk membuat keputusan ekonomi.

Proprietary Accounting

Teori yang didasarkan pada pemikiran proprietor atau pemilik adalah keseluruhan semua sudut pandang atau perhatian. Konsep akuntansi sendiri mengenai proprietary theory mengenai bagaimana semua prosedur dan aturan disusun sesuai berdasarkan kepentingan pemilik sebagai dasar pemikirannya. Proprietary theory ini sendiri memiliki tujuan untuk menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik, dengan bedasarkan persamaan akuntansi:

Aset – Utang = Ekuitas Pemilik

Persamaan ini mengartikan bahwa kepemilikan adalah sama dengan aset dikurangi kewajiban. Kepemilikan disini menggambarkan kekayaan bersih dari pemilik usaha.

(4)

Berdasarkan penelitian teori akuntansi oleh beberapa para ahli, proprietary accounting ini sendiri lebih cenderung ke akuntansi perseorangan. Menurut Mulawarman., (2013:150) mendefinisikan proprietary accounting adalah substansi dasar dengan tujuan usaha, jenis modal, kewajiban yang dilihat dan dicatat sendiri oleh pemiliknya.

Proprietary dalam sudut pandang akuntansi pertama kali digunakan ketika jenis bisnis masih sangat kecil, terutama dalam soal kepemilikan. Namun, ketika bisnis menjadi besar, teori ini tidak cukup untuk menjelaskan akuntansi tingkat perusahaan. Perusahaan memiliki hak yang berbeda dari pemilik secara hukum. Sangat melanggar hukum jika pemegang saham perusahaan besar ingin menarik aset dengan anggapan itu adalah hak mereka. Dividen yang sebenarnya ialah pembagian yang merupakan tindakan atas peraturan hukum yang legal.

Sektor Usaha Kecil Informal

Saat ini, sektor usaha terbagi menjadi sektor usaha formal dan informal. Farried dalam buku Sosiologi Ekonomi (2021) menyatakan usaha kecil informal adalah kumpulan usaha kecil yang membentuk sektor ekonomi, yang mana kelompok usaha tersebut menghasilkan dan menyalurkan barang dan jasa, dengan tujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan memunculkan kesempatan memperoleh pendapatan. Sektor informal menjadi salah satu alternatif yang mampu membuka kesempatan kerja dan menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal seperti ini menjadi salah satu faktor utama yang dapat memudahkan tenaga kerja untuk memasuki sektor ini dan penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja. Pada tahun 1973, sektor informal pertama kali diperkenalkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dalam laporan resmi delegasi serikat pekerja ke Kenya. Setiaji dan Ana (2018) berpendapat bahwa sektor informal merupakan unit usaha yang cukup kecil dengan modal kecil dan sistem pengelolaan yang sederhana. Sistem informal sendiri memiliki keunggulan yang besar dalam menarik tenaga kerja di perkotaan. Salah satu kegiatan sistem informal adalah perdagangan. Kegiatan ini banyak dilakukan oleh masyarakat karena profesi ini tidak memerlukan keahlian khusus atau pendidikan tingkat tinggi. Selain itu kegiatan di sektor informal juga dapat menggunakan modal yang sedikit.

Penggunaan modal di dalam sektor usaha kecil informal lebih relatif sedikit jika dibandingkan dengan sektor usaha formal sehingga walaupun dengan modal sedikit tetapi mampu memperkerjakan orang dan untuk mendapatkan penggunaan modal yang relatif sedikit salah satu tahapan yang harus ditempuh agar proses tersebut dapat berjalan yaitu perluhnya keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan dana kepada usaha kecil tersebut.

Akuntansi bagi Usaha Kecil Informal

Informasi akuntansi mempunyai peran untuk mewujudkan tujuan dari suatu perusahaan untuk mengetahui atau melihat perkiraan sesungguhnya mengenai apakah sudah baik atau masih perlu adanya perbaikan di dalam sistem keuangannya. Untuk mengetahui semua itu media yang diperlukan dinamakan laporan laba rugi perusahaan. (Kieso, 2014:432)

(5)

beban, keuntungan, dan kerugian.

