SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi
Oleh :
FREDIA TRI KURNIAWATI
0713010225/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “MAKNA
PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN BAGI PELAKU USAHA
KECIL MENENGAH (UKM) ; (STUDI KASUS PADA UD. INDAH
FURNITURE DI TUBAN)”
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak. Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE,MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak. Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS. selaku Wakil Dekan I Fakultas
dengan kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
7. Bapak Eka Soejoed beserta keluarga dan seluruh pegawainya.
8. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini saya menghaturkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Juni 2011
2.4. Pengertian Produk ... 32
Keuangan ……… 63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ... 67 6.2. Saran... 68 DAFTAR PUSTAKA
Lampiran II Reduksi Data, Coding dan Analisis Lampiran III Surat Pernyataan Setelah Penelitian Lampiran IV Bukti Kas Induk
Lampiran V Bukti Laba Rugi
Oleh:
Fredia Tri Kurniawati
ABSTRAK
Perkembangan perekonomian di Indonesia yang berdasarkan pada konsep pengembangan perekonomian rakyat banyak didapat dari sektor Usaha Kecil Menengah (UKM). Informasi akuntansi mempunyai pengaruh sangat penting dalam pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil, kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak memiliki pengetahuan akuntansi dan diantara mereka juga belum memahami pentingnya pencatatan keuangan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. Oleh karena itu, penelitian ini mengungkapkan makna penerapan pencatatan keuangan bagi pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM).
Penelitian ini menggunakan motode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini diperlukan interaksi antara peneliti dengan obyek penelitian yang sifatnya interaktif untuk memahami realita obyek penelitian. Teknik pertama yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara mendalam terhadap informan. Teknik kedua yang digunakan adalah observasi terhadap tindakan di dalam penerapan system akuntansi. Teknik ketiga yang digunakan yaitu dokumentasi untuk mendapatkan bukti-bukti penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan. Analisis data, yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode waktu tertentu.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pemilik UKM masih kurang dalam pemahaman pencatatan keuangan dan model pencatatannya masih sederhana hanya sebatas pada pencatatan cash flow saja.
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian di Indonesia yang berdasarkan pada
konsep pengembangan perekonomian rakyat banyak didapat dari sektor Usaha
Kecil Menengah (UKM). Sektor ini mempunyai peranan penting dalam
perekonomian nasional maupun daerah. Di Indonesia, usaha kecil mampu
menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk
domestik bruto sebesar 40% dan mempunyai potensi sebagai salah satu
sumber penting pertumbuhan ekspor, khususnya ekspor non-migas.
(Indonesia Small Business Research Center, 2003 dalam Pinasti 2007)
Perekonomian Indonesia dihadapkan pada krisis yang multidimensi
industri kecil dan UKM tetap bertahan dan mampu berperan untuk
melaksanakan fungsinya baik dalam memproduksi barang dan jasa ditengah
kondisi usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya, sehingga
dikenal ketika itu industri kecil dan UKM “tahan banting”. (Wijaya, 2008: 93)
Informasi akuntansi mempunyai pengaruh sangat penting dalam
pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al.,
2000 dalam Pinasti 2007). Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan
keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan-keputusan
pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain. Dalam hubungannya
dengan pemerintah dan kreditur (bank), penyediaan informasi akuntansi juga
diperlukan. Kewajiban penyelenggaraan pencatatan akuntansi yang baik bagi
hasil usaha kecil sebenarnya telah tersirat dalam undang-undang usaha kecil
no.9 tahun 1995 dan dalam undang-undang perpajakan. (Pinasti, 2007: 322)
Kenyataannya, kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak
menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan
usahanya (Pinasti, 2007: 322). Salah seorang manajer klinik usaha kecil dan
koperasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), menyatakan bahwa para pengusaha
kecil tidak memiliki pengetahuan akuntansi dan banyak diantara mereka yang
belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan
usaha. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu
penting untuk diterapkan. (Idrus, 2000 dalam Pinasti, 2007)
Padahal apabila tidak adanya sebuah sistem akuntansi yang baik dan
benar, maka sebuah rencana tidak akan bisa disusun dengan sempurna,
banyak usaha yang dibangun tidak didasari oleh suatu sistem pencatatan
keuangan yang baik dan benar menurut standar akuntansi. Umumnya mereka
membangun usaha manakala ada kesempatan, disatu pihak hal ini tidak bisa
dipersalahkan, tetapi dilain pihak, usaha yang tidak direncanakan dengan
kekuatan dan kelemahan-kelemahan apa saja yang ada pada perusahaan,
manakala perusahaan telah semakin berkembang maka laporan keuangan itu
akan semakin kompleks, manakala perusahaan semakin mengembangkan
usaha maka mereka butuh yang namanya dana besar dan itu harus dilakukan
peminjaman dan kepada pihak bank, seringkali pinjaman itu ditolak hanya
karena perusahaan tersebut tidak menerapkan pencatatan keuangan dengan
baik dan benar, sangat disayangkan apabila hal itu terjadi dikalangan sekitar
kita (Krisdiartiwi, 2008: 141).
Umumnya pemilik UKM beranggapan bahwa perencanaan dan
pengembangan strategi bisnis adalah tidak perlu. Teknologi seperti terlihat
sebagai suatu investasi uang dan waktu yang mahal dan tak terjangkau, tetapi
memilih alat yang tepat akan membuat bisnis menjadi lebih mudah daripada
sebelumnya.
Menyadari situasi dan kondisi tersebut di atas, maka diperlukan sebuah
inovasi teknologi baru agar para pelaku UKM yang sebagian dari mereka
belum mengerti pencatatan akuntansi, menjadi mengerti dan mudah
menerapkannya.
Revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong
kemajuan dalam teknologi, produk dan proses, serta terbentuknya masyarakat
perubahan yang terjadi dengan perbaikan strategi dan operasi perusahaan agar
dapat bertahan dalam kompetisi dunia usaha yang semakin ketat.
Begitu juga halnya dengan aspek pemasaran untuk produk dan proses
dari UKM tersebut dibutuhkan sebuah inovasi-inovasi yang dapat
meningkatkan pendapatan bagi UKM tersebut dan agar tidak “ jalan ditempat
“ atau bahkan terlampau jauh tertinggal dari pesaing.
Faktor accountability mutlak diperlukan jika usaha tersebut menginginkan lebih maju karena untuk mengajukan kredit kepada bank atau
lembaga perkreditan lain yang memerlukan laporan keuangan yang dapat
dipertanggung jawabkan (accountability).
