• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of TINJAUAN YURIDIS KASUS TINDAK PIDANA NARKOTIKA PADA ANAK

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of TINJAUAN YURIDIS KASUS TINDAK PIDANA NARKOTIKA PADA ANAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

P-ISSN: 2356-4164, E-ISSN: 2407-4276

Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

1498

TINJAUAN YURIDIS KASUS TINDAK PIDANA NARKOTIKA PADA ANAK

Reza Agselya Sari, Mitro Subroto Politeknik Ilmu Pemasyarakatan E-mail : subrotomitro07@gmail.com

Info Artikel Abstract Masuk: 1 Desember 2022

Diterima: 15 Januari 2023 Terbit: 1 Februari 2023 Keywords:

Narcotics, Children, Child Crime, Diversion

We've heard about drugs a lot and it's nothing new. One of them is drug abuse which is rife. Even today, not a few children fall into this, so that it can hinder them as the future of the country and also prevent them from being creative as quality children of the nation. The legal treatment of minors in cases of drug abuse must be considered by the legal authorities in preparing and concluding that they must be sure without a doubt that the choices taken will become a solid foundation for returning and supervising children towards a future worthy of self-development. as a society that is responsible for the life of the state. Based on the Law on the Juvenile Criminal Justice System, attention must be paid to the criminal burden given to determine the level of diversion that can be used to save the child's future by seeking diversion. Because it is a child's right not to be arrested, detained and imprisoned except as a last resort.

culture are factors that can be seen against obstacles in providing legal protection for children who are involved in narcotics crimes.

Abstrak Kata kunci:

Narkotika, Anak, Pidana Anak, Diversi

Corresponding Author :

Reza Agselya Sari, e-mail :

Kita sudah sering mendengar tentang narkoba dan itu bukan hal baru. Salah satunya penyalahgunaan narkoba yang marak terjadi. Bahkan di masa sekarang, tidak sedikit anak-anak terjerumus ke dalam hal ini, sehingga hal itu dapat menghambat mereka sebagai masa depan negara dan juga menghambat mereka untuk berkreasi sebagai anak bangsa yang berkualitas. Perlakuan hukum terhadap anak di bawah umur dalam kasus penyalahgunaan narkoba harus diperhatikan oleh

(2)

1499 otoritas hukum dalam mempersiapkan dan menyimpulkan bahwa mereka harus yakin tanpa keraguan bahwa pilihan yang diambil akan menjadi landasan yang kokoh untuk mengembalikan dan mengawasi anak-anak menuju masa depan yang layak untuk membina diri sebagai masyarakat yang bertanggung jawab atas kehidupan bernegara.

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak harus diperhatikan beban pidana yang diberikan untuk menentukan tingkat pengalihan yang dapat digunakan untuk menyelamatkan masa depan anak dengan mengupayakan diversi. Karena itu merupakan hak anak untuk tidak ditangkap, ditahan, dan dipenjara kecuali sebagai upaya terakhir. Sistem hukum yang terdiri dari substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum serta berdasarkan faktor penegakan hukum yang terdiri dari aparat penegak hukum, sarana atau fasilitas, lingkungan masyarakat serta kebudayaan merupakan faktor-faktor yang dapat dilihat terhadap hambatan dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang terlibat tindak pidana narkotika.

@Copyright 2023.

PENDAHULUAN

Dalam menegakkan hukum antara lain menciptakan kerukunan di lingkungan sekitar, untuk mencapainya diperlukan beberapa cara yang tepat sebelum dan sesudah itu terjadi pelanggaran atau perbuatan melawan hukum.

Masalah pelanggaran sepantasnya mendapat pertimbangan oleh otoritas persyaratan hukum dan seluruh wilayah setempat.

Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah serius karena hal ini sering terjadi di setiap negara, baik negara pencipta maupun negara ciptaan.. Pelanggaran penggunaan obat-obatan terlarang di Indonesia meresahkan dan bahkan terus meluas. Seperti yang diketahui narkoba saat ini beredar di perkotaan besar dan telah sampai di tingkat pedesaan.

Sebagai negara yang mempunyai penduduk terbanyak ke-4 , Indonesia merupakan tujuan dengan potensi luar biasa sebagai bahan diskusi penanganan dan peredaran obat-obatan terlarang. Penggunaan narkotika yang terjadi di ruang lingkup masyarakat bukan hanya terjadi pada orang dewasa, bisa juga pelakunya merupakan anak-anak. Dengan demikiam, segala cara maupun upaya penangkalan agar kenakalan remaja dapat dijauhkan dari penggunaan obat-obatan terlarang.

