Hasil : Interpretasi hasil uji korelasi Somers’d antara derajatobstruksi kronis dengan nilai kualitas hidup mendapatkan nilai signifikansi p < 0,05 yang artinya ada korelasi yang bermakna antara derajatobstruksi kronis dengan nilai kualitas hidup (p = 0,004), dengan besar koefisien korelasi (r) yang didapat adalah 0,337 yang menunjukkan bahwa koefisien korelasinya adalah lemah. Sedangkan pada uji korelasi Gamma antara derajatobstruksi paru dengan nilai kualitas hidup mendapatkan koefisien korelasi (r) 0,573 yang menunjukkan bahwa koefisien korelasinya adalah sedang
Oleh karena tingginya angka kejadian PPOK dan tingginya tingkat polusi yang dihasilkan di tambang kapur maka perlu penelitian terhadap hubungan antara paparan debu dengan derajatobstruksi dan derajat restriksi pada pekerja tambang kapur tradisional di Dusun Koro Desa Pongpongan Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.
Pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui hubungan derajatobstruksi dengan transpor mukosiliar hidung bapak/ibu penderita PPOK Stabil sehingga membantu menentukan penatalaksanaan penderita PPOK pada umumnya. Tindakan spirometri dan tes uji sakarin biasa dilakukan dan sangat jarang menimbulkan efek samping. Namun bila terjadi hal - hal yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung, bapak/ibu dapat menghubungi saya, dr Syamsul Bihar (HP: 085270331663 atau 061-77050419), Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi RSUP H.Adam Malik Medan jam 08.00-14.00 (Senin s/d Sabtu) atau setiap saat untuk mendapatkan pertolongan. Saya akan bertanggung jawab untuk memberikan biaya pelayanan/ pengobatan / membantu untuk mengatasi masalah/efek samping tersebut sesuai masalah/ efek samping yang terjadi. Adapun efek samping yang terjadi adalah rasa tidak menyenangkan yang diakibatkan tes uji sakarin. Jika ini terjadi kami telah mempersiapkan obat dan tempat istirahat.
Metode : Penelitian ini merupakan studi analisa observasional dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk menganalisa korelasi atau hubungan antara derajatobstruksi dengan waktu transpor mukosiliar pada penderita PPOK stabil dengan sampel yang diambil dari penderita yang dilakukan spirometri dan uji sakarin di RSUP. H. Adam Malik Medan dan BP4 Medan.
Metode : Penelitian ini merupakan studi analisa observasional dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk menganalisa korelasi atau hubungan antara derajatobstruksi dengan waktu transpor mukosiliar pada penderita PPOK stabil dengan sampel yang diambil dari penderita yang dilakukan spirometri dan uji sakarin di RSUP. H. Adam Malik Medan dan BP4 Medan.
Peserta yang dipilih untuk mengikuti penelitian ini adalah penderita-penderita yang memenuhi semua kriteria inklusi dan eksklusi. Untuk memastikan peserta adalah penderita PPOK stabil dilakukan seleksi antara lain: berdasarkan usia, riwayat merokok yang meliputi lama merokok dan jumlah batang rokok per hari, indeks brinkman dan riwayat menderita PPOK. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan ulang oleh peneliti berupa anamnese, pemeriksaan fisik dada dan spirometri. Gejala dan tanda kelainan yang diamati yaitu sesak napas dan batuk dahak, dengan riwayat menderita PPOK sebelumnya, suara pernapasan yang melemah dengan disertai ekspirasi memanjang dan wheezing. Pada pemeriksaan spirometri didapati kelainan obstruksi dan bertujuan untuk penentuan derajatobstruksi penderita PPOK stabil.
Kesimpulan: Dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada korelasi derajatobstruksi saluran napas dengan jenis rokok pada penderita PPOK stabil dan diketahui bahwa derajatobstruksi yang berat disebabkan karena konsumsi rokok filter dalam jangka waktu yang lama .
Kualitas hidup adalah karakteristik dari fisikal, sosial dan psikologi yang digambarkan dengan individu mengerjakan sesuatu, perasaan puas terhadap sesuatu yang dikerjakan hal ini berhubungan dengan penyakit dan pengobatan. Aspek yang diukur dari kemampuan fungsional, keterbatasan masalah fisik dan emosional, rasa nyeri, kesejahteraan mental, persepsi kesehatan umum, energi dan fungsi sosial (Lina, 2008). Pentingnya kualitas hidup bagi seseorang adalah untuk meningkatkan kualitas nilai peran dalam kehidupan untuk diri sendiri atau untuk kehidupan bersosial bermsyarakat, meningkatkan kepercayaan diri dan membantu dalam berinteraksi dengan dunia kerja untuk lebih produktif. Nilai kualitas hidup kesemuanya dirangkum dalam quisioner SF-36 yang dapat digunakan untuk mengukur nilai kualitas hidup seseorang dengan penyakit kornis. Dari semua hal tersebut mendorong peneliti untuk meneliti “ Hubungan derajatobstruksi paru dengan kualitas hidup penderita PPOK ”.
Kesimpulan: Dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada korelasi derajatobstruksi saluran napas dengan jenis rokok pada penderita PPOK stabil dan diketahui bahwa derajatobstruksi yang berat disebabkan karena konsumsi rokok filter dalam jangka waktu yang lama .
32. Ritonga A. Profil Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Berdasarkan Penilaian BODE Index di RSUP H.Adam Malik dan RS PTP II Tembakau Deli Medan (tesis). Medan : Program Pendidikan Dokter Spesialis dan Magister Kedokteran I. Penyakit Paru FK USU. 2011
Saya adalah mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian berjudul Korelasi derajatobstruksi dengan jenis rokok pada penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis stabil di RSUP H Adam Malik Medan 2013 . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi derajatobstruksi dan menilai tingkat derajatobstruksi yang dihasilkan dari jenis rokok untuk melihat keparahannya.
Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, saya dr. Rianti Tarigan, PPDS Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul Hubungan antara pola kuman dengan derajatobstruksi (VEP 1 ) pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) eksaserbasi akut di RSUP.
Penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel paling baik dilakukan dengan desain kohort (prospektif), yakni dengan pengamatan dan follow up ke masa yang akan datang. Dengan follow up yang cukup akan didapati apakah satu variabel memiliki hubungan yang kuat dengan variabel lainnya. Kelemahan penelitian ini terletak pada desain penelitian yang hanya menggunakan studi cross sectional, dimana pengamatan yang bagus bersifat retrospektif, yaitu melihat apakah selama ini responden memiliki faktor risiko terhadap derajatobstruksi saluran napas dengan konsumsi jenis rokok yang berbeda , melihat keparah derajatobstruksi. Tetapi keterbatasan waktu pengamatan ini menyebabkan ketidakmampuan dalam menggambarkan perjalanan penyakit.
Metode : Desain penelitian adalah penelitian cross sectional dari semua pasien PPOK eksaserbasi akut di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS Pirngadi Medan pada September 2015 sampai September 2016. Pada 45 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan pemeriksaan Spirometri kemudian dilakukan penilaian derajat keparahan PPOK sesuai GOLD 2017. Pada setiap sampel sputum ekspektorasi dibuat hapusan gram, untuk menghitung jumlah sel epitel dan PMN digunakan kriteria Barttlet. Sampel kemudian ditanam pada Agar Darah. Dilakukan uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik dengan metode VITEC 2.
Penelitian violetta dkk pada tahun 2010, walaupun tidak signifikan, menunjukkan bahwasanya waktu pembersihan mukosiliar hidung pada penderita penyakit paru obstruksi kronik mempunyai waktu yang lebih lama dengan rata – rata 13,12 ± 0,68 menit bila dibandingkan dengan orang normal dengan rata – rata waktu pembersihan mukosiliar 9,91 ± 0,49 menit.
Suradi dkk. di Surakarta tahun 2011 mendapatkan bahwa 46 (71%) pasien yang mengalami eksaserbasi mempunyai hasil kultur dahak yang positif mengandung bakteri pada Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta. Bakteri patogen yang sering terisolasi saat eksaserbasi adalah Klebsiella spp (30,4%). Antibiotik yang paling sensitif adalah Meropenem (80%) dan terdapat hubungan yang bermakna antara derajat eksaserbasi dan obstruksi dengan kultur sputum yang positif mengandung bakteri. (Suradi, 2012)
Derajatobstruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang memungkinkan adanya reversible. Tahap perjalan penyakit dan penyakit lai di luar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan makin cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan PPOK perlu siperhatikan bebrapa faktor tersebut, sehingga pengobatannya menjadi lebih baik.
Bronkitis kronik merupakan salah satu komponen dari Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit yang dikarakterisir oleh adanya peningkatan resistensi aliran udara (obstruksi) pada saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Sumbatan aliran udara ini umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru-paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Ikawati, 2011). Selain bronkitis kronis, emfisema juga termasuk kedalam komponen PPOK, emfisema merupakan pelebaran asinus yang abnormal, permanen dan disertai destruksi alveoli paru. Obstruksi pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan jaringan daripada produksi mukus. Karakteristik emfisema yang membedakannya dari keadaan lain adalah keterbatasan aliran udara napas disebabkan oleh penuunan pengembangan paru secara elastis (elastic recoil of the lungs) (Kowalak, 2012).
Pada pasien dengan PPOK terjadi gangguan otot pernapasan yang dipengaruhi oleh kontraksi otot dan kekuatan otot pernapasan. Hilangnya daya elastisitas paru pada PPOK menyebabkan hiperinflasi dan obstruksi jalan napas kronik yang mengganggu proses ekspirasi sehingga volume udara yang masuk dan keluar tidak seimbang serta terdapat udara yang terjebak (air trapping). Air trapping dalam keadaan lama dapat menyebabkan diafragma mendatar, kontraksi otot kurang efektif dan fungsinya sebagai otot utama pernapasan berkurang terhadap ventilasi paru. Berbagai kompensasi otot intercostal dan otot inspirasi tambahan yang biasa dipakai pada kegiatan tambahan akan dipakai terus menerus sehingga peran diafragma menurun hingga 65%. Volume napas mengecil dan napas menjadi pendek sehingga menjadi hipoventilasi alveolar yang akan meningkatkan konsumsi oksigen dan menurunkan daya cadang penderita. Frekwensi pernapasan atau frekwensi napas (RR) meningkat sebagai upaya untuk mengkompensasi volume napas yang mengecil.
Untuk mengoptimalkan deteksi CT Scan terhadap massa pankreas yang menyumbat saluran empedu/duktus biliaris ekstra hepatik, maka digunakan tehnik penyengatan kontras yang dinamis. CT Scan dapat mendeteksu secara jelas apakah obstruksi saluran empedu ini disebebkan oleh karsinoma kaput pankreas. Pemeriksaan CT Scan tanpa kontrras pada karsinoma kaput pankreas terlihat sebagai massa dengan densitas yang sama dengan jaringan perenkim yang normal, dan pada pemberian kontras secara intra vena terlihat berupa suatu daerah dengan atenuasi yang menurun dibandingkan jaringan parenkim normal.; Pemeriksaan CT Scan dapat juga memperlihatkan dilatasi duktus pankreatikus serta invasi tumor ke organ-organ sekitarnya seperti gaster, duodenum, hepar dan kelenjar getah bening.