Permasalahan dalam penelitian ini sangat menarik peneliti untuk
melakukan penelitian dengan judul:
Makna Penerapan Pencatatan Keuangan Bagi Pelaku Usaha Kecil
Menengah (UKM) ; (Studi Kasus pada UD. Indah Furniture di Tuban)
1.2 Fokus Penelitian
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, hal-hal yang perlu diamati
kebanyakan dari pelaku UKM hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan
dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual dan jumlah piutang atau
format yang di inginkan oleh pihak yang membutuhkan (contoh: bank)
meskipun tidak dapat dipungkiri mereka dapat mengetahui jumlah modal
akhir mereka setiap tahun yang hampir sama jumlahnya jika kita mencatat
dengan sistem akuntansi.
Dari kebiasaan-kebiasaan mencatat kegiatan usaha secara sederhana
tersebut, sebenarnya dapat diarahkan untuk mencatat kegiatan usaha yang
sesuai dengan standar akuntansi secara lengkap dan rapi. Tentunya dengan
format yang sederhana bagi UKM yang memiliki tenaga kerja dan waktu
terbatas. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba untuk mengedepankan
pentingnya menumbuhkan kebiasaan mencatat dan menyusun laporan
keuangan bagi pelaku UKM yang sesuai dengan standar akuntansi namun
dengan format yang mudah diterapkan.
Sehingga dapat difokuskan masalah yang benar-benar diteliti dan
dibahas untuk menjadi fokus penelitian dalam hal ini adalah sejauh mana
pelaku UKM memahami pencatatan keuangan dalam usahanya.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka
berikut ini dibuat suatu perumusan masalah:
2. Bagaimana penerapan pencatatan keuangan bagi Usaha Kecil Menengah?
1.4 Tujuan Penelitian
Setelah melakukan kajian masalah, yang selanjutnya dilakukan
rumusan atau permasalahan yang terjadi, berikut ini akan dibuat suatu tujuan
dari penelitian berikut ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pemahaman pencatatan keuangan pada
pelaku UKM.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan pencatatan keuangan pada
pelaku UKM.
1.5 Manfaat Penelitian
1) Bagi UKM
Hasil ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan atau hasil ini
diharapkan juga mampu memberikan bahan masukan untuk lebih
mengetahui pentingnya akuntabilitas usaha.
2) Bagi Universitas
Sebagai tambahan informasi mengenai akuntabilitas UKM dan bahan
penelitian mahasiswa dimasa yang akan datang.
Sebagai sarana untuk menetapkan dan mengaplikasikan teori-teori
yang telah diperoleh dari sumber-sumber lain sehingga bermanfaat bagi
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:
1. Kiryanto, dkk (2001)
“Pengaruh Persepsi Manajer atas Informasi Akuntansi Keuangan terhadap
Keberhasilan Perusahaan Kecil”
a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah faktor-faktor dalam proses belajar, motivasi dan kepribadian
mempunyai pengaruh yang positif terhadap persepsi manajer atas
informasi keuangan?
2) Sejauh mana pengaruh antara persepsi manajer atas informasi
akuntansi keuangan terhadap keberhasilan perusahaan kecil?
b. Kesimpulan
1) Proses belajar, motivasi dan kepribadian terbukti secara bersama-sama
mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi manajer perusahaan
2) Persepsi manajer perusahaan kecil atas informasi akuntansi keuangan
mempunyai hubungan yang nyata dengan keberhasilan perusahaan
kecil.
2. Herri dan Irda (2005)
“Sifat Kewirausahaan dan Prestasi Usaha Kecil Dan Menengah Sumatra
Barat”
a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1) Adakah Pengaruh Karakteristik Entrepreneurial dan perusahaan
terhadap prestasi UKM Sumatra Barat ?
2) Adakah UKM yang prestasi tinggi memiliki karakteristik
entrepreneurial UKM yang berbeda dibanding UKM yang berprestasi
rendah ?
b. Kesimpulan
1) Modal dasar pendirian UKM umumnya berasal dari tabungan, hal ini
bisa menunjukkan bahwa terbatasnya modal usaha UKM dalam
membuka usaha. Oleh karena itu untuk mendorong lahirnya
pengusaha atau entrepreneur maka tidak hanya diperlukan rangsangan
peningkatan jiwa kewirausahaan tetapi juga skim pembukaan usaha
baru oleh pengambil kebijakan.
2) Walaupun tidak ditemui adanya pengaruh keluasan daerah pemasaran
UKM yang memasarkan produknya pada lingkup pasar yang lebih
luas seperti ke luar propinsi dan ekspor memiliki prestasi yang relatif
lebih tinggi dibanding dengan UKM yang hanya memasarkan
produknya pada daerah sekitar.
3) Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa sifat kewirausahaan
memberikan kontribusi terhadap variasi prestasi UKM terutama sifat
inovatif dan suka menanggung resiko. Penelitian juga mendapatkan
bahwa karakteristik UKM seperti jumlah tenaga kerja dan daerah
pemasaran cenderung memberikan kontribusi terhadap prestasi UKM
dengan daerah pemasaran yang luas termasuk ekspor memiliki prestasi
lebih tinggi dibanding UKM yang hanya memasarkan produknya pada
daerah sekitar mereka.
3. Pinasti Margani (2007)
“Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Akuntansi terhadap Persepsi
Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen”
a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
Apakah penyelenggaraan dan penggunaan akuntansi Berpengaruh
terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi ?
b. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan penggunaan
mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi
akuntansi.
4. Wijaya Tony (2008)
“Kajian Model Empiris Perilaku Berwirausaha UKM DIY dan Jawa Tengah”
a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1) Secara umum, apakah model yang dirancang sesuai dengan data di
lapangan ?
2) Secara khusus, apakah dalam model empiris variabel sikap
berwirausaha, norma subjektif, efikasi diri mempunyai peran terhadap
perilaku berwirausaha melalui intensi berwirausaha serta peran efikasi
diri secara langsung terhadap perilaku berwirausaha ?
b. Kesimpulan
1) Secara umum penelitian ini bertujuan menguji kelayakan rancangan
model peran sikap berwirausaha, norma subjektif, efikasi diri terhadap
perilaku berwirausaha melalui intense berwirausaha.
2) Secara khusus penelitian ini bertujuan memperoleh hasil analisis peran
antar variabel yaitu besaran peran sikap berwirausaha, norma
subjektif, efikasi diri terhadap intensi berwirausaha, besaran peran
efikasi diri terhadap perilaku berwirausaha dan besaran peran intensi
Penelitian yang sekarang ini berbeda dengan penelitian terdahulu,
yaitu terletak pada waktu, sampel dan metode penelitian. Sedangkan
persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang UKM dan informasi
akuntansi. Oleh karena itu, penelitian sekarang bukan replikasi dari peneliti
terdahulu.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan beberapa
lembaga-lembaga terkait, menurut Winwin Yadiati (2007: 1) definisi tersebut
antara lain:
1. Accounting Principle Board (APB) dalam Statement No.4 disebutkan :
Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa fungsinya adalah untuk memberikan
informasi kuantitatif, terutama yang bersifat financial, tentang entitas-entitas
ekonomi yang dianggap berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi,
dalam penentuan pilihan logis diantara tindakan alternatif.
2. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam
Accounting Bulletin No.1, tahun 1953, menyatakan :
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran dengan
cara yang berarti, atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan,
serta penafsiran hasil-hasilnya.
Akuntansi merupakan suatu body of knowledge serta fungsi organisasi secara
sistematik, orisinal dan autentik, mencatat, mengklarifikasikan, memproses,
mengikhtisarkan, menganalisis, menginterprestasikan seluruh transaksi dan
kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi
dalam rangka menyediakan informasi yang berarti yang dibutuhkan
manajemen sebagai laporan dan pertanggung jawaban atas kepercayaan yang
diterimanya.
Menurut Suwaldiman (2005 : 12) produk akuntansi adalah informasi
keuangan yang menjembatani kepentingan pihak pemakai laporan keuangan
dengan aktifitas suatu unit usaha. Keindahan sebagai hasil produk seni sama
sekali tidak terdapat dalam akuntansi. Laporan keuangan yang disajikan
secara rapi bukanlah suatu seni, akan tetapi agar pemakai laporan tersebut
lebih mudah untuk membaca dan memahami. Akuntansi tidak menitik
beratkan keindahan, tetapi yang lebih penting adalah kelayakan dan keandalan
informasi keuangan yang dihasilkannya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi
diselenggarakan dalam suatu perusahaan. Informasi akuntansi yang dihasilkan
adalah informasi tentang organisasi dan informasi akuntansi sangat penting
2.2.2. Asumsi dan Konsep Dasar
2.2.2.1. Asumsi Dasar
Ada beberapa asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi.
Asumsi – asumsi tersebut menurut Baridwan ( 2004:8 ) adalah :
1) Kesatuan Usaha Khusus
Di dalam konsep ini, perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha
yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Atau dengan kata lain
perusahaan dianggap sebagai “unit akuntansi” yang terpisah dari
pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang lain. Dengan anggapan
seperti ini maka transaksi – transaksi perusahaan dipisahkan dari
transaksi – transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua
pencatatan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi.
2) Kontinuitas Usaha
Konsep ini menganggap bahwa suatu perusahaan itu akan hidup terus,
dalam arti diharapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa yang akan
datang. Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa
akan tersedia cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan
usaha, kontrak – kontrak dan perjanjian – perjanjian. Oleh karena itu
dibuat berbagai metode penilaian dan pengalokasian dalam akuntansi
yang didasarkan pada konsep ini.
Beberapa transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat dicatat
dengan menggunakan ukuran unit fisik atau waktu, tetapi karena tidak
semua transaksi itu bisa menggunakan ukuran unit fisik yang sama,
sehingga akan menimbulkan kesulitan – kesulitan di dalam pencatatan
dan penyusunan laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini maka
semua transaksi – transaksi yang terjadi akan dinyatakan di dalam
catatan dalam bentuk unit moneter pada saat terjadinya transaksi itu.
Unit moneter yang digunakan adalah mata uang dari negara di mana
perusahaan itu berdiri.
4) Periode Waktu
IAI (2002) menyatakan bahwa asumsi dasar dalam pencapaian tujuan
laporan keuangan adalah dasar akrual dan kelangsungan usaha. Dasar
akrual adalah pencatatan transaksi pada saat terjadinya dan dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan, bukan pada
saat kas diterima atau dikeluarkan.
2.2.2.2. Konsep Dasar
Konsep (prinsip) dasar yang mendasari penyusuan standar akuntansi
menurut Baridwan ( 2004:10 ) adalah :
1) Prinsip Biaya Historis
Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat
2) Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pendapatan adalah aliran masuk harta – harta (aktiva) yang timbul dari
penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama
suatu periode tertentu.
3) Prinsip Mempertemukan
Yang dimaksud dengan prinsip mempertemukan adalah mempertemukan
biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini
berguna untuk menentukan besarnya penghasilan bersih setiap periode.
Karena biaya itu harus dipertemukan dengan pendapatannya maka
pembebanan biaya sangat tergantung pada saat pengakuan pendapatan.
Apabila pengakuan suatu pendapatan ditunda, maka pembebanan
biayanya juga akan ditunda sampai saat diakuinya pendapatan.
4) Prinsip Konsistensi
Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun – tahun
sebelumnya, maka metode dan prosedur – prosedur yang digunakan dalam
proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun,
sehingga bila terdapat perbedaan antara suatu pos dalam dua periode,
dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan selisih akibat
penggunaan metode yang berbeda.
Yang dimaksud dengan prinsip pengungkapan lengkap (full disclousure)
adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan.
Karena informasi yang disajikan itu merupakan ringkasan dari transaksi –
transaksi dalam satu periode dan juga saldo – saldo dari rekening –
rekening tertentu, tidaklah mungkin untuk memasukkan semua informasi
– informasi yang ada ke dalam laporan keuangan.
2.2.3. Sistem Informasi Akuntansi
2.2.2.1.Pengertian Sistem
Menurut Widjajanto (2001: 2), “sistem adalah suatu kesatuan yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk
mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 2),
“suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat
berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu”.
Dari kedua definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan satu dengan
yang lainnya, dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
2.2.2.2. Pengertian Informasi
Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data, menurut Cushing
diartikan sebagai output pengelolahan data yang diorganisir dan berguna bagi
orang yang menerimanya”. Sedangkan menurut Wilkinson (1993: 3), “data
adalah fakta, angka, bahkan simbol mentah. Secara bersama-sama mereka
merupakan masukan bagi suatu sistem informasi. Sebaliknya, informasi terdiri
dari data yang telah ditranformasi dan dibuat lebih bernilai melalui
pemrosesan. Idealnya, informasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna
untuk mencapai sasaran”.
Jadi informasi merupakan kumpulan dari data yang telah diolah
sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Biasanya data belum dapat digunakan
sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.
Sehingga agar dapat berguna bagi pemakainya, data harus diproses sehingga
dapat menghasilkan output yang berupa informasi.
2.2.2.3. Pengertian Pengendalian Internal
Pengendalian internal menurut Widjajanto (2001: 18) adalah sistem
pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan
ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk:
1. Mengamankan aktiva perusahaan
2. Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi
4. Mendorong agar kebijakkan manajemen dipetuhi oleh segenap jajaran
organisasi.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengendalian internal
bertujuan untuk menjaga integritas informasi akuntansi, melindungi aktiva
perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan, dan pencurian yang
dilakukan oleh pihak didalam maupun di luar perusahaan. Pengendalian
intern juga harus dapat memudahkan pelacakan kesalahan baik yang
disengaja atau tidak, demikian rupa sehingga memperlancar prosedur audit.
Agar dapat berjalan efektif, pengendalian intern memerlukan adanya
pembagian tanggung jawab yang jelas dalam organisasi. Setiap fungsi harus
ada penanggung jawabnya secara khusus. Tujuannya adalah agar setiap
karyawan dapat mengkonsentrasikan perhatian kepada lingkup tanggung
jawabnya masing-masing, sehihingga tidak ada suatu fungsi yang tidak
terganggu.
Agar dapat berjalan baik, suatu system pengendalian intern harus
memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut:
• Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab
• Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang,
pendapatan dan biaya.
• Pelaksanaan kerja yang sehat dalam melaksanakan tugas dan
fungsi setiap unit organisasi.
• Karyawan yang berkualitas sesuai dengan tanggung jawab
yang dipikulnya.
2.2.4. Siklus Pengolahan Data
Untuk mengubah data menjadi informasi, dilakukan proses
pengolahan data. Dalam akuntansi proses ini disebut sebagai siklus akuntansi.
Maka dalam sistem informasi akuntansi proses pengolahan ini dilakukan
dengan berbagai tahapan tertentu. Yaitu sistem informasi akuntansi yang
diproses secara manual dan sistem informasi akuntansi yang diproses dengan
komputer.
Gambar 1 : Siklus pengolahan data secara manual
Bukti
Transaksi Jurnal Buku
Besar
Sumber : Zaki Baridwan, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, BPPE, Yogyakarta, Edisi Kedua, hal.
Gambar 2 : Siklus pengolahan data dengan komputer
Input Pengolahan Output
Sumber : Zaki Baridwan, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, BPPFE, Yogyakarta, Edisi Kedua, hal. 4
2.2.5. Sifat-sifat Informasi
Menurut Wilkinson (1993: 121), sifat-sifat informasi yang penting
meliputi hal-hal berikut : Bukti
Transaksi Jurnal
Buku
Besar Laporan
Keuangan & Laporan lain
1) Relevansi.
Hubungan antara informasi dan situasi keputusan, serta dengan
sasaran perusahaan.
2) Kuantifiabilitas.
Sejauh mana informasi dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam
bentuk numerik).
3) Akurasi.
Keandalan dan kepresisisan informasi.
4) Kepadatan.
Sejauh mana informasi diringkaskan atau dipadatkan.
5) Ketepatan Waktu.
Keyakinan informasi.
6) Cakupan.
Rentang yang dicakup oleh informasi.
2.2.6. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai pihak,
baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi yang
menyelenggarakan akuntansi tersebut.
Secara garis besar (Weygandt, dkk, 2007: 6) pihak-pihak tersebut
a. Pengguna internal, yaitu manajer yang merencanakan, mengorganisasikan dan
mengelola suatu bisnis.
b. Pengguna eksternal, yaitu :
1) Investor, menggunakan informasi akuntansi guna membuat keputusan
untuk membeli, menahan atau menjual sahamnya.
2) Kreditor, seperti pemasok dan banker menggunakan informasi akuntansi
guna mengevaluasi risiko pemberian kredit atau pinjaman.
3) Badan perpajakan, Amerika seperti Internal Revenue Service (IRS), ingin
mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi undang-undang
perpajakan.
4) Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap harus
menghargai jaminan dan dukungan produk atas lini-lini produknya.
5) Serikat pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat membayar
kenaikan upah dan tunjangan.
2.2.7. Akuntabilitas Usaha
Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut
dengan accoutability yang diartikan sebagai “yang dapat
dipertanggungjawabkan”. Atau dalam kata sifat disebut sebagai accountable.
Lalu apa bedanya dengan responsibility yang juga diartikan sebagai
“tanggung jawab”. Pengertian accountability dan responsibility seringkali
menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan birokrasi, responsibility
merupakan otoritas yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu
kebijakan. Sedangkan accountability merupakan kewajiban untuk
menjelaskan bagaimana realisasi otoritas yang diperolehnya tersebut.
Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin H Saleh dan Aslam
Iqbal berpendapat bahwa akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap dan watak
kehidupan manusia yang meliputi akuntabilitas internal dan eksternal
seseorang. Dari sisi internal seseorang akuntabilitas merupakan
pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhan-nya. Sedangkan
akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas orang tersebut kepada
lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan) maupun lingkungan
masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri, pencatatan keuangan memegang peranan
penting bagi dunia usaha yang dinamis karena laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan (accountability) mutlak diperlukan. Usaha yang pada
awalnya tergolong kecil tidak menutup kemungkinan akan menjadi besar
disaat mendatang, salah satu cara yang ditempuh adalah pengajuan kredit
kepada bank namun sering kali proposal yang diajukan tidak memenuhi
2.2.8. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Kecil dan Menengah
Perlakuan akuntansi untuk perusahaan industri kecil dimana
perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Perlakuan yang disebutkan adalah penyajian yang sesuai dengan SAK ETAP
2009 yang berlaku, dimana menurut SAK ETAP 2009 dalam penyajiannya
setiap pelaporan keuangan entitas sebagai berikut:
A. Neraca
Neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada
suatu tanggal tertentu – akhir periode pelaporan. Neraca minimal mencakup
pos-pos berikut:
a. Kas dan setara kas
b. Piutang usaha dan piutang usaha dan piutang lainnya.
c. Persediaan
d. Properti investasi
e. Aset tetap
f. Aset tidak berwujud
g. Utang usaha dan utang lainnya.
h. Aset dan kewajiban pajak
i. Kewajiban diestimasi
j. Ekuitas
Laporan laba rugi memasukan semua pos penghasilan dan beban yang
diakui dalam suatu periode kecuali SAK ETAP 2009 mensyaratkan lain. SAK
ETAP 2009 mengatur perlakuan berbeda terhadap dampak koreksi atas
kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai
penyesuaian terhadap periode yang lalu, dan bukan sebagai bagian dari laba
atau rugi dalam periode terjadinya perubahan.
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :
a. Pendapatan
b. Beban keuangan
c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode
ekuitas
d. Beban pajak
e. Laba atau rugi
Entitas harus menyajikan Pos, judul dan sub-jumlah lainnya pada
laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja
keuangan entitas. Entitas tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos
pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi
maupun dalam catatan atas laporan keuangan.
C. Laporan Perubahan Ekuitas
Penyajian perubahan dalam ekuitas entitas selama suatu periode, baik
memenuhi kondisi tertentu). Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau
rugi entitas suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara
langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, dan (tergantung pada format
laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan
dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode tersebut.
