Nama : Wendis Kristover Sihotang
NIM : 2110804015
Mata Kuliah : Metode Etnografi
Dosen Pengampu : Drs. Joko Tri Laksono, M.A, M.M : Ary Nugraha, S.Si, M.Sn
“MENITI MALAM DI JALANAN YOGYAKARTA”
Pertanggungjawaban Karya Kompoisisi Musik “Meniti Malam di Jalanan Yogyakarta”.
Saya, Wendis Kristover Sihotang, Mahasiswa Etnomusikologi Institut Seni Indonesia, Yogyakarta dan juga selaku composer dari karya musik “Meniti Malam di Jalanan Yogyakarta” dengan ini memberikan pertanggungjawaban atas segala aspek yang terkait dengan karya komposisi musik ini.
LATAR BELAKANG KARYA
Karya musik adalah kegiatan seni musik yang bersifat kreasi (kreatif) atau wujud dari kegiatan kreatifitas (membuat, menulis, mengarang, mencipta, menata, Menyusun, merekam) musik. Dengan kata lain karya musik adalah sebuah komposisi atau aransemen dari elemen-elemen musik seperti melodi, harmoni, ritme, dan dinamika yang dibuat untuk dinikmati dan diapresiasi oleh para pendengar. Karya musik dapat dibuat dengen berbagai genre musik seperti klasik, pop, jazz, rock, dan lain sebagainya. Umumnya karya musik dibuat oleh para musisi (pemain musik) atau komposer yang memiliki kemampuan multi yang kreatif, misalnya seorang musisi yang juga bisa menulis lagu, membuat lirik, membuat aransemen musik, dan memproduksi musik (merekam).
Karya musik yang berjudul Meniti Malam di Jalanan Yogyakarta ini adalah sebuah komposisi musik yang berangkat dari keresahan saya sendiri terhadap kriminalitas yang kerap terjadi di setiap sudut jalanan DI Yogyakarta yaitu klitih.
Klitih merupakan sebuah fenomena dengan motif street crime yang biasanya berhubungan dengan perampasan materi korban. Jika kita kembali ke terminology awal, klitih di zaman dahulu berarti kegiatan untuk mengisi waktu luang, mencari angin segar, biasanya pada malam hari, dan dapat dilakukan siapa saja. Akan tetapi, saat ini istilah tersebut sudah mengalami pergeseran makna yang bermuatan negative sejak munculnya beragam peristiwa kekerasan di malam hari oleh oknum remaja atau pelajar di Kota Yogyakarta dan sekitaran dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Pada prinsipnya, kriminalitas yang dilakukan klitih ini merupakan kejahatan orang dewasa, akan tetapi menajdi juvenile delinquency oleh karena pelakuknya di sini adalah anak atau remaja dibwah 18 tahun yang belum cakap secara hukum.
Proses penciptaan karya ini dimulai dengan membuat sketsa melodi dan harmoni yang menggambarkan suasana dalam tema karya musik ini. Kemudian saya menambahkan elemen bunyi-bunyian pendukungyang dapat menciptakan nuansa yang lebih hidup. Setelah itu, saya melakukan beberapa kali revisi dan penyempurnaan hingga karya “Meniti Malam di Jalanan Yogyakarta” ini akhirnya selesai.
Dalam prose penciptaan karya ini, komposisi musik ini saya bagi menjadi tiga alur cerita, yakni: Tahap pengenalan, kemudian tahap Klimak, dan yang terakhir tahap penyelesaian (Resolution)). Tahap pengenalan itu menceritakan bagaimana masyarakat ataung orang-orang pendatang menganggap bahwa Yogyakarta dulunya merupakan kota yang damai, tentram dan nyaman. Unsur- unsur musik yang saya gunakan dalam segmen pertama ini adalah unsur musik yang mencerminkan suasana Yogyakarta tempo doeloe yang damai, tentram, dan nyaman. Unsur musik tersebut yakni: Gamelan dengan laras pelog, suling, string, piano, suara kicauan burung, suara air mengalir, suara andong, suara hembusan angin, dan suara bel sepeda ontel. Kemudian, pada tahap klimaks menceritakan adanya kriminalitas jalanan di Yogyakarta yaitu klitih yang meresahkan para masyarakat dan menggangu ketenangan. Unsur-unsur musik yang saya gunakan dalam segmen kedua ini adalah unsur musik yang mencerimnkan suasana jalanan,
seperti bunyi klakson, dan suara motor. Namun disegmen ini juga terdapat unsur bunyi seperti pedang, pisau, suara teriakan, dan suara kecelakaan. Unsur-unsur bunyi tersebut menjelaskan betapa kejamnya aksi klitih di Yogyakarta. Terakahir, tahap penyelesaian (resolution) menceritakan betapa mirisnya hak asasi manusia di negeri pertiwi saat ini. Pada segmen terakhir ini saya memasukkan lagu Kulihat Ibu Pertiwi yang saya aransemen ulang sebagai komposisi musiknya.
Dalam proses produksi yang saya lakukan, saya bekerja sama dengan salah satu teman saya yaitu: Athaya Lubis untuk merekam dan mengaransemen karya komposisi musik ini. kami memilih instrumen musik yang sesuai dengan tema karya yang saya buat, serta menyesuaikan tempo dan nada agar dapat menghasilkan musik yang mencerminkan suasana sesuai tema yang sudah saya tentukan. Saya, Wendis Kristover Sihotang memastikan bahwa tidak ada unsur yang melnggar hak cipta atau merugikan pihak lain dalam proses produksi karya ini.
Demikianlah pertanggungjawaban saya atas karya kompoisisi musik yang berjudul “Meniti Malam di Jalalan Yogyakarta” yang saya buat. Harapan saya atas karya ini kiranya dapat memberikan pemehaman dan kesadaran tentang krimininalitas jalanan yang semakin merajalela, dan kiranya dapat membangun kesadaran tentang betapa berharganya Hak Asasi Manusia (HAM).