• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Wijaya Tony (2008)

5.2. Penerapan Pencatatan Keuangan Pada UD Indah Furniture

5.2.4. Pembagian Tugas Kerja Untuk Pencatatan Keuangan

Keberhasilan suatu perusahaan yang ditandai dengan naiknya laba merupakan suatu impian yang ingin dicapai oleh para pemilik perusahaan tersebut, tidak terkecuali perusahaan kecil sekalipun. Setiap perusahaan kecil atau besar didalamnya terdapat pembagian tugas-tugas kerja baik dibagian

produksi dan keuangan ataupun dibagian lainnya sesuai dengan bidangnya. Tetapi penulis disini membahas tentang bagian produksi dan keuangan.

Setelah melakukan wawancara dengan informan, maka dapat kita simpulkan bahwa:

“Dikelola sendiri, biasanya dibantu dengan istri saya.”

Bapak Eka “Ya,,,memang benar dik..saya yang membantunya.”

Ibu Chrisna Keinginan untuk mendelegasikan seseorang sebetulnya ada dari bapak Eka selaku pemilik Indah Furniture dan ibu Chrisna yang bertugas sebagai pencatat keuangan, tetapi mengingat untuk kondisi saat ini bapak Eka dan ibu Chrisna belum merekrut karyawan dibidang pengelolaan keuangan sehingga pencatatan keuangan masih dilakukan olehistrinya sendiri. Kesadaran untuk membagi tugas sebetulnya sudah cukup paham tetapi kembali ke masalah kondisi yang dialami saat ini oleh bapak Eka, sehingga proses usaha meliputi pemsaran, produksi, hingga administrasi masih dikerjakan sendiri, tetapi ada orang yang membantu dalam bidang produksi yang berjumlah 40 orang.

Meskipun bapak Eka menginginkan orang lain yang mengurus pengelolaan keuangan, namun sampai saat ini belum dilakukan hanya dengan istrinya sendiri.

itu sudah memberikan informasi keuangan yang sangat berguna bagi pelaku UKM tersebut. Terbukti pemilik UKM bisa melakukan perencanaan biaya produksi dalam membeli atau belanja bahan-bahan finishing atau bahan-bahan setengah jadi dan masih bisa dikatakan “eksis” atau masih bisa bertahan sampai dengan sekarang dan mampu memperkerjakan masyarakat sekitar untuk membantu sebagai tenaga kasar sebanyak 40 orang. Kondisi ini seperti yang diungkapkan oleh Suwaldiman (2005: 12) bahwa produk akuntansi adalah informasi keuangan yang menjembatani kepentingan pihak pemakai laporan keuangan dengan aktifitas suatu unit usaha. Keindahan sebagai hasil produk seni sama sekali tidak terdapat dalam akuntansi. Laporan keuangan yang disajikan secara rapi bukanlah suatu seni, akan tetapi agar pemakai laporan tersebut lebih mudah untuk membaca dan memahami. Akuntansi tidak menitik beratkan keindahan, tetapi yang lebih penting adalah kelayakan dan keandalan informasi keuangan yang dihasilkannya. Menurut Baridwan (2004: 8) tentang asumsi dasar going concern yaitu kontinuitas usaha yang beranggapan bahwa suatu perusahaan itu akan hidup terus, dalam arti diharapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa yang akan datang. Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan usaha, kontrak – kontrak dan perjanjian – perjanjian.

Dengan demikian bisa dibuat bahan kajian yang mendalam bagi pemerintah dan lembaga-lembaga terkait yang bertanggung jawab dalam pertumbuhan ekonomi rakyat, sehingga kurangnya pemahaman dan penerapan pencatatan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Martani (2007) bahwa meskipun SAK ETAP telah diterbitkan, namun masih ada beberapa kelemahan. Diantaranya adalah tidak disinggung bagaimana UMKM harus menyusun laporan keuangan. Kelemahan UMKM dalam pembukuan terkadang membuat UMKM menghadapi kendala dalam pendanaan oleh bank. Oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah melalui dinas yang terkait membuat semacam jaringan pendamping, untuk memberikan pelatihan manajemen keuangan usaha dengan sistem akuntansi sederhana yang bisa dipertanggung jawabkan.

Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa tidak cukup hanya pemahaman dan pencatatan keuangan saja, namun lebih dari itu dari pemahaman dan pencatatan keuangan tersebut mampu menjadi dasar dalam pembuatan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK ETAP.

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di meubel Indah Furniture Jatirogo, Tuban tentang Makna Penerapan Pencatatan Keuangan Bagi Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) ; (Studi Kasus Pada UD. Indah Furniture di Tuban) dan berdasarkan data-data yang dimasukkan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan:

1. Pencatatan keuangan yang dilakukan Indah Furniture hanya sebatas mencatat data-data pembelian untuk modal kerja di tiap order yang dilakukan. Dan mencatat setiap transaksi atau belanja yang dilakukan dan untuk tiap order yang masuk. Semua dilakukan karena bagi Eka selaku pemilik sekaligus pengelola Indah Furniture, pencatatan adalah kegiatan perencanaan sebagai pedoman dalam menentukan penawaran kedepan.