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan ;
• Laba atau rugi untuk periode
• Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas
• Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui.
• Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara
jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara
terpisah perubahan yang berasal dari:
i. Laba atau rugi,
ii. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam
ekuitas.
iii. Jumlah investasi dividen, dan distribusi lainnya ke
pemilik ekuitas dan perubahan kepemilikan dalam
entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan
D. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas
dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang
terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Informasi yang disajikan dalam laporan arus kas :
• Aktivitas operasi.
• Aktivitas investasi.
• Aktivitas pendanaan.
E. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan
dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan dalam laporan keuangan.
2.3. Usaha Kecil Menengah
2.3.1. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah
a. Kriteria Menurut undang-undang RI No. 9 tahun 1995 tentang usaha
kecil :
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
3) Milik Warga Negara Indonesia.
4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berfiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha
Besar.
5) Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hokum, termsuk koperasi.
b. Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Menegkop dan UKM) :
Bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk
Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling
banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM)
merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki
kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp
10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
Memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja.
Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga
kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias
usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.
d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27
Juni 1994 :
Usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha
yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai
penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau
aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan
bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1) badang usaha (Fa, CV, PT,
dan koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga,
petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang
barang dan jasa).
e. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah :
Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: (1) memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (2)
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai
berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu,
yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang
memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
2.3.2. Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah
Marbun (1986: 35) menyatakan kelemahan usaha kecil sebagai
berikut:
1) Tidak atau jarang mempunyai perencanaan tertulis.
2) Tidak berorientasi ke masa depan, melainkan kepada hari kemarin
3) Tidak memiliki pendidikan yang relevan.
4) Tanpa pembukuan yang teratur dan tanpa neraca rugi laba.
5) Tidak mempunyai atau tidak mengadakan analisis pasar “up to
date” atau tepat waktu dan mutakhir.
6) Kurang spesialisasi atau difersifikasi berencana.
7) Jarang mengadakan pembaharuan (inovasi).
8) Tidak ada atau jarang terjadi pengkaderan.
9) Cepat puas.
10)Keluarga sentris.
11)Kurang percaya pada ilmu modern.
2.3.3. Peluang Usaha Kecil dan Menengah
Marbun (1986: 44), menyatakan bahwa peluang usaha kecil yang
masih bisa diraih antara lain :
1) Belajar ilmu manajemen sederhana.
2) Meminta jasa konsultan manajemen.
3) Meminta jasa keluarga / kenalan yang pintar.
4) Kembali ke bangku belajar.
5) Mengalihkan bidang usaha.
2.4. Pengertian Produk
Produk dalam arti yang lebih luas mencakup segala sesuatu yang dapat
Produk juga dapat berarti hasil yang berupa barang ataupun jasa. Barang
merupakan benda yang nyata, dapat dilihat dan dirasakan. Sedangkan jasa
hanya dapat dirasakan tanpa dilihat, seperti jasa dokter, advokat dan lain
sebagainya. Hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh Buchari
Alma (2004 : 139) yang menyatakan bahwa produk adalah seperangkat atribut
baik berwujud, maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna,
harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual dan pelayanan pabrik
serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan
keinginan.
Jadi produk bukan hanya berbentuk sesuatu yang berwujud saja, akan
tetapi sesuatu yang tidak berwujud seperti pelayanan jasa, semuanya untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Pengertian diatas menekankan bahwa produk merupakan hasil terakhir
dari suatu proses produksi, atau produk tersebut merupakan alat pemuas
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan makna penerapan pencatatan
keuangan bagi pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM), dengan pendekatan ini
peneliti berada dalam posisi tidak bisa mengontrol obyek penelitian.
Penelitian memerlukan interaksi antara peneliti dengan obyek penelitian yang
bersifat interaktif untuk memahami realitas obyek.
Menurut Sugiyono (2010: 8) metode penelitian kualitatif sering disebut
metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang
alamiah (natural setting). Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor yang
dikutip oleh Moleong (2000: 3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam
hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel
atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian sendiri sebagai alat untuk
mencapai suatu kesimpulan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, kekuatan
pendekatan ini bukan pada “objektivitas” hasil studi diperoleh, namun lebih
ke pengenalan secara mendalam atas fenomena yang diteliti.
3.2. Ketertarikan Penelitian
Alasan penulis untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah
pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti sehari-hari, yaitu melihat pada
saat ini semakin berkembangan unit usaha kecil menengah di daerah penulis
khususnya usaha mebel/furniture.
Berbicara mengenai menjalankan suatu usaha tentu banyak aspek yang
terlibat didalamnya, misalnya aspek pemasaran, sumber daya manusia,
keuangan dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas aspek
keuangan, yaitu sejauhmana penerapan pencatatan akuntansinya yang mampu
memberikan informasi keuangan bagi pemilik sekaligus pelaku UKM
tersebut. Masalah pegelolaan keuangan dari pelaku usaha terganjal pada
sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka mengenai akuntansi, ilmu
akuntansi dianggap sebagai suatu yang merepotkan dan tidak penting.
Kondisi terakhir ini menimbulkan pertanyaan di dalam penulis, yaitu
bagaimana jenis transaksi yang terjadi didalam usaha tersebut? bagaimana
Dengan penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui apa saja
transaksi yang ada pada usaha tersebut dan implementasinya.
3.3. Lokasi Penelitian
UD. Indah Furniture terletak di jalan Jombok 177, Jatirogo Tuban.
3.4. Instrumen Penelitian
Informasi tentang pencatatan keuangan pada UKM sangat dibutuhkan
peneliti untuk menunjang dan akan digali sebagai instrumen. Dalam penelitian
kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu
sendiri, oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”
seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian selanjutnya untuk
terjun ke lapangan.
Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap
pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang
diteliti, kesiapan peneliti untuk masuk objek penelitian, baik secara akademik
maupun logistiknya. (Sugiono, 2010: 222)
3.5. Sampel Sumber Data
Teknik pengambilan sample menggunakan teknik Non – probabilitas.
Menurut Sumarsono ( 2004 : 51 ) dalam penarikan sample secara non –
penilaian yang sifatnya subyektif dan tidak berdasar teori probabilitas, sehinnga
setiap anggota populasi tidak mempunyai peluang yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sample.
Pemilihan sumber data yaitu UKM yang akan dijadikan objek
penelitian berasal dari landasan UU No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah. Lantas peneliti menentukan bidang usaha furniture yang
dijadikan objek disekitar Jl. Jombok 177, Tuban. Mengapa peneliti
memutuskan untuk meneliti UD. Indah Furniture, dikarenakan sama dengan
tujuan penelitian, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pemahaman pencatatan keuangan pada
pelaku UKM.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan pencatatan keuangan pada
pelaku UKM.