Penggunaan berbagai jenis obat-obatan terlarang, biasanya disebut narkoba, telah berkembang cukup lama untuk digunakan, terutama di kalangan remaja saat ini, dengan tujuan dapat membahayakan perkembangan generasi muda di

(3)

1500 Indonesia. Meninjau usia anak muda saat ini, sangat memprihatinkan ketika melihat mereka terjerumus ke dalam kecanduan obat-obatan terlarang yang mana hal itu pasti akan merugikan diri sendiri, masyarakat, dan keluarga bahkan bangsa dan negara.

Bukan hal yang jarang kita lihat, bagi para pengedar obat-obat terlarang ini untuk memanfaatkan anak-anak muda untuk dijadikan fokus bisnis, hal ini dikarenakan tidak adanya informasi mengenai akibat dari penggunaan obat-obatan tersebut, sehingga memudahkan para pedagang untuk menyebarluaskan obat- obatan terlarang. Masalah ini adalah benih dari masalah yang intens, karena dapat menjerumuskan anak-anak ke dalam perdagangan narkoba.

Salah satu contoh hal pidana yang dialami oleh seorang anak muda dan menjadi pelaku kejahatan adalah karena kepemilikan obat-obatan terlarang atau narkoba, yang menyebabkan seorang anak menjadi kecanduan narkoba. Anak-anak membutuhkan keamanan dan arahan yang ekstra untuk menjamin pergantian peristiwa dan perkembangan yang disesuaikan. Sungguh mengerikan ketika anak- anak yang seharusnya belajar dan bermain harus berhadapan dengan hukum dan melalui siklus hukum, yang menimbulkan keuntungan dan kerugian. Dari satu sudut pandang, banyak kalangan yang beranggapan bahwa hukuman yang monumental pada anak adalah tindakan yang tergesa-gesa, namun ada juga yang beranggapan bahwa penting untuk mendisiplinkan anak agar watak negatif anak tidak berlanjut saat mereka mengalaminya. masa kanak-kanak, karena di dalamnya memiliki dampak hambatan bagi anak-anak.

Daya tampung anak muda yang masih terbatas dan belum sehebat orang dewasa patut menjadi pertimbangan polisi dalam menertibkan anak pelaku pelanggaran narkoba, dengan adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak akan memberikan pemidanaan yang benar- benar membina dan menjamin terhadap pelaku tindak pidana anak. Oleh karena itu, potensi anak menjadi sangat penting, mengingat anak-anak merupakan generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang yang melindungi anak dari berbagai aksi kriminalitas, khususnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pengamanan Anak. Alasan undang-undang ini sendiri adalah untuk melindungi hak- hak istimewa anak-anak dari berbagai tindakan kriminal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode pendekatan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan- peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis lainnya. Karena penelitian ini berfungsi memperoleh jawaban terkait pertanyaan yang diangkat berdasarkan sejumlah literatur yang digunakan.

Penelitian deskriptif mencoba mengklasifikasikan beberapa kategori seperti survei, studi literatur, kajian, dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan studi

(4)

1501 kepustakaan yang ditujukan untuk mengetahui tinjauan yuridis penyalahgunaan narkotika oleh Anak di bawah Umur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) merupakan aturan yang harus dipahami oleh semua pihak penegak hukum. Peraturan mengenai tentang penyalahgunaan tindak kasus narkoba yang dilakukan oleh anak merupakan pelanggaran yang khusus . Hal ini mengandung pengertian bahwa pelanggaran-pelanggaran atau perbuatan- perbuatan salah yang pada umumnya menyimpang dari hukum pidana umum, baik dari segi hukum pidana materiil maupun formal.

Pidana Terhadap Anak Yang Terlibat Penyalahgunaan Narkoba

Sesuai dengan peraturan tindak pidana UU No. 11 Th 2012 tentang Sistem Peradilan Tindak Pidana Anak, seorang anak yang melakukan kesalahan dan dipersiapkan dalam peradilan anak memiliki hak yang dijamin oleh Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. Salah satunya adalah hak untuk tidak ditangkap, ditahan dan dipenjara kecuali sebagai upaya terakhir.

