• Tidak ada hasil yang ditemukan

Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN OBJEKTIF MENGENAI PENIPUAN TIKET KONSER EXO MELALUI MEDIA SOSIAL TWITTER

A. Media Sosial

Media Sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu, media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan, dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dengan terus bermunculannya situs-situs media sosial, secara garis besar media sosial bisa dikatakan sebagai sebuah media online, dimana para penggunanya (user) melalui aplikasi berbasis internet dapat berbagi, berpartisipasi, dan menciptakan konten berupa blog, wiki, forum, jejaring sosial.60

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk social network, forum internet, weblogs, social blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, rating, dan bookmark sosial.61

60 Dr. Rulli Nasrullah, M.Si, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, Simbiosa, Jakarta, 2018, Hlm. 15.

61 Gusti Ngurah Aditya Lesmana, Tesis “Analisis Pengaruh Media Sosial Twitter Terhadap Pembentukan Brand Attachment” (Studi: PT. XL AXIATA), ( Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia). Hlm. 10-11.

(2)

Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial: proyek kolaborasi (misalnya, wikipedia), blog dan microblogs (misalnya, twitter), komunitas konten (misalnya, youtube), situs jaringan sosial (misalnya facebook, instagram), virtual game (misalnya world of warcraft), dan virtual social (misalnya, second life).

Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.

Jejaring sosial terbesar antara lain facebook, myspace, plurk, twitter, dan instagram. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media Sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan Wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.62

Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses instagram misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakes media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhdap arus informasi tidak hanya di negara-negara

62 Ibid.

(3)

maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.

Fungsi Sosial Media Sosial media memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

 Sosial media adalah media yang didesain untuk memperluas interaksi sosial manusia menggunakan internet dan teknologi web.

 Sosial media berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah media siaran dari satu institusi media ke banyak audience (“one to many”) menjadi praktik komunikasi dialogis antar banyak audience (“many to many”).

 Sosial media mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi.

Mentransformasi manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan itu sendiri.

Selanjutnya McQuail berpendapat bahwa fungsi utama media bagi masyarakat adalah :

a. Informasi - Inovasi, adaptasi, dan kemajuan.

b. Korelasi - Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi. - Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan. - Mengkoordinasi beberapa kegiatan. - Membentuk kesepakatan.

c. Kesinambungan - Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan. khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru. - Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.

(4)

d. Hiburan - Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana relaksasi. - Meredakan ketegangan sosial.

e. Mobilisasi - Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang agama.63

Twitter adalah sebuah situs web yang menawarkan jaringan sosial berupa microblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirimkan dan membaca pesan yang disebut “kicauan” (tweets), yang bebas mengekspresikan sesuatu seperti menceritakan pengalaman, berbagi tips kecantikan dan lainnya

“Kicauan” adalah berupa teks tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil penggunanya64

Kelebihan twitter dibanding dengan media sosial lainnya, diantaranya adalah jangkauannya luas, tidak hanya teman, tetapi juga mampu menjangkau publik figur, potensi periklanan di masa mendatang lebih besar, komunikasi terjadi sangat cepat (update), mulitilink (terhubung dengan banyak jaringan) dan lebih terukur dari facebook. Twitter membantu penyebaran informasi secara lebih cepat yang kemudian akan menjadi sebuah topik yang dibahas oleh para penggunanya.

Media massa seperti televisi, koran, majalah, tabloid pun menggunakan twitter sebagai penyampai berita-beritanya. Hal ini mempermudah masyarakat memperoleh informasi secara cepat dan update karena berita dapat di update setiap saat oleh media massa melalui twitter, selain digunakan untuk memperoleh dan

63 Felix Wijayanto, Social Media: Definisi, Fungsi, Karakteristik , http://prezi.com/vddmcub_- ss_/social-media-definisi-fungsi-karakteristik/. diakses pada tanggal 2 Juni 2020 pukul 12.47 wib.

64 Putra Agung, Fenomena remaja menggunakan media sosial dalam membentuk identitas,

Jakarta, Erlangga, 2014, Hlm. 33.