2. Setiap transaksi selalu dicatat dalam sebuah buku khusus. Buku ini lebih tepatnya adalah catatan untuk bidang produksi, karena mencatat order, piutang dan pembayaran/finishing produk.

3. Saat ini bapak Eka mendelegasikan pengelolaan keuangan kepada istrinya. Dan kadangkala jika ada jeda waktu istrinya membantu dalam pemasaran

4. Pendelegasian tugas dibidang keuangan kepada istri bapak Eka sudah cukup tepat karena istrinya adalah lulusan dari sekolah Ekonomi, sehingga mempunyai cukup pengetahuan untuk mengelola dan menatausahakan keuangan perusahaan.

5. Model pencatatan keuangan masih sangat sederhana, yaitu buku kas induk yang mencatat DP, piutang, jenis pekerjaan dan laporan laba/rugi untuk mengetahui laba usaha. Namun belum menggunakan neraca dan cash flow.

6. Karena baik Eka maupun istrinya menangani sendiri keseluruhan proses bisnis, maka Eka kurang fokus pada masalah administrasi keuangan, yang penting bagi dia adalah banyaknya order yang masuk.

6.2. Saran

Bahwa perusahaan Indah Furniture tersebut sudah sesuai dengan perencanaan pencatatan keuangan. Namun ada beberapa yang perlu ditingkatkan dalam perusahaan ini untuk perkembangan masa yang akan datang yaitu:

1. Bagi Indah Furniture

Indah Furniture sebagai entitas dan Eka sebagai pemilik diharapkan untuk melakukan pencatatan keuangan yang rapi dan detail yang sesuai dengan SAK ETAP 2009, karena usaha meubel atau furniture ini sudah cukup

berkembang menuju perusahaan yang lebih besar, sehingga dalam prosesnya nanti akan membutuhkan masukan dana yang besar juga. Dan perbankan atau lembaga keuangan lainnya selaku pemilik dana lebih concern kepada UKM yang memilik kinerja yang bagus. Dan kinerja yang bagus itu tercermin dalam laba/rugi yang rapi dan detail.

2. Bagi Pemerintah

a. Dengan melihat kondisi yang terjadi di lapangan, peneliti berharap khususnya kepada pemerintah agar bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk memberikan sumbangan pemikiran guna meringankan permasalahan yang dihadapi oleh UKM. Karena itulah pemerintah dan perguruan tinggi harus turun kelapangan untuk memberikan program pendampingan bagi UKM, untuk memberikan pelatihan manajemen keuangan usaha, dengan sistem akuntansi sederhana yang bisa dipertanggung jawabkan.

b. Di sisi lain pemerintah pun juga akan terbantu dalam hal mengurangi angka pengangguran karena dengan adanya program pendampingan tersebut, diharapkan UKM bisa berkembang lebih besar lagi sehingga mampu untuk menyerap tenaga kerja yang lebih banyak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat meneliti kajian secara lebih mendalam atau dari sudut pandang yang berbeda, karena permasalahan yang terjadi di UKM sangat beragam dan ini bisa menambah ilmu pengetahuan selain yang didapat di bangku perkuliahan.

Alfabeta, Bandung.

Anonim, 1995, Undang-Undang RI No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Anonim, 2008, Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Anonim, Keragaman Definisi UKM di Indonesia, infoukm wordpress.com diakses bulan Agustus 2008.

Anonim, Konsep Akuntabilitas, www.depkominfo.go.id, diakses bulan Desember 2008.

Baridwan, Zaki, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Cushing, Barry E, 1986, Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi Perusahaan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Herri dan Irda, 2005, “Sifat Kewirausahaan dan Prestasi Usaha Kecil dan Menengah Sumatra Barat”, Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi vol 5 No 2, Agustus 2005, hal 198-215.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, Penerbit Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.

Kiryanto, dkk, 2001, “Pengaruh Persepsi Manajer atas Informasi Akuntansi Keuangan terhadap Keberhasilan Perusahaan Kecil”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, vol 4 No 2 Mei 2001, hal 199-211.

Krisdiartiwi dan Mamik, 2008, Pembukuan Sederhana Untuk UKM Disertai dengan Contoh, Penerbit Media Pressindo.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, www.ukm-center.org, diakses pada bulan Oktober 2009.

Moleong, Lexy J, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit Remaja Rosda Karya.

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Pinasti, Margani, 2007, “Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi; Suatu Riset Eksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia vol 10, No 3, September, hal 321-331.

Sudradjad, 1999, Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wirausaha, Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Cetakan Kesebelas, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi, Penerbit Fakultas Ekonomi UPN, Surabaya.

Wijaya, Tony, 2008, “Kajian Model Empiris Perilaku UKM DIY dan Jawa Tengah”, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Weygandt, dkk, 2007, Accounting Principles, Edisi 7, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Wilkinson, Joseph W, 1993, Sistem Akuntansi dan Informasi, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.

Widjajanto, Nugroho, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Winwin, Yadiati, 2007, Teori Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Pertama, Penerbit

Dokumen terkait