Gambar 3: Tampak Depan UD. Indah Furniture
3.6. Penentuan Informan
Jumlah informan ditentukan dengan menggunakan teknik snowball
sampling. Menurut Sumarsono (2004: 52) snowball sampling adalah teknik penarikan sample yang pada awalnya responden dipilih secara random dengan
menggunakan metode non-probabilitas yang selanjutnya responden yang telah
terpilih tersebut diminta untuk memberikan informasi mengenai
responden-responden lainnya sehingga diperoleh tambahan responden-responden.
Informan dari pihak UKM ini adalah Ir. H. Eka Soejoed sebagai
pelaku UKM yang bertindak sebagai pemilik dan pelaksana usaha mebel UD.
Indah Furniture. Dan ibu Chrisna yang bertugas untuk mencatat keuangan.
Total jumlah informan yang digunakan sementara dalam penelitian ini
sejumlah dua orang dan kemungkinan akan berkembang seiring dengan
informasi yang berkembang pula.
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi studi lapangan
yang terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian studi
kepustakaan.
Teknik pertama yang digunakan adalah wawancara mendalam
terhadap para informan. Dengan teknik wawancara mendalam, bisa digali apa
lampau, masa kini, maupun masa depan dan harapan serta cita – cita ( visi
misi ) para pelaku UKM terhadap kemajuan usaha mereka sendiri. Dari teknik
ini akan diketahui bagaimana proses sistem pencatatan laporan keuangan pada
UKM.
Dalam menggunakan teknik wawancara ini, keberhasilan dalam
mendapatkan data atau informasi dari objek yang diteliti sangat bergantung
pada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara. Untuk itu peneliti
sebagai instrument dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan
leluasa dalam memberikan informasi atau data, untuk mengemukakan
pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi
sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian, sehingga cara melakukan
wawancara mirip dengan kalau kita sedang melakukan pembicaraan dengan
lawan bicara kita.
Teknik kedua merupakan observasi terhadap tindakan dalam
penerapan sistem akuntansi. Kegiatan observasi meliputi pencatatan secara
sistematik dari penyusun anggaran, penerimaan pendapatan, pelaksanaan
belanja, pembukuan dan perhitungan, dan pelaporan.
Kegiatan observasi tersebut tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan
sebagai peneliti sebagai aktivitas observasi ketika para responden atau
informan melakukan kegiatan ini.
1. Studi Lapangan
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung pada para pelaku usaha
UKM umtuk memperoleh data primer dan informasi yang dibutuhkan.
Adapun kegiatan yang dilakukan yang sudah dijelaskan adalah :
a. Wawancara
Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi
dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga
informasi yang dikumpulkan cukup mendalam terutama yang berkenaan
dengan penerapan sistem penerapan akuntansi pada UKM, usaha yang
bergerak dalam bidang pembuatan pilar bangunan. Teknik wawancara ini
diakukan dengan semua informan yang ada pada khususnya kepada bapak
Eka sebagai pemilik dan pelaksana UD. Indah Furniture. Dan ibu Chrisna
yang bertugas untuk mencatat keuangan.
b. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan yang
merupakan salah satu bentuk cara mencari data utama atau informasi untuk
mengamati berbagai kegiatan penerapan pencatatan laporan keuangan pada
UKM meubel.
Teknik dokumentasi merupakan sarana pembantu peneliti dalam
mengumpulkan data atau informasi dengan cara melihat dan membaca
mengenai cara bapak Eka mencatat dan mengolah data keuangan
perusahaan beliau selain itu merekam aktivitas usaha meubel. Media yang
digunakan adalah foto.
2. Studi Kepustakaan (library research)
Yaitu mencari dan mengumpulkan bahan yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca,
mempelajari dan mendalami literature – literature yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
3.8. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah sampai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai
setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.
Dikutip dari Sugiono (2010: 246-253), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data:
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data ini berasal dari data
mentah (hasil rekaman, catatan lapangan) sampai reduksi data yang
telah dipilah-pilah oleh penulis untuk melihat gambaran pola masalah.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan
data. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan yang
paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian
kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing / Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Rencananya,
kesimpulan dibuat dengan melalui tahap-tahap analisis data sehingga
mencapai saran dari peneliti yang berasal dari fakta lapangan.
3.9. Keabsahan Data
Setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat
kepercayaan atas kebenaran dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif
standar yang dikutip dari Sugiyono (2010: 270-277), tersebut dengan
keabsahan data adalah :
1. Derajat Kepercayaan (credibility)
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru. Diharapkan perpanjangan
pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan
semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
Bila telah terbentuk kepercayaan, maka telah terjadi kewajaran dalam
penelitian. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji
kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian
terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah
dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka
waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan urutan peristiwa akan dapat direka secara pasti dan sistematis.
Dalam peningkatan ketekunan peneliti dapat melakukan pengecekan
kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.
c. Triangulasi
Triangulasi dilakukan untuk mengecek data dari sumber dengan
triangulasi sumber, triangulasi pengumpulan data, dokumen dan
waktu.
2. Pengujian Transferability
Seperti telah dikemukakan bahwa, transferability ini merupakan validitas
eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan
derajat ketetapan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi
dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan
pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat digunakan dalam situasi
lain. Maka hasil penelitian tentang perencanaan dan pengelolaan
keuangan keluarga dapat dipahami, sehingga dapat memutuskan dapat
atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat
lain.
3. Pengujian Dependability
Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan
penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini
perlu diuji dependabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tapi
datanya ada. Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
4. Pengujian Konfirmability
maka menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan.
Bila penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian dilakukan, maka
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Perusahaan
Perusahaan furniture “Indah” didirikan sejak tahun 1980. Adapun
yang mendirikan adalah Alm. Ibu Soejoed dan sekarang diteruskan oleh
putranya yaitu Ir. H. Eka Soejoed, yang juga sebagai pimpinan perusahaan.
Pada awal berdirinya perusahaan ini sebenarnya tidak langsung
memproduksi bermacam-macam jenis meubel, melainkan memproduksi
hanya beberapa macam saja, yaitu meja kursi makan dan almari.
Dari tahun ketahun aktivitas perusahaan semakin bertambah maju,
dalam waktu yang relatif singkat perusahaan telah menjalani perkembangan
pesat. Dan sampai sekarang perusahaan ini mulai bermacam-macam jenis
meuble dengan karyawan sebanyak 40 orang. Pada akhirnya prusahaan ini
memperoleh ijin usaha dengan ijin surat No. 104/kp/B-26/PDM/VII/87.