(5)

menyebarkan informasi twitter juga dapat dilakukan untuk melakukan jual-beli contohnya transaksi jual-beli tiket konser.65

Jual beli dalam twitter bisa dilakukan dengan menggunakan akun pribadi atau dengan mengirim Direct Message ( DM ) berupa tweet pada akun berbentuk base. Dengan berkembangnya teknologi saat ini banyak akun pribadi di twitter yang menjual skincare, peralatan dekorasi kamar, tiket konser, dan barang -barang lainnya yang dijual dengan harga yang beragam, banyak pengguna yang memilih untuk membeli tiket konser melalui twitter dikarenakan sistem yang mudah dan harga yang biasanya jauh lebih murah dengan harga yang tertera di situs web penjualan tiket resmi, biasanya pengguna yang akan membeli tiket konser akan langsung mencari tiket yang ingin dibeli pada kolom pencarian misalnya dengan mengetik “Tiket Konser EXO” atau hastag tiket konser exo di Indonesia, jasa titip tiket konser kpop dan tiket konser kpop/exo.

Setelahnya akan muncul beberapa pencarian mengenai topik yang dicari dan ditemukanlah pengguna yang menjual tiket konser tersebut dengan harga yang berbeda-beda, pengguna hanya perlu memilih akan membeli tiket konser pada akun yang mana saja dengan harga yang sesuai, biasanya pada akun twitter penjual tersebut dilampirkan testimoni para pembeli yang pernah membeli tiket konser sebelumnya. Setelah cocok dengan harga tiket pengguna hanya perlu mengirimkan Direct Massage kepada akun penjual dengan menanyakan perihal ketersediaan tiket, data diri penjual dan sistem pembeliannya.

65 Ibid.

(6)

Tahapan selanjutnya setelah dicapainya persetujuan dari para pihak adalah melakukan pembayaran. Pembayaran dapat dilakukan dengan sistem cash, transfer melalui ATM, kartu kredit, atau perantara pihak ketiga seperti rekening bersama (rekening bersama) atau melakukan Cash On Delivery (COD). Apabila pembayaran telah selesai, maka biasanya penjual akan memberikan E-Ticket dengan nomor serial dan barcode yang dapat dicek keasliannya melalui situs jual beli tiket seperti tiket.com dan situs lainnya, setelahnya penjual dan pembeli bersepakat untuk bertemu di hari diselenggarakannya konser untuk menukarkan tiket yang masih berbentuk E-Ticket menjadi bentuk fisik.

B. Kasus Pembelian Tiket Konser Exo Melalui Media Sosial Oleh Pemilik Akun Twitter @chickinfairy dan Upaya yang telah dilakukan

Salma merupakan pengguna twitter dari tahun 2016 dengan akun @chickinfairy, Salma merupakan penggemar berat EXO, EXO merupakan boyband asal korea dengan sembilan anggota yang debut pada tahun 2012 Grup ini dibentuk oleh salah satu agensi terbesar di korea SM Entertainment, Salma berniat ingin menonton konser yang dilaksanakan pada bulan November 2019 di Jakarta, Salma ingin membeli tiket konser melalui website yang telah disediakan namun pada saat ingin membeli tiket tersebut telah terjual habis, tanpa pikir Panjang dan takut jika tidak bisa menonton konser exo karena kehabisan tiket salma dengan saran teman- temannya untuk mencari tiket konser melalui twitter, dan salma menemukan pengguna twitter dengan akun @loeypcy88 menjual tiket untuk Festival Tribun E seharga 2,6 Juta Rupiah dan salam melihat dengan banyaknya testimoni yang diupload pengguna di beberapa statusnya yang membuktikan bahwa pengguna

(7)

menjual tiket asli dan banyak pembeli sebelumnya merasa puas dan tidak menyesal telah membeli tiket pada pengguna tersebut, melihat itu salma yakin untuk membeli tiket pada pengguna akun @loeypcy88 tersebut.