Seorang anak yang terikat dengan jaringan narkotika tidaklah harus ditahan, apalagi bergabung dengan orang dewasa. Dengan asumsi apabila tidak ada kepentingan untuk mengurung anak, anak harus dikembalikan ke orang tua dengan persiapan atau pembinaan terlebih dahulu.

Menjauhkan anak-anak dari interaksi kurungan adalah upaya untuk melindungi anak-anak dari rasa malu atau tanda negatif yang dapat diberikan kepada anak-anak di daerah setempat dan untuk menjauhkan diri dari lingkungan penjara atau tahanan yang buruk untuk membantu karakter anak-anak terse.

Dengan demikian, di sini penting adanya pemahaman pemeriksa PPA tentang hak- hak istimewa anak dalam peroses hukum dan peradilan.

Remaja, anak-anak, maupun usia para generasi muda, yang terlibat dengan aturan penyalahgunaan narkoba selain menerapkan Peraturan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba, saat ini juga harus fokus dan menyinggung peraturan dalam UU No. 11 Th 2012 mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak. Oleh karena itu, penggunaan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 mengenai narkoba tidak secara konsekuen diterapkan pada anak-anak, remaja, dan usia generasi muda tetapi harus secara keseluruhan dan harus merujuk pada peraturan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Peraturan hukum pidana sebagai cara untuk mengatasi penyalahgunaan narkoba oleh anak pada dasarnya merupakan suatu keputusan yang sulit. Di satu sisi, batas hukum pidana sebagai cara untuk memberantas penyalahgunaan narkoba kronis oleh anak-anak sangat dibatasi. Tanda-tandanya terlihat dari maraknya penyalahgunaan narkoba oleh anak-anak, sementara itu lagi-lagi ada kecenderungan untuk secara konsisten menggunakan hukum pidana sebagai metode untuk mengatasi penyalahgunaan narkoba oleh anak-anak. Terlepas dari kenyataan yang menunjukan mengenai peradilan pidana sebagai metode untuk sarana penanggulanganan penggunaan obat-obatan terlarang yang dilakukan oleh anak-anak secara teratur memperkenalkan dirinya hanya sebagai 'mesin' yang sah

(5)

1502 yang hanya akan menciptakan 'keadilan prosedural'. Jadi hasilnya seringkali tidak dapat diterima dan dengan jelas mengabaikan kepentingan dan bantuan untuk anak-anak Dalam menentukan usia jangkauan anak-anak diidentifikasi dengan pertanggungjawaban pidana yang dapat diajukan ke pendahuluan, yaitu 12 tahun sampai dengan 18 tahun. Peraturan yang diatur oleh undang-undang, menurut penulis, dalam hal seorang anak yang menyalahgunakan pemakaian narkoba dan terbukti telah melanggar hukum, yaitu berusia 12 tahun sampai dengan 13 tahun, hakim hanya dapat memberi sanksi terhadap anak sesuai undang-undang. Pada dasarnya, tidak ada peraturan yang mengarahkan jika anak yang dirujuk tidak tahu apa-apa.Hal Ini akan ditunjukkan saat persidangan, dan otoritas yang ditunjuk akan memutuskan apakah anak itu bertanggung jawab (salah) atau tidak.

Keputusan yang dapat diberikan oleh hakim kepada anak adalah dengan memutuskan dan menjatuhkan pidana kepada anak yang bersangkutan. Hakim sangatlah menentukan dalam memberikan pilihan pada seorang anak yang terlibat tindak pidana penyalahgunaan narkoba. Dalam pilihannya, hakim harus dalam hal apa pun didasarkan pada pemikiran bahwa pilihan itu adalah pilihan terbaik untuk anak itu sendiri. Perlindungan bagi anak-anak akan diberikan sejak awal, mulai dari di tingkat kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan, dan selama proses penyelesaian hukuman. Hak dan kewajiban sebagai anak harus dipenuhi selama proses hukum sedang berjalan. Hal yang ditakutkan adalah anak-anak yang tidak mendapatkan jaminan akan mendapatkan perlakuan yang merugikan jiwa ataupun merusak mental anak tersebut. Undang-undang tidak memberikan pengecualian untuk anak yang bersalah. Dalam hal apapun, pilihan yang diberikan oleh hakim sehubungan dengan putusan yang dijatuhkan dan beratnya hukuman yang dijatuhkan harus mempertimbangkan 5 kondisi sosial terkait dengan kenyataan dari anak tersebut sehingga sebelum hakim menetapkan hukuman kepada anak, ada beberapa hal yang harus dipikirkan dan menjadi pertimbangan bagi hakim hakim.