NPWP. 6339.955.4.50.
Adapun lokasi perusahaan ini terletak dijalan Jombok 177 Jatirogo
Tuban. Pemilihan lokasi perusahaan adalah salah satu faktor yang penting
dalam mendirikan perusahaan. Oleh karena itu faktor pemilihan lokasi perlu
Sebab tepat atau tidaknya pemilihan lokasi perusahaan akan memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan perusahaan ini sendiri.
Demikian pula dengan perusahaan furniture “Indah” didalam
penentuan lokasi perusahaan telah didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Faktor Primer
(1). Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor utama didalam proses produksi, oleh
karena itu akan menguntungkan bila suatu perusahaan dapat didirikan dekat
bahan yang diperlukan.
Mengenai bahan baku atau bahan penolong, perusahaan ini tidak
mengalami kesulitan, karena pada dasarnya daerah sekitar wilayah Tuban,
bahan kayu jati mudah didapat.
(2). Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menjamin kelancaran
proses produksi. Bagi perusahaan meubel ini dalam hal pemenuhan tenaga
kerja tidak mengalami kesulitan, karena daerah sekitarnya banyak sekali
tenaga kasar dengan upah yang relatif rendah.
(3). Transportasi
kelancaran pengangkutan bahan ke perusahaan dan pengangkutan barang jadi
ke pasar maupun kepemesanan.
Melihat lokasi perusahaan furniture “Indah” terletak dipinggir jalan
raya, sehingga memudahkan pengangkutan, apalagi perusahaan juga memiliki
5 (lima) buah kendaraan, yaitu 3 buah truck dan 2 pick up untuk
memperlancar kegiatan transportasi.
(4). Energi
Pada perusahaan furniture “Indah” ini sebagian peralatan yang
digunakan dalam proses produksi digerakkan melalui tenaga listrik yang
diperoleh dari generator.
b. Faktor Sekunder
1. Lingkungan
Perusahaan ini sudah tepat dalam hal memilih lokasi karena jika dilihat
dari lingkungannya perusahaan terletak agak jauh dari rumah-rumah
penduduk sehingga aktivitas pabrik tidak menganggu masyarakat
disekitarnya.
2. Ekspansi
Di dalam penjualan, perusahaan furniture “Indah” ini semakin meningkat
oleh karena itu membutuhkan tempat yang makin luas pula. Perusahaan
furniture “Indah” didalam menjalankan aktivitasnya masih memungkinkan
5.1. Pemahaman Pencatatan Keuangan Pada Indah Furniture
5.1.1. Pentingnya Pencatatan Bagi Indah Furniture
Informasi akuntansi mempunyai pengaruh sangat penting dalam
pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al.,
2000 dalam Pinasti 2007). Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan
dapat menjadi modal dasar bagi UKM untuk pengambilan
keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan-keputusan
pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain. Dalam hubungannya
dengan pemerintah dan kreditur (bank), penyediaan informasi akuntansi juga
diperlukan. Kewajiban penyelenggaraan pencatatan akuntansi yang baik bagi
hasil usaha kecil sebenarnya telah tersirat dalam undang-undang usaha kecil
no.9 tahun 1995 dan dalam undang-undang perpajakan (Pinasti, 2007: 322).
Kewajiban penyelenggaraan akuntansi bagi usaha kecil sebenarnya tersirat
dalam Undang-undang tentang usaha kecil, mikro dan menengah pada Bab VI
pasal 19 No 20 tahun 2008. Pengembangan dalam bidang sumber daya
manusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan
b. Meningkatkan ketrampilan teknis dan manajerial; dan
c. Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk
melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis
dan penciptaan wirausaha baru.
Untuk menganalisis pemahaman pencatatan keuangan pada UD. Indah
Furniture maka peneliti melakukan wawancara dengan informan kunci bapak
Eka dalam hal ini sebagai pemilik sekaligus sebagai pengelola. Adapun
pertanyaanya yang diajukan terkait dengan seberapa pentingkah pencatatan
keuangan bagi usaha anda, berikut pemaparannya:
“Sebenarnya pencatatan keuangan itu kan formal saja. Itu masuk dalam perencanaan. Yang penting ada uang yang masuk.”
Bapak Eka
Ada pemahaman yang salah secara mendasar mengenai konsep
pencatatan keuangan. Bapak Eka hanya memandang bahwa pencatatan yang
dilakukan hanya berupa pencatatan untuk perencanaan. Untuk itu peneliti
melakukan wawancara kembali, dengan wawancara yang sama karena peneliti
merasa jawaban bapak Eka belum sesuai dengan list question yang pertama:
“Sebenarnya menurut saya pencatatan itu nomer tiga. Yang penting ada order masuk, coba kalo pencatatannya rapi tapi tidak ada order masuk, itu kan percuma. Kalo banyak order yang masuk pasti kan untung.”
Berdasarkan wawancara dengan bapak Eka pencatatan keuangan itu
merupakan sesuatu hal yang formal dan penting, namun yang lebih penting
lagi bila usahanya mendapatkan order dari pelanggan. Informan selanjutnya
yaitu istrinya yang membantu dalam melakukan pencatatan keuangan dan
masih dengan pertanyaan yang sama, berikut pemaparannya:
“Ya, kalau masalah pencatatan keuangan juga penting bagi saya, sebab biar tahu keluar masuknya uang dan juga order-order yang masuk khusus dalam 1 bulan.”
Ibu Chrisna
Masih tidak dianggap penting pencatatan akuntansi oleh pelaku UKM
merupakan fenomena yang terjadi secara umum, tetapi patut diingat bahwa
salah satu permasalahan nyata juga sering ditemui akibat tidak adanya
pencatatan keuangan oleh pelaku UKM, tepatnya ketika berhubungan dengan
lembaga keuangan dalam rangka usaha mendapatkan kredit bank. Sangat
disayangkan sekali, kredit ditolak hanya karena usaha tersebut tidak memiliki
pencatatan keuangan dan pembukuan yang jelas.
5.1.2. Pengetahuan Mengenai Pencatatan Keuangan
Ilmu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses hidup umat
manusia. Sekolah adalah media formal yang disediakan pemerintah dengan
UUD 1945. Dewasa ini pendidikan dan ilmu tidak hanya diperoleh melalui
proses pendidikan formal.
Seperti terungkap dalam hasil wawancara:
“Ya itu alamiah,,,saya pikir dalam arti alamiah dari bekal-bekal. Karena sedikit banyak kita juga ada basic-basic ilmiah atau dasar-dasar ilmiah istri saya juga dari ekonomi juga. Ya…walaupun itu mungkin sifatnya pembukuan sederhana waktu kita sekolah dulu itu kan cukup membekali namun bekal itu kan tidak cukup teori saja adapun terjadi demikian juga dikombinasi tuntutan atau kondisi perusahaan.”