Salma lalu mengirimkan Direct Massage kepada pengguna akun dan menanyakan perihal ketersediaan tiket serta menanyakan keaslian tiket tersebut dan meminta identitas asli pengguna akun, dan setelahnya penjual mengirimkan foto identitas beserta nomor yang dapat dihubungi, mereka melakukan transaksi dan salma mengirimkan sejumlah uang yang telah disepakati, dan berjanji untuk bertemu dihari dimana konser diselenggarakan untuk menukarkan tiket yang masih berbentuk E-Ticket menjadi bentuk fisik. Sehari sebelum konser diselenggarakan salma kembali menghubungi akun milik penjual namun tidak mendapat balasan dan akun twitternya tidak aktif hingga hari konser diselenggarakan, belakangan diketahui bahwa salma merupakan korban tindak pidana penipuan yang dilakukan oleh pengguna akun @loeypcy88 dan telah memakan banyak korban sebelum salma dengan modus yang sama, identitas yang diberikan pun palsu dan milik orang lain.

Salma telah melaporkan kejadian ini kepada pihak berwajib namun belum ada upaya yang dilakukan terhadap kasus ini, dan sulit untuk mengusut tuntas kasus ini serta pengembalian uang yang telah ditransfer karena pengguna akun @loeypcy88 sudah tidak lagi aktif dan menggunakan identitas palsu sehingga sulit untuk menangkap pelaku.

(8)

C. Konsep Dasar Penegakan Hukum

Abdul kadir Muhammad berpendapat bahwa “penegakan hukum dapat dirumuskan sebagai usaha melaksanakan hukum sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaanya agar tidak terjadi pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan hukum yang dilanggar itu supaya ditegakkan kembali”.66

Menurut Satjipto Raharjo penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian hukum, kemanfaatan sosial dan keadilan menjadi kenyataan. Proses perwujudan ketiga ide inilah yang merupakan hakekat dari penegakan hukum. Penegakan hukum dapat diartikan pula penyelenggaraan hukum oleh petugas penegakan hukum dan setiap orang yang mempunyai kepentingan dan sesuai kewenangannya masing-masing menurut aturan hukum yang berlaku.67

Membicarakan penegakan hukum pidana sebenarnya tidak hanya bagaimana cara membuat hukum itu sendiri, melainkan juga mengenai apa yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum dalam mengantisipasi dan mengatasi masalah-masalah dalam penegakan hukum. Oleh karena itu, dalam menangani masalah-masalah dalam penegakan hukum pidana yang terjadi dalam masyarakat dapat dilakukan secara penal (hukum pidana) dan non penal (tanpa menggunakan hukum pidana).

66 Abdul kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, Hlm. 115.

66 Sajipto Rahardjo, Loc.cit.

(9)

2. Upaya Non Penal (Preventif)

Upaya penanggulangan secara non penal ini lebih menitikberatkan pada pencegahan sebelum terjadinya kejahatan dan secara tidak langsung dilakukan tanpa menggunakan sarana pidana atau hukum pidana, misalnya:

a. Penanganan objek kriminalitas dengan sarana fisik atau konkrit guna mencegah hubungan antara pelaku dengan objeknya dengan sarana pengamanan, pemberian pengawasan pada objek kriminalitas.

b. Mengurangi atau menghilangkan kesempatan berbuat criminal dengan perbaikan lingkungan.

c. Penyuluhan kesadaran mengenai tanggung jawab bersama dalam terjadinya kriminalitas yang akan mempunyai pengaruh baik dalam penanggulangan kejahatan

2. Upaya Penal (Represif)

Upaya penal merupakan salah satu upaya penegakan hukum atau segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum yang lebih menitikberatkan pada pemberantasan setelah terjadinya kejahatan yang dilakukan dengan hukum pidana yaitu sanksi pidana yang merupakan ancaman bagi pelakunya. Penyidikan, penyidikan lanjutan, penuntutan dan seterusnya merupakan bagian-bagian dari politik kriminil. 68 Fungsionalisasi hukum pidana adalah suatu usaha untuk

68 Sudarto, Loc.cit.

(10)

menaggulangi kejahatan melalui penegakan hukum pidana yang rasional untuk memenuhi rasa keadilan dan daya guna.69