Keputusan hakim berperan penting dalam nasib anak, dengan demikian hakim harus yakin tanpa adanya keraguan bahwa pilihan yang akan diberikan adalah yang paling pas dan masuk akal untuk anak-anak yang melakukan penyalahgunaan tindak pidana narkoba. Anak-anak tidak dapat sepenuhnya disalahkan karena mereka mungkin terpengaruh oleh kondisi umum di mana anak-anak menjadi korban Bandar yang merupakan tujuan utama karena pemikiran mereka masih goyah sehingga mereka mudah disesatkan.

Dampak Penerapan Sanksi Bagi Anak

Adanya sanksi bagi anak sering menimbulkan persoalan seperti halnya persoalan secara yuridis, sosiologis dan juga secara rasional. Secara yuridis, terdapat situasi paradigmatik yang diidentikkan dengan metodologi yang dilakukan terhadap anak yang melakukan pelanggaran. Secara yuridis, anak-anak yang melakukan pelanggaran dikualifikasikan sebagai pelaku tindak pidana. namun secara teoritis, dengan alasan bahwa penyalahgunaan penggunaan obat-obatan memenuhi klasifikasi sebagai pelanggaran dimana pelakunya sendirilah yang menjadi korban. Oleh karena itu, anak-anak yang melakukan penyalahgunaan narkoba, selain dia sebagai pelaku, dia juga menjadi korban.

Secara sosiologis, terdapat munculnya berbagai pertanyaan, salah satunya tradisi atau adat sosial masyarakat yang bersifat permisif terhadap kenakalan anak.

(6)

1503 Kelakuan anak-anak adat setempat sering ditanggapi dengan cara yang tidak mendidik oleh masyarakat maupun oleh keluarga, sehingga kesalahan anak biasanya diakhiri dengan jalan permohonan maaf dan perdamaian. Oleh karena itu, Pelaksanaan hukuman pidana bagi anak berupa penahanan akan ditanggapi secara negatif oleh lingkungan masyarakat. Karena secara sosiologis, masyarakat tidak rela melihat anak dilakukan selayaknya penjahat.

Secara Filosofis, dampak penerapan sanksi bagi memunculkan pertanyaan mendasar dan persoalan yang dilemma. Dari satu sudut pandang, pemidanaan memiliki dampak buruk terutama pada anak-anak. Penderitaan berupa tauma psikologis yang berkepanjangan juga dapat timbul akibat pemidanaan.

Berbagai dampak penerapan sanksi pemidanaan karena berhadapan dengan anak menjadi pertimbangan proses diversi. Namun perlu diperhatikan bahwa peradilan anak juga merupakan upaya untuk memahami bantuan pemerintah terhadap anak, sehingga pelaksanaannya harus cukup jauh untuk menghindarkan anak dari pemidanaan yang bersifat punitif.

Secara konsep, diversi merupakan komponen yang memungkinkan anak-anak beralih dari pidana hukum ke tindakan bantuan social atau pelayanan social. Oleh karena itu, diversi juga menyiratkan suatu upaya untuk mengalihkan anak-anak dari pidana hukum menuju siklus non-hukum atau non-peradilan. Hal ini didasarakan pemikiran bahwa keterkaitan anak-anak dalam proses peradilan hukum telah melahirkan stigmatisasi.

Hambatan Dalam Hal Pemberian Perlindungan Hukum Pada Anak Terkait Dengan Penyalahgunaan Narkoba

Hambatan dalam interaksi implementasi hukum dapat dilihat melalui variabel-variabel yang mempengaruhi pengesahan hukum. Kedua sentimen di atas bisa dibilang sangat sedikit berbeda dalam pemanfaatannya untuk melihat hambatan. Misalnya, sejauh budaya yang sah, item tersebut adalah daerah setempat, dll.