Bapak Eka
Dan berikut hasil pemaparan dari istri, yang sama pernyataannya yaitu
darimana anda mengetahui cara pencatatan keuangan tersebut:
“Dulu memang basic saya ada di ekonomi, sehingga pada saat ini saya bisa menerapkan ilmu-ilmu saya, yang saya peroleh sewaktu di bangku kuliah.”
Ibu Chrisna
Dalam hasil wawancara yang diperoleh penulis, dari bapak Eka
beserta dengan istrinya. Bapak Eka pemilik meubel Indah Furniture berlatar
belakang dari perkuliahan Unbraw (Universitas Brawijaya) jurusan arsitektur
sedangkan istrinya dari jurusan manajemen, sehingga penulis menyimpulkan
masih tepat apabila didalam perusahaannya dikelola sendiri.
Berdasarkan hasil pemahaman pencatatan keuangan oleh informan
bahwa pencatatan keuangan penting untuk keberlangsungan usahanya, namun
laporan keuangan yang sesuai dengan SAK ETAB belum ada. Hal ini sama
dengan pendapat yang menyatakan bahwa didalam akuntabilitas usaha yaitu
tidak dapat dipungkiri, pencatatan keuangan memegang peranan penting bagi
dunia usaha yang dinamis karena laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan (accountability) mutlak diperlukan. Usaha yang pada
awalnya tergolong kecil tidak menutup kemungkinan akan menjadi besar
disaat mendatang, salah satu cara yang ditempuh adalah pengajuan kredit
kepada bank namun sering kali proposal yang diajukan tidak memenuhi
persyaratan dari pihak bank (www.depkominfo.go.id).
Berdasarkan pemaparan diatas jelas bahwa permasalahan yang
dihadapi usaha kecil menengah adalah pada kelengkapan administrasi
usahanya yaitu laporan keuangan. Dengan demikian peneliti selanjutnya ingin
mengetahui sampai sejauh mana penerapan pencatatan keuangan pada UD
Indah Fusniture.
5.2. Penerapan Pencatatan Keuangan Pada UD Indah Furniture
5.2.1. Penerapan Pencatatan Keuangan dalam Sistem Keuangan Pada Indah
Furniture
perusahaan menerapkan pencatatan keuangan dalam sistem keuangannya.
Berikut pemaparan dari bapak Eka:
“Ya,,,,seperti itu pencatatan keuangan yang sederhana. Malah nek nggawe neraca terlalu formil koyo’ kantor tenan malah gak nyampek, hehehehe…… Kebanyakan pembayaran/pelunasan dilakukan via transfer yang masuk dalam rekening/atm. Dan itu saya memisahkan sekali dengan kebutuhan keluarga (pribadi) masih belum bisa kadang-kadang masih tercampur.”
Berdasarkan pemaparan tersebut bapak Eka melakukan pencatatan
yang sederhana. Pelunasan barang banyak dilakukan melalui transfer di Bank.
Tetapi masih belum memisahkan antara kebutuhan keluarga (pribadi) dengan
perusahaan.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan istrinya yang
bertugas untuk mencatat keuangan usahanya. Peneliti mengajukan pertanyaan
yang sama, berikut pemaparannya:
“Ya,,, namun tidak selengkap dan secanggih yang biasa adek terima di bangku kuliah. Laporan keuangan yang kita pakai sebatas pencatatan keuangan untuk mengetahui arus keluar masuknya uang.”
Laporan keuangan yang digunakan oleh UD. Indah Furniture sebatas
pencatatan keuangan untuk mengetahui arus keluar masuknya uang dan jenis
barang. Sesuai dengan konsep (prinsip) dasar yang mendasari penyusunan
prinsip pengakuan pendapatan, prinsip mempertemukan, prinsip konsistensi,
dan prinsip pengungkapan lengkap. Menurut konsep ini bisa dijelaskan bahwa
dalam pencatatan keuangan yang bisa menghasilkan suatu laporan keuangan
tidak cukup hanya mencatat keluar masuknya uang saja.
5.2.2. Bentuk Atau Model Pencatatan Keuangan
Bentuk atau model yang diterapkan oleh para pelaku UKM biasanya
menganut pada pola yang paling mudah, artinya pola yang diterapkan yang
dipandang mudah untuk dipahami itu yang dipakai untuk pedoman
pengelolaan keuangan. Karena bermacam-macam latar belakang karakter dan
pendidikan yang dimiliki oleh pelaku UKM menjadikan pola tata kelola
keuangan yang berbeda-beda antara pemilik satu dengan pemilik yang lainnya
dengan catatan para pemilik UKM biasa mengajukan kredit pada bank atau
lembaga-lembaga yang terkait, biasanya mereka sudah menerapkan catatan
keuangan dapat dipertanggung jawabkan. Berikut hasil wawancara:
“Biasanya ada kas induk dan kas harian. Aku tidak pernah memakai neraca. Nek aliran keuangan gini… misalnya, ada konsumen yang order barang kebanyakan memakai DP, kita catat dalam buku pesanan.
DP tadi otomatis disimpan masuk ke dalam kas induk (kerjaannya istri saya yang mencatat) itu dari pembeli satu ke yang lain selalu begitu. Terus aliran keuangannya telah masuk kas induk, kita ada distribusi saya biasanya yang memegang kas harian.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan istri bapak Eka, berikut
hasil wawancaranya:
“Bentuk pencatatan keuangannya ya,,,gitu dek…seperti yang dikatakan oleh bapak tadi.”
Bapak Eka dan Ibu Chrisna menunjukkan kepada peneliti beberapa
lembar nota pembelian bahan baku, bentuk kas induk, laba-rugi (lihat
lampiran IV, V, VI). Peneliti mencoba melakukan perpanjangan pengamatan
dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan beberapa komposisi
account yang bisa membentuk laporan keuangan, karena peneliti merasa ada yang kurang dimengerti oleh informan, bahwa sebenarnya dalam kegiatan
usahanya tersebut sudah bisa dibuat suatu laporan keuangan yang lengkap
sesuai dengan SAK ETAP.
Berikut pertanyaan yang terkait dengan pos piutang. Apakah UD
Indah Furniture melakukan transaksi penjualan dan apa buktinya, berikut
pemaparan dari bapak Eka:
“Saya gak punya rekening koran atau giro, adanya saya rekening tabungan untuk transaksi transfer. Faktur penjualan pun saya tidak ada, adanya cuma nota-nota penjualan aja.
Berdasarkan jawaban tersebut berarti sudah ada pos kas, piutang dan