• Tidak ada hasil yang ditemukan

z I - Universitas Udayana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "z I - Universitas Udayana"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

lt

o

z I

E

o

! o

(, o._

d 8,-s

z E;i

i:.: rJc

FoiE6'.

sE qiiJ,

tN +jt;=

g=83Tf,

3 r : E i;

d ? ii E,t;

z 2 S ! :9

9A5Et

a rq f

2 'al I o: 9Ft

< 95e

= i:

E ut

5

IIJ

\5

c0

l,)

trJ

I

o N

o o

ii;Y i!>

ziir d.ir

rt::z

z g;

€a z

z

(,

fr 4

T I

(, z

H a

E 4

(,

ts t

z D

<:

>-

:: <:

Vr z1 a: <.

o= z=

I!: oie

<;

zE

F=

!I.):

ZE ltl

E

ai

;P

z

e i

a

a F

&

r! >

z p

z F

z v n o z

!! A

z

o o

.] o

z \Z

rI1

F

t!

4 z

t! F

z t!

c v

(2)
(3)

Perlindungan Lahan Pertanian Di Denpasar Ditinjau Dari Aspek Hukum Agraria dan Tata Ruang

Kadek Sarna

Bagian Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Jalan P. Bali No.1 Denpasar, 80114, Telp/Fax.(0361)222666, [email protected]

Abstrak

Luas lahan di Kota Denpasar sampai akhir Tahun 2009 adalah seluas 12.728 Ha dan selama kurang lebih lima tahun terakhir ini luas lahan sawah berkurang sekitar 283 Ha atau menyusut rata-rata tiap tahun sekitar 2,8 %. Untuk tahun 2014 sampai dengan tahun 2015, juga telah terjadi penyusutan lahan pertanian yang cukup besar yaitu seluas 30 Ha. Menurunnya lahan pertanian yang ada di Denpasar maupun di Bali pada umumnya merupakan bagian maraknya alih fungsi lahan yang terjadi dewasa ini. Belum ada PERDA Kota Denpasar yang mengatur mengenai perlindungan lahan pertanian, menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan, mengingat kepastian hukum dalam upaya menjaga kualitas dan kuantitas lahan pertanian sebagai usaha menjaga daya dukung dan keberlanjutan lingkungan. Dengan menggunakan metode penelitian hukum yuridis empiris, pendekatan perundang-undangan (statue approach), fakta (fact approach) dan pendekatan konseptual (analytical conceptual approach), selanjutnya akan dikaji bentuk penegakan hukum, hambatan, serta upaya yang telah diterapkan dalam menjaga keberlanjutan dari lahan pertanian oleh Pemerintah Kota Denpasar. Kesimpulan yang diperoleh adalah Bentuk Penegakan hukum serta perlindungan lahan pertanian di kotamadya Denpasar adalah berbentuk penegakan hukum secara preventif dan represif.

Hambatan dalam menjaga keberlanjutan lahan pertanian di kotamadya Denpasar adalah masih belum adanya Rencana Detail Tata Ruang Wilayah serta pengaturan zonasi baik Propinsi Bali maupun Kabupaten/ Kota Khusunya Denpasar, dan upaya yang telah diterapkan dalam menjaga keberlanjutan dari lahan pertanian oleh Pemerintah Kota Denpasar adalah dengan menetapkan peraturan berupa pemberian insentif lahan pertanian.

Kata Kunci : Penegakan Hukum, Lahan Pertanian, Agraria, Keberlanjutan.

Abstract

The land area in Denpasar until the end of 2009 is an area of 12 728 ha and for approximately the past five years this vast wetland is reduced by approximately 283 hectares or shrink an average of approximately 2.8%

per year. For 2014 to 2015, has also been a shrinking agricultural land is large enough that an area of 30 hectares. The decline in agricultural land in Denpasar and in Bali is generally part rampant land conversion is happening today. No PERDA Denpasar governing the protection of agricultural land, it becomes very worrisome, given the legal certainty in order to maintain the quality and quantity of agricultural land as an effort to maintain the carrying capacity and environmental sustainability. By using a legal research methods juridical empirical approach to legislation (statue approach), the fact (fact approach) and the conceptual approach (analytical conceptual approach), will now be studied forms of law enforcement, barriers, and the efforts that have been applied in ensuring the sustainability of land agriculture by the government of Denpasar. The conclusion is the Form of law enforcement and the protection of agricultural land in the municipality of Denpasar is shaped law enforcement of preventive and repressive. Barriers in ensuring the sustainability of agricultural land in the municipality of Denpasar is still not the Detail Spatial Plan Areas and the arrangement of zoning both Bali Provincial and District / Municipal Especially Denpasar, and the efforts that have been applied in ensuring the sustainability of agricultural land by the government of Denpasar is to establish rules incentives in the form of agricultural land.Keywords: Law Enforcement, Agricultural Land, Agricultural, Sustainability.

(4)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Di tengah giatnya pemerintah mewujudkan ketahanan pangan dalam rangka menjamin kesejahteraan rakyat sesuai dengan amanat Pasal 28 A dan 28 C Undang-Undang Dasar 1945, kenyataan yang terjadi adalah banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Hal ini menjadi tantangan dan tanggung jawab besar bagi pemerintah saat ini dalam memberikan perlindungan terhadap terjaminnya hak atas pangan dari seluruh rakyat Indonesia.

Di Bali khusunya, dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa pada tahun 2009 total lahan sawah tercatat seluas 81.931Ha, sedangkan pada tahun 2012 total lahan sawah tercatat 81.625 Ha.

Ini berarti dalam kurun waktu 4 (empat) tahun dari 2009 s/d tahun 2012 tercatat alih fungsi lahan sawah sebesar 306 Ha (0,37%) atau sekitar 76,5 Ha/tahun1. Di Denpasar sendiri dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa luas lahan di Kota Denpasar sampai akhir Tahun 2009 seluas 12.728 Ha dengan rincian luas lahan sawah 2.717 Ha, luas lahan perkebunan 396 Ha dan luas lahan kering 7.831 Ha. Selama kurang lebih lima tahun terakhir ini luas lahan sawah berkurang sekitar 283 Ha.

atau menyusut rata-rata tiap tahun sekitar 2,8 %2. Menurunnya lahan pertanian yang ada di Denpasar maupun di Bali pada umumnya merupakan bagian dari pola kehidupan sosial masyarakat yang berubah dari dulu yang bertumpu pada sektor pertanian, sekarang menjadi bertumpu pada sektor pariwisata. Namun apabila hal tersebut dibiarkan begitu saja maka, lama kelamaan pola budaya dan kehidupan bangsa kita yan dikenal agraris akan hilang.

Dalam skala nasional, pengendalian alih fungsi serta jaminan perlindungan terhadap lahan pertanian, diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Pemerintah juga mengatur mengenai ketentuan lebih detail tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 1 Tahun 2011.

Menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan, mengingat alih fungsi lahan paling banyak terjadi di kota Denpasar dan, hanya dengan peraturan daerah kepastian hukum dalam upaya menjaga kualitas dan kuantitas lahan pertanian sebagai usaha menjaga daya dukung dan keberlanjutan lingkungan dapat dipertahankan. Atas dasar latar belakang inilah penulis kemudian mengambil judul

“Perlindungan Lahan Pertanian Di Denpasar Ditinjau Dari Aspek Hukum Agraria dan Tata Ruang ” sebagai suatu hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah bentuk Penegakan hukum, hambatan, serta upaya yang telah diterapkan dalam menjaga keberlanjutan dari lahan pertanian oleh Pemerintah Kota Denpasar.

2. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode penelitian hukum yuridis empiris yaitu suatu penelitian dengan mengkaji permasalahan berdasarkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Menggunakan pendekatan perundang-undangan (Statue Approach), fakta (Fact approach) dan pendekatan konseptual (analytical conceptual approach), penelitian ini akan mengkaji upaya penegakan hukum serta perlindungan lahan pertanian yang ada di kota Denpasar yang ditinjau nantinya dari aspek hukum agraria sebagai upaya untuk menjaga daya dukung dan keberlanjutan (sustainability) lingkungan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 http://distanprovinsibali.com/lahan-pertanian-pangan-berkelanjutan/, diakses pada tanggal 6 maret 2016

2 http://denpasarkota.go.id/index.php/selayang-pandang/3/Kondisi-Ekonomi, diakses pada tanggal 6 maret 2016

(5)

3.1. Pengaturan Hukum Perlindungan Lahan Pertanian di Kota Denpasar

Permasalahan lahan khususnya menipisnya lahan pertanian serta maraknya alih fungsi lahan pertanian, mejadi permasalahan yang saat ini banyak terjadi khusunya daerah perkotaan dengan perkembangan ekonomi yang cukup tinggi. Denpasar sebagai Ibu Kota Propinsi Bali juga mengalami permasalahan yang sama dengan kota kota besar lainnya, walaupun tidak separah Jakarta, bahwa lahan pertanian yang ada di wilayah Denpasar sampai saat ini masih terus mengalami penyusutan.

Kalau kita kaji dari aspek normatif, bahwa pengaturan dan perlindungan lahan pertanian dalam peraturan perundang-undangan, secara statifikasi meliputi:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Berkelanjutan

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2012 tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Dari aspek hukum kalau kita kaji bahwa pengaturan dan perlindungan lahan pertanian tidak terlepas dari tata ruang yang ada pada masing-masing wilayah, yang bersumber pada Undang- Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam Pasal 29 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 dan penjelasannya dapat dilihat bahwa lahan pertanian merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau (selanjutnya disingkat RTH). Di Bali sendiri dan khususnya di Kota Denpasar, pengaturan tata ruang berpedoman pada Perda Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali dan Perda Kota Denpasar Nomor 27 Tahun 2011 tentang Rancana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar 2011-2031. Permasalahan dalam tata ruang adalah belum adanya rencana detail dari tata ruang provinsi maupun Kota Denpasar yang menyebabkan pengaturan detail serta penegakan hukum dari tata ruang tersebut belum maksimal.

Terkait dalam pengaturan dan perlindungan lahan pertanian, dalam Peraturan Daerah Povinsi Bali No. 16 tahun 2009, pasal 60 ayat (2) disebutkan sebagai berikut :

“Rencana kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seluas 298.214 ha (dua ratus sembilan puluh delapan ribu dua ratus empat belas hektar) atau 52,9% (lima puluh dua koma sembilan persen) dari luas Daerah Provinsi Bali.”

Dari bunyi pasal tersebut jelas bahwa konsep pembangunan yang diatur dalam pola penataan ruang di Provinsi Bali adalah pro pada perlindungan lahan pertanian. Hal ini merupakan dasar hukum bagi seluruh Kabupaten/ Kota yang ada di Propinsi Bali lebih lanjut untuk memperhatikan lahan pertanian yang berkelanjutan.

Lebih khusus lagi pemerintah Kota Denpasar sebenarnya sudah menaruh perhatian lebih dan konsern pada upaya perlindungan lahan petanian berkelanjutan, sebagaimana diatur dalam pasal 11 paragraf 3 Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011 terkait Kebijakan dan Strategi Pengembangan Budidaya dimana disebutkan bahwa Strategi perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya, salah satunya terdiri atas mempertahankan kawasan pertanian sebagai RTH pada beberapa kawasan dengan strategi pengendalian yaitu dengan membatasi pengembangan kawasan permukiman di kawasan lahan pertanian yang berfungsi RTH, serta mengembangkan kawasan pertanian lahan basah sebagai RTH publik dalam bentuk ekowisata dan agrowisata. Dalam pengaturannya Pemerintah Kota Denpasar juga telah membagi Bagian Wilayah Kota (BWK) menjadi 5 (lima) guna memberikan jangkauan pelayanan pusat kegiatan pertanian dimana dari 5 BWK tersebut, sebagaimana diatur dalam pasal 14 Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011, hanya BWK Utara, BWK Timur dan BWK Selatan yang mempunyai pusat kegiatan pertanian. Secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut :

(6)

1) BWK Utara meliputi Lingkungan Utara II yang terdiri atas Kelurahan Peguyangan dan Desa Peguyangan Kaja, dan Lingkungan Utara III yang terdiri atas Kelurahan Tonja dan Desa Peguyangan Kangin;

2) BWK Timur meliputi Lingkungan Timur I yang terdiri atas Kelurahan Pinatih dan Desa Pinath Dangin Puri, dan Lingkungan Timur II yang terdiri atas Desa Kesiman Kertalangu; dan

3) BWK Selatan meliputi Lingkungan Selatan III yang terdiri dari Kelurahan Sesetan dan Kelurahan Pedungan, dan Lingkungan Selatan IV yang terdiri atas Desa Pamogan.

Terkait dengan subsidi/ insentif, pemerintah daerah Propinsi Bali, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Ida Bagus Wisnuardhana di Denpasar, menyatakan bahwa pemerintah daerah menargetkan untuk tahun 2015, 11.000 hektare lahan pertanaman padi yang akan diasuransikan, tetapi karena waktu yang terbatas hanya 4.000 hektare sawah yang bisa diasuransikan. Menurutnya, dengan diasuransikan ketika ada gagal panen karena banjir ataupun serangan hama, bisa mendapatkan klaim sebesar Rp 6 juta untuk setiap hektare, dan petani tidak harus membayar keseluruhan premi karena 80 persennya disubsidi lewat APBN. Untuk besaran premi setiap hektarenya adalah Rp 180.000, namun 80 persennya (Rp 144.000/hektare) sudah ditanggung lewat APBN, sehingga petani hanya cukup membayar Rp 36.000 per hektare-nya dalam setiap kali musim tanam.3

Pemerintah Kota Denpasar khususnya juga telah mengeluarkan beberapa peraturan kebijakan yang diperuntukan sebagai subsidi atau insentif kepada para pemilik lahan pertanian yang produktif agar tidak mengalih fungsikan peruntukan tanahnya, disamping upaya untuk menjaga produktifitas lahan pertanian yang ada. Adapun peraturan terkait adalah Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/303/HK/2010 tentang Pemberian Kompensasi Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan Bagi Wajib Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Yang Tanahnya Ditetapkan Sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) Dengan Koefisien Daerah Terbangun (KDB) 0% (Nol Perseratus) Dan Daerah Civic Centre Serta Bagi Tanah Produktif Yang Diperuntukan Untuk Pertanian Di Kota Denpasar dan juga Keputusan Walikota Denpasar Nomor:

188.45/724/HK/2016 Tentang Pemberian Kompensasi Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) Yang Tanahnya Ditetapkan Sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTHK) Pertanian (Sawah Ekowisata dan Sawah Murni) Di Kota Denpasar.

