YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
PERFORMA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KARKAS ITIK CIHATEUP (ANAS PLATYRHYNCHOS JAVANICA) PADA UMUR POTONG BERBEDA
--- Maria Kristina Sinabang1, Fajar Ajimukti Atmojo2
Universitas Pertahanan Republik Indonesia1, Universitas Nusa Cendana2 (Naskah diterima: 1 juni 2022, disetujui: 28 Juli 2022)
Abstract
This study aims to evaluate the performance of local ducks based on slaughter age so that they can help in the future development of local ducks. Maintenance and slaughter of Cihateup ducks, Field Laboratory of Bogor Agricultural University (IPB). Data on feed consumption, body weight, feed conversion, percentage of carcass weight, percentage of meat- bone-skin of breast and thighs were tested by analysis of variance then followed by a multiple range test of Duncan using SAS software version 9.3 (32). The results of this study indicated that breast weight and percentage of breast to live weight cut at the age of 4, 8 and 12 weeks were 72.41 ± 1.74 g tail-1, respectively (14.88 ± 0.27%); 180.89 ± 3.20 g tail-1 (15.94 ± 0.30%);
286.41 g tail-1 (18.42 ± 0.32%). Thigh weight and the percentage of thigh to live weight cut at the age of 4, 8 and 12 weeks were 93.45 ± 3.50 g tail-1 (19.32 ± 0.55%), respectively; 181.12 ± 6.49 g tail-1 (15.93 ± 0.58%); 249.87 ± 8.51 g tail-1 (16.08 ± 0.58%). The conclusion is that the percentage of breast and thigh of Cihateup ducks that were cut at the age of 4, 8 and 12 weeks had a significant effect based on live weight. (P <0.05). The older the slaughter age, the percentage of duck breasts aged 8 and 12 weeks had a significant effect, but on the other hand, the percentage of duck thighs aged 8 and 12 weeks had no significant effect.
Keywords: Cihateup, Local ducks, Performance, Slaughter age Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja itik lokal berdasarkan umur potong sehingga dapat membantu pengembangan itik lokal kedepannya. Pemeliharaan dan pemotongan itik Cihateup, Laboratorium Lapangan Institut Pertanian Bogor (IPB). Data konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan, persentase bobot karkas, persentase daging-tulang-kulit dada dan paha diuji dengan analisis ragam kemudian dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan menggunakan software SAS versi 9.3 (32) . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berat dada dan persentase potong payudara terhadap bobot hidup pada umur 4, 8 dan 12 minggu berturut- turut adalah 72,41 ± 1,74 g ekor-1 (14,88 ± 0,27%); 180,89 ± 3,20 g ekor-1 (15,94 ± 0,30%);
286,41 g ekor-1 (18,42 ± 0,32%). Bobot paha dan persentase paha terhadap bobot hidup potong pada umur 4, 8 dan 12 minggu berturut-turut adalah 93,45 ± 3,50 g ekor-1 (19,32 ± 0,55%);
181,12 ± 6,49 g ekor-1 (15,93 ± 0,58%); 249,87 ± 8,51 g ekor-1 (16,08 ± 0,58%).
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
Kesimpulannya persentase dada dan paha itik Cihateup yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu berpengaruh nyata terhadap bobot hidup. (P<0,05). Semakin tua umur potong, persentase dada itik umur 8 dan 12 minggu berpengaruh nyata, tetapi persentase paha itik umur 8 dan 12 minggu tidak berpengaruh nyata.
Kata kunci: Cihateup, Itik Lokal, Performa, Umur Pemotongan
I. PENDAHULUAN
ernak unggas merupakan salah satu sumber pangan asal hewani yang memiliki nutrisi yang cukup baik untuk manusia karena memiliki kandungan protein yang tinggi, memiliki kandungan lemak yang relatif rendah dibandingkan dengan ternak ruminansia. Salah satu jenis unggas yang dapat dijadikan sumber pangan yaitu itik. Kontribusi daging itik sebagai penyedia daging nasional termasuk sangat rendah, yaitu sebesar 1.29% dari total produksi daging nasional, jauh di bawah jenis unggas lainnya, terutama ayam ras pedaging yang mencapai 71.49% (Dirjen PKH, 2020).
Hal ini disebabkan oleh sedikitnya populasi itik, rendahnya permintaan, dan rendahnya produksi itik lokal. Populasi itik di Indonesia tahun 2020 sebanyak 48.587.606 ekor (Ditjen PKH 2020). Jauh dibawah jenis unggas lainnya terutama ayam ras pedaging yang mencapai 2.970.493.660 ekor (Ditjen PKH 2020). Konsumsi daging itik per Kapita per minggu pada tahun 2017 sebesar 0.001/kg.
T
Rendahnya konsumsi daging itikmembuktikan bahwa ketersediaan itik potong sebagai sumber daging masih sedikit, sementara harga jual itik maupun produknya berupa daging memiliki harga yang mahal dipasaran (Ditjen PKH, 2020). Selain itu, penyebab dominan rendahnya minat masyarakat terhadap konsumsi daging itik adalah aroma daging itik yang amis atau anyir (Mattitaputty dan Suryana, 2010).
Itik lokal yang berpotensi sebagai penghasil daging adalah itik Cihateup. Randa et al. (2007) melaporkan bahwa itik Cihateup memiliki persentase dada dan paha yang lebih tinggi dibandingkan dengan itik Alabio.
Persentase paha dan dada itik Cihateup sebesar 28.15% dan 31.42% sedangkan itik alabio sebesar 21.33% dan 25.67%. Oleh karena itu, itik Cihateup berpotensi sebagai itik pengahasil daging yang baik.
Jenis ternak, pakan, umur dan
manajemen pemeliharaan sangat
mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh dan kasrkas pada ternak.
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
Pada bangsa ternak yang sama, komposisi tubuh dan karkas dapat berbeda dan menjadi karakteristik ternak tersebut. Seiring dengan bertambahnya umur, pertumbuhannya semakin bertambah dan persentase terhadap bobot potong juga meningkat. Pemotongan itik pada umur yang tepat diharapkan akan menghasilkan karkas dengan kualitas fisik yang dapat diterima. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengevaluasi dan mengetahui umur potong yang tepat berdasarkan umur pemotongan yang berbeda untuk menghasilkan performa itik yang baik.
II. MATERI DAN METHODE Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2017 sampai Maret 2018.
Pemeliharaan dan pemotongan itik Cihateup di lakukan di Laboratorium Lapang Institut Pertanian Bogor (IPB).
Bahan
Bahan penilitian yang digunakan adalah day old duck (DOD) itik Cihateup, pakan komersil ayam pedaging (periode starter dan finisher), dan air minum.
Peralatan
Kandang box yang terbuat dari kayu dengan ukuran 1x1 m2, tempat makan dan tempat minum, lampu, timbangan (merk- Mettler Toledo AB204), Termometer air (HIA Medika), pisau, gunting, wadah, telenan.
Prosedur Penelitian
Pemeliharaan itik Cihateup Jantan dilakukan dengan menggunakan DOD sebanyak 234 ekor, yang masing-masing kandang berisi 13 ekor itik DOD umur 1 hari sampai 2 minggu. Pada umur 2-4 minggu berisi 10 ekor DOD masing-masing kandang box, umur 4-6 minggu berisi 7 ekor DOD masing-masing kandang box, dan umur 6-8 minggu berisi 5 ekor DOD kendang box.
Kandang box yang terbuat dari kayu dengan ukuran 1x1 m2. Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan komplit butiran masa awal ayam pedaging CP BR 11 dengan bentuk butiran dari DOD sampai umur 12 minggu. Kandungan nutrien pakan berdasarkan yang tertera pada label pakan yaitu kadar air 13.0%, protein 21.0-23.0%, lemak 5.0%, serat 5.0%, abu 7.0%, kalsium 0.9%, pospor 0.6%, energi metabolis 2820 kkal/kg-2920 kkal/kg. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali (pagi dan sore hari) dan air minum ad libitum. Jumlah pakan yang
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
diberikan pada penelitian ini mengacu kepada Prasetyo et al. (2010) yang menyatakan bahwa kebutuhan pakan harian umur 3-4 minggu sebanyak 93 g ekor-1 hari-1, umur 7-8 minggu sebanyak 120 g ekor-1 hari-1, umur 11-12 minggu sebanyak 145 g ekor-1 hari-1. Kemudian dilakukan pemotongan pada umur 4, 8 dan 12 minggu. Skema perlakuan yang dilakukan disajikan pada Gambar 1.
Konsumsi pakan
Konsumsi pakan (g) diukur berdasarkan jumlah pakan yang diberikan setiap hari dikurangi jumlah pakan yang sisa pada hari tersebut.
Konversi pakan
Konversi pakan diukur dengan cara membagi jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan selama penelitian.
Bobot hidup, pertambahan bobot badan Bobot badan (g) diukur dengan melakukan penimbangan pada setiap ekor itik setiap minggu, sedangkan untuk pertambahan bobot badan (g) diukur dengan menghitung selisih dari bobot akhir dengan bobot awal itik setiap minggu.
Bobot karkas, persentase karkas dan potongan karkas dada dan paha
Bobot karkas yaitu bagian tubuh itik tanpa darah, bulu, kaki, kepala, leher dan seluruh isi rongga perut (Antari et al., 2015).
Bobot karkas diukur dengan menggunakan rumus:
Bobot karkas = bobot hidup – (bulu, kepala dan leher, kaki, organ dalam (jeroan), dan darah)
Persentase karkas dihitung dengan cara membagi bobot karkas dengan bobot potong itik kemudian dikalikan 100% (Sudiastra, 2001).
Bobot dada dan paha dengan kulit dan tulang
Pengukuran bobot dada dan bobot paha (g), dilakukan dengan menimbang total dada atau paha atas dan bawah utuh dengan kulit pada setiap itik.
Komposisi daging, kulit dan tulang dada serta paha
Bobot bagian karkas diukur dengan menimbang bagian dada dan paha kemudian dipisahkan daging, tulang dan kulit lalu ditimbang.
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
Rataan dan persentase bobot karkas, potongan dada dan paha berdasarkan bobot karkas dan bobot hidup
Persentase potongan karkas (%) diukur dengan menggunakan rumus:
Persentase daging, kulit dan tulang dada berdasarkan bobot dada, karkas dan hidup
Persentase potongan daging, tulang dan kulit (%) diukur dengan menggunakan rumus:
Persentase daging dengan kulit dan tulang paha berdasarkan bobot paha dan karkas
Persentase potongan daging dengan kulit dan tulang (%) diukur dengan menggunakan rumus:
Analisis data
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan model linier sebagai berikut: Data konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan, persentase bobot karkas, persentase daging-tulang-kulit dada serta paha, diuji dengan analisis ragam (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan uji duncan multiple range test (DMRT) dengan menggunakan software SAS versi 9.3 (32).
Analisis data didasarkan pada persamaan (Steel dan Torrie, 1995) sebagai berikut:
Yij = µ + αi + єijk
Keterangan:
Yij = nilai respon yang diamati, µ = nilai rata-rata umum
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
αi = pengaruh faktor perlakuan (P1, P2, P3)
єijk = pengaruh galat faktor perlakuan dari umur pemotongan ke-i (1,2,3,4,5,6) III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rataan konsumsi pakan dan bobot badan itik Cihateup
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa semakin bertambah umur pemeliharaan pada itik maka bobot badan dan konsumsi pakan juga akan meningkat (Tabel 1). Mattitaputty (2002) melaporkan bahwa seiring dengan bertambahnya bobot badan dan umur pada itik, maka kebutuhan pakan dan protein dalam ransum juga akan meningkat.
Hal ini dikarenakan karena ternak yang mengalami pertumbuhan maka akan terus mengalami pembelahan dan perbanyakan sel dalam tubuh. Wahju (1997) cit. Sawadi et al.
(2016); National Research Council (1994) juga menyatakan bahwa, beberapa faktor dari konsumsi pakan ternak tergantung dari jenis ternak, ukuran tubuh, tingkat aktivitas, temperatur lingkungan, dan tujuan pemeliharaan. Sehingga dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambahnya umur pemeliharaan, maka ternak juga akan mengalami pertambahan bobot badan dan
membutuhkan nutrien pakan yang dikonsumsinya untuk hidup pokok dan pertumbuhan.
Tabel 1. Rataan konsumsi pakan dan bobot badan itik Cihateup
Umur (Minggu)
Umur Potong (Minggu)
4 8 12
Konsumsi pakan
--- (g/ekor) ---
1 103.19±0.49 102.42±0.81 102.89±1.00
2 277.94±1.25 277.08±0.09 276.11±0.65
3 486.25±0.60 486.22±0.17 486.36±0.36
4 625.31±0.91 625.33±0.28 625.31±1.12
TOTAL (1-4 minggu)
1492.69±2.82 1491.06±0.95 1490.67±2.44
5 - 747.53±1.09 746.36±2.17
6 - 782.36±0.31 782.86±2.01
7 - 785.11±2.02 784.94±1.65
8 - 816.19±1.46 816.22±0.25
TOTAL (1-8 minggu)
- 4622.25±2.00 3130.39±4.43
9 - - 886.75±1.05
10 - - 991.36±1.15
11 - - 989.31±2.74
12 - - 993.69±0.61
Konsumsi pakan hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Mattitaputty et al. (2011) dan Wahyuni et al.
(2016). Konsumsi pakan itik cihateup selama 8 minggu hasil penelitian Mattitaputty et al.
(2011) sebesar 3677.14 g ekor-1 dan hasil penelitian Wahyuni et al. (2016) sebesar 4208.25 g ekor-1. Hal ini diduga karena perbedaan kandungan energi pakan penelitian.
Pakan dalam penelitian mengandung energi metabolisme sebesar 2820 sampai 2920
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
kkal/kg, sedangkan kandungan energi metabolisme pada penelitian Mattitaputty et al. (2011) dan Wahyuni et al. (2016) masing- masing sebesar 3020 kkal/kg dan 3006 kkal/kg. Kandungan energi yang tinggi dalam pakan akan membuat ternak lebih cepat berhenti makan, sedangkan pakan dengan kandungan energi yang rendah akan memicu ternak untuk terus mengkonsumsi pakan (Iskandar, 2012; Wahju (1997) cit. Sawadi et al. (2016). Energi metabolis merupakan energi yang dimanfaatkan oleh ternak dalam berbagai aktifitas seperti aktifitas fisik, mempertahankan suhu tubuh, metabolisme, pembentukan jaringan, reproduksi dan produksi (Iskandar, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan itik cihateup dari umur 0-4 minggu meningkat sebesar 13.19 kali dari bobot awal (DOD), bobot badan antara umur 4-8 minggu meningkat sebesar 1.31 kali dari bobot umur 4 minggu dan bobot badan antara umur 8-12 minggu meningkat 0.36 kali dari bobot umur 8 minggu (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan itik cihateup tertinggi terjadi pada itik antara umur 0-4 minggu. Bobot badan itik umur 8 minggu, hasil penelitian ini
lebih kecil dari bobot badan umur 8 minggu hasil penelitian Mattitaputty et al. (2011).
Bobot badan yang dicapai pada umur 8 minggu hasil penelitian Mattitaputty et al.
(2011) sebesar 1343.13 g ekor-1. Hal ini berhubungan dengan konsumsi pakan yang disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya jenis pakan yang digunakan dalam penelitian yang memiliki kandungan nutrien berbeda yaitu kandungan energi metabolismenya.
Energi metabolis merupakan energi yang dimanfaatkan oleh ternak dalam berbagai aktifitas seperti aktifitas fisik, mempertahankan suhu tubuh, metabolisme, pembentukan jaringan, reproduksi dan produksi (Iskandar, 2012). Berdasarkan hasil literatur, maka bobot badan ternak dan konsumsi pakan erat hubungannya dan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah kandungan energi metabolis dalam kandungan pakan.
Rataan pertambahan bobot badan dan konversi pakan itik Cihateup
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa semakin bertambah umur pemeliharaan pada itik maka ternak juga mengalami pertambahan bobot badan (Tabel 1). Mattitaputty (2002) melaporkan bahwa
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
seiring dengan bertambahnya bobot badan dan umur pada itik, maka kebutuhan pakan dan protein dalam ransum juga akan meningkat.
Sehingga dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambahnya bobot badan ternak maka akan berdampak pada kebutuhan pakan yang meningkat. Kandungan nutrien pakan yang dikonsumsi akan sangat menentukan tingkat efisiensi. Widodo (2009) menyatakan bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ternak unggas akan sangat menentukan pertambahan bobot badan yang berpengaruh pada efisiensi sistem usaha peternakan. Pakan yang dikonsumsi harus berkualitas baik dan mengandung nutrien yang dibutuhkan oleh ternak setiap fasenya.
Rataan pertambahan bobot badan dan konversi pakan itik cihateup hasil penilitian ini disajikan pada Tabel 2. Pertambahan bobot badan itik cihateup selama 8 minggu hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian Mattitaputty et al. (2011) dan Wahyuni et al.
(2016). Pertambahan bobot badan selama 8 minggu hasil penelitian Mattitaputty et al.
(2011) sebesar 1302.02 g ekor- dan Wahyuni et al. (2016) sebesar 1204.88 g ekor-. Setioko et al.12 menyatakan bahwa percepatan pertumbuhan maksimum itik terjadi pada
umur 4-10 minggu dan menurun cepat setelah itu. Putra 13 melaporkan hasil yang sedikit berbeda yaitu peningkatan pertumbuhan bobot badan itik jantan Pengagan hanya terjadi sampai umur 9 minggu, kemudian turun setelah itu.
Pada penelitian ini konsumsi ransum pada umur 8 minggu lebih tinggi dan pertambahan bobot badan lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Mattitaputty et al. (2011) dan Wahyuni et al. (2016). Hal ini yang menyebabkan konversi pakan itik pada penelitian ini lebih tinggi dari konversi pakan dari kedua peneliti tersebut. Konversi pakan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk mencapai bobot badan itik 1 kg umur 8 minggu menghabiskan pakan sebanyak 4.19 kg. Hasil penelitian Mattitaputty et al. (2011) menyatakan bahwa untuk mencapai bobot badan itik 1kg umur 0-8 minggu menghabiskan pakan sebanyak 2.83kg, sedangkan hasil penelitian Wahyuni et al.
(2016) menyatakan bahwa untuk mencapai bobot badan itik 1 kg umur 8 minggu menghabiskan pakan sebanyak 3.50-3.67 kg.
Perbedaan nilai konversi pakan antara hasil penelitian dengan literatur dapat disebabkan karena adanya perbedaan kualitas pakan yang
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
dikandungnya. Nilai konversi pakan sangat ditentukan oleh tingkat kandungan energi metabolisme dan komponen utama seperti protein dan asam-asam amino, selain itu juga karena pengaruh temperatur lingkungan, potensi genetik dan metode pemberian pakan yang memadai. (Anggorodi, 1994; North, 1992).
Tabel 2. Rataan PBB dan konversi pakan itik Cihateup
Umur (Minggu)
Umur Potong (Minggu)
4 8 12
PBB
---(g/ekor)--- 0-4
0-8 0-12
449.82±8.30 456.55±8.39 454.66±2.70
- 1104.42±13.25 1103.58±11.45
- - 1519.86±11.34
4-8 - 647.86±20.75 648.92±10.20
Persentase karkas, potongan dada dan paha terhadap bobot karkas itik Cihateup
Umur potong 4, 8, dan 12 minggu berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase karkas (Tabel 3). Umur potong 4 dan 8 minggu berbeda nyata terhadap umur potong 12 minggu (P<0.05), sedangkan umur potong 4 dan 8 minggu tidak berbeda nyata (P>0.05) (Tabel 3). Persentase bagian dada meningkat seiring dengan bertambahnya umur itik. Hal ini sejalan dengan penelitian Erisir et al. (2009) menyatakan bahwa semakin tua umur potong itik menghasilkan persentase bagian dada yang semakin tinggi. Potongan
bagian dada unggas adalah tempat perdagingan yang tebal dengan persentase tulang yang kecil. Pada umur yang lebih muda perdagingan bagian dada masih sedikit dan akan meningkat seiring dengan umur yang meningkat. Persentase bagian dada yang rendah disebabkan tulang dada belum berkembang dan persentase daging bagian dada masih rendah. Pribady (2008) cit. Putra et al. (2015) melaporkan bahwa pertumbuhan potongan dada tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan potongan paha.
Tabel 3. Persentase dan bobot karkas, potongan dada, dan paha terhadap bobot karkas itik Cihateup
Peubah
Umur Potong (Minggu)
4 8 12
(%) (g) (%) (g) (%) (g)
Karkas 51.18±0.75c 247.25±7.70 56.24±1.19b 640.24±11.03 58.49±1.14a 909.00±19.65 Dada 28.54±0.86b 72.41±1.74 28.29±0.74b 180.89±3.20 31.49±0.23a 286.41±1.94 Paha 37.75±0.66a 93.45±3.50 28.31±0.89b 181.12±6.49 27.51±0.59b 249.87±8.51 angka-angka yang disertai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05).
Persentase karkas dan bobot karkas itik Cihateup umur 8 minggu lebih rendah sebesar 56.24% dan 640.24g-1 ekor-1 dibandingkan hasil penelitian Mattitaputty et al. (2011) sebesar 61.36% dan 812.13g-1 ekor-1. Hal ini disebabkan karena PBB umur 8 minggu pada penelitian ini lebih rendah sehingga menghasilkan persentase karkas yang rendah.
Menurut Iskandar et al. (2001) standar persentase karkas itik lokal yaitu sebesar 54- 62 % sehingga persentase karkas dalam
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
penelitian ini masih normal. Bobot potong yang tinggi menghasilkan bobot karkas yang tinggi. Sudaryati et al. (1998) menyatakan bahwa proporsi karkas itik berubah sesuai dengan pertambahan umur dan bobot hidup.
Pernyataan ini juga didukung oleh Sunari et al. (2001) menyatakan bahwa umur pemotongan sangat mempengaruhi bobot potong dan bobot karkas dari ternak unggas.
Umur potong 4, 8 dan 12 minggu berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase paha (Tabel 3). Persentase bagian paha itik Cihateup pada umur potong 4 minggu nyata lebih tinggi dibandingkan umur potong 8 dan 12 minggu (P<0.05). Namun, umur potong 8 dan 12 minggu persentase bagian paha tidak berbeda nyata (P>0.05). Daging serta tulang paha mengalami pertumbuhan yang sangat cepat karena digunakan untuk menopang tubuh, beraktifitas, berjalan dan tempat melekatnya daging. Namun, seiring betambahnya umur pertumbuhan daging paha mulai melambat yang menyebabkan persentase potongan paha semakin rendah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Erisir et al.
(2009) melaporkan bahwa semakin tua umur itik, maka pertumbuhan bagian paha akan melambat dibanding jaringan yang lainnya
sehingga akan menurunkan persentase bagian paha terhadap bobot karkas.
Persentase potongan dada dan paha terhadap bobot hidup itik Cihateup
Persentase bagian dada itik Cihateup yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu berpengaruh nyata (P<0.05) berdasarkan bobot hidup (Tabel 4). Persentase potongan dada umur potong 12 minggu lebih tinggi dibandingkan umur 4 dan 8 minggu dan persentase potongan dada umur 8 minggu lebih tinggi dibandingkan umur 4 minggu (P<0.05). Persentase potongan dada yang tinggi disebabkan karena persentase daging dada yang tinggi sedangkan persentase kulit dan tulang dada yang rendah. Potongan dada tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan bagian paha, namun seiring dengan bertambahnya umur (8 sampai 12 minggu) pertumbuhan dada lebih cepat dibanding bagian paha.
Persentase bagian paha itik Cihateup yang dipotong pada umur 4, 8 dan 12 minggu
Tabel 4. Persentase potongan dada dan paha terhadap bobot hidup itik Cihateup
Peubah Umur Potong (Minggu)
4 8 12
--- % ---
Dada 14.88±0.27c 15.94±0.30b 18.42±0.32a
Paha 19.32±0.55a 15.93±0.58b 16.08±0.58b
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
berpengaruh nyata (P<0.05) berdasarkan bobot hidup. Persentase paha itik Cihateup terhadap bobot hidup yang dipotong pada umur 4 minggu lebih tinggi dibandingkan umur 8 dan 12 minggu. Namun pada umur 8 dan 12 minggu persentase bagian paha tidak berbeda nyata (Tabel 4). Artinya bahwa pada umur 4 minggu bagian paha cenderung mengalami pertumbuhan yang utama dibandingkan bagian dada, namun seiring bertambahnya umur ternak setelah berumur 4 minggu pertumbuhan bagian paha semakin melambat. Persentase potongan paha yang semakin rendah disebabkan karena persentase daging dan tulang paha yang cenderung konstan dibanding bagian organ lainnya.
Semakin tua umur itik, pertumbuhan bagian paha hanya mengalami sedikit peningkatan dibanding jaringan yang lainnya, sehingga persentasenya terhadap bobot hidup semakin kecil.
Persentase daging, kulit dan tulang dada terhadap bobot dada, karkas dan hidup itik Cihateup
Persentase dan bobot daging, kulit dan tulang dada pada umur potong 4, 8 dan 12 minggu berpengaruh nyata terhadap bobot dada, karkas dan hidup. Persentase daging dan
bobot (daging, kulit dan tulang) dada pada umur potong 12 minggu lebih tinggi dibandingkan umur 4 dan 8 minggu, begitupula umur 8 minggu lebih tinggi dibandingkan umur 4 minggu terhadap bobot dada, karkas dan hidup. Sebaliknya, persentase kulit dan tulang dada pada umur potong 12 minggu lebih rendah dibandingkan umur 8 dan 4 minggu begitupula umur 8 minggu lebih rendah dibandingkan umur 4 minggu. Persentase dan bobot daging, kulit dan tulang dada ditunjukkan pada Tabel 5.
Potongan karkas Umur Potong (Minggu)
4 8 12
Bobot dada
--- % ---
Dada Daging 13.44±1.01c 43.18±0.46b 58.12±0.41a
Kulit 50.08±1.90a 31.33±0.65b 22.77±0.36c
Tulang 36.48±1.19a 25.49±0.33b 19.11±0.12c
--- g ---
Dada Daging 9.72±0.74 78.16±1.48 166.44±0.98
Kulit 36.33±2.08 56.72±1.96 65.25±1.42
Tulang 26.36±0.28 46.02±0.32 54.72±0.45
Bobot karkas
--- % --- Dada
Daging 3.84±0.30c 12.22±0.33b 18.30±0.19a
Kulit 14.31±0.87a 8.87±0.37b 7.17±0.12c
Tulang 10.40±0.22a 7.20±0.12b 6.02±0.05c
Bobot hidup
--- % ---
Dada Daging 2.00±0.18c 6.89±0.15b 10.71±0.06a
Kulit 7.46±0.23a 4.99±0.16b 4.20±0.12c
Tulang 5.41±0.22a 4.05±0.06b 3.52±0.06c
1
Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase bagian dada akan meningkat ketika pertumbuhan tulang melambat dan pertumbuhan daging meningkat dengan cepat.
Persentase daging dada semakin meningkat disebabkan karena persentase potongan dada terhadap bobot hidup semakin meningkat sedangkan persentase kulit dan tulang semakin rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
Amaludin et al. (2013) menyatakan bahwa bobot daging dan tulang akan bertambah seiring dengan bertambahnya bobot karkas.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Resnawati (2004) bahwa persentase bobot dada dan paha berkaitan erat dengan bobot hidup dan bobot karkas.
Persentase daging dengan kulit dan tulang paha terhadap bobot paha dan karkas itik Cihateup
Persentase dan bobot daging, kulit dan tulang paha pada umur potong 4, 8 dan 12 minggu berpengaruh nyata terhadap bobot paha (Tabel 6). Persentase daging dengan kulit paha umur 12 minggu lebih tinggi dari umur 8 dan 4 minggu, begitupula umur 8 minggu lebih tinggi dari umur 4 minggu terhadap bobot paha. Sebaliknya, persentase tulang paha umur 12 minggu lebih kecil daripada umur 8 dan 4 minggu, begitupula umur 8 minggu lebih kecil dari umur 4 minggu terhadap bobot paha. Persentase daging dan tulang selalu berbanding terbalik dengan meningkatnya umur. Persentasi dan bobot daging dengan kulit dan tulang paha terhadap bobot paha dan karkas itik Cihateup ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Persentase dan bobot daging dengan kulit dan tulang paha terhadap bobot paha dan karkas itik Cihateup
Potongan karkas
Umur Potong (Minggu)
4 8 12
Bobot paha ---%--- Paha Daging+kulit 75.32±1.86c 79.34±1.16b 83.54±0.53a
Tulang 24.68±1.69a 20.66±1.16b 16.46±0.53c
---g--- Paha Daging+kulit 70.60±3.85c 143.89±6.57b 208.73±7.97a
Tulang 22.85±1.62c 37.23±1.84b 41.13±1.24a
Bobot karkas ---%--- Paha Daging+kulit 28.47±1.05a 22.48±0.86b 22.98±0.98b
Tulang 9.28±0.66a 5.83±0.34b 4.53±0.09c
* (%) daging dada = bobot daging paha/ (bobot paha/karkas) x 100%; **(%) tulang paha = bobot tulang dada/(bobot paha/karkas) x 100%; angka-angka yang disertai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05).
Daging paha itik yang semakin tebal menyebabkan persentase daging paha semakin tinggi. Rendahnya persentase tulang dan tingginya bobot daging paha yang menyebabkan tingginya persentase daging paha. Persentase daging dengan kulit dan tulang paha berpengaruh nyata pada umur 4, 8 maupun 12 minggu terhadap bobot karkas (Tabel 6). Persentase daging dengan kulit paha terhadap bobot karkas pada umur 4 minggu lebih tinggi dari umur 8 dan 12 minggu namun pada umur 8 dan 12 minggu tidak berbeda nyata. Persentase daging dengan kulit paha itik cihateup pada umur potong 8 dan 12 minggu tidak berbeda nyata disebabkan kecepatan pertumbuhan daging paha yang semakin lambat. Persentase potongan paha umur 8 dan 12 minggu terhadap bobot karkas tidak berbeda nyata menyebabkan persentase daging dengan kulit paha terhadap bobot karkas juga tidak berbeda nyata.
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
IV. KESIMPULAN
Semakin bertambahnya umur pemeliharaan itik (4, 8, dan 12 minggu), maka bobot badan ternak dan konsumsi pakan juga akan meningkat. Perbedaan umur potong (4, 8, dan 12 minggu) berpengaruh terhadap persentase bagian dada dan paha berdasarkan bobot hidup. Semakin tua umur potong (8 dan 12 minggu), maka persentase dada itik semakin meningkat, sebaliknya persentase paha cenderung menurun setelah umur 4 minggu. Konversi pakan paling efisien adalah pada umur 0-4 minggu, sedangkan puncak PBB adalah umur 4-8 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. and N. Febrianti. 2009. Performans itik pedaging (lokal x Peking) fase starter pada tingkat kepadatan kandang yang berbeda di desa Laboi Jaya Kabupaten Kampar. J.
Peternakan. 6: 29– 35.
Antari, L. Y., I. N. Ariana, and N. W. Siti.
2015. Pengaruh penambahan probiotik starbio dalam ransum komersial terhadap produksi ayam broiler. J. Pet. Tropika: 3(2): 259-270.
Bell, D. D., W. D Weaver, and J.R. 2002.
Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th edition. Springer Science and Business Media Inc. New York.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2020. Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan (Livestock and Animal Health Statistics. Jakarta (ID): Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI.
Erisir, Z., O. Poyraz, E. E Onbasilar, E.
Erdem, and G. A Oksuztepe. 2009.
Effects of housing system, swimming pool and slaughter ageon duck performance, carcass and meat characteristic, J. Anim Vet. Adv.
8(9):1864-1869.
Iskandar, S., S. N Vanvan, D. M Suci, and A.
R Setioko. 2001. Adaptasi biologis itik jantan muda lokal terhadap ransum berkadar dedak padi tinggi.
Pros. Lokakarya unggas air:
Pengembangan agribisnis unggas air sebagai peluang usaha baru. Institut Pertanian Bogor-Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor. 118-127.
National Research Council. 1994. Nutrien Requirement of Poultry Eight Revised Edition. National Academy of Sciences. Washington, DC.
Matitaputty, P. R., R. R Noor, P. S Hardjosworo, and C. H Wijaya. 2011.
Performa, persentase karkas dan nilai heterosis itik Alabio, Cihateup dan hasil persilangannya pada umur delapan minggu. JITV. 16(2):90-97.
Miles, D. 2001. Understanding Heat Stress in Poultry and Strategies to Improve
Production Through Good
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (168-181)
Management and Maintaining Nutrient and Energy Intake.
Proceedings of The ASA Poultry.
Lance Course, Costa Rica.
Prasetyo, L. H., P. P Ketaren, A. R Setioko, A. Suparyanto, E. Juwarini, T.
Susanti, and S. Sopiyana. 2010.
Panduan Budidaya dan Usaha Ternak Itik. Bogor (ID): BalitTernak.
Putra, A., Rukmiasih, and R. Afnan. 2015.
Jurnal ilmu produksi dan Teknologi hasil peternakan. Vol 3 (1): 27-32.
Randa, S. Y., P. S Hardjosworo, A.
Apriyantono, & R. Hutagalung. 2007.
Pengurangan bau (off-odor) daging itik Cihateup dengan suplementasi antioksidan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 21-22 Agustus 2007.
Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm.
629-635.
Resnawati, H. 2004. Bobot potongan karkas dan lemak abdomen ayam ras pedaging yang diberi ransum mengandung tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Sawadi, M., H. Hafid, and La Ode Nafiu, 2016. Pengaruh bobot potong dan
pakan komersial terhadap
pertumbuhan ayam broiler. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. Vol. 3 (3): 47-56.
Steel, R. G., and J. H Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi ke-2.
Terjemahan B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sudaryati, S. H., Sasongko, and S. Harimurti.
1998. Relationship of sex, age, and body weight to local duck carcass yield. Jurnal Buletin Peternakan.
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Sudiastra, I. W. 2001. Pengaruh penambahan efektif mikroorganisme dalam ransum berprotein rendah terhadap komposisi fisik karkas ayam jantan tipe petelur.
Majalah Ilmiah Peternakan. 4: 84-89.
Sunari, Rukmiasih, P. S Hardjosworo. 2001.
Persentase Bagian Pangan Dan Nonpangan Itik Mandalung Pada Berbagai Umur. Pros. Lokakarya Unggas Air. Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Usaha Baru. Ciawi, 6-7
Agustus 2001. Balitnak,
Ciawi.hlm.202-207.
Wahyuni, H. S. S., Abun, and E. Sudjana.
2016. Respon itik Cihateup dan itik Rambon jantan terhadap imbangan energi-protein ransum pada sistem pemeliharaan minim air. J. Ilmu Ternak. (16):2