• Tidak ada hasil yang ditemukan

Visualisasi Persebaran Masjid di Indonesia Menggunakan CartoDB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Visualisasi Persebaran Masjid di Indonesia Menggunakan CartoDB"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Visualisasi Sebaran Masjid di Indonesia Menggunakan CartoDB adalah karya saya di bawah arahan panitia pembimbing dan belum pernah diserahkan dalam bentuk apapun ke universitas manapun. Salah satu cara melihat sebaran masjid di Indonesia adalah dengan membayangkan sebaran masjid di seluruh Indonesia. Visualisasi sebaran masjid dianalisis pola sebarannya untuk melihat bagaimana sebaran masjid di suatu wilayah.

Penelitian ini bertujuan untuk membuat peta visualisasi pola persebaran masjid di Indonesia dengan melihat persentase wilayah yang tercakup dalam radius masjid dan wilayah yang tidak tercakup dalam radius masjid. Hasil persentase wilayah yang terjangkau radius masjid dan wilayah yang tidak terjangkau radius masjid di Kota Bogor menunjukkan bahwa persentase wilayah yang tidak terjangkau radius masjid lebih besar dibandingkan dengan persentase wilayah yang terjangkau radius masjid. Persentase wilayah yang tidak terjangkau radius masjid di Kota Bogor sebesar 99,982% dan persentase wilayah yang terjangkau radius masjid sebesar 0,018%.

The purpose of this research is to create a map visualization of the pattern of mosque distribution in Indonesia by observing the percentage of areas covered by a mosque radius and areas not covered by a mosque radius. The percentage in Bogor city for the area not covered by the mosque radio is as high as 99.982%, and the percentage for the area covered by the mosque radio is as high as 0.018%.

PRAKATA

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Metode menampilkan pola sebaran pada penelitian ini menggunakan metode buffer zone yang diterapkan oleh Jamassi (2013). Sistem ini dibuat untuk memvisualisasikan dan menampilkan pola persebaran masjid di Indonesia, yang dapat dijadikan sebagai dasar kebijakan dalam penentuan lokasi masjid baru di suatu daerah oleh pihak-pihak tertentu. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana memvisualisasikan sebaran masjid di Indonesia dalam bentuk peta berbasis web.

Tujuan penelitian ini adalah membuat visualisasi peta pola sebaran masjid di Indonesia berbasis web. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak tertentu mengenai pola persebaran masjid di Indonesia dalam penentuan lokasi masjid baru. Selain itu, pengguna sistem ini dapat mengetahui masjid mana saja yang berada di wilayahnya masing-masing.

1 Tipologi masjid yang digunakan yaitu masjid besar, masjid besar, masjid besar, masjid bersejarah, masjid jami dan masjid di tempat umum.

TINJAUAN PUSTAKA

Bidang lokasi dapat berupa satu titik pada peta atau beberapa titik sehingga membentuk suatu area, masing-masing titik diwakili oleh sepasang titik bujur dan lintang. Alumbaugh dan Bajcsy (2002) berpendapat bahwa georeferensi adalah proses penentuan nilai garis lintang (lat) dan garis bujur (long) pada suatu peta. Langkah-langkah yang terlibat dalam georeferensi dapat bervariasi, salah satu contohnya adalah jenis spesifikasi gambar peta.

Hasil akhir dari georeferensi adalah dapat mengambil koordinat lintang dan bujur untuk setiap titik pada peta yang dilakukan selama georeferensi. Kemampuan ini berguna karena koordinat lintang dan bujur secara akurat menentukan posisi suatu benda di Bumi. Martin dan Wayne (2006) juga sepakat bahwa georeferensi adalah proses penentuan koordinat sumber pada peta geografis.

Martin dan Wayne (2006) juga menambahkan bahwa hasil georeferensi dapat berupa gambar atau file vektor yang dapat digunakan dalam pemetaan atau lingkungan geografis. Pendekatan pola distribusi ini mendefinisikan sebuah lingkaran dimana setiap elemen disekitarnya mewakili luas lingkaran tersebut. 3 Pembatasan luas masjid dengan cara membagi daya tampung atau luas bangunan masjid dengan kepadatan penduduk dan hasilnya adalah luas yang dibatasi atau disebut dengan luas lingkaran.

Model ini juga dapat menjadi dasar penetapan batas antara satu masjid dengan masjid lainnya serta penentuan wilayah mana saja yang membutuhkan masjid baru. Algoritma pencarian radius buffer zone lokasi masjid yang dianalisis pola sebarannya dapat dilihat pada Gambar 2.