3.2. Penegakan Hukum serta Hambatan dalam Menjaga Sustanibilitas Lahan Pertanian di Kota Denpasar

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa instansi terkait seperti Dinas Pertanian Pangan Hortikulra, Kantor Pertanahan Kota Denpasar, Kantor Walikota Denpasar, BAPPEDA Bali dan Dinas Tata Ruang, diperoleh data bahwa berdasarkan data terakhir pada tahun 2015 luas keseluruhan lahan pertanian di Kota Denpasar yaitu 2479 Ha. Lahan pertanian di Kota Denpasar tersebar di empat kecamatan yang ada di Kota Denpasar yaitu Denpasar Timur seluas 701 Ha, Denpasar barat seluas 251 Ha, Denpasar Utara seluas 707 Ha, dan Denpasar Selatan seluas 820 Ha. Luas lahan pertanian yang sudah disebutkan diatas, juga tersebar ke dalam beberapa jaringan irigasi dan sumber air di Kota Denpasar, yang pengelolaannya berada di bawah naungan subak-subak yang ada di sekitanya yang berjumlah sebanyak 42 Subak, tersebar di 4 (empat kecamatan).

Terkait dengan besaran alih fungsi lahan yang ada di Kota Denpasar, berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Kabid Bisrani Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kota Denpasar, I Gusti Ayu Agung Puspayeni mengatakan bahwa tiap tahun memang terjadi penyusutan jumlah lahan pertanian di kota Denpasar, dimana berdasarkan data 4 (empat) tahun terakhir, dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 terjadi penyusutan lahan pertanian sebesar 13 Ha. Kemudian dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 terlihat terjadi peningkatan luas lahan pertanian sebesar

3 http://www.beritasatu.com/ekonomi/330786-4000-ha-sawah-di-bali-diasuransikan.html, diunduh tanggal 21 agustus 2016

(7)

3 Ha, namun sebenarnya yang terjadi pada periode ini adalah sempat terjadi penyusutan sebesar 8 Ha hanya saja ketika terjadi penyusutan lahan seluas 8 Ha ini kemudian terdapat penambahan subak yaitu subak Uma Desa seluas 11 Ha, jadi yang sebenarnya terjadi adalah penyusutan lahan pertanian terjadi pada tahun 2013 ke tahun 2014. Untuk tahun 2014 sampai dengan tahun 2015, juga telah terjadi penyusutan lahan pertanian yang cukup besar yaitu seluas 30 Ha, sedangkan untuk luas lahan pertanian pada tahun 2016 Dinas Pertanian belum memiliki data karena untuk tahun 2016 belum dilakukan pendataan.

Penyusutan lahan pertanian karena alih fungsi lahan sangat tidak mungkin dihindari dewasa ini, bahkan kalo dilihat dari pengamatan peneliti tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 ini juga telah terjadi penyusutan lahan pertanian di Kota Denpasar. Walaupun telah diantisipasi ataupun diatur dalam konsepsi Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar Tahun 2011- 2031, namun kenyataan yang terjadi dari wawancara dengan Ir Dewa Wesnawa Wedagama, Msi. Selaku Kepala Bidang Pengendalian dan Penataan Kota, bahwa salah satu permasalahan terhadap pengaturan hukum adalah belum adanya Peraturan Daerah yang megatur tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan mengenai Zonasi ruang wilayah yang ada di Kota Denpasar. Disisi lain menurut beliau, Lahan Pertanian merupakan Lahan Milik Pribadi atau perseorangan yang dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011 masuk ke dalam kelompok Ruang Tata Hijau Kota(RTHK) Privat. Kesulitannya adalah terkait dengan RTHK Privat,pemerintah Kota tidak mempunyai kewenangan untuk mengatur pemanfaatannya karena menyangkut hak milik atas tanah yang pemanfaatannya tergantung dari kebutuhan dan kepentingan langsung dari pemilik lahan. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan adalah nilai ekonomis dari tanah yang saat ini di kota Denpasar sangat tinggi, yang berbanding terbalik dengan keterbatasan lahan serta kebutuhan akan akses perumahan. Hal inilah yang menyebabkan para pemilik lahan khususnya pertanian, tertarik untuk menjual lahan atapun merubah fungsi tanah untuk mendapatkan keuntungan.

Dari ke-empat instansi yang sudah menjadi narasumber peneliti terkait hambatan serta kebijakan penegakan hukum perlindungan lahan pertanian di kota Denpasar, dapat dilihat bahwa kendala yang menjadi faktor penghambat dalam menjaga lahan pertanian di Kota Denpasar adalah kuatnya arus urbanisasi dari wilayah yang ada maupun berbatasan dengan kota Denpasar, distorsi antara kepentingan pariwisata, kebutuhan akan perumahan dengan jumlah lahan pertanian, penegakan hukum khususnya pemberian sanksi masih dirasakan kurang memberikan efek jera yang menyebabkan masih banyaknya alih fungsi yang terjadi diam-diam, kurangnya sinergitas, koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait dalam upaya menjaga alih fungsi lahan pertanian yang ada, dan kurang menariknya lahan pertanian untuk diolah dimana generasi muda sekarang banyak yang hanya mau bekerja di sektor formal saja yang disebabkan karena keuntungan ekonomi dari usaha pertanian dianggap kurang menjanjikan untuk kesejahteraan.

Untuk penegakan hukum terkait penindakan pelanggaran terkait dengan upaya perlindungan lahan pertanian, menurut I Wayan Wirawan, S.sos., M.Si., selaku Kepala Bidang Penegakan Perundang-Undangan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar bahwa penegakan hukum terhadap pelanggaran tata ruang khususnya ruang terbuka hijau tidak bisa terlepas dari proses pembinaan dan pengawasan oleh Dinas Tata Ruang. Pelanggaran terkait pemanfaatan ruang akan dapat ditekan seminimal mungkin apabila proses pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh SKPD teknis telah dilakukan secara maksimal sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dari kendala-kendala tersebut yang paling utama dalam konsep penegakan hukum adalah masih belum adanya Rencana Detail Tata Ruang Wilayah baik Propinsi Bali maupun Kabupaten/

Kota Khusunya Denpasar, disisi lain pengaturan dalam peraturan Zonasi yang ada di Denpasar menimbulkan polemik dimana berdasarkan SK Gubernur Bali Nomor 2155/01-B-HK/2015 4 Perwali yang mengatur zonasi yang ada di Kota Denpasar telah dibatalkan diantaranya disamping Perwali Nomor 14 Tahun 2014, ada 3 Perwali Denpasar lagi yang dibatalkan Gubenur Bali.

Rinciannya, Perwali Nomor 12 Tahun 2014 tentang Peraturan Zonasi Kecamatan Denpasar Selatan, Perwali Nomor 13 Tahun 2014 tentang Peraturan Zonasi Kecamatan Denpasar Barat, dan Perwali Nomor 15 Tahun 2014 tentang Peraturan Zonasi Kecamatan Denpasar Timur. Surat Keputusan Gubernur tersebut diperkuat dengan Surat Mendagri Nomor 188.342/4320/OTDA yang

(8)

ditandatangani Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Kemendagri, Dr Sumarsono, dan mengacu UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, yang secara jelas menyatakan pengaturan mengenai zonasi diatur dengan Perda dan bukan dengan Perkada. 4 Polemik yang muncul adalah dilakukannya pengajuan keberatan ke Mentri Dalam Negeri atas pembatalan perwali tentang zonasi khusunya Perwali Nomor 14 Tahun 2014 tentang Peraturan Zonasi Kecamatan Denpasar Utara oleh Pemerintah Kota Denpasar.