Penipuan yang terjadi di internet saat ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Penipuan dengan cara yang sederhana misalnya dengan mengirimkan pemberitaan palsu atau bertindak sebagai orang lain secara tidak sah dan melakukan penipuan melalui internet sementara yang kompleks dapat dilihat dari cara kerja para pelaku yang berkelompok atau mempunyai jaringan. Melihat hal tersebut, pengaturan tindak pidana penipuan dalam KUHP dirasakan akan menemukan keterbatasan dalam mengakomodir sanksi atau hukuman terhadap perbuatan tersebut. Hal senada juga diungkapkan oleh Maskun dan Wiwik yang mengatakan bahwa “Pertama, pelaku kejahatan melakukan penipuan terhadap sistem komputer. Kedua, rangkaian perbuatan pelaku tindak pidana sulit untuk dikategorikan ke dalam cara-cara yang diatur dalam KUHP karena sebagaimana disebutkan sebelumnya cara-cara yang diatur dalam KUHP ditujukan kepada orang bukan kepada sistem komputer”.70

Selain itu, dalam menetapkan seseorang untuk dapat dinyatakan sebagai pelaku tindak pidana penipuan online setidaknya harus memenuhi segala unsur tindak pidana dan tujuan dari perbuatan tersebut dapat dibuktikan bahwa memang sengaja dilakukan dengan keadaan sadar akan dicelanya perbuatan tersebut oleh undang-undang. Meskipun unsur-unsur dalam Pasal 378 KUHP tersebut terpenuhi

69 Muladi dan Barda Nawawi Arif, Loc.cit.

70 Maskun and Wiwik Meilararti, Aspek Hukum Penipuan Berbasis Internet, Keni Media, Bandung, 2017, Hlm. 18.

(11)

seluruhnya, tetapi terdapat unsur dari tindak pidana penipuan online yang tidak terpenuhi dalam pengaturan Pasal 378 KUHP, yaitu:

1) Tidak terpenuhinya unsur media utama yang digunakan dalam melakukan tindak pidana penipuan online yaitu media elektronik yang belum dikenal dalam KUHP maupun KUHAP;

2) Cara-cara penipuan yang berbeda antara penipuan konvensional dengan penipuan online, dan

3)Terdapat keterbatasan dalam KUHP yaitu tidak dapat membebankan pertanggungjawaban pidana pada subyek hukum yang berbentuk badan hukum (korporasi) yang melakukan tindak pidana penipuan online.

Sebagai Undang-Undang yang bersifat khusus (Lex Spesialis Derogat Lex Generale), UU ITE paling tidak dapat menjadi pedoman dan landasan hukum bagi anggota masyarakat dalam beraktivitas di dunia siber. Selain itu, UU ITE juga memiliki kaitan terhadap beberapa pasal-pasal yang diatur dalam KUHP yang bertujuan untuk mempermudah dalam penyelesaian suatu perkara. Mengingat tantangan dan tuntutan terhadap perkembangan komunikasi global, undang-undang diharapkan sebagai ius constituendum yaitu peraturan perundang-undangan yang akomodatif terhadap perkembangan serta antisipatif terhadap permasalahan, termasuk dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi yang berdampak luas bagi masyarakat.71

71 Ibid.

(12)

Berkaitan dengan perlindungan hukum yang diberikan UU ITE saat ini juga dirasakan tidak secara langsung mengatur mengenai tindak pidana penipuan konvensional maupun tindak pidana penipuan online. Namun demikian, terkait dengan pengertian penipuan tersebut yang berdampak pada timbulnya kerugian korban dalam transaksi elektronik terdapat ketentuan yang mengatur kerugian tersebut pada Pasal 28 Ayat (1) UU ITE yang menyatakan bahwa “Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”. Suseno berpendapat bahwa “Unsur-unsur di dalam Pasal 28 Ayat (1) UU ITE identik dan memiliki beberapa kesamaan pada tindak pidana penipuan konvensional yang diatur dalam Pasal 378 KUHP dan memiliki karakteristik khusus yaitu telah diakuinya bukti, media elektronik, dan adanya perluasan yurisdiksi dalam UU ITE”.72

Dari paragraf sebelumnya dapat dipahami bahwa keterkaitan antara Pasal 28 Ayat (1) UU ITE dan Pasal 378 KUHP dilihat dari unsur-unsur yang mengatur perbuatan terhadap pasal tersebut. Unsur-unsur yang terdapat pada Pasal 28 Ayat (1) UU ITE, yaitu:

1) Unsur obyektif:

a. Perbuatan menyebarkan;

b. Yang disebarkan adalah berita bohong dan menyesatkan;

72 Ibid.

(13)

c. Dari perbuatan tersebut timbul akibat konstitutifnya yaitu kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.