METODE

Tahap preprocessing meliputi pengolahan data, identifikasi atribut data pada sistem, dan fitur-fitur pada sistem. Data yang dibutuhkan dalam sistem ini adalah data atribut yang dimasukkan ke dalam tampilan data di CartoDB. Arsitektur teknologi dibuat menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan framework CodeIgniter (CI) dan pustaka Leaflet.

Framework CI yang digunakan ditambah dengan pustaka Leaflet untuk menghasilkan peta dan menjalankan fitur-fitur pada sistem. Pembuatan visualisasi menggunakan pustaka Leaflet dan CartoDB pada tahap ini masih bersifat umum untuk seluruh wilayah Indonesia. Tahap ini juga melakukan penyaringan tipologi, penyaringan kota/kabupaten dan kecamatan, serta manipulasi data masjid.

Pengujian pada tahap implementasi visualisasi dilakukan dengan menguji fitur-fitur yang ada pada sistem dan melakukan verifikasi data masjid. Evaluasi hasil pola sebaran masjid dilakukan dengan cara membandingkan suatu wilayah di Indonesia yang mempunyai pola lingkaran atau radius penyangga pada setiap lokasi masjid dan membandingkan persentase wilayah yang tercakup dalam radius masjid dan wilayah yang tidak tercakup dalam radius masjid. masjid. Lokasi masjid yang dipilih menunjukkan lokasi masjid mana pun dalam radius zona penyangga.

Lokasi masjid yang dipilih juga dapat menunjukkan jarak dan radius masjid yang berada dalam radius buffer zone. Evaluasi hasil persentase wilayah yang tercakup dalam radius masjid dan wilayah yang tidak tercakup dalam radius masjid dilihat berdasarkan persentase total luas radius dan luas daerah penyangga. Persentase ini digunakan untuk melihat berapa persentase wilayah yang terjangkau radius masjid dan berapa persentase wilayah yang tidak terjangkau radius masjid.

Rumus menghitung persentase permukaan yang tertutup jari-jari masjid dan luas yang tidak tertutup jari-jari masjid dapat dilihat pada Gambar 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Georeferensi yang digunakan pada CartoDB merupakan jenis georeferensi nama kota, namun hasil lokasi masjid sedikit berbeda dengan lokasi sebenarnya. Lokasi masjid yang sesuai dianalisis dengan metode georeferensi menggunakan tipe alamat jalan, namun permasalahannya tipe georeferensi ini tidak disediakan secara gratis sehingga tidak digunakan dalam penelitian ini. Perbedaan atribut the_geom dengan atribut longitude dan lintang adalah atribut the_geom didapat pada saat melakukan georeferencing dan berisi nilai bujur dan lintang serta digunakan untuk menampilkan lokasi masjid.

Penambahan data lokasi masjid dapat dilakukan dengan memasukkan data lintang dan bujur, namun pada sistem ini juga dapat dilakukan dengan menentukan lokasi masjid (per pin) pada peta. Pada sistem ini penambahan data lokasi masjid tetap dapat ditempatkan pada lokasi masjid yang sama. Mengubah detail masjid dapat dilakukan dengan memilih tombol detail pada ikon lokasi masjid lalu memilih tombol perbarui.

Hapus data masjid dengan memilih tombol detail pada ikon lokasi masjid lalu pilih tombol hapus. Lokasi Masjid Kabupaten Bubon Aceh Barat cocok Kabupaten Bekasi, lokasi Masjid Cikarang Utara tidak sesuai Kabupaten Gresik Lokasi Masjid Gresik cocok Kabupaten Raja Ampat Kota Waisai lokasi Masjid tidak sesuai. Lokasi masjid dikatakan cocok apabila lokasi masjid masih dalam jangkauan lokasi kota/kabupaten yang dicari.

Lokasi masjid tidak cocok apabila terdapat lokasi masjid yang berada di luar jangkauan lokasi kota/kabupaten yang dicari. Evaluasi hasil model distribusi ini dilihat berdasarkan pola distribusi yang muncul di setiap negara kaca dan persentasenya di setiap wilayah. Skor lokasi masjid dilihat berdasarkan jumlah lokasi masjid dalam radius buffer zone dan juga melihat jarak antara masjid yang dipilih dengan masjid dalam radius buffer zone.

Hasil estimasi radius buffer zone pada lokasi masjid terpilih dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Terlihat bahwa Masjid Baiturrahman memiliki radius 94,81 m dan terdapat dua lokasi masjid dalam radiusnya. Nilai radius buffer zone Masjid Al-Muslimun sama dengan nilai radius buffer zone Masjid Baiturrahman, namun radius buffer zone Masjid Al-Muslimun tidak terdapat masjid yang berada di dalam radiusnya.