3.3. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Perlindungan Lahan Pertanian di Kota Denpasar Upaya dan strategi dalam perlindungan tidak berdiri sendiri, perlu adanya sinergitas seluruh komponen yanga ada didalamnya, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah dalam hal ini Intansi/ Dinas yang berada di bawahnya dan juga Badan Pertanahan Nasional/ Kantor Pertanahan.

Sebagai upaya pemberian Insentif kepada lahan pertanian, khususnya mengenai pajak bumi dan bangunan Pemerintah Daerah Kota Denpasar juga sudah membuat kebijakan dengan mengeluarkan produk peraturan yang setidaknya dapat memberikan ruang kepada para petani untuk lebih fokus mengolah lahannya tanpa khawatir akan beban pajak. Adapun peraturan sebagaimana dimaksud adalah :

1) Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/303/HK/2010 tentang Pemberian Kompensasi Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan Bagi Wajib Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Yang Tanahnya Ditetapkan Sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) Dengan Koefisien Daerah Terbangun (KDB) 0% (Nol Perseratus) Dan Daerah Civic Centre Serta Bagi Tanah Produktif Yang Diperuntukan Untuk Pertanian Di Kota Denpasar;

2) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

3) Peraturan Walikota Denpasar Nomor 52 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Di Kota Denpasar;

4) Keputusan Walikota Denpasar Nomor: 188.45/724/HK/2016 Tentang Pemberian Kompensasi Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) Yang Tanahnya Ditetapkan Sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTHK) Pertanian (Sawah Ekowisata dan Sawah Murni) Di Kota Denpasar.

4. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah disampaikan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, adapun kesimpulan tersebut sebagai berikut :

1. Bentuk Penegakan hukum serta perlindungan lahan pertanian di kotamadya Denpasar adalah berbentuk penegakan hukun secara preventif dan represif. Bentuk penegakan hukum secara preventif dilakukan sinergi menjadi satu kesatuan dengan penegakan hukum Perda Kota Denpasar no. 27 Tahun 2011 tentang RTRWK Denpasar Tahun 2011-2031 disampung adanya insentif PBB dan program dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kota Denpasar. Sedangkan untuk penegakan hukum secara represif dilakukan melalui koordinasi dan penertiban oleh Satpol PP terkait pelanggaran jalur hijau dikota denpasar berdasarkan SOP yang diatur dalam Permendagri Nomor 54 Tahun 2014

2. Hambatan dalam menjaga keberlanjutan lahan pertanian di kotamadya Denpasar adalah masih belum adanya Rencana Detail Tata Ruang Wilayah baik Propinsi Bali maupun Kabupaten/ Kota Khusunya Denpasar, disisi lain pengaturan dalam peraturan Zonasi yang ada di Denpasar menimbulkan polemik dimana berdasarkan SK Gubernur Bali Nomor

4 http://www.nusabali.com/berita/5614/pastika-batalkan-81-perda, tertanggal18 Jun 2016 pukul 09:11:07.

(9)

2155/01-B-HK/2015 4 Perwali yang mengatur zonasi yang ada di Kota Denpasar telah dibatalkan.

3. Upaya yang telah diterapkan dalam menjaga keberlanjutan dari lahan pertanian oleh Pemerintah Kota Denpasar adalah dengan menetapkan peraturan sebagai berikut :

a. Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/303/HK/2010;

b. Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 4 Tahun;

c. Peraturan Walikota Denpasar Nomor 52 Tahun;

d. Keputusan Walikota Denpasar Nomor: 188.45/724/HK/2016.

5. DAFTAR PUSTAKA Buku

Barnabas Suebu, 2002, “Pembangunan Berkelanjutan: Untuk Siapa?” dalam Otonomi Daerah Peluang dan Tantangan, Suara Pembaruan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Stoddart, Hannah, et.al., 2011, A Pocket Guide to Sustainable Development Governance, Stakeholder Forum Commonwealth Secretariat (Our Common Future, Report of the Brundtland Commission, 1987).

Internet

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, http://distanprovinsibali.com/lahan-pertanian-pangan-berkelanjutan/.

Pemerintah Kota Denpasar, Kondisi Ekonomi, http://denpasarkota.go.id/index.php/selayang- pandang/3/Kondisi-Ekonomi,

Sachiko, Morita and Durwood, Zaelke, 2007, Rule of Law, Good Governance, and Sustainable Development, http://www.inece.org/conference/7/vol1/ 05_Sachiko_Zaelke.pdf http://www.beritasatu.com/ekonomi/330786-4000-ha-sawah-di-bali-diasuransikan.html http://www.nusabali.com/berita/5614/pastika-batalkan-81-perda, tertanggal18 Jun 2016

Peraturan PerUndang-Undangan

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4725);

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5068);

Peraturan Pemerintah RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5279);

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5288)

(10)

P E N E G A K A N H U K U M S E R T A P E R L IN D U N G A N L A H A N P E R T A N IA N D I D E N P A S A R D IT IN J A U D A R I A S P E K A G R A R IA D A L A M U P A Y A U N T U K M E N J A G A D A N M E N D U K U N G K E B E R L A N J U T A N ( S U S T A IN A B IL IT Y ) L IN G K U N G A N T IM P E N E L IT I K A D E K S A R N A , S H ., M .K n . (N ID N . 0 0 2 4 0 4 8 1 0 6 ) I G U S T I M A D E A G U S M E G A P U T R A ( N IM . 1 2 0 3 0 0 5 0 2 8 ) D E S A K P U T R I T R I R A H A Y U ( N IM . 1 4 0 3 0 0 5 1 6 4 ) D ib ia y ai O le h D IP A P N B P U n iv er si ta s U d ay an a S es u ai d en g an S u ra t P er ja n ji an P en u g as an P el ak sa n aa n P en el it ia n N o m o r: 2 3 0 A /U N .1 .1 1 /H K .0 0 .0 2 /2 0 1 6 T er ta n g g al 2 0 J u n i 2 0 1 6

(11)

La ta r B el a k a n g L u as la h an d i K o ta D en p as ar sa m p ai ak h ir T ah u n 2 0 0 9 se lu as 1 2 .7 2 8 H a d en g an ri n ci an lu as la h an sa w ah 2 .7 1 7 H a, lu as la h an p er k eb u n an 3 9 6 H a d an lu as la h an k er in g 7 .8 3 1 H a. S el am a k u ra n g le b ih li m a ta h u n te ra k h ir in i lu as la h an sa w ah b er k u ra n g se k it ar 2 8 3 H a. at au m en y u su t ra ta -r at a ti ap ta h u n se k it ar 2 ,8 % .M en u ru n n y a la h an p er ta n ia n y an g ad a d i D en p as ar m au p u n d i B al i p ad a u m u m n y a m er u p ak an b ag ia n m ar ak n y a al ih fu n g si la h an y an g te rj ad i d ew as a in i. D al am sk al a n as io n al , p en g en d al ia n al ih fu n g si te rs eb u t d ia n ti si p as i o le h p em er in ta h d en g an m en et ap k an U n d an g -U n d an g N o m o r 4 1 T ah u n 2 0 0 9 te n ta n g P er li n d u n g an L ah an P er ta n ia n P an g an B er k el an ju ta n d en g an p er at u ra n p el ak sa n a y ai tu P er at u ra n P em er in ta h R I N o m o r 1 T ah u n 2 0 1 1 te n ta n g P en et ap an d an A li h F u n g si L ah an P er ta n ia n P an g an B er k el an ju ta n . K en y at aa n d an K el em ah an d i D en p as ar : B el u m ad a P E R D A y an g m en g at u r m en g en ai p er li n d u n g an la h an p er ta n ia n , M en ja d i h al y an g sa n g at m en g k h aw at ir k an , m en g in g at k ep as ti an h u k u m d al am u p ay a m en ja g a k u al it as d an k u an ti ta s la h an p er ta n ia n se b ag ai u sa h a m en ja g a d ay a d u k u n g d an k eb er la n ju ta n li n g k u n g an ak an su li t d il ak sa n ak an d it en g ah m ar ak n y a al ih fu n g si la h an y an g te rj ad i d i k o ta D en p as ar .

(12)

M et o d e p en el it ia n H u k u m Y u ri d is E m p ir is P en d ek at an : a. P er u n d an g -u n d an g an (S ta tu e A p p ro a ch ), b . F ak ta (F a ct a p p ro a ch ) c. P en d ek at an k o n se p tu al (a n a ly ti ca l co n ce p tu a l a p p ro a ch ) L o ka si P en el it ia n (D a ta P ri m er ) 1 ) P em er in ta h D ae ra h K o ta m ad y a D en p as ar 2 ) D in as T at a R u an g K o ta m ad y a D en p as ar 3 ) B ad an P er ta n ah an N as io n al K o ta m ad y a D en p as ar 4 ) D in as P er ta n ia n K o ta m ad y a D en p as ar

(13)

D at a S ek u n d er S u m b er d at a se k u n d er d ip er o le h d ar i st u d i/ p en el it ia n k ep u st ak aa n (l ib ra ry re se ar ch ). D at a se k u n d er d ip er o le h d ar i b u k u -b u k u d an p er at u ra n p er u n d an g -u n d an g an y an g te rk ai t d en g an p er m as al ah an y an g d ik em u k ak an : B ah an H u k u m P ri m er 1 ) U n d an g -U n d an g N o . 5 T ah u n 1 9 6 0 te n ta n g P o k o k -P o k o k A g ra ri a; 2 ) U n d an g -U n d an g N o m o r 2 6 T ah u n 2 0 0 7 te n ta n g P en at aa n R u an g ; 3 ) U n d an g -U n d an g N o m o r 4 1 T ah u n 2 0 0 9 te n ta n g P er li n d u n g an L ah an P er ta n ia n P an g an B er k el an ju ta n ; 4 ) P er at u ra n P em er in ta h R I N o m o r 1 T ah u n 2 0 1 1 te n ta n g P en et ap an d an A li h F u n g si L ah an P er ta n ia n B er k el an ju ta n ; se rt a b eb er ap a p er at u ra n p eu n d an g -u n d an g an te rk ai t la in n y a.

(14)

R u m u sa n M a sa la h 1. B aga im an aka h b ent uk P ene g ak an huk u m se rt a pe rl indunga n la ha n pe rt ani an di kot am ady a D enpa sa r? 2. A pa k ah y ang m en ja di h am b at an d al am m enj ag a ke be rl anj ut an la ha n pe rt ani an di kot am ady a D enpa sa r? 3. U pa y a ap aka h y ang te la h di te ra pk an d al am m enj ag a ke b er la nj u ta n d ar i la h an p er ta ni an ol eh P em er int ah K o ta D enpa sa r ?

(15)

P er at u ran T er k ai t P en gat u ran H u k u m P er li n d u n gan L ah an P er tan ian 1. U nda ng- U nda ng N om or 5 T ah un 1960 te n ta n g P er at ur an D as ar P okok- P okok A gr ar ia (L em ba ra n N eg ar a R epu bl ik Indone si a T ahun 1960 N om or 104, T am ba ha n L em ba ra n N ega ra R epubl ik Indone si a N om or 2043) ; 2. U nda ng- U nda ng N om or 26 T ahu n 2007 te n ta ng P ena ta an R ua ng (L em ba ra n N ega ra R epubl ik Indon es ia T ahun 2007 N om or 68, T am ba ha n L em ba ra n N ega ra R epub li k Indone si a N om or 4725) ; 3. U nda ng- U nda ng N om or 41 T ahun 2009 te nt ang P er li ndunga n L aha n P er ta n ia n P anga n B er ke la nj ut an (L em ba ra n N ega ra R epub li k Indone si a T ahun 2009 N om o r 149, T am ba ha n L em ba ra n N ega ra R epubl ik Indone si a N om or 5068) ; 4. P er at ur an P em er int ah R I N om or 1 T ahun 201 1 te nt ang P ene ta pa n da n A li h F ungs i L aha n P er ta ni an B er ke la nj ut an. (L em ba ra n N ega ra R epubl ik Indo ne si a T ahun 201 1 N om or 2, T am ba ha n L em ba ra n N ega ra R epubl ik Indone si a N om or 5185) ;

(16)

P er at u ran T er k ai t P en gat u ran H u k u m P er li n d u n gan L ah an P er tan ian 5. P er at ur an P em er int ah R I N om or 12 T ahu n 2012 te nt ang Ins ent if P er li ndunga n L ah an P er ta ni an P anga n B er ke la n jut an( L em ba ra n N eg ar a R epubl ik Indo ne si a T ahun 201 2 N om or 19, T am ba ha n L em ba ra n N ega ra R epubl ik Indone si a N om or 5279) ; 6. P er at ur an P em er int ah R I N om or 25 T ahun 20 1 2 te nt ang S is te m Inf or m as i L aha n P er ta ni an P ang an B er ke la n jut an (L em ba ra n N eg ar a R epu bl ik Indo ne si a T ahu n 201 2 N om or 4, T am ba ha n L em ba ra n N ega ra R epubl ik Indone si a N om or 5283) ; 7. P er at ur an P em er int ah N om or 30 T ahun 2012 te nt an g P em bi aya an P er li ndunga n L ah an P er ta ni an P anga n B er ke la n jut an( L em ba ra n N eg ar a R epubl ik Indo ne si a T ahun 201 2 N om or 55, T am ba ha n L em ba ra n N ega ra R epubl ik Indone si a N om or 5288) 8. P er at ur an D ae ra h P rovi ns i B al i N om or 16 T ah un 2009 te nt ang R enc an a T at a R ua n g W il aya h P rovi ns i B al i T ahun 200 9- 2029 (L em ba ra n D ae ra h P rovi ns i B al i T ahun 200 9 N om or 16, T am ba ha n L em ba ra n D ae ra h P rovi ns i B al i N om or 15) ; 9. P er at ur an D ae ra h K ot a D enpa sa r N om or 27 T ah un 201 1 te nt ang R enc an a T at a R u an g W il aya h K ot a D enpa sa r T ahu n 2 01 1- 203 1 ( L em ba ra n D ae ra h K o ta D enp as ar T ah un 201 1 N om or 27

(17)

H a si l p e n e lu su ra n d a n k a ji a n La p a n g a n (Da ta P ri m e r) 1 . K ab id B is ra n i D in as P er ta n ia n T an am an P an g an d an H o lt ik u lt u ra K o ta D en p as ar , I G u st i A yu A g u n g P u sp a ye n i m en g at ak an b ah w a ti ap ta h u n m em an g te rj ad i p en y u su ta n ju m la h la h an p er ta n ia n d i k o ta D en p as ar , d im an a b er d as ar k an d at a 4 (e m p at ) T ah u n te ra k h ir , b es ar n y a al ih fu n g si la h an p er ta n ia n d ap at d il ih at se b ag ai b er ik u t: • T ahun 2012 lua s la ha n pe rt ani an di K ot a D enpa sa r se lua s 2519 H a. • T ahun 2013 lua s la ha n pe rt ani an di K ot a D enpa sa r se lua s 2506 H a. • T ahun 2014 lua s la ha n pe rt ani an di K ot a D enpa sa r se lua s 2509 H a.

(18)

• B ahw a ta hun 2012 sa m pa i de nga n ta hun 2013 te rj adi pe ny us ut an la ha n pe rt ani an se be sa r 13 H a. K em udi an da ri ta hun 2013 sa m pa i de nga n ta hun 2014 te rl iha t te rj adi pe ni ngka ta n lua s la ha n pe rt ani an se be sa r 3 H a, na m un se be na rny a y ang te rj adi pa da pe ri ode ini ada la h se m pa t te rj adi pe ny us ut an se be sa r 8 H a ha ny a sa ja ke ti ka te rj adi pe ny us ut an la ha n se lua s 8 H a ini ke m udi an te rda pa t pe na m ba ha n suba k y ai tu suba k U m a D es a se lua s 1 1 H a, j adi y ang se be na rny a te rj adi ada la h pe ny us ut an la ha n pe rt ani an te rj adi pa da ta hun 2013 ke ta hun 2014. U nt uk ta hun 2014 sa m pa i de nga n ta hun 2015, j uga te la h te rj adi pe ny us ut an la ha n pe rt ani an y ang cukup be sa r y ai tu se lua s 30 H a, s eda ngka n unt uk lua s la ha n pe rt ani an pa da ta hun 2016 D ina s P er ta ni an be lum m em il iki da ta ka re na unt uk ta hun 2016 be lum di la kuka n pe nda ta an

(19)

• u p ay a y an g s el am a in i d il ak u k an D in as P er ta n ia n T an am an P an g an d an H o lt ik u lt u ra d al am u p ay a u n tu k m el in d u n g i se rt a m en ja g a k eb er la n ju ta n d ar i p er ta n ia n y an g a d a d i k o ta d en p as ar a k h u su sn y a, b er d as ar k an h as il w aw an ca ra p ro g ra m y an g t el ah d ij al an k an m el ip u ti P el ti h an P et an i d an P el ak u A g ri b is n is , p en g em b an g an d iv er si fi k as i ta n am an , p en g em b an g an p em b en ih an / p em b ib it an , p en in g k at an p ro d u k si , p ro d u k ti v it as d an m u tu p ro d u k p er ta n ia n , p ro m o si h as il p ro d u k si p er ta n ia n , p en el it ia n p en g em b an g an te k n o lo g i p er ta n ia n , p en in g k at an k ap as it as te n ag a p en y u lu h p er ta n ia n , d an la in -l ai n .

(20)

2 . Ir D ew a W es n a w a W ed a g a m a , M si . S el ak u K ep al a B id an g P en g en d al ia n d an P en at aa n K o ta , b ah w a : sa la h sa tu p er m as al ah an te rh ad ap p en g at u ra n h u k u m ad al ah b el u m ad an y a P er at u ra n D ae ra h y an g m eg at u r te n ta n g R en ca n a D et ai l T at a R u an g d an P er at u ra n m en g en ai Z o n as i ru an g w il ay ah y an g ad a d i K o ta D en p as ar . L ah an P er ta n ia n m er u p ak an L ah an M il ik P ri b ad i at au p er se o ra n g an y an g d al a m P er at u ra n D ae ra h K o ta D en p as ar N o . 2 7 T ah u n 2 0 1 1 m as u k k e d al a m k el o m p o k R u an g T at a H ij au K o ta (R T H K ) P ri v at . K es u li ta n n y a ad al ah te rk ai t d en g an R T H K P ri v at , p em er in ta h K o ta ti d ak m e m p u n y ai k ew en an g an u n tu k m en g at u r p em an fa at an n y a k ar en a m en y an g k u t h ak m il ik at as ta n ah y an g p em an fa at an n y a te rg an tu n g d ar k eb u tu h an d an k ep en ti n g an la n g su n g d ar i p em il ik la h an . ju m la h te n ag a p en g aw as d i la p an g an y an g sa n g at se d ik it d it a m b ah d en g an la h an y an g se b ag ai an b es ar le ta k ta n ah n y a su li t d ia k se s, m en y eb ab k an su li tn y a p e m an ta u an d et ai l te rh ad ap la h an p er ta n ia n te rs eb u t.

(21)

fa k to r la in y an g m em p en g ar u h i te rj ad in y a al ih fu n g si la h an ad al ah n il ai ek o n o m is d ar i ta n ah y an g sa at in i d i k o ta D en p as ar sa n g at ti n g g i, y an g b er b an d in g te rb al ik d en g an k et er b at as an la h an se rt a k eb u tu h an ak an ak se s p er u m ah an . H al in il ah y an g m en y eb ab k an p ar a p em il ik la h an k h u su sn y a p er ta n ia n , te rt ar ik u n tu k m en ju al la h an at ap u n m er u b ah fu n g si ta n ah u n tu k m en d ap at k an k eu n tu n g an , d ib an d in g k an te ta p b er ta h an m en g o la h ta n ah m en ja d i la h an p er ta n ia n y an g n o ta b en e se la m a in i k eu n tu n g an y an g d ip er o le h se d ik it , b ah k an b er es ik o ti n g g i m en d er it a k er u g ia n d ik ar en ak an cu ac a d an / m u si m . K au m m u d a b an y ak y an g m en o la k at au p u n ti d ak m au m el an ju tk an m en g o la h la h an p er ta n ia n y an g ad a, m er ek a ce n d er u n g m em il ih se k to r fo rm al se b ag ai m at a p en ca h ar ia n d ib an d in g an m en ja d i p et an i.

(22)

• m en ja d i fa k to r p en g h am b at d al am m en ja g a la h an p er ta n ia n d i K o ta D en p as ar a d al ah k u at n y a ar u s u rb an is as i d ar i w il ay ah y an g a d a m au p u n b er b at as an d en g an k o ta D en p as ar , d is to rs i an ta ra k ep en ti n g an p ar iw is at a, k eb u tu h an ak an p er u m ah an d en g an ju m la h la h an p er ta n ia n , p en eg ak an h u k u m k h u su sn y a p em b er ia n sa n k si m as ih d ir as ak an k u ra n g m em b er ik an ef ek je ra y an g m en y eb ab k an m as ih b an y ak n y a al ih fu n g si y an g t er ja d i d ia m -d ia m

(23)

3 . P u tu G in a rt a , se la k u K ep al a S u b S ek si P en at ag u n aa n T an ah d an K aw as an T er te n tu , K an to r P er ta n ah an K o ta D en p as ar m en g at ak an b ah w a ru an g te rb u k a h ij au ja ra n g ad a y an g b er al ih fu n g si , k ar en a P er d a R T R W t id ak m en g ij in k an al ih fu n g si it u n am u n , y an g m el an g g ar p as ti ad a. u p a y a m e li n d u n g i lah an p e rt an ian d i K o ta D e n p as ar , p e rl u ad an y a si n e rg it as an tar a p ro g ram d e n g an ke b ij ak an y an g d ik e lu ar k an li n tas in st an si an tar a p e m e ri n tah d ae rah ko ta D e n p as ar d e n g an in st an si te rk ai t se p e rt i B ad an P e rt an ah a n N as io n al , d al am h al in i K an to r P e rt an ah an K o ta D e n p as ar . M e n u ru tn y a se lam a in i y an g t e rj ad i ad al ah ke b ij ak an y an g d ik e lu ar k an o le h K an to r P e rt an ah an b e lu m m e n d ap a t p e n in d ak an te g as d ar i T im Y u st is i p e m e ri n tah ko ta D e n p as a r, h al in il ah y an g m e n y e b ab k an te rj ad i al ih fu n g si lah an p e rt an ian se car a d iam -d iam d im an a d i se rt ip ik a t ij in ta ta g u n a tan ah u n tu k p e rt an ian se d an g k an d i lap an g an su d ah ad a b an g u n an - b an g u n an m il ik p ri b ad i.

(24)

4. I W ay an W ir aw an, S. sos ., M .Si ., s el aku K epa la B ida ng P ene ga ka n P er unda ng- U nda nga n S at ua n P ol is i P am ong P ra ja K ot a D enpa sa r ba hw a : P ene ga ka n hukum te rha da p pe la ngga ra n ta ta rua ng khus us ny a rua ng te rbuka hi ja u se be na rny a ti da k bi sa te rl epa s da ri ke te nt ua n da la m P er m enda gr i N om or 54 T ahun 2014 te rs ebut suda h di at ur ta ha pa n- ta ha pa n da la m m el akuka n pe ni nda ka n te rha da p pe la ngga ra n y ang ada P em ant aua n di la kuka n ol eh bi da ng P enge nda li an da n P ene rt iba n . A pa bi la da ri ha si l pe m ant aua n la pa nga n di te m uka n ada ny a pe m ba nguna n y ang m el angga r R T R W a ka n di am bi l ti nda ka n be rupa pe m be ri an S ur at P er inga ta n I, a pa bi la ti da k di la ks ana ka n sa m pa i be ra khi r ja ngka w akt u y ang di pe ri nt ahka n di la nj ut ka n de nga n S ur at P er inga ta n II , da n apa bi la ti da k juga di la ks ana ka n di be ri ka n S ur at P er inga ta n II I. A pa bi la ti da k juga di la ks ana ka n sa m pa i be ra khi rny a ba ta s w akt u S ur at P er inga ta n II I m aka , B ida ng P enge nda li an da n P ene rt iba n m el akuka n koor di na si da n pe ny er aha n ke w ena nga n pe ne ga ka n hukum pe ne rt iba n te rs ebut ke pa da S at ua n P ol is i P am ong P ra ja (S A T P O L P P ), da n te rka it ti nda ka n se la nj ut ny a ada la h m enj adi ke w ena nga n S at ua n P ol is i P am ong P ra dj a unt uk di be ri ka n sa nks i se sua i de nga n pe ra tur an pe runda ng- unda nga n y ang be rl aku

(25)

F A K T A : • K ep al a D in as P er ta n ia n d an T an am an P an g an P ro p in si B al i Id a B a g u s W is n u a rd h a n a , m en y at ak an b ah w a p em er in ta h d ae ra h m en ar g et k an u n tu k ta h u n 2 0 1 5 , 1 1 .0 0 0 h ek ta re la h an p er ta n am an p ad i y an g a k an d ia su ra n si k an , te ta p i k ar en a w ak tu y an g t er b at as h an y a 4 .0 0 0 h ek ta re sa w ah y an g b is a d ia su ra n si k an . M en u ru tn y a, d en g an d ia su ra n si k an k et ik a ad a g ag al p an en k ar en a b an ji r at au p u n se ra n g an h am a, b is a m en d ap at k an k la im se b es ar R p 6 j u ta u n tu k se ti ap h ek ta re , d an p et an i ti d ak h ar u s m em b ay ar k es el u ru h an p re m i k ar en a 8 0 p er se n n y a d is u b si d i le w at A P B N . U n tu k b es ar an p re m i se ti ap h ek ta re n y a ad al ah R p 1 8 0 .0 0 0 , n am u n 8 0 p er se n n y a (R p 1 4 4 .0 0 0 /h ek ta re ) su d ah d it an g g u n g le w at A P B N , se h in g g a p et an i h an y a cu k u p m em b ay ar R p 3 6 .0 0 0 p er h ek ta re -n y a d al am se ti ap k al i m u si m ta n am • S K G u b er n u r B al i N o m o r 2 1 5 5 /0 1 -B -H K /2 0 1 5 4 P er w al i y an g m en g at u r zo n as i y an g a d a d i K o ta D en p as ar t el ah d ib at al k an d ia n ta ra n y a d is am p in g P er w al i N o m o r 1 4 T ah u n 2 0 1 4 , ad a 3 P er w al i D en p as ar l ag i y an g d ib at al k an G u b en u r B al i. R in ci an n y a, P er w al i N o m o r 1 2 T ah u n 2 0 1 4 t en ta n g P er at u ra n Z o n as i K ec am at an D en p as ar S el at an , P er w al i N o m o r 1 3 T ah u n 2 0 1 4 te n ta n g P er at u ra n Z o n as i K ec am at an D en p as ar B ar at , d an P er w al i N o m o r 1 5 T ah u n 2 0 1 4 te n ta n g P er at u ra n Z o n as i K ec am at an D en p as ar T im u r. S u ra t K ep u tu sa n G u b er n u r te rs eb u t d ip er k u at d en g an S u ra t M en d ag ri N o m o r 1 8 8 .3 4 2 /4 3 2 0 /O T D A y an g d it an d at an g an i D ir je n O to n o m i D ae ra h ( O td a) K em en d ag ri , D r S u m ar so n o , d an m en g ac u U U N o m o r 2 6 T ah u n 2 0 0 7 te n ta n g P en at aa n R u an g d an P er at u ra n P em er in ta h (P P ) N o m o r 1 5 T ah u n 2 0 1 0 t en ta n g P en y el en g g ar aa n P en at aa n R u an g , y an g s ec ar a je la s m en y at ak an p en g at u ra n m en g en ai zo n as i d ia tu r d en g an P er d a d an b u k an d en g an P er k ad a. P o le m ik y an g m u n cu l ad al ah d il ak u k an n y a p en g aj u an k eb er at an k e M en tr i D al am N eg er i at as p em b at al an p er w al i te n ta n g zo n as i k h u su n y a P er w al i N o m o r 1 4 T ah u n 2 0 1 4 te n ta n g P er at u ra n Z o n as i K ec am at an D en p as ar U ta ra o le h P em er in ta h K o ta D en p as ar .

(26)

K es im p u lan D ar i pe m ba ha sa n y ang te la h di sa m pa ika n di at as da pa t di ta ri k be be ra pa k es im pul an se sua i d enga n rum us an m as al ah y ang ad a da la m pe ne li ti an ini , ada pun k es im pul an te rs ebut se ba ga i be ri kut : 1. B ent uk P ene g aka n hukum se rt a pe rl indunga n la ha n pe rt ani an di ko ta m ad ya D enpa sa r ad al ah be rbe n tuk p ene ga ka n hukun se ca ra pr eve nt if d an re pr es if . B ent u k pe ne ga ka n huku m se ca ra pr eve n ti f d il akuk an si n er gi m enj ad i sa tu ke sa tu an d eng an pe ne ga ka n huk um P er da K ot a D enpa sa r no . 27 T ahun 201 1 te n ta ng R T R W K D enpa sa r T ahun 201 1- 2031 di sa m pung ada n y a ins ent if P B B da n pr ogr am da ri D ina s P er ta ni an T ana m an P ang an da n H ol ti ku lt ur a K ot a D enp as ar . S eda ngka n unt uk p ene ga k an hukum se ca ra re pr es if di la kuka n m el al u i koor d ina si d an pe ne rt ib an ol eh S at po l P P te rka it pe la ngga ra n ja lur hi ja u di ko ta de npa sa r be rda sa rka n S O P y ang di at ur da la m P er m enda gr i N om or 54 T ahun 2014.

(27)

2. H am ba ta n da la m m enj aga ke be rl anj ut an la h an p er ta ni an di kot am ad y a D enpa sa r ada la h m as ih be lum ada n y a R en ca na D et ai l T at a R ua ng W il ay ah ba ik P ropi ns i B al i m aupun K abupa te n / K ot a K hus us n y a D enpa sa r, d is is i la in pe ng at ur an da la m pe ra tur an Z on as i y ang ada d i D enpa sa r m eni m bul ka n p ol em ik d im ana be rda sa rka n S K G ube rnur B al i N om or 2155/ 0 1- B -H K /2015 4 P er w al i y an g m enga tur zona si y ang ada di K ot a D enpa sa r te la h di ba ta lka n . D is is i la in D al am R T R W K D enpa sa r L aha n P er ta ni an y ang ada di K ot a D enpa sa r be ra d a da la m ka w as an la h an hi ja u pr iva t, y ang m en y eba bk an pe nga tur an da n pe nc ega h an te rh ada p al ih fungs i ti da k b is a d il aks ana ka n d enga n ba ik d ika re n aka n ke w ena ng an te rha da p pe nge lol aa n da n pe ng at ur ann y a ad a pa da p em il ik. H am ba ta n la in ada la h p er ge se ra n buda y a d an ke sa da ra n hukum m as y ar aka t y an g kur ang da la m m enj aga ke be rl angs unga n la ha n p er ta n ia n di sa m pi ng kur angn y a sa ra na pr as ar ana pe nduk ung, te ru ta m a p enda na an y an g m en y eba b aka n be nt uk pe m be ri an ins ent if se ba ga i upa y a pe rl indunga n la h an pe rt ani an se b aga im ana y ang di at ur da la m U nda ng- U nda ng N om or 41 Jo. P as al 7 P er at ur an P em er int ah N o. 12 T ahun 2012 tdk se pe nuhny a bi sa di la ks ana ka n.

(28)

3. U pa y a y ang te la h di te ra pka n da la m m enj aga ke be rl anj u ta n da ri la h an p er ta n ia n ol eh P em er int ah K ot a D enpa sa r ada la h ada n y a p em be ri an Ins ent if ke pa da la h an pe rt ani an, khus us n y a m enge n ai pa ja k bum i da n ba nguna n de ng an m enge lua rka n pr oduk pe ra tur an y ang se ti da kn y a d apa t m em be ri ka n rua ng ke pa da pa ra pe ta n i unt uk le bi h foku s m engol ah la ha nn y a ta npa kha w at ir aka n be ba n pa ja k. A da pun pe ra tur an se ba ga im ana di m aks ud ada la h : a. K ep u tu sa n W al ik o ta D en p as ar N o m o r 1 8 8 .4 5 /3 0 3 /H K /2 0 1 0 te n ta n g P em b er ia n K o m p en sa si P em b ay ar an P aj ak B u m i D an B an g u n an B ag i W aj ib P aj ak B u m i d an B an g u n an (P B B ) Y an g T an ah n y a D it et ap k an S eb ag ai R u an g T er b u k a H ij au K o ta (R T H K ) D en g an K o ef is ie n D ae ra h T er b an g u n (K D B ) 0 % (N o l P er se ra tu s) D an D ae ra h C iv ic C en tr e S er ta B ag i T an ah P ro d u k ti f Y an g D ip er u n tu k an U n tu k P er ta n ia n D i K o ta D en p as ar ; b . P er at u ra n D ae ra h K o ta D en p as ar N o m o r 4 T ah u n 2 0 1 2 te n ta n g P aj ak B u m i d an B an g u n an P er d es aa n d an P er k o ta an ; c. P er at u ra n W al ik o ta D en p as ar N o m o r 5 2 T ah u n 2 0 1 4 te n ta n g T at a C ar a P em u n g u ta n P aj ak B u m i d an B an g u n an P er d es aa n d an P er k o ta an D i K o ta D en p as ar ; d . K ep u tu sa n W al ik o ta D en p as ar N o m o r: 1 8 8 .4 5 /7 2 4 /H K /2 0 1 6 T en ta n g P em b er ia n K o m p en sa si P em b ay ar an P aj ak B u m i d an B an g u n an B ag i W aj ib P aj ak B u m i d an B an g u n an P er d es aa n d an P er k o ta an (P B B P 2 ) Y an g T an ah n y a D it et ap k an S eb ag ai R u an g T er b u k a H ij au (R T H K ) P er ta n ia n (S aw ah E k o w is at a d an S aw ah M u rn i) D i K o ta D en p as ar

(29)

Sa ra n • P em er in ta h K o ta D en p as ar k h u su sn y a d an p em er in ta h p ro p in si p er lu se g er a m em b u at p er at u ra n R en ca n a D et ai l T at a R u an g W il ay ah P ro p in si d an at au K ab u p at en / K o ta ( R D T R W /K ) d an P er at u ra n zo n as i. • P er lu ad a p en d an aa n k h u su s y an g d ia lo k as ik an d ar i A P B D K o ta D en p as ar g u n a m em b er ik an in se n ti f b er k el an ju ta n se b ag ai m an a d ia m an at k an d al am U n d an g -U n d an g N o m o r 4 1 T ah u n 2 0 0 9 t en ta n g P er li n d u n g an L ah an P er ta n ia n P an g an B er k el an ju ta n • S in er g it as u p ay a p en eg ak an h u k u m re p re si f y an g t eg as d ar i se m u a k o m p o n en te rk ai t b ai k K an to r P er ta n ah an , B ap p ed a, D in as T at a R u an g d an S at p o l P P d ip er lu k an d al am m em b an g u n w ib aw a p em er in ta h . • P en d id ik an se rt a fa si li ta s p en d u k u n g y an g d ap at m em ac u m as y ar ak at ag ar p o la k eh id u p an ag ra ri s y an g b er tu m p u p ad a p en g el o la an la h an p er ta n ia n p an g an b er k el an ju ta n . • P er lu ad an y a p er at u ra n d ae ra h K o ta D en p as ar y an g m en ja m in p er li n d u n g an la h an p er ta n ia n d en g an k o n v er g en si an ta ra u p ay a p er li n d u n g an su m b er d ay a ai r d an u p ay a p en ce g ah an te rh ad ap p en ce m ar an se rt a k er u sa k an li n g k u n g an .

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya setiap sengketa kepemilikan hak atas tanah, hal yang dijadikan bukti kepemilikan hak atas tanah tersebut berupa sertifikat hak atas tanah. Alat bukti menurut

It stands to reason, therefore, that when one considers the eschatological message of the vision of the dry bones in the Masoretic text of Ezekiel 37:1–14 and in Pseudo-Ezekiel 4Q386