1. Hambatan Internal

Hambatan internal adalah rintangan ataupun halangan yang diperoleh oleh aparat hukum selama waktu yang diperlukan untuk proses penanganan atau memberikan jaminan perlindungan hukum kepada anak-anak yang menjadi pelaku penyalahgunaan tindak pidana narkoba. Hambatan internal yang dihadapi oleh penegak hukum dalam memberikan jaminan perlindungan hukum kepada anak- anak yang menjadi pelaku penyalahgunaan tindak pidana narkoba adalah sebagai berikut:

A. Aparatur Penegak Hukum B. Undang -undang

C. Fasilitas atau Sarana 2. Hambatan Eksternal

Hambatan eksternal merupakan suatu hambatan yang muncul dari luar aparatur hukum itu sendiri untuk memberikan perlindungan hukum kepada anak- anak yang menjadi pelaku penyalahgunaan tindak pidana narkoba. Hambatan- hambatan eksternal yang dialami oleh aparat kepolisian dan penegak hukum lainnya dalam memberikan perlindungan hukuml kepada anak yang menyalahgunakan pemakaian narkoba adalah sebagai berikut:

(7)

1504 Masyarakat dan budaya

Masyarakat dan budaya juga dapat dikategorikan sebagai kelas budaya hukum mengingat dalam lingkup masyarakat dan budaya dapat dilihat perkembangan dan peningkatan budaya hukum. Kehadiran budaya hukum di mata masyarakat dan budaya dapat diibaratkan dengan kehadiran hukum dalam masyarakat umum yang memiliki budaya. Namun yang menjadi perhatian adalah hukum yang menjadi pedoman hidup masyarakat yang bersifat memaksa dan mampu menjamin tata tertib masyarakat, terlepas dari apakah siklus yang berkesinambungan itu dapat berjalan secara ideal. Artinya, peraturan yang memiliki standar dalam pedoman hukum dapat berjalan dengan baik sehingga dapat mencerminkan budaya hukum yang layak atau sebaliknya, undang-undang itu hanya asas sederhana namun pelaksanaannya tidak ideal dengan cara apa pun, menghasilkan budaya hukum yang tidak baik.

Dengan demikian, persepsi dari masyarakat akan mempengaruhi tindakan proses peradilan pidana anak yang berjalan pada tingkat penyidikan, penuntutan dan persidangan. Peran aparatur penegak hukum untuk menjatuhkan hukuman pidana kepada anak-anak agar tidak menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat. Sampai saat ini orang-orang masih berpegang teguh pada pemikiran dengan mencerca, mempermalukan seseorang yang melakukan kesalahan. Persepsi ini terasa ketika para penegak hukum sudah lugas dan transparan dalam menyelesaikan kasus anak dengan mengikutsertakan keluarga dan tokoh masyarakat setempat. Meski demikian, terkadang beberapa masyarakat tidak mendukung upaya proses perdamaian melalui proses diversi. Mereka memilki pandangan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh anak-anak sudah terlampau jauh atau melewati batas wajar. Perspektif dari masyarakat seperti itu tentang pelanggaran narkoba membuat sulit bagi anak-anak untuk mendapatkan hak mereka dalam sistem peradilan pidana anak. Selain itu, terkadang adanya suatu oknum tertentu yang menitikberatkan atau melakukan penekanan pada aparat hukum dengan tujuan agar anak-anak yang melakukan penyalahgunaan tindak pidana narkoba dihukum dengan berat. Penekanan dari lingkungan masyarakat merupakan faktor eksternal namun memiliki dampak yang cukup besar selama waktu yang diperlukan dalam proses penanganan anak dalam sistem peradilan.

PENUTUP Kesimpulan

Peraturan-peraturan hukum yang sesuai dengan pedoman tanggung jawab narkoba untuk anak-anak adalah sesuai dengan perlindungan hak-hak anak menurut hukum yang sebenarnya. Perlindungan hak-hak anak dimulai sejak awal, mulai dari di kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan selama pelaksanaan hukuman.

Sistem Peradilan Pidana Anak menunjukkan adanya kepastian hukum, keadilan, dan perlindungan hukum bagi anak-anak atau remaja yang bermasalah dengan hukum.

Risiko pidana untuk kasus-kasus dikalangan anak dilihat berdasarkan undang-undang yang menggarisbawahi hukuman bagi orang yang mengatur atau melibatkan anak-anak dalam penyalagunaan penggunaan narkoba sebagaimana tercantum dalam perlindungan hukum Anak dalam Pasal 89, sedangkan anak-anak

(8)

1505 atau remaja yang melakukan penyalahgunaan tindak pidana narkoba dipandang sebagai korban.