Tampilan hasil estimasi persentase luas wilayah yang tercakup dan wilayah yang tidak tercakup radius masjid dapat dilihat pada Gambar 18. Luas wilayah yang tidak tercakup radius masjid dihitung dengan mengurangkan luas pada sublingkaran terpilih dari total luas radius zona penyangga.

SIMPULAN DAN SARAN

21 Gambar 18 merupakan evaluasi hasil persentase wilayah yang tercakup dan tidak tercakup radius masjid untuk Kabupaten Bogor Selatan. Langkah pertama untuk mendapatkan persentase luas wilayah yang terjangkau dan tidak terjangkau radius masjid adalah dengan menghitung luas tidak terjangkau radius masjid. Total radius zona penyangga dihitung dengan menjumlahkan seluruh jari-jari zona penyangga di kecamatan terpilih.

Luas zona diubah menjadi memiliki satuan yang sama dengan total radius zona penyangga. Persentase wilayah yang tidak terjangkau radius masjid dihitung dengan cara membagi total wilayah radius penyangga dengan wilayah kecamatan yang dipilih lalu mengalikan hasilnya dengan 100, sedangkan persentase wilayah yang tercakup dengan radius masjid dihitung dengan cara membagi luas wilayah yang tidak terjangkau radius masjid dengan luas kecamatan yang dipilih, kemudian hasilnya dikalikan 100. Pada Gambar 18 perhitungan persentase luas wilayah yang tidak terjangkau dengan radius masjid di kabupaten bogor barat adalah 15999.885 m2 dibagi 32850.000 m2, kemudian hasilnya dikalikan 100, maka persentase luas yang tidak terjangkau radius masjid di kabupaten bogor barat adalah 99.9951%.

Perhitungan persentase luas radius masjid di Kabupaten Bogor Barat adalah m2 dibagi 32850000 m2, kemudian hasilnya dikalikan 100, sehingga persentase luas radius masjid di Kabupaten Bogor Barat adalah 0,049%. .

DAFTAR PUSTAKA

2 Pola distribusi perlu didekati dengan metode lain, misalnya metode mean tetangga terdekat, metode mean center, metode standar deviasi elips, analisis kernel, dan analisis kewajaran distribusi. Lampiran 1 Kode program untuk proses scraping tipologi masjid Kode program untuk inisialisasi item pada kelas item. Lampiran 4 Menampilkan manipulasi penambahan pin, perubahan dan penghapusan data masjid a Menampilkan manipulasi penambahan pin, perubahan dan penghapusan data masjid.

Lampiran 6 Penyajian hasil estimasi persentase wilayah yang tercakup dan wilayah yang tidak tercakup radius masjid untuk kecamatan di Kota Bogor.

RIWAYAT HIDUP

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan: pertama , persentase terbesar penduduk yang tidak memiliki dokumen kependudukan terdapat di propinsi-propinsi yang ada wilayah timur Indonesia,

Hasil dari penulisan ini menunjukkan bahwa manajemen program dakwah Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (JPRMI) Pengurus Wilayah DKI Jakarta sudah berjalan dengan baik

Pada penentuan tingkat kerentanan bahaya sambaran petir suatu wilayah, data masukan yang dibutuhkan adalah data kepadatan penduduk, luas wilayah dan luas penggunaan lahan untuk

Seacara umum, Program Pengabdian Masyarakat ini memiliki target hasil luaran berupa: (1) meningkatnya data masjid dan pengurus masjid (Ta’mir) yang memanfaatkan aplikasi DMI

Seperti yang telah diketahui bahwa Masjid Raya Mujahidin memiliki struktur bangunan yang cukup tinggi (62 meter) di wilayah Kota Pontianak dan berdasarkan data dari SNI

Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner product quality dan Model Kano, terdapat 11 atribut kebutuhan yang telah memenuhi kepuasan pelanggan dan 12 atribut

Bab III: Bab ini berfungsi sebagai penyajian data yang diperoleh dari hasil penelitian, yakni, berisi gambaran umum tentang sejarah berdirinya masjid dan pembentukan pengurus Masjid,

Hasil Penelitian Dari data yang diperoleh, maka diasumsikan total alokasi waktu yang dapat dimiliki adalah 8 jam 480 menit dan asumsi waktu singgah tiap masjid adalah 1 jam 60 menit,