Pedagang Kaki Lima (PKL) menjalankan sistem pencatatan yang tidak sekomprehensif siklus akuntansi perusahaan saat ini. Siklus akuntansi yang digunakan pun lebih sederhana, mulai dari pembuktian transaksi, jurnal hingga laporan laba rugi. Hal ini dibuat sederhana agar para Pedagang Kaki Lima (PKL) dapat memahami pembukuan sederhana. Dengan pencatatan keuangan seperti ini, pemilik usaha bisa mengetahui apa saja yang masuk dan keluar atau transaksi apa yang terjadi setiap harinya. Penggunaan informasi akuntansi berupa informasi operasional, informasi akuntansi manajemen, dan informasi akuntansi keuangan dapat digunakan oleh usaha kecil dan menengah untuk perencanaan bisnis, pengendalian kegiatan bisnis, pengambilan keputusan manajemen dan pelaksanaan penilaian yang tepat untuk selanjutnya mendukung bisnis. kesuksesan. Penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap keberhasilan usaha, namun ternyata tidak semua pedagang menganggap akuntansi penting seperti penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2018) yang menyatakan bahwa mayoritas dari pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah menganggap bahwa akuntansi tidak begitu penting bagi usaha mereka, mereka lebih fokus kepada pengembangan usahanya melalui pemasaran, mencari pemasok yang sesuai dan memberikan pelayanan yang baik.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian kualitatif adalah desain yang digunakan pada penelitian ini dikarenakan berfokus kepada pengungkapan makna atau pemahaman terhadap akuntansi pada usaha kecil yang dalam hal ini adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Menurut Moleong (2017:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena- fenomena yang dialami subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lainnya. Secara holistik dapat dinyatakan melalui deksripsi dalam kata dan bahasa dan dalam konteks alamiah tertentu.

Analisis data dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode fenomenology data analys yang dikenal dengan FDA. Analisis data digunakan dengan tujuan untuk memperkecil dan membatasi hasil sehingga menjadi data yang lebih teratur, terstruktur, dan bermakna. Dengan kata lain analisis data dapat dipahami sebagai proses menyederhanakan data yang diperoleh ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diterjemahkan sehingga dapat diimplementasikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini diambil dari hasil wawancara dari pedagang kaki lima yang sudah dilakukan. Wawancara dilakukan kepada lima pedagang kaki lima di Kota Palangka Raya.

Kelima partisipan ditanya mengenai pemahaman terkait akuntansi dan juga apa yang melatarbelakangi partisipan untuk membuka usaha dan bagaimana mereka melakukan pengelolaan keuangan terhadap usaha tersebut. Hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu mengkarakterisasi partisipan yang terlibat dalam penelitian serta melakukan analisis tematik meliputi hasil deskriptif wawancara dan kertas kerja lapangan.

(6)

Latar belakang partisipan dari tingkat pendidikan yang berbeda memberikan respon yang berbeda pula terhadap respon dari pertanyaan saat dilakukan wawancara. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah lima orang pedagang kaki lima yang berdagang di kota Palangka Raya. Pedagang laki-laki sebanyak empat orang dan pedagang perempuan sebanyak satu orang serta memiliki tingkat pendidikan yang berbeda juga yakni tingkat SMA sebanyak dua orang dan SMP sebanyak tiga orang. Kegiatan wawancara dilakukan dengan mengunjungi lokasi pedagang pada rentang waktu yang telah ditentukan.

Latar belakang membuka usaha kecil di Kota Palangka Raya

Kota Palangka Raya merupakan salah satu kota yang terdapat banyak pedagang kaki lima yang berjualan di taman kota maupun di pinggir jalan. Dalam penelitian ini dilakukan penelusuran untuk melihat apa yang melatarbelakangi pedagang untuk membuka usaha.

Partisipan pertama bernama Andar (38 tahun) menjalankan usaha berdagang batagor sejak 8 tahun yang lalu. Partisipan kedua bernama Hantoro (32 tahun) merupakan pedagang keripik dan merupakan pendatang dari Jawa Timur dan baru berdagang selama 1 bulan.

Partisipan ketiga bernama Lestari (35 tahun) yang berdagang jus buah yang sudah berjualan kurang lebih 10 tahun. Partisipan keempat bernama Agus Prianto (25 tahun) berdagang es dawet kurang lebih tiga bulan yang merupakan pendatang dari Jawa Tengah. Partisipan kelima bernama Ahmad Raharjo (43 tahun) telah berdagang pentol sejak 20 tahun yang lalu dan merupakan pendatang dari pangkoh daerah pedalaman kalteng. Kelima partisipan berdagang di lokasi yang berbeda.

Membantu perekonomian keluarga dan mememuhi kebutuhan hidup adalah alasan yang melatarbelakangi partisipan membuka usaha kecil kecilan seperti berdagang. Seperti pernyataan Andar yang dikutip saat wawancara sebagai berikut:

“Awalnya ulun kan bejualan koran. Terus jualan koran ni kada tapi payu. Lalu ada kawan membawai usaha ini. Lalu jualan batagor ini lah sampai sekarang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi”.

Sementara itu Pak Hantoro pedagang keripik mengatakan bahwa tidak ada pilihan selain berdagang untuk menyambung hidup seperti kutipan wawancara berikut:

“Karna ulun baya lulusan SMP, jadi kerida pilihan lain selain bejualan. Sekaligus untuk memenuhi kebutuhan ekonomi”.

Sama halnya dengan Bu Lestari pedagang jus buah yang berjualan karena membantu suami dari pada menganggur dan bisa menambah penghasilan. Bu Lestari berjualan didepan halaman rumahnya seperti pernyataan yang dikutip saat wawancara sebagai berikut:

“Untuk nambah-nambah penghasilan, kan suami ulun usaha isi air ulang galon. Terus nganggur jua halaman depan rumah ini. Daripada melamun ja”.

Agus Prianto pedagang es dawet juga mengatakan hal serupa, beliau merantau dari jawa ke kalimantan mengikuti saudara untuk memenuhi kebutuhan ekonomi seperti yang disampaikan pada kutipan wawancara berikut:

“Saya jualan es dawet merantau ikut saudara. Jadi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi karna kondisi di jawa serba sulit”.

(7)

Gunung Mas merantau ke palangka raya bersama keluarga dengan harapan perbaikan ekonomi. Seperti yang disampaikan pada kutipan wawancara berikut,

“Karna dulu awal masuk di palangka raya ini kan awalnya umpat usaha pentol orang.

Jadi waktu sudah berkeluarga mencoba membuka usaha sorang buat perbaiki ekonomi keluarga”.

Akuntansi dimata Pedagang Kecil

Akuntansi adalah sebuah ilmu untuk mempelajari pengelolaan keuangan. Dari seluruh partisipan yang terlibat dalam proses wawancara hanya dua partisipan yang mengetahui makna dari akuntansi yakni partisipan yang berlatar pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini membukti bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemahan seseorang. Meskipun kegiatan akuntansi sering dilakukan pedagang setiap hari selama berjualan, namun mereka tidak memaknai hal tersebut sebagai aktivitas dari akuntansi.

Andar penjual batagor yang memiliki latar pendidikan SMA dapat memaknai akuntansi sebagai dasar-dasar keuangan. Hal ini diungkap dalam kutipan wawancara berikut:

“Akuntansi tu tentang dasar-dasar keuangan yang ulun tahu, ada jual dan beli, pun ada jua tentang debit kredit.”

Sama seperti Andar, Lestari penjual es buah yang memiliki latar belakang SMA juga mengetahui apa itu akuntansi seperti informasi kutipan wawancara yang diperoleh oleh peneliti berikut:

“Akuntansi tu yaa berapa yg kita dapat, berapa yg kita belanjakan kena. Pendapatan berapa, pengeluaran berapa. Nanti jadi saldo.”

Ketiga partisipan lainnya memiliki tingkat pendidikan yang sama yakni hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP), mereka pun tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan akuntansi, Agus Prianto penjual es dawet memaknai akuntansi adalah orang yang kerja di bank, kemudian Ahmad Raharjo penjual pentol memaknai akuntansi hanya sebagai kegiatan berdagang dan Hantoro penjual keripik bahkan tidak pernah mendengar sama sekali apa itu akuntansi.

Bentuk informasi akuntansi yang dilakukan pedagang kaki lima

Untuk mencapai tujuan yang ingin diharapkan oleh sebuah perusahaan, informasi akuntansi memiliki peranan penting sebagai jembatan untuk merealisasikan apa yang sudah direncakan melalui informasi keuangan. Sama seperti sebuah perusahaan, pedagang kaki lima juga mengandalkan informasi dalam kegiatan usahanya.

Seperti kutipan wawancara bersama Hantoro penjual keripik yang menjelaskan bagaimana cara beliau melakukan pencatatan sebagai berikut:

“Ulun hitung misal buat keripiknya berapa Kg bawa dari rumah. Modalnya 1 Kg misal 40 ribu ulun jual 60 ribu. Jadi ulun catat setiap keuntungannya.”

Ada hal menarik disni, dimana Hantoro yang hanya lulusan SMP mengetahui dengan detail proses akuntansi meskipun sangat mendasar. Peneliti mencoba mengolah informasi yang didapat dari kutipan wawancara tersebut.

(8)

Tabel 1. Rincian biaya dan penjualan keripik Hantoro Pengeluaran bahan

baku (Rp)

Penjualan (Rp) Keuntungan

40.000 60.000 20.000

Sumber: Olah data peneliti

Informasi diatas memang tidak dapat serta merta menjadi dasar untuk pengambilan keputusan karena tidak menjelaskan berapa penggunaan bahan baku, informasi yang disampaikan hanya modal 1 Kilogram keripik kemudian diambil margin atau selisih sebagai keuntungan dari kegiatan penjualan. Namun menarik untuk dicermati bahwa pedagang keripik yang hanya lulusan SMP sudah paham terhadap aktivitas perdagangan dan pengakuan pendapatan atau keuntungan.

Keempat informan lain juga melakukan hal serupa seperti Hantoro yakni hanya mencatat berapa total modal yang disiapkan untuk berjualan dan kemudian menjual dengan harga yang lebih tinggi dari modal. Bahkan dari keempat informan tersebut ada satu informan penjual es dawet yang hanya menjalankan usaha orang lain sehingga tidak memikirkan bagaimana mekanisme modal terkait usaha tersebut.

Kesimpulan dari hasil wawancara terhadap responden menunjukkan bahwa pedagang kaki lima belum dapat memahami bagaimana pencatatan akuntansi secara fisik dan lebih mengarah kepada intuisi. Namun laba menjadi faktor yang menarik untuk diperhatikan meskipun tidak dapat dipastikan akurat atau tidaknya karena informasi yang disajikan tidak lengkap.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Kesimpulan dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat banyak perbedaan dari para pedagang kaki lima dalam memahami makna akuntansi dikarenakan keterbatasan tingkat pendidikan. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap responden, dimana dalam penelitian ini seluruh pedagang kaki lima tidak mampu menjelaskan makna akuntansi serta membuat pencatatan keuangan yang lengkap dan komprehensif sebagai bagian dari pelaporan keuangan usaha.

Penelitian ini memiliki keterbatasan dimana jumlah responden yang diambil masih terlalu sedikit, sehingga tidak dapat menjadi dasar secara umum untuk menyatakan bahwa pedagang kaki lima di Kota Palangka Raya tidak memahami akuntansi sebagai bentuk pelaporan keuangan. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menggunakan metode kuantitatif dalam bentuk statistik sehingga bisa lebih banyak responden yang bisa dijadikan sampel penelitian melalui penyebaran kuisoner sehingga dapat memberikan hasil yang lebih komprehensif terhadap pemahaman akuntansi pada pedagang kaki lima.

Saran yang dapat peneliti berikan dari hasil penelitian ini yaitu pedagang kaki lima sebaiknya memahami kembali bagaimana cara akuntansi bekerja termasuk catatan fisik yang ada didalamnya. Pedagang kaki lima juga dapat mengikuti pelatihan pengelolaan keuangan yang diselenggarakan oleh berbagai pihak baik dari pemerintah maupun dari organisasi terkait lainnya sehingga memberikan kesempatan bagi pedagang kaki lima untuk

(9)

pemerintah ataupun organisasi terkait untuk membuatkan standar khusus pelaporan keuangan bagi usaha kecil dimana pemahaman terhadap standar akuntansi seperti PSAK dinilai masih terlalu tinggi untuk ukuran pedagang kaki lima.

DAFTAR PUSTAKA

Bugin, B. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. (Edisi Pert). Prenada Media.

Erawati, T., & Setyaningrum, L. (2021). Pengaruh Lama Usaha dan Pemahaman Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan UMKM. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 9, 53–60. https://doi.org/https://doi.org/10.37641/jiakes.v9i1.449

Faried, Annisa Ilmi, D. (2021). Sosiologi Ekonomi.

Hery. (2013). Akuntansi Dasar 1 dan 2. Grasindo.

Kamayanti, A. (2016). Metode Penelitian Kualitatif Akuntansi. In Yayasan Rumah Peneleh.

Kieso D, Weygandt J, W. T. (2019). Intermediate Accounting (Seventeent). Wiley. Inc.

Kieso D. E., Weygandt, J. J. dan P. D. Kimmel. (2014). Accounting Principles (7 buku 1).

Salemba Empat.

Moleong, L. J. (2017). Metodologi penelitian kualitatif (38th ed.). PT Remaja Rosdakarya.

Mulawarman, A. D. (2013). Nyanyian Metodologi Akuntansi Ala Nataatmadja: Melampaui Derridian Mengembangkan Pemikiran Bangsa “Sendiri.” Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 4, 149–164.

Mulyani, S., & Budiman, N. A. (2018). Pentingnya Akuntansi Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Hidup Islami. Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah, 6(2), 206.

https://doi.org/10.21043/equilibrium.v6i2.3707

Pinasti, M. (2007). Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntasi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 10.

Sakri, N., Majid, J., & Juardi, S. S. (2018). Mengungkap Informasi Akuntansi Usaha Kecil (Sebuah Studi Fenomenologi). Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban, IV (02), 75–100.

Setiaji, Khasan dan Fatuniah, A. L. (2018). Pengaruh Modal, Lama Usaha dan Lokasi Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Pasca Relokasi. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis, 6.

Sugiyono. (2018). Metode penelitian kuantitatif (3rd ed.). Alfabeta.

Suwanto, W. L., Niswatin, & R. L. O. (2016). Makna Akuntansi Dalam Perspektif Pedagang Bakso “Arema” Perantauan Di Kota Gorontalo. Jurnal Akuntansi Aktual, 03(04), 282–

289.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.7 (lihat lampiran) menyajikan penggunaan informasi akuntansi dilihat dari aspek pelatihan akuntansi. Analisis penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil

Dampak negatifnya dirasakan oleh para pedagang toko kecil yang merasa semakin tersisih karena keberadaannya Alfamart dengan harga murah dan barang- barang yang jauh

Kata Kunci : Usaha kecil dan menengah, Industri furniture, penggunaan informasi akuntansi, masa memimpin, omzet perusahaan, tingkat pendidikan, pelatihan akuntansi, dan

Dari hasil pengujian pengaruh pengetahuan akuntansi pelaku usaha kecil dan menengah atas penggunaan informasi akuntansi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilam usaha, termasuk bagi usaha kecil, namun kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh sangat penting dalam pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil, kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak

PENGARUH PERSEPSI MANAJ ER ATAS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI KASUS PADA KAMPUNG BATIK.. J ETIS

Hasil uji hipotesis 7 memakai uji sobel di ketahui bahwa Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi SIA berpengaruh secara positif dan signifikan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah UKM pada