Hambatan dalam memberikan perlindungan hukum kepada anak yang terlibat dalam melakukan penyalahgunaan tindak pidana narkoba dapat dilihat melalui sistem hukum yang terdiri dari struktur hukum, substansi hukum serta budaya hukum. Selain itu juga melalui factor apparat hukum yang terdiri atas yang terdiri dari penegak hukum, undang-undang, sarana atau fasilitas, lingkungan masyarakat dan kebudayaan. Upaya pencegahan untuk mengatasi hambatan selama waktu yang diperlukan untuk memberikan perlindungan hukum kepada anak-anak, khususnya memperluas pemahaman tentang konsep atau metode diversi (untuk polisi, jaksadan hakim), Memperluas pendidikan (khususnya untuk polisi), Harus melakukan perubahan (polisi) dan Pemberian pembinaan karakter (hakim, jaksa dan polisi).

Implikasi

Berdasarkan pembahasan dan analisa secara komprehensif, maka dapat dijelaskan implikasi dari penelitian ini adalah bagaimana peran aparat penegak hukum dalam melakukan pemeriksaan tersangka/terdakwa anak. Penegak hukum sekiranya dibekali akan pengetahuan mengenai psikologi anak serta wajib memperhatikan kondisi mental dan hak anak tersebut. Ketentuan-ketentuan hukum mengenai kasus penyalah gunaan narkotika dikalangan remaja harus lebih dipertegas dikarenakan makin maraknya kasus penyalah gunaan narkotika di kalangan remaja pada saat ini sehingga pemerintah dalam upaya meningkatkan kesadaran hukum masyarakat akan berbahayanya menggunakan narkotika.

Selain itu, perlu adanya peningkatan dalam menangani pemahaman untuk penyidik dalam menangani kasus anak mengenai UU Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak dan juga mengenai UU Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dan juga fokus pada instrumen hukum lain serta menghormati pengakuan internasional konveksi anak, jadi dengan adanya hal seperti itu diharapkan bahwa masing-masing kasus penyalahgunaan penggunaan obat-obatan terlarang oleh anak-anak umumnya tidak berakhir dengan kriminal dengan alasan bahwa hukuman pidana anak-anak tidak absolut atau redistributif yang memiliki sifat sebagai pembalasan dari negara.

Pertimbangan proses hukum yang diselesaikan oleh hakim anak dalam menentukan pilihan bukti kriminal terhadap anak pelakunya penyalahgunaan penggunaan obat-obatan terlarang, secara konsisten selau fokus pada masa depan dan juga keberlangsungan hidup anak sebagai dasar tujuan pemidanaan yang berguna bagi anak melalui perhatian masukan dari Penasehat Hukum Anak, hasil laporan penelitian masyarakat dan kontribusi dari Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan, Psikolog dan Pakar Sosial.

Perlu diketahui, hendaknya untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dialami penegak hukum dalam upaya memberikan perlindungan hukum terhadap anak terlibat tindak pidana narkoba, penegak hukum sendiri dengan dibantu pemerintah membantu mencari jalan keluar dan membenahi terhadap hambatan- hambatan yang terjadi.

Dalam kasus penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja yaitu hakim dalam memberikan putusan yang menyangkut dengan tindak pidana di lingkungan

(9)

1506 remaja harus lebih memperhatikan tentang hak-hak anak dan kondisi mental si anak karena anak yang belum cukup umur kondisi fisik dan mentalnya masih tergolong labil dan jika salah dalam pengambilan putusannya oleh hakim atau salah dalam penanganan hukumnya ditakutkan akan berdampak buruk bagi perkembangan si anak nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

C.S.T. Kansil, (1989). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Jakarta: LP3ES.

Marlina, (2012). Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Nandang Sambas, (2010). Pembaharuan Sistem Pemidanaan Anak Di Indonesia.

Yogyakarta: Graham Ilmu.

Nasir Djamil M, (2015). Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Prakoso, Abintoro, (2013). Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak. Yogyakarta:

Laksbang Grafika.

Satjipto Raharjo, (2000). Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Soedjono D, (1977). Narkotika dan Remaja. Bandung: Penerbit Alumni.

Soejono Soekanto, (1986). Pengantar Penelitian Hukum. Yogyakarta: UII Press.

Sri WIdowati Wiratmo Soekito, (1983). Anak dan Wanita dalam Hukum.

Supramono, G, (2001). Hukum Narkotika Indonesia. Jakarta: Djambatan Taufik Makarao, (2005). Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penilitian ini adalah BLK adalah pelatihan kerja yang memiliki berbagai masalah seperti penambahan data melalui aplikasi pengolah kata, sertifikat yang harus diambil