2) Unsur subyektif:

a. Unsur kesalahan yaitu dengan sengaja melakukan perbuatan menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik;

b. Melawan hukum tanpa hak Rumusan unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 28 Ayat (1) UU ITE dan Pasal 378 tersebut dapat dipahami mengatur objek yang berbeda. Pasal 378 KUHP mengatur penipuan, sementara Pasal 28 Ayat (1) UU ITE mengatur mengenai berita bohong yang menyebabkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik. Walaupun demikian, kedua pasal tersebut memiliki suatu kesamaan, yaitu dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain

Pengaturan mengenai penyebaran berita bohong dan menyesatkan ini dapat dipahami sangat diperlukan dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen yang melakukan transaksi komersial secara elektronik atau e-commerce.

Perdagangan secara elektronik idealnya dapat dilaksanakan dengan mudah dan cepat sehingga dalam proses transaksi harus didasarkan pada kepercayaan antara pihak yang bertransaksi. Kepercayaan ini diasumsikan dapat diperoleh apabila para pihak yang bertransaksi mengenal satu sama lain yang didasarkan pengalaman transaksi terdahulu atau hasil.

(14)

Pada akhirnya untuk menjerat pelaku tindak pidana berbasis e-commerce maka dasar hukum yang dapat diberikan kepada pelaku adalah Pasal 378 KUHP.

Namun demikian Pasal 378 KUHP tentang tindak pidana penipuan tidak dapat digunakan untuk membebani pelaku tindak pidana penipuan online untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, dikarenakan terdapat beberapa kendala dalam membebani sanksi pidana pada pelaku tindak pidana seperti kendala dalam pembuktian dimana alat bukti yang dibatasi oleh KUHAP. Oleh karenanya untuk memperkuat dasar hukum tersebut maka dapat ditambahkan dengan pasal 28 ayat (1) juncto pasal 45A ayat (1) Undang-Undang ITE. diskusi secara langsung sebelum transaksi dilakukan.

Meskipun tidak secara khusus mengatur ketentuan mengenai tindak pidana penipuan tetapi dalam konteks yang berbeda tetap dapat di gunakan untuk membebani pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam hal tindak pidana penipuan online, pada aktivitas e-commerce atau dapat dikatakan jual-beli online mengingat konteks sebenarnya dari adanya undang-undang ITE adalah sebagai perlindungan konsumen. Pasal 28 Ayat (1) undang-undang ITE hanya dapat digunakan pada tindak pidana penipuan online yang berkarakteristik pada aktivitas jual beli online saja, sedangkan pada Pasal 378 KUHP hanya dapat di gunakan untuk menjerat pelaku tindak pidana penipuan konvensional, dengan kata lain pasal 28 ayat (1) UU ITE merupakan lex specialis dari pasal 378 KUHP yang merupakan lex generalis dari tindak pidana penipuan.73

73 Ibid.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terpenuhi seutuhnya Terdakwa sudah dianggap mampu bertanggung jawab atas tindak pidana yang dilakukannya tersebut dan telah terpenuhinya sebagian unsur-unsur dari pasal 289

Meskipunuunsur-unsurudalam Pasalu378uKUHPutersebututerpenuhi seluruhnya, utetapiuterdapatuunsurudari tindak pidana penipuan online yang tidak terpenuhiudalamupengaturan

Simpulan Proses Penyidikan Tindak Pidana Penipuan Online melalui Media Elektronik, dalam proses penyidikan tidak ada perbedan antara proses penyidikan tindak pidana biasa dengan

Hasil penelitian ini adalah pertanggungjawaban hukum tindak pidana penipuan dalam berkedok investasi di Polrestabes Semarang adalah dengan menerapkan Pasal 378 KUHPidana dengan unsur

Pelaku usaha penjual kosmetik berbahaya dan tidak memenuhi izin edar dapat dijatuhi tindak pidana, tetapi sebelumnya Badan POM akan melakukan pemeriksaan langsung dan pemeriksaan

prinsipnya dengan delik penipuan pada KUHP adalah unsur “menguntungkan diri sendiri” dalam Pasal 378 KUHP tidak tercantum lagi dalam Pasal 28 ayat 1 UU ITE, dengan konsekuensi hukum