PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka
- Penelitian Relevan
- Makna
- Pendekatan Semiotik
Makna langsung ini meliputi makna umum dan makna khusus, sedangkan makna kiasan meliputi makna denotatif, afektif, stilistika, reflektif, dan idiomatik. a) Arti Langsung. Makna struktural yang berkaitan dengan unsur fatik disebut makna gramatikal, sedangkan makna yang berkaitan dengan unsur musik disebut makna tematik. a) Makna gramatikal. Makna gramatikal adalah makna yang timbul akibat adanya hubungan antara unsur-unsur gramatika dalam satuan gramatika yang lebih besar.
Tataran kebahasaan disebut sebagai penanda primer penuh, yaitu tanda yang utuh karena penanda mempunyai acuan yang tetap maknanya. Sebaliknya, pada penanda-penanda sekunder atau pada tataran mitis, tanda penuh ditempatkan pada penanda kosong pada tataran linguistik. Bentuk diagram, lukisan, gambar, sketsa, kaligrafi, ukiran, yang tampak sebagai ciri wajah merupakan contoh tanda ikonik.
Menurut Haliday (1992: 4), dalam pengertian yang paling umum, tanda-tanda yang terlibat dalam sistem makna melalui bahasa dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang ada. Indeks adalah suatu tanda yang mempunyai hubungan ketergantungan eksistensial antara tanda yang ditandakan, atau mempunyai hubungan sebab akibat dengan apa yang direpresentasikan. Menurut Pradopo (2007:55) ikon adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petanda.
Tanda ikon dalam sebuah teks sastra merupakan tanda yang menarik perhatian pembaca. Cara merepresentasikan denotatum dalam suatu tanda ikonik adalah melalui simile, menunjukkan denotatum tersebut, yang menggambarkan bahwa ia adalah sebuah ikon. Indeks adalah suatu tanda yang mewakili suatu sumber acuan dengan menunjuk padanya atau menghubungkannya (secara tegas) dengan sumber acuan lain (Danesi, 2004: 38). Simbol adalah tanda yang tidak menunjukkan hubungan kodrat yang sewenang-wenang atau sewenang-wenang, hubungan berdasarkan konvensi sosial (perjanjian).
Jepe Syura terdiri dari dua kata yaitu Jepe yang berarti bubur nasi dan Shura yang berarti Muharram. Ia menambahkan, tradisi Jepe Syura dimulai setiap sepuluh bulan Muharram, dimana disunnahkan bagi umat Islam untuk berpuasa. Dahulu, Jepe Syura menjadi bagian wajib berbuka puasa pada tanggal sepuluh Muharram bagi masyarakat Pulau Barrang Lompo. Jepe Shura dibuat oleh masyarakat Pulau Barrang Lompo hingga akhir Muharram.
Masyarakat Pulau Barrang Lompo berharap peringatan sepuluh Muharram dengan syura jepe ini bisa dilihat sebagai warisan tradisi masa lalu, bukan sesuatu yang dikategorikan musyrik. Masyarakat Pulau Barrang Lompo membuat masakan berupa Jepe Shura atau bubur yang diisi telur dadar warna-warni, tumpi, tumpi yang terbuat dari ikan dan kelapa, buah-buahan dan kerupuk.
Kerangka Pikir
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
- Fokus Penelitian
- Definisi Istilah
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Instrumen Penelitian
- Teknik Analisis Data
Perayaan Jepe Syura merupakan budaya yang diadakan setiap tahun pada bulan Muharram masyarakat Pulau Barrang Lompo Kecamatan Sangkarrang, karena pada hari puncak perayaan Jepe Syura banyak menyambut kedatangan bubur buatan masyarakat Barrang Lompo. Pulau. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di awal, maka penelitian ini untuk menjawab tujuan penelitian antara lain perayaan Jepe Syura pada tanggal sepuluh Muharram 1439 H atau tanggal 30 September di Pulau Barrang Lompo. Selama proses penelitian, penulis memperoleh data dari berbagai sumber atau masyarakat Pulau Barrang Lompo yang biasa menghadiri perayaan Jepe Syura.
Untuk pelaksanaan atau perayaan Jepe Syura sendiri, tokoh masyarakat di Pulau Barrang Lompo harus mempunyai pengalaman dalam mengaji. Tokoh dalam tradisi Jepe Syura kesepuluh Muharram 1439 H. Tokoh adat dalam proses perayaan Jepe Syura tidak lain adalah masyarakat Pulau Barrang Lompo atau penganut agama Pulau Barrang Lompo. Dalam penelitian ini dipilih seseorang untuk memimpin perayaan Jepe Syura yang mempunyai pemahaman tersendiri mengenai perayaan Jepe Syura.
Pada perayaan Syura Jepa, hadir pula tokoh agama dari Pulau Barrang Lompo untuk melengkapi perayaan tersebut, serta para pemimpin zikir dan prosesi. Makanan berbahan dasar nasi yang dijadikan bubur ini merupakan makanan khas sepuluh Muharram yang wajib ada dalam perayaan Jepa Syura. Jepe terbuat dari beras yang dijadikan bubur cair yang dicampur dengan santan.
Dalam festival Jepe Shura, benda-benda simbolik dibuat dari bahan-bahan yang disajikan pada festival Jepe Shura. Pada lambang suasana yang terdapat pada perayaan sepuluh Muharram, lambang suasana yang terdapat pada sepuluh Muharram adalah perayaan Jepe Syura, yaitu nyanyian dzikir yang dilakukan pada saat perayaan tersebut diselenggarakan. Dari penelitian yang dilakukan terhadap makna simbol perayaan Jepe Syura di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Sangkarrang muncul dua simbol yaitu simbol suasana dan simbol benda.
Simbol suasana dalam perayaan Jepe Syura ini adalah lantunan berbagai jenis dzikir yang terkandung di dalamnya, dan jika anda memahami arti dari dzikir maka kita harus selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Simbol dzikir dalam suasana perayaan Jepe Syura merupakan simbol rasa syukur kepada Allah SWT atas penghindarannya. Peneliti berharap masyarakat Pulau Barrang dapat melestarikan tradisi perayaan Jepe Syura karena perayaan ini sangat penting bagi masyarakat Pulau Barrang Lompo.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
- Simbol Benda
- Simbol Suasana
Setelah melakukan penelitian selama kurang lebih dua bulan di Kepulauan Makassar yaitu Pulau Barrang Lompo pada tanggal 23 Mei 2018 hingga 23 Juli 2018, penulis memperoleh data untuk menjawab rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini. Data yang diperoleh dari penelitian dilakukan melalui wawancara kepada masyarakat yang dijadikan informan, karena dinilai mampu dan paham mengenai perayaan Jepe Syura pada tanggal sepuluh Muharram 1439 H atau tanggal 30 September. Selama proses penelitian, penulis mengambil data dari beberapa masyarakat di Pulau Barrang Lompo sebagai sumber.
Pemilihan informan didasarkan pada kriteria masing-masing narasumber yang tentunya harus mempunyai kompetensi atau pengetahuan mengenai isu hari raya Jepe Syura tanggal sepuluh Muharram 1439 H atau tanggal 30 September. Pimpinan dalam pelaksanaan Festival Jepe Syura tidak lain adalah tokoh masyarakat Pulau Barrang Lompo yaitu tokoh agama yang khusus atau biasa melaksanakannya, hal ini didasarkan pada pengakuan dzikir pada saat pelaksanaan Festival. Jepe Syura sendiri berasal dari dua kata yaitu Jepe yang berarti bubur nasi dan syura yang berarti Muharram.
Disajikan jepe syura, nasi yang dimasak dengan santan kental membuat rasa bubur semakin nikmat. Jepe syura merupakan tradisi masyarakat Pulau Barrang Lompo yang selalu merayakan tanggal sepuluh Muharram dengan memberikan makanan berupa kuning telur warna-warni dan sebelum memakan makanan tersebut terlebih dahulu melakukan dzikir dan dzikir berjamaah. Materi Perayaan Pembuatan Jepe Syura mengenai makna dan simbol yang ada di dalamnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Dari setiap bentuk simbol yang terkandung dalam proses perayaan Jepe Syura, makna tersirat yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut. Jadi lambang kelapa adalah buah yang menghasilkan santan, Ikan melambangkan keberuntungan yang melambangkan keberuntungan yang artinya kita akan selalu terlindungi dari kejahatan. Gula merah merupakan lambang dari buah yang manis sehingga segala sesuatu yang dibuat mempunyai buah yang manis, artinya segala sesuatu yang dilakukan penuh dengan kebaikan atau kepositifan pada masyarakat Pulau Barrang Lompo.
Pisang lambang berbuah ketika berada pada satu pohon yang artinya menangkal kejahatan atau terhindar dari keburukan, yang artinya setelah kejadian di zaman Rasulullah semoga tidak terjadi lagi di Pulau Barrang, sebaliknya kejadian itu tidak akan terjadi lagi. Adapun lambang suasana pada perayaan Jepe Syura yang dilaksanakan pada tanggal sepuluh Muharram, lambang suasana pada perayaan Jepe Syura adalah nyanyian dzikir yang dilakukan pada saat perayaan Jepe Syura yang disertai dengan acara makan bersama. dari. Dari data di atas jelas bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Kuasa yang menjadi penguasa langit dan bumi, Maha Besar karena Allah Maha Tinggi atau penguasa yang sebenarnya.
Pembahasan
Tujuan perayaan ini adalah untuk menghindari keburukan karena tanggal sepuluh Muharram merupakan hari yang panas, atau dalam bahasa Makassar allo bambang. Lantunan dzikir yang dilantunkan pada perayaan kesepuluh bulan Muharram ini mengandung ajaran kehidupan dalam lantunan dzikir tersebut, maknanya dalam dan banyak manfaatnya jika anda memahami makna yang terkandung dalam terjemahan dzikir tersebut. Simbol benda pada perayaan Jepe Syura antara lain simbol makanan yaitu nasi yang melambangkan kebahagiaan yang berkecukupan, bubur yang melambangkan nasi yang dimasak hingga menjadi bubur, kelapa yang melambangkan buah yang menghasilkan santan, ikan yang melambangkan kebahagiaan, telur yang melambangkan sumber kehidupan. , gula merah melambangkan rasa manis. buah, pisang melambangkan buah utuh, dalam satu pohon dadar melambangkan pemotongan dan pewarnaan telur, tumpi-tumpi melambangkan segitiga kecil yang disiapkan pada perayaan Jepe Syura.
10. Menurut Anda kendala apa yang dihadapi masyarakat Pulau Barrang Lompo jika tidak melaksanakan perayaan